Anda di halaman 1dari 19

SISTEM

IMUN

Kelompok 2:
1.Anis Magfiroh (1810305027)
2.Andari Rosiana M (1810305034)
3.Faiqoh (1810305003)
Pertahanan Tubuh Non Spesifik dan Spesifik

Sistem imun terdiri atas sistem imun alamiah atau non spesifik (natural/
innate/native) dan didapat atau spesifik (adaptive/acquired).
Pertahanan Tubuh Non Spesifik

1. Lapisan pertahanan I (eksternal)


Sistem pertahanan non spesifik adalah sistem pertahanan tubuh dengan tidak
membedakan antara mikorbia patogen satu dengan yang lain.
a. Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan terluar tubuh, yaitu kulit dan
membran mukosa, yang berfungsi menghalangi jalan masuknya patogen ke
dalam tubuh.
b. Pertahanan secara mekanis dilakukan oleh rambut hidung dan silia pada
trakea.
c. Pertahanan secara kimiawi dilakukan oleh sekret yang dihasilkan oleh kulit
dan membran mukosa.
d. Pertahanan secara biologi dilakukan oleh populasi bakteri tidak berbahaya
yang hidup di kulit dan membran mukosa.
Pertahanan Tubuh Non Spesifik

2. Lapisan pertahanan II (internal)


a. Fagositosis : mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh sel-sel fagosit,
dengan jalan mencerna mikroorganisme/ partikel asing hingga
menghancurkannya berkeping-keping. Sel fagosit ini terdiri dari 2 jenis,
yaitu fagosit mononuklear dan polimorfonuklear. Fagosit mononuklear
contohnya adalah monosit (di darah) dan jika bermigrasi ke jaringan
menjadi makrofag. Contoh fagosit polimorfonuklear adalah granulosit,
yaitu netrofil, eusinofil, basofil dan cell mast (di jaringan).

Proses fagositosis adalah sebagai berikut:


• Pengenalan (recognition)
• Pergerakan (chemotaxis)
• Perlekatan (adhesion)
• Penelanan (ingestion)
• Pencernaan (digestion)
• Pengeluaran (releasing)

b. Inflamasi : Inflamasi merupakan respon yang terjadi untuk melindungi tu


buh dari penyebab kerusakan sel, seperti mikroba atau toksin, dan konse
kuensi dari kerusakan sel tersebut, seperti nekrosis sel atau jaringan.
Pertahanan Tubuh Spesifik

Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik merupakan pertahanan tubuh terhadap


patogen tertentu yang masuk ke dalam tubuh. Sistem ini bekerja apabila
patogen telah berhasil melewati sistem pertahanan tubuh non spesifik.

1. Respon imunitas humoral


Respon imunitas humoral merupakan respon kekebalan tubuh yang terjadi
setelah antigen masuk ke dalam tubuh. Pada saat ini, makrofag akan memakan
antigen tersebut yang kemudian membawanya munuju ke sel T penolong
(helper T cell) untuk dikenali. Sel T penolong akan mensekresikan molekul
yang dinamakan interleukin yakni sebuah molekul yang dapat mengaktifkan
sel limfosit B agar mengikat antigen tersebut dan membuat antibodi. Antibodi
yang dihasilkan berupa protein dan akan tersimpan dalam plasma darah dan
cairan limfa. Antibodi ini bersifat spesifik, artinya bahwa antibodi A hanya akan
mempan untuk memusnahkan antigen A.
Cara yang dilakukan antibodi dalam menghancurkan
antigen, yaitu:

• netralisasi
• penggumpalan
• pengendapan
• pengaktifan sistem komplemen
Pertahanan Tubuh Spesifik
2. Respon Imunitas Seluler

Cara sel T sitotosik


menghancurkan
sel terinfeksi

Respon imunitas seluler juga berperan


dalam respon kekebalan tubuh sekunder
yakni sebuah kekebalan yang memiliki ke
Respon imunitas dimulai sejak adanya kuatan atau respon yang lebih besar dari
kontak makrofag dengan patogen sebelumnya ketika sebuah patogen
sehingga memicu limfosit T untuk sejenis datang untuk yang kedua kalinya
melakukan pembasaran yang ke dalam tubuh. Proses ini terjadi karena
kemudian terbagi menjadi beberapa adanya sel-sel limfosit memori yang
ba g i a n sub p o p u l a s i y a k n i sel T mampu mengenali dan mengingat
sitotoksik (cytotoxic T cell), sel T antigen yang pernah menjangkiti.
penolong (helper T cell), sel T
supressor (supressor T cell) dan sel T
memori (memory T cell).
ORGAN DAN SISTEM LIMFOID
Organ limfoid dapat dibagi
menjadi organ primer dan
sekunder.

1. Organ limfoid primer atau


sentral terdiri atas
 Sumsum tulang
 Timus
2. Organ limfoid sekunder
 Limpa dan KGB
 Mucosal Associated Lymphoid
Tissue (MALT)
Organ limfoid primer

Organ limfoid primer atau sentral terdiri atas sumsum tulang dan
timus.
• Timus terletak dalam rongga dada, di belakang sternum tempat
perkembangan sel T.
• Sumsum tulang merupakan jaringan kompleks tempat
hematopoiesis dan depot lemak . Sumsum darah merah
merupakan elemen kunci sistem limfatik, memproduksi sel
darah merah dan putih. Sel hematopoietik yang diproduksi di
sumsum tulang menembus dinding pembuluh darah, masuk ke
dalam sirkulasi dan didistribusikan ke berbagai bagian tubuh.
Organ limfoid sekunder

1. Limpa dan KGB merupakan organ limfoid sekunder yang


terorganisasi tinggi, ditemukan sepanjang sistem pembuluh
limfa.
2. Mucosal Associated Lymphoid Tissue (MALT), (Jaringan
limfoid yang kurang terorganisasi secara kolektif), ditemukan
di berbagai tempat di tubuh. MALT meliputi jaringan limfoid
ekstranodul yang berhubungan dengan mukosa di berbagai
lokasi, seperti Skin Associated Lymphoid Tissue (SALT) di kulit,
Bronchial Associated Lymphoid Tissue (BALT) di bronkus,
Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT) di saluran cerna,
mukosa hidung, tonsil, mame, serviks, membran mukosa
saluran napas atas, bronkus, dan saluran kemih. Organ
limfoid sekunder merupakan tempat sel dendritik (SD)
mempresentasikan antigen yang ditangkapnya di bagian lain
tubuh ke sel T yang memacunya untuk proliferasi dan
diferensiasi limfosit.
Organ limfoid sekunder
• Limpa, Limpa berfungsi mengekstraksi sel darah merah tua dan
rusak , menyingkirkan debris dan bahan asing dari darah,
menyimpan trombosit dan zat besi. Limpa memproduksi sel B
dan sel T. Limpa merupakan tempat respons imun utama yang
merupakan saringan terhadap antigen asal darah. Mikroba dalam
darah dibersihkan makrofag dalam limpa. Limpa merupakan
tempat utama fagosit memakan mikroba yang diikat antibodi
(opsonisasi).
• Kelenjar getah bening. KGB adalah agregat nodular jaringan
limfoid yang terletak sepanjang jalur limfa di seluruh tubuh, t
ermasuk ketiak dan lambung berisikan sel B, T, makrofag dan sel
imun lainnya. Kelenjar getah bening bekerja sebagai filter atau
menjebak partikel asing dan berperan dalam fungsi benar sistem
imun. Sel dendritik membawa antigen mikroba dari epitel dan
mengantarkannya ke kelenjar getah bening untuk
dikonsentrasikan. Dalam KGB ditemukan peningkatan limfosit
berupa nodus tempat proliferasi limfosit yang merupakan
respons terhadap antigen.
• Skin Associated Lymphoid Tissue, Kulit merupakan tempat
terpenting tubuh, oleh karena berhubungan dengan dunia luar
yang merupakan garis pertahanan utama terhadap faktor
eksternal. Kulit juga berpartisipasi dalam pertahanan pejamu,
dalam reaksi imun, dan inflamasi lokal. Banyak antigen asing
masuk tubuh melalui kulit dan banyak respons imun sudah
diawali di kulit. Sel Langerhans di kulit adalah bagian dari sistem
imun alamiah.
• Mucosal Associated Lymphoid Tissue - Sistem Imun Sekretori,
MALT merupakan imunitas di tempat khusus seperti saluran
napas dan saluran cerna, yang merupakan imunitas lokal. MALT
ditemukan di jaringan mukosa saluran napas bagian atas, saluran
cema, saluran urogenital dan kelenjar mame berupa jaringan
limfoid tanpa kapsul, mengandung sel limfosit dan APC yang
mengawal respons imun terhadap antigen yang terhirup dan
termakan.
MALT ditemukan di rongga nasal, tenggorokan, saluran
napas, saluran cerna dan saluran kemih Sel imun yang
diaktifkan dalam MALT akan kembali ke tempatnya di
mukosa (homing).
• Respons imun oral, Ludah tidak hanya membilas rongga mulut
tetapi juga mengandung berbagai molekul seperti lisozim dan IgA
sekretori yang ikut melindungi rongga mulut.
• Bronchial Associated Lymphoid Tissue, Struktur berupa cincin
banyak ditemukan di berbagai tempat, berisikan nodul yang
terletak sekitar bronkus dan berhubungan dengan epitel seperti
plak sel limfoid. BALT berperan dalam respons terhadap antigen
kuman yang terhirup.
• Gut Associated Lymphoid Tissue, Permukaan yang Luas tersebut
selalu terpajar dengan berbagai mikroba dan makanan yang
mungkin dopat menerangkan mengapa 2/3 seluruh sistem imun
ada di saluran cerna.
• Microfold cell, Microfold cell atau sel M adalah sel epitel saluran
cerna yang pinositik aktif, berperan dalam mengantarkan kuman
dan bahan makromolekul dan lumen intestinal ke plak Peyer.
Pada sel M terdapat suatu kantong besar pada m e m b ran
bas o l ate ral yan g be r i s i k an l i m f o s i t d a n m a k rof a g . S e l
mengantarkan antigen dari lumen saluran cerna ke sel imun yang
ditemukan dalam kantong tersebut secara terus menerus. Limfosit
atau makrofag yang menangkap antigen meninggalkan sel M
untuk seterusnya berpindah menuju folikel limfoid setempat.
• Tonsil dan plak Peyer, Jaringan limfoid mukosa seperti
tonsil faring dan folikel limfoid yang terisolasi, plak
Peyer di usus kecil berperan pada fase induksi respons
imun. Di sekitar tenggorok ditemukan 3 golongan
tonsil yaitu tonsil palatina, tonsil lingual dan tonsil
faringeal atau adenoid yang merupakan cincin jaringan
limfold sekitar faring yang disebut cincin Waldeyer.
Jaringan tersebut adalah imunokompeten yang
merupakan per tahanan garis terdepan terhadap
patogen yang terhirup atau termakan.
• Sistem imun mukosa difus, Sistem imun mukosa difus
terdiri atas limfosit intraepitel dan limfosit di lamina
propria. Limfosit intraepitel ditemukan dalam epitel
mukosa dan di atas lamina propria. Sel-sel tersebut
tersebar difus di jaringan mukosa dan tidak memiliki
struktur jelas seperti yang didapat pada sistem imun
mukosa yang terorganisasi. Lamina propria terletak
tepat di bawah epitel yang strukturnya longgar. Fungsi
efektor lamina propria adalah sekresi antibodi terutama
IgA yang diproduksi sejumlah besar sel plasma.
A.Sel M terletak di membran mukosa, memakan antigen dari lumen
saluran cerna, saluran napas dan saluran kemih. Antigen diangkut
melewati sel dan dilepas ke kantong basolateral yang besar.
B.Antigen diangkut melalui lapisan epitel oleh sel M ditempat induksi
yang mengaktifkan sel B di folikel Imfold sekitar. Sel B yang diaktifkan
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang memproduksi igA bermigrasi
sepanjang jaringan submukosa. Lapisan epitel mukosa bagian luar men
gandung limfosit intraepitel yang banyak diantaranya adalah sel T.
C.Determinasi Dan Hal Yg Mempengaruhi
Sistem Imun

1. Spesies: Berbagai spesies memiliki perbendaan kerentanan yang


jelas terhadap berbagai mikroba.
2. Keturunan dan Usia: Peranan herediter/keturunan menentukan
resistensi terhadap infeksi yang terlihat dari studi tuberkulosis
pada pasangan kembar. Infeksi lebih sering terjadi dan lebih
berat pada anak usia balita dibanding dewasa. Hal tersebut
disebabkan karena sistem imun yang belum matang pada usia
muda. Usia lanjut disertai dengan penurunan resistensi terhadap
infeksi terutama virus.
3. Hormon: Sebelum pubertas, sistem imun pada pria dan wanita
sama. Sistem imun berkembang tanpa pengaruh hormon seks.
Androgen yang dilepas pria bersifat imunosupresif, dilepas secara
menetap selama masa dewasa dan tidak berfluktuasi sampai usia
lanjut. Pada wanita, respons imun terintegrasi dengan sistem
endokrin yang tujuannya agar janin dalam kandungan tidak ditolak
selama hamil.
C.Determinasi Dan Hal Yg Mempengaruhi
Sistem Imun

Plasenta melepas sitokin Th2 yang mencegah respons sel Th1 berupa
penolakan janin yang mengandung antigen asal ayah. Selama hamil
juga terjadi penurunan aktivitas sel Th1 atas pengaruh estrogen.
Estrogen adalah hormon steroid seks yang disekresi ovarium dan
dilepas dalam kadar tinggi selama dan pertengahan siklus haid dan
menetap selama hamil.
C.Determinasi Dan Hal Yg Mempengaruhi
Sistem Imun
4. Suhu: Kelangsungan hidup banyak jenis mikroba tergantung pada
suhu. Kuman tuberkulosis tidak akan menginfeksi hewan berdarah
dingin. Gonokok dan treponema akan mati pada suhu diatas 40°C.
5. Nutrisi: Nutrisi yang buruk menurunkan resistensi terhadap infeksi.
Sebaliknya, keadaan nutrisi yang buruk dapat menyulitkan
proliferasi virus sehingga seseorang dengan nutrisi buruk dapat
lebih tahan terhadap infeksi virus tertentu dibanding dengan orang
yang nutrisinya lebih baik. Parasit malaria memerlukan asam para
amino benzoat untuk perkembangannya dan pada malnutrisi zat ini
berkurang atau tidak ada. Sebab defisiensi imun tersering di dunia
adalah malnutrisi
6. Flora bakteri normal: Flora bakteri normal di kulit dapat memproduk
si berbagai bahan antimikrobial seperti bakteriosin dan asam. Pada
waktu yang sama, flora normal berkompetisi dengan patogen
potensial untuk mendapatkan nutrisi esensial. Kegunaan flora
komensal tersebut adalah untuk menyingkirkan mikroba lain atau
patogen.
TERIMAKASIH~

Anda mungkin juga menyukai