Nim : 041911333129
Hukum Korporasi
RPS:12
1. Subjek dan objek dalam hukum ketenagakerjaan
Berdasarkan UU No 13 Tahun 2013 pasal 64, 65,66 outsorcing adalah penyedia jasa
tenaga keja. Karyawan outsorcing adalah karyawan kontrak yang dipasok dari sebuah
perusahaan penyedia jasa tenaga outsorcing. Dalam outsorcing terdapat beberapa keuntungan
dan kelemahan.
Pada dasarnya untuk menyatakan suatu perjanjian kerja dianggap sah atau tidak maka
wajib untuk memperhatikan ketentuan dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUH Perdata) yang menyatakan bahwa :
• Perjanjian yang dituangkan dalam bentuk tulisan, dapat dipakai sebagai bukti tertulis
apabila muncul perselisihan hubungan industrial yang memerlukan adanya bukti-bukti dan dapat
dijadikan pegangan terutama bagi buruh apabila ada beberapa kesepakatan yang tidak
dilaksanakan oleh pengusaha yang merugikan buruh.
• Dibuat dalam rangkap 2 yang mempunyai kekuatan hukum yang sama, masing-masing
buruh dengan pengusaha harus mendapat dan menyimpan Perjanjian Kerja (Pasal 54 ayat 3 UU
13/2003).
Jenis perjanjian kerja menurut waktu berakhirnya
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) yang pekerjanya sering disebut karyawan
kontrak adalah perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan
kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerja tertentu.
• didasarkan atas jangka waktu paling lama tiga tahun atau selesainya suatu pekerjaan tertentu
• dibuat secara tertulis dalam 3 rangkap : untuk buruh, pengusaha dan Disnaker (Permenaker No.
Per-02/Men/1993), apabila dibuat secara lisan maka dinyatakan sebagai perjanjian kerja waktu
tidak tertentu
• dalam Bahasa Indonesia dan huruf latin atau dalam Bahasa Indonesia dan bahasa asing dengan
Bahasa Indonesia sebagai yang utama;
• tidak ada masa percobaan kerja (probation), bila disyaratkan maka perjanjian kerja batal demi
hukum (Pasal 58 UU No. 13/2003).
b) Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh
dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap. Pekerjanya sering
disebut karyawan tetap. Selain tertulis, PKWTT dapat juga dibuat secara lisan dan tidak wajib
mendapat pengesahan dari intstansi ketenagakerjaan terkait. Jika PKWTT dibuat secara lisan
maka perusahaan wajib membuat surat pengangkatan kerja bagi karyawan yang bersangkutan.
PKWTT dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja (probation) untuk paling
lama 3 (tiga) bulan, bila ada yang mengatur lebih dari 3 bulan, maka demi hukum sejak bulan
keempat, si pekerja sudah dinyatakan sebagai pekerja tetap (PKWTT). Selama masa percobaan,
Perusahaan wajib membayar upah pekerja dan upah tersebut tidak boleh lebih rendah dari upah
minimum yang berlaku.
Akibat Hukum
Pasal 52 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (“UU Ketenagakerjaan”), mengatur mengenai akibat hukum terhadap
perjanjian kerja yang bertentangan dengan UU Ketenagakerjaan.
Contoh Kasus:
Sekitar 300 pekerja menjadi korban dari kontrak kerja berkepanjangan yang tidak sesuai
ketentuan hukum tanpa jaminan kesejahteraan dan keamanan kerja. Dan pada akhirnya, mereka
dipecat secara tidak adil. Dari 300 pekerja, karena PT Framas melakukan intimidasi dan tekanan,
maka hanya 40 orang pekerja memutuskan untuk memperjuangkan nasib mereka. Para pekerja
ini, sebagian besar adalah para pekerja yang tidak berserikat, sebagian lagi merupakan anggota
sebuah Serikat Pekerja di PT Framas namun menurut para anggotanya tidak mau
memperjuangkan nasib mereka. Proses bipartite dan aksi telah dilakukan oleh para pekerja yang
didampingin oleh TURC.
Pihak pengusaha secara terang-terang telah mengakui bahwa mereka memang melanggar
ketentuan hukum mengenai kontrak namun tidak ada upaya untuk memperbaiki. Setalah proses
bipartite tidak membuahkan hasil, para pekerja menempuh proses penyelesaian perkara
hubungan industrial , dengan meminta Dinas Tenaga Kerja Daerah Bekasi untuk menjadi
mediator antara pekerja dan perusahaan.
Proses ini juga disertai desakan kepada brand, yaitu Adidas pada tanggal aksi di depan
Kantor Adidas Indonesia, Dalam aksi tersebut para pekerja menyampaikan tuntutan antara lain,
1. Adidas menekan PT Framas untuk menjamin hak-hak pekerja dan menaati hukum
ketenagakerjaan yang berlaku.
2. Mempekerjakan kembali buruh kontrak yang dipecat sebagai pekerja tetap
3. Keselamatan dan kesehatan di tempat kerja harus dijamin
4. Menghilangkan praktek union busting yang dilakukan oleh PT Framas
Dari aksi tersebut , manager adidas Indonesia berjanji untuk menjembatani permasalahan yang
ada dengan PT Adidas. Sampai tulisan ini diturunkan, proses mediasi masih berjalan dan
menunggu adanya anjuran dari mediator.