Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan
dan melaporkan pada derajat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang ditetapkan. Proses
audit ini dilakukan oleh profesi auditor yang berkompeten dan memiliki sifat independen.
Bukti (evidence): informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah
informasi yang diaudit sudah sesuai dengan aturan dan standar yang ditentukan. Bentuknya ada
berbagai macam, diantaranya dokumen transaksi, catatan dengan pihak luar, pengamatan yang
dan mengiktisarkan peristiwa ekonomi dengan tujuan akhir laporan keuangan untuk digunakan
dalam pengambilan keputusan. Sedangkan audit fokus dalam menentukan apakah informasi
yang dicatat sudah menunjukkan peristiwa yang sebenarnya yang terjadi dalam periode
akuntansi.
Untuk memenuhi tujuan dari audit ini, auditor harus memperoleh bukti yang memenuhi
kebutuhan dari segi kualitas dan kuantitas. Auditor harus menentukan jenis dan banyaknya
jumlah bukti dan mengevaluasi apakah sudah sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
Jasa asurans: jasa yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan untuk
pengambilan keputusan.
Jasa atestasi: salah satu jasa asurans yang diberikan oleh auditor untuk menerbitkan laporan
Asersi: pernyataan manajemen yang tersirat ataupun tersurat mengenai kelas transaksi dan akun
Auditor juga bisa memberikan jasa non-atestasi sebagai bagian dari jasa asurans seperti:
3. Konsultasi manajemen
Tipe audit :
1. Audit operasional : kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti tentang efisiensi dan
efektifitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu.
2. Audit kepatuhan : berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk
menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasional suatu entitas telah sesuai dengan
3. Audit laporan keuangan : berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti
tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat tentang
1. Judul laporan. Dalam judul harus memasukkan kata “independen” yang menunjukkan
2. Alamat laporan audit. Biasanya ditujukan kepada siapa laporan ini disajikan, bisa
pemegang saham atau direksi untuk menunjukkan bahwa laporan ini independen.
4. Tanggung jawab manajemen. Isinya menjelaskan apa saja yang menjadi tanggung
memilih prinsip akuntansi yang sesuai dan menjaga pengendalian internal atas
pelaporan keuangan.
5. Tanggung jawab auditor. Isinya terbagi atas 3 paragraf. Paragraf pertama menunjukkan
bahwa tugas auditor adalah memberikan opini atas laporan keuangan dan audit sudah
dilaksanakan sesuai dengan standar audit. Paragraf kedua berisi ruang lingkup audit dan
pengumpulan bukti audit mengenai jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Paragraf terakhir berisi pernyataan auditor bahwa bukti audit yang cukup dan memadai
6. Paragraf opini. Berisi opini auditor atas laporan keuangan yang diaudit. Paragraf ini
lebih berupa opini auditor dibandingkan pernyataan sebuah faktu absolut atau jaminan.
7. Tanda tangan dan alamat KAP. Tandatangan menunjukkan siapa KAP atau
professional yang melakukan audit. Biasanya nama perusahaan yang digunakan karena
seluruh KAP bertanggung jawab atas opini yang dikeluarkan oleh auditornya.
8. Tanggal pelaporan audit. Tanggal ini menunjukkan kapan waktu proses audit selesai.
b. Bukti audit yang cukup dan memadai berhasil dikumpulkan dan standar umum audit
c. Laporan keuangan disajikan secara wajar dalam segala aspek yang material menurut
d. Tidak ada keadaan yang membutuhkan penambahan penekanan atas suatu hal atau
2. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dengan penekanan atas suatu hal, atau dengan paragraf
c. Auditor yakin bahwa terdapat penyimpangan atas prinsip akuntansi yang berlaku
4. Tidak wajar atau adverse diberikan jika auditor percaya bahwa laporan keuangan secara
keseluruhan mengandung salah saji yang sangat material atau menyesatkan sehingga
tidak menunjukkan kewajaran laporan keuangan dan tidak bisa digunakan untuk
pengambilan keputusan
5. Tidak memberikan pendapat disclaimer diberikan jika auditor sendiri meragukan dirinya
Materialitas adalah salah satu aspek yang sangat menentukan dalam menentukan jenis
Level materialitas:
c. Sangat material dan pervasif yang mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan
Keputusan materialitas
c. Pengukuran
Independensi :
Materialitas : Batasan salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan orang lain
Fee kontinjen : fee yg diterima dari perjanjian klien dengan auditor, yang dapat menghilangkan
independensi auditor (contoh : suatu KAP dapat membebankan fee sebesar $50.000 jika
Fee referal (rujukan) : adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari sesama penyedia
1. Kesadaran para pemakai laporan keuangan yang semakin meningkat akan tanggung
kepentingan investor
ukuran bisnis, globalisasi bisnis, dan kerumitan operasi bisnis serta transaksi keuangan
4. Kecenderungan masyarakat untuk menerima tuntutan dari pihak yang dirugikan terhadap
5. Resesi global dan masa ekonomi sulit yang mengakibatkan kegagalan bisnis.
Kegagalan bisnis : terjadi apablia bisnis tersebut tidak mampu mengembalikan pinjamannya atau
Kegagalan audit : terjadi apabila auditor mengeluarkan pendapat audit yang tidak benar karena
Risiko audit : kemungkinan auditor akan menyimpulkan, setelah melaksanakan audit yang
memadahi, bahwa laporan keuangan dinyatakan wajar, namun pada kenyataannya mengandung
d. kewajiban kriminal
Bagaimana tujuan audit terpenuhi. Tujuan audit dapat dipenuhi melalui 4 fase proses audit :
1. Merancang pendekatan audit (mempertimbangkan bukti audit, dan biaya pengumpulan bukti)
berdasarkan prosedur penilaian risiko (memperoleh pehaman ttg entitas, memahami
pengendalian internal,menilai risiko salah saji material)
2. Melaksanakan pengujian pengendalian dan substantif atas transaksi
3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo
4. Menyelesaikan audit & menerbitkan laporan audit
Selama audit, auditor mungkin saja mengubah penilaian awalnya mengenai materialitas >> revisi
penilaian atas materialitas. Hal itu bisa terjadi karena berubahnya faktor yang digunakan untuk
menentukan penilaian awal yaitu:
1. Materialitas bersifat relative daripada suatu konsep absolut
2. Tolok ukur dibutuhkan untuk mengevaluasi materialitas
3. Faktor kualitatif yang mempengaruhi materialitas
Menentukan performance materiality
Performace materiality adalah nilai yang ditentukan oleh auditor yang nilainya lebih kecil
dibandingkan materialitas untuk laporan keuangan keseluruhan untuk mengurangi kemungkinan
kecil bahwa total salah saji yang tidak terdeteksi dan tidak diperbaiki melebihi materialitas
laporan keuangan secara keseluruhan. Menentukan performance materiality sangat penting
karena auditor mengumpulkan bukti audit secara segmen dan bukan dari laporan keuangan
secara keseluruhan, dan tingkat performance materiality membantu dalam menentukan bukti
audit yang sesuai yang akan dikumpulkan.
Performance materiality biasanya ditentukan dalam bentuk persentase dari materialitas dari
laporan keuangan secara keseluruhan dan biasanya berkisar antara 50-75% dari materialitas
keseluruhan. Tapi bisa saja tingkat materialitasnya berbeda berdasarkan kelas transaksi, saldo
akun, atau pengungkapan, terutama jika ada fokus pada area tertentu.
Proses menentukan performance materiality >> alokasi penilaian awal mengenai materialitas.
3 permasalahan besar auditor dalam mengalokasikan materialitas ke akun laporan posisi
keuangan:
1. Auditor memperkirakan akun tertentu untuk memiliki lebih banyak salah saji
2. Lebih saji dan kurang saji harus dipertimbangkan
3. Biaya audit relative yang mempengaruhi alokasi
Memperkirakan salah saji dan membandingkannya dengan penilaian awal
Ketika auditor melakukan prosedur audit untuk tiap segmen audit, dilakukan dokumentasi atas
setiap salah saji yang ditemukan. Salah saji bisa dibagi menjadi dua yaitu:
1. Salah saji yang diketahui (known misstatement): salah saji dimana auditor bisa menentukan
jumlah salah saji di dalam akun.
2. Kemungkinan salah saji (likely misstatement): ada dua jenis untuk salah saji ini:
a. Salah saji yang muncul dari perbedaan antara penilaian auditor dan manajemen mengenai
estimasi saldo akun.
b. Salah saji yang diproyeksikan yang didasarkan dari pengujian sampel auditor dari
populasi
Planned Detection Risk (PDR) adalah risiko bahwa bukti audit untuk tujuan audit tertentu akan
gagal mendeteksi salah saji yang melebihi performance materiality.
Inherent Risk (IR) mengukur penilaian auditor atas kerawanan asersi dari salah saji material,
sebelum mempertimbangkan pengendalian internal klien.
Control Risk (CR) mengukur penilaian auditor atas risiko bahwa salah saji material bisa saja
muncul dalam suatu asersi dan tidak bisa dicegah atau dideteksi pada waktu yang tepat oleh
pengendalian internal klien.
Acceptable Audit Risk (AAR) mengukur kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan
keuangan mungkin terdapat salah saji material setelah audit diselesaikan dan opini WTP telah
diterbitkan. Semakin rendah AAR, auditor ingin semakin pasti bahwa laporan keuangan bebas
salah saji material. Seringkali disebut sebagai audit assurance
Komponen Model Risiko Bisnis (Ilustrasi perbedaan banyaknya bukti antar siklus)
Sales and Acquisition and Payroll and Inventory and Capital Aqusition
collection cycle payment cycle Personnel cycle Warehousing and Repayment
cycle cycle
Risiko inheren Sedang Tinggi Rendah Tinggi Rendah
(IR)
Risiko Keefektifan Keefektifan Keefektifan Keefektifan Keefektifan
pengendalian (CR)
sedang tinggi (Rendah) tinggi (rendah) rendah (tinggi) sedang
(Sedang) (sedang)
Risiko audit dapat Kesediaan Kesediaan Kesediaan Kesediaan Kesediaan
diterima (AAR)
rendah rendah rendah rendah rendah
(rendah) (rendah) (rendah) (rendah) (rendah)
Risiko deteksi Level sedang Level sedang Level rendah Level tinggi Level sedang
yang direncanakan
(sedang) (sedang) (tinggi) (rendah) (sedang)
(PDR)
Menilai risiko audit yang dapat diterima
Risiko penugasan : risiko auditor/kap akan menderita kerugian setelah audit selesai, meskipun
laporan audit sudah sesuai.
Faktor-faktor yang memepengaruhi risiko audit dapat diterima :
1. Derajat Ketergantungan Pemakai Eksternal pada Laporan Keuangan
2. Kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah laporan audit
dikeluarkan
3. Evaluasi auditor atas integritas manajemen
Menilai Risiko Inheren
Auditor harus berupaya memprediksi dimana salah saji yang paling besar dan paling kecil
mungkin terjadi pada segmen-segmen L/K. Informasi ini akan mempengaruhi jumlah bukti yang
dikumpulkan auditor, penugasan staf, dan review atas dokumentasi audit.
Faktor-faktor yang menyebabkan risiko inheren :
1. Sifat bisnis klen
2. Hasil audit sebelumnya
3. Penugasan awal versus penugasan berulang
4. Pihak-pihak yang terkait
5. Transaksi nonrutin atau kompleks
6. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan tepat
7. UnsuR-unsur populasi
8. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaporang keuangan yang curang
9. Faktor-faktor yang berkaitan dengan misapropriasi aset
Hubungan risiko terhadap bukti dan faktor yang mempengaruhi risiko