Anda di halaman 1dari 25

ASISTENSI PENGAUDITAN I

CHAPTER I DAN II PERMINTAAN JASA AUDIT DAN JASA ASSURANCE LAINNYA

Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan

dan melaporkan pada derajat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang ditetapkan. Proses

audit ini dilakukan oleh profesi auditor yang berkompeten dan memiliki sifat independen.

Bukti (evidence): informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah

informasi yang diaudit sudah sesuai dengan aturan dan standar yang ditentukan. Bentuknya ada

berbagai macam, diantaranya dokumen transaksi, catatan dengan pihak luar, pengamatan yang

dilakukan auditor, dsb.

Perbedaan antara akuntansi dan audit yaitu akuntansi mencatat, mengklasifikasikan,

dan mengiktisarkan peristiwa ekonomi dengan tujuan akhir laporan keuangan untuk digunakan

dalam pengambilan keputusan. Sedangkan audit fokus dalam menentukan apakah informasi

yang dicatat sudah menunjukkan peristiwa yang sebenarnya yang terjadi dalam periode

akuntansi.

Untuk memenuhi tujuan dari audit ini, auditor harus memperoleh bukti yang memenuhi

kebutuhan dari segi kualitas dan kuantitas. Auditor harus menentukan jenis dan banyaknya

jumlah bukti dan mengevaluasi apakah sudah sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

Jasa asurans: jasa yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan untuk

pengambilan keputusan.

Jasa atestasi: salah satu jasa asurans yang diberikan oleh auditor untuk menerbitkan laporan

tentang permasalahan terkait pernyataan manajemen (asersi) oleh manajemen perusahaan.

Asersi: pernyataan manajemen yang tersirat ataupun tersurat mengenai kelas transaksi dan akun

terkait serta pengungkapannya dalam laporan keuangan.


Beberapa jenis jasa atestasi yang diberikan oleh auditor:

1. Audit atas laporan keuangan

2. Audit atas pengendalian internal perusahaan

3. Review laporan keuangan

4. Jasa atestasi lainnya

Auditor juga bisa memberikan jasa non-atestasi sebagai bagian dari jasa asurans seperti:

1. Penyusunan laporan keuangan

2. Jasa pengisian SPT

3. Konsultasi manajemen
Tipe audit :

1. Audit operasional : kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti tentang efisiensi dan

efektifitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu.

2. Audit kepatuhan : berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk

menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasional suatu entitas telah sesuai dengan

persyaratan, ketentutan, atau peraturan tertentu.

3. Audit laporan keuangan : berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti

tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat tentang

kewajaran penyajian laporan keuangan.

CHAPTER III LAPORAN AUDIT

Format laporan opini auditor:

1. Judul laporan. Dalam judul harus memasukkan kata “independen” yang menunjukkan

laporan tidak bias/memihak pihak tertentu dalam penyusunannya

2. Alamat laporan audit. Biasanya ditujukan kepada siapa laporan ini disajikan, bisa

pemegang saham atau direksi untuk menunjukkan bahwa laporan ini independen.

3. Paragraf pendahuluan. Isinya mengindikasikan bahwa auditor sudah melaksanakan

audit, yang mana membedakan dengan laporan review atau kompilasi.

4. Tanggung jawab manajemen. Isinya menjelaskan apa saja yang menjadi tanggung

jawab manajemen dalam pelaksanaan audit laporan keuangan. Laporannya termasuk

memilih prinsip akuntansi yang sesuai dan menjaga pengendalian internal atas

pelaporan keuangan.
5. Tanggung jawab auditor. Isinya terbagi atas 3 paragraf. Paragraf pertama menunjukkan

bahwa tugas auditor adalah memberikan opini atas laporan keuangan dan audit sudah

dilaksanakan sesuai dengan standar audit. Paragraf kedua berisi ruang lingkup audit dan

pengumpulan bukti audit mengenai jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.

Paragraf terakhir berisi pernyataan auditor bahwa bukti audit yang cukup dan memadai

sudah dikumpulkan dan digunakan untuk mendukung opini auditor.

6. Paragraf opini. Berisi opini auditor atas laporan keuangan yang diaudit. Paragraf ini

lebih berupa opini auditor dibandingkan pernyataan sebuah faktu absolut atau jaminan.

7. Tanda tangan dan alamat KAP. Tandatangan menunjukkan siapa KAP atau

professional yang melakukan audit. Biasanya nama perusahaan yang digunakan karena

seluruh KAP bertanggung jawab atas opini yang dikeluarkan oleh auditornya.

8. Tanggal pelaporan audit. Tanggal ini menunjukkan kapan waktu proses audit selesai.

Jenis opini auditor:

1. Wajar Tanpa Pengecualian standar (WTP) atau unmodified opinion jika:

a. Laporan keuangan lengkap;

b. Bukti audit yang cukup dan memadai berhasil dikumpulkan dan standar umum audit

sudah bisa dipenuhi;

c. Laporan keuangan disajikan secara wajar dalam segala aspek yang material menurut

ketentuan yang berlaku (US GAAP).

d. Tidak ada keadaan yang membutuhkan penambahan penekanan atas suatu hal atau

modifikasi kata-kata atas opini auditor

2. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dengan penekanan atas suatu hal, atau dengan paragraf

penjelas (unmodified opinion with emphasis-of-matter or explanatory paragraph) jika:


a. Kurangnya konsistensi dalam pengaplikasian standar akuntansi yang berlaku (GAAP)

b. Keraguan substansial mengenai keberlangsungan usaha

c. Auditor yakin bahwa terdapat penyimpangan atas prinsip akuntansi yang berlaku

d. Penekanan atas suatu hal

e. Laporan yang melibatkan auditor lain

3. Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atau qualified opinion jika:

a. Ruang lingkup auditor dibatasi

b. Laporan keuangan tidak disusun berdasarkan standar akuntansi yang berlaku

c. Auditor tidak independen

4. Tidak wajar atau adverse diberikan jika auditor percaya bahwa laporan keuangan secara

keseluruhan mengandung salah saji yang sangat material atau menyesatkan sehingga

tidak menunjukkan kewajaran laporan keuangan dan tidak bisa digunakan untuk

pengambilan keputusan

5. Tidak memberikan pendapat disclaimer diberikan jika auditor sendiri meragukan dirinya

untuk mengeluarkan opini atas kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan


Materialitas

Materialitas adalah salah satu aspek yang sangat menentukan dalam menentukan jenis

laporan yang tepat untuk keadaan tertentu.

Level materialitas:

a. Jumlahnya tidak material

b. Material namun tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan

c. Sangat material dan pervasif yang mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara

keseluruhan
Keputusan materialitas

a. Keputusan materialitas – kondisi non-GAAP

b. Jumlah dolar dibandingkan dengan tolak ukur

c. Pengukuran

d. Sifat dari item

e. Keputusan material – kondisi pembatasan ruang lingkup

Diskusi untuk kondisi yang memerlukan modifikasi opini


CHAPTER IV ETIKA PROFESIONAL

Etika : Serangkaian prinsip atau nilai moral

Mengapa orang bertindak tidak etis:

1. Standar etis yang dianut berbeda dengan masyarakat

2. Orang itu memilih bertindak egois

Dilema etika : Seseorang harus mengambil keputusan tentang perilaku yg tepat

Rasionalisasi perilaku tidak etis:

1. Semua orang melakukannya

2. Jika itu sah secara hukum, hal itu etis

3. Kemungkinan untuk ditemukan dan konsekuensinya

Profesional : tanggung jawab dalam memenuhi kewajiban

Independensi :

1. Independensi dalam berpikir (independence in mind) : pikiran auditor yang

memungkinkan audit dilaksanakan dengan sikap yang tidak bias

2. Independensi dalam penampilan (independence in appearace) : hasil dari interpretasi lain

atas independensi ini (tidak terdapat hubungan khusus).

Materialitas : Batasan salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan orang lain

Fee kontinjen : fee yg diterima dari perjanjian klien dengan auditor, yang dapat menghilangkan

independensi auditor (contoh : suatu KAP dapat membebankan fee sebesar $50.000 jika

diberikan pendapat WTP, tetapi hanya $25.000 bila pendapatnya adverse

Fee referal (rujukan) : adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari sesama penyedia

jasa profesional akuntan publik.


CHAPTER V KEWAJIBAN HUKUM

Faktor-faktor meningkatnya litigasi pada akuntan publik :

1. Kesadaran para pemakai laporan keuangan yang semakin meningkat akan tanggung

jawab akuntan publik

2. Kesadaran yang meningkat di pihak SEC mengenai tanggung jawabnya melindungi

kepentingan investor

3. Kerumitan fungsi-fungsi auditing dan akuntansi yang disebabkan oleh meningkatnya

ukuran bisnis, globalisasi bisnis, dan kerumitan operasi bisnis serta transaksi keuangan

4. Kecenderungan masyarakat untuk menerima tuntutan dari pihak yang dirugikan terhadap

pihak yang mungkin bisa memberikan kompensasi

5. Resesi global dan masa ekonomi sulit yang mengakibatkan kegagalan bisnis.

6. Keputusan pengadilan mengenai ganti rugi,

7. Banyak KAP memilih menyelesaikan masalah hukum di luar pengadilan untuk

menghindari biaya pengadilan dan publisitas yang merugikan.

8. Kesulitan hakim memahami masalah teknis akuntansi dan auditing

Kegagalan bisnis : terjadi apablia bisnis tersebut tidak mampu mengembalikan pinjamannya atau

memenuhi harapan para investor.

Kegagalan audit : terjadi apabila auditor mengeluarkan pendapat audit yang tidak benar karena

gagal memenuhi persyaratan standar audit.

Risiko audit : kemungkinan auditor akan menyimpulkan, setelah melaksanakan audit yang

memadahi, bahwa laporan keuangan dinyatakan wajar, namun pada kenyataannya mengandung

salah saji yang material.

Konsep hukum yang mempengaruhi kewajiban:


1. Konsep orang bijaksana (prudent person)

2. Tanggung jawab atas tindakan orang lain

3. Kurangnya komunikasi istimewa

4. Istilah hukum yang mempengaruhi kewajiban auditor

5. Sumber kewajiban hukum

a. kewajiban kepada klien

b. kewajiban kepada pihak ketiga menurut undang-undang yang berlaku

c. kewajiban sipil berdasarkan hukum keamanan federal

d. kewajiban kriminal

CHAPTER VI AUDIT RESPONSIBILITY AND OBJECTIVES


Tujuan audit yaitu untuk menyediakan kepada pengguna
laporan keuangan suatu opini dari auditor mengenai apakah
laporan keuangan sudah disajikan secara wajar, dalam
segala aspek yang material, dan berdasarkan kerangka
akuntansi keuangan yang diterapkan. Opini auditor bisa
meningkatkan derajat keyakinan yang bisa diberikan
pengguna ke laporan keuangan tersebut.
Tanggung jawab manajemen dalam proses audit yaitu
mengadopsi kebijakan akuntansi yang sehat, menjaga
pengendalian internal yang memadai, dan membuat
representasi yang wajar di dalam laporan keuangan.
Tanggung jawab akan integritas dan kewajaran dari
representasi (asersi) dalam laporan keuangan berkaitan
dengan privilege (hak istimewa) untuk menentukan penyajian dan pengungkapan mana yang
dianggap perlu.
Tanggung jawab auditor dalam melaksanakan audit laporan keuangan adalah:
1. Memperoleh keyakinan memadai mengenai apkaah laporan keuangan sebagai sautu
kesatuan sudah bebas dari salah saji material, entah karena kesalahan atau kecurangan
(fraud), dengan demikian membolehkan auditor untuk menunjukkan opininya apakah
laporan keuangan sudah disajikan secara wajar, dalam segala aspek yang material, sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan; dan
2. Melaporkan mengenai laporan keuangan, dan berkomunikasi sesuai dengan yang
dibutuhkan dalam standar auditing, berdasarkan temuan auditor.
Salah saji material vs tidak material. Salah saji dianggap amterial jika kombinasi kesalahan
dan fraud yang tidak diperbaiki yang mengubah atau mempengaruhi keputusan pengguna atas
laporan keuangan.
Keyakinan yang wajar. Keyakinan adalah tingkat kepastian yang auditor peroleh dalam
penyelesaian audit. Keyakinan yang diberikan tinggi tapi tidak mutlak bahwa laporan keuangan
yang disajikan bebas dari salah saji. Alas an dari keyakinan ini yaitu:
1. Sebagian besar audit dilakukan dengan cara sampling
2. Kompleksitas perkiraan dalam penyajian akuntansi
3. Sangat sulit mendeteksi kecurangan yang dilakukan, terutama jika ada kolusi manajemen
Kesalahan vs kecurangan. Kesalahan (error) lakukan secarra tidak sengaja sedangkan
kecurangan (fraud) dilakukan secara sengaja. Upaya fraud dibagi menjadi 2 yaitu
misappropriation of asset dan flaudulent financial reporting
Professional skeptisme. Perilaku skeptisme sangat diperlukan dalam perencanaan audit.
Skeptisme dapat dibagi menjadi 2 yaitu questioning mind dan critical assessment terhadap bukti
audit. Skeptisme memiliki 6 karakeristik:
1. Questioning mindset
2. Suspension of judgement
3. Search of knowledge
4. Interpersonal understanding
5. Autonomy
6. Self-esteem

Siklus laporan keuangan dapat dibagi menjadi beberapa bagian:


1. Siklus penjualan dan penagihan
2. Siklus akuisisi dan pembayaran
3. Siklus penggajian dan personalia
4. Siklus pergudangan dan persediaan
5. Siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali

Menetapkan tujuan audit


- Tujuan audit berkaitan dengan transaksi : tujuan audit yg harus dipenuhi sebelum auditor
menyimpulkan transaksi dicatat dengan tepat
- Tujuan audit berkaitan dengan saldo : tujuan audit dipenuhi untuk setiap saldo akun
- Tujuan audit berkaitan dengan penyajian & pengungkapan
Asersi manajemen: representasi pernyataan yang tersirat/diekspresikan oleh manajemen tentang
kelas transaksi dan akun serta pengungkapan terkait dalam laporan keuangan.
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi:
1. Occurrence
2. Completeness
3. Accuracy
4. Posting and summarization
5. Classification
6. Timing
Tujuan audit berkaitan dengan saldo:
1. Existence
2. Completeness
3. Accuracy
4. Classification
5. Cutoff
6. Detail tie-in
7. Realizable value
8. Right and obligation

Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan:


1. Occurrence and right and obligation
2. Completeness
3. Accuracy and valuation
4. Classification and understandability

Bagaimana tujuan audit terpenuhi. Tujuan audit dapat dipenuhi melalui 4 fase proses audit :
1. Merancang pendekatan audit (mempertimbangkan bukti audit, dan biaya pengumpulan bukti)
berdasarkan prosedur penilaian risiko (memperoleh pehaman ttg entitas, memahami
pengendalian internal,menilai risiko salah saji material)
2. Melaksanakan pengujian pengendalian dan substantif atas transaksi
3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo
4. Menyelesaikan audit & menerbitkan laporan audit

CHAPTER VII AUDIT EVIDENCE


Bukti adalah semua informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi yang
diaudit sudah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Penentuan bukti apa saja yang harus dikumpulkam dan berapa banyak jumlah ditentukan dari:
1. Prosedur audit : Informasi detail yang menjelaskan bukti audit yang diperoleh selama audit
2. Ukuran sampel : Bisa dari satu sampel hingga semua populasi berdasarkan prosedur audit
yang sudah ditentukan.
3. Item yang dipilih : Pemilihan item yang akan diambil bisa digunakan dengan beberapa cara,
seperti perminggu, acak, atau transaksi yang kemungkinan besar mengandung error
4. Waktu : Penyesuaian waktu yang digunakan untuk melakukan audit disesuaikan dengan
keadaan yang paling tepat.
Program audit: daftar prosedur audit untuk area audit atau seluruh audit. Program audit
memasukkan daftar prosedur audit, dan biasanya mencakup jumlah sampel, item yang dipilih,
dan penentuan waktu.
Persuasivitas Bukti, Dua penentu :
(1) Ketepatan: ukuran mutu bukti, ketepatan dapat diperbaiki hanya dengan memilih bukti audit
yang leih relevan/yang lebih andal,
(2) Kecukupan bukti : berkaitan dengan tujuan audit dan diukur dengan ukuran sampel yang
dipilih.
Enam karekteristik bukti yang dapat diandalkan :
(1) Independensi penyedia bukti. Bukti yang diperoleh dari sumber luar klien lebih dapat
diandalkan ketimbang dari klien langsung.
(2) Efektivitas pengendalian internal klien.
(3) Pengetahuan langsung auditor/ Bukti langsung yang diperoleh auditor,
(4) Kualifikasi individu yang menyediakan informasi,
(5) Tingkat objektivitas,
(6) Ketepatan waktu.
Kecukupan bukti (Sufficiency of evidence) diukur dari ukuran sampel yang dipilih auditor, 2
faktor yang mempengaruhi ketepatan ukuran ;
(1) Ekspektasi auditor atas salah saji,
(2) Keefektifan pengendalian internal klien. Persuasivitas dapat dievaluasi setelah
mempertimbangkan kombinasi ketepatan dan kecukupan.
Jenis bukti audit
1. Pemeriksaan fisik (Physical examination)
2. Konfirmasi (Confirmation)
3. Inspeksi (Inspection)
4. Prosedur analitis (Analytical procedure)
5. Wawancara (Inquiry)
6. Rekalkulasi (Recalculate)
7. Pelaksanaan ulang (Reperformance)
8. Observasi (Obsevation)
Dokumentasi audit:
Catatan audit tentang prosedur auditing yang diterapkan, bukti audit yang relevan, dan
kesimpulan yang dicapai auditor dalam melaksanakan penugasan. Tujuan umum dari
dokumentasi audit yaitu membantu auditor dalam menyediakan keyakinan yang layak bahwa
sebuah audit yang memadai telah dilaksanakan sesuai dengan standar audit. Secara khusus
dokumentasi audit menyediakan:
1. Dasar perencanaan audit
2. Merekam semua bukti yang dikumpulkan dan hasil dari pengujian
3. Data untuk menentukan jenis laporan audit yang sesuai
4. Dasar review bagi supervisor dan partner

CHAPTER VIII AUDIT PLANNING AND MATERIALITY


3 alasan auditor harus merencanakan penugasan audit dengan baik:
1. Memungkinkan audtor memperoleh bukti yang cukup dan memadai untuk keadaan tertentu
2. Menjaga agar biaya audit berada pada kisaran yang masuk akal
3. Menghindari kesalapahaman dengan klien
Acceptable audit risk (AAR): kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan
mungkin memiliki salah saji material setelah audit diselesaikan dan opini WTP dikeluarkan. Jika
risikonya semakin kecil, auditor ingin yakin kalau laporan keuangan tidak ada salah saji.
Client business risk: risiko bahwa entitas gagal untuk memeuhi tujuan atau menjalankan
strateginya. Bisa dari berbagai faktor seperti regulasi, atau kesalahan strategi.
Risk of material misstatement: risiko bahwa laporan keuangan mengandung salah saji karena
fraud atau error sebelum audit dilaksanakan. Risiko ini berfungsi sebagai alat kerentanan laporan
keuangan terhadap salah saji, dan efektivitas pengendalian klien dalam mencegah atau
mendeteksi dan memperbaiki salah saji.
Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal
Perencanaan audit awal mecakup empat hal yang harus dilakukan di awal:
1. Auditor menentukan untuk menerima klien baru atau memberi layanan jasa ke klien lama
2. Auditor mengidentifikasi mengapa klien butuh jasa audit
3. Untuk menghindari kesalahpahaman, auditor harus memperoleh pemahaman mengenai
perjanjian dalam penugasan dengan klien
4. Auditor mengembangkan strategi audit secara keseluruhan, termasuk staf penugasan dan
spesialis audit yang diperlukan
Memahami bisnis dan industri klien
Prinsip mendasar lainnya dari audit yaitu auditor mengindentifikasi dan menilai risiko salah saji
material, entah karena fraud atau error, berdasarkan memahaman akan entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas.
Alasan mengapa terjadi peningkatan akan pentingnya memahami bisnis dan industry klien:
- Penurunan ekonomi global signifikan yang mungkin meningkatkan risiko bisnis klien secara
signifikan.
- Teknologi informasi menghubungkan perusahaan klien dengan pembeli dan pemasok
utamanya.
- Klien telah mengembangkan operasional secara global, biasanya lewat joint venture dan
strategic alliances
- Teknologi informasi mempengaruhi proses internal klien, meningkatkan kualitas dan
ketepatan waktu dri informasi akuntansi
- Peningkatan pentingnya SDM dan aset tak berwujud lainnya yang menambah kompleksitas
akuntansi dan pentingnya penilaian dan perkiraan manajemen
- Klien mungkin berinvestasi pada instrument keuangan yang kompleks, yang mungkin
mengalami penurunan nilai, yang perlu kebijakan akuntansi yang kompleks

Melakukan prosedur analitis awal


Prosedur analitis ini digunakan untuk membandingkan laporan keuangan perusahaan dan untuk
mengetahui kinerja perusahaan. Pengujian ini bisa mengungkapkan perubahan tidak biasa pada
rasio keuangan perusahaan dan membantu auditor mengidentifikasi area dengan risiko salah saji
yang tinggi yang membutuhkan perhatian lebih selama audit.
Materialitas: besaran salah saji yang secara individual, atau ketika digabungkan dengan salah saji
lainnya, bisa diperkirakan untuk mempengaruhi keputusan ekonomi yang dilakukan pengguna
berdasarkan laporan keuangan tersebut.
Pertama, auditor menentukan tingkat materialitas laporan keuangan secara keseluruhan.kedua,
auditor menentukan performance materiality, dimana materialitas untuk bagian audit (kelas
transaksi, saldo akun, atau penyajian).
Materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan
Standar audit mengharuskan auditor untuk menentukan jumlah salah saji keseluruhan dalam
laporan keuangan yang dianggap material pada awal audit ketika mengembangkan strategi
keseluruhan audit >> penilaian awal mengenai materialitas.

Selama audit, auditor mungkin saja mengubah penilaian awalnya mengenai materialitas >> revisi
penilaian atas materialitas. Hal itu bisa terjadi karena berubahnya faktor yang digunakan untuk
menentukan penilaian awal yaitu:
1. Materialitas bersifat relative daripada suatu konsep absolut
2. Tolok ukur dibutuhkan untuk mengevaluasi materialitas
3. Faktor kualitatif yang mempengaruhi materialitas
Menentukan performance materiality
Performace materiality adalah nilai yang ditentukan oleh auditor yang nilainya lebih kecil
dibandingkan materialitas untuk laporan keuangan keseluruhan untuk mengurangi kemungkinan
kecil bahwa total salah saji yang tidak terdeteksi dan tidak diperbaiki melebihi materialitas
laporan keuangan secara keseluruhan. Menentukan performance materiality sangat penting
karena auditor mengumpulkan bukti audit secara segmen dan bukan dari laporan keuangan
secara keseluruhan, dan tingkat performance materiality membantu dalam menentukan bukti
audit yang sesuai yang akan dikumpulkan.
Performance materiality biasanya ditentukan dalam bentuk persentase dari materialitas dari
laporan keuangan secara keseluruhan dan biasanya berkisar antara 50-75% dari materialitas
keseluruhan. Tapi bisa saja tingkat materialitasnya berbeda berdasarkan kelas transaksi, saldo
akun, atau pengungkapan, terutama jika ada fokus pada area tertentu.
Proses menentukan performance materiality >> alokasi penilaian awal mengenai materialitas.
3 permasalahan besar auditor dalam mengalokasikan materialitas ke akun laporan posisi
keuangan:
1. Auditor memperkirakan akun tertentu untuk memiliki lebih banyak salah saji
2. Lebih saji dan kurang saji harus dipertimbangkan
3. Biaya audit relative yang mempengaruhi alokasi
Memperkirakan salah saji dan membandingkannya dengan penilaian awal
Ketika auditor melakukan prosedur audit untuk tiap segmen audit, dilakukan dokumentasi atas
setiap salah saji yang ditemukan. Salah saji bisa dibagi menjadi dua yaitu:
1. Salah saji yang diketahui (known misstatement): salah saji dimana auditor bisa menentukan
jumlah salah saji di dalam akun.
2. Kemungkinan salah saji (likely misstatement): ada dua jenis untuk salah saji ini:
a. Salah saji yang muncul dari perbedaan antara penilaian auditor dan manajemen mengenai
estimasi saldo akun.
b. Salah saji yang diproyeksikan yang didasarkan dari pengujian sampel auditor dari
populasi

CHAPTER IX ASSESSING THE RISK OF MATERIAL MISSTATEMENT


Standar audit mengharuskan auditor untuk memperoleh pemahaman mengenai entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internal, untuk menilai risiko salah saji material dalam
laporan keuangan. Auditor menerima risiko atau ketidakpastian pada tingkat tertentu dalam
melaksanakan fungsi audit.
Risiko salah saji di tingkat laporan keuangan secara keseluruhan >> risiko yang berhubungan
secara pervasif ke laporan keuangan sebagai satu kesatuan dan berpotensi mempengaruhi
sejumlah transaksi dan akun yang berbeda.
Risiko salah saji di tingkat asersi >> risiko ini terdiri atas dua komponen yaitu risiko bawaan
(inherent risk) dan risiko pengendalian (control risk). Risiko bawaan menunjukkan penilaian
auditor atas kerawanan asersi dari salah saji material, sebelum mempertimbangkan pengendalian
internal klien. Risiko pengendalian menunjukkan penilaian auditor atas risiko bahwa salah saji
material bisa saja muncul dalam suatu asersi dan tidak bisa dicegah atau dideteksi pada waktu
yang tepat oleh pengendalian internal klien.
Prosedur penilaian risiko mencakup langkah-langkah berikut ini:
1. Bertanya kepada manajemen atau pihak terkait yang berada di dalam entitas
2. Prosedur analitis
3. Observasi dan inspeksi
4. Diskusi antara anggota tim audit
5. Prosedur penilaian risiko lainnya
Risiko signifikan menunjukkan sebuah penilaian dan identifikasi risiko salah saji yang menurut
penilaian auditor membutuhkan pertimbangan audit spesial. Ada beberapa cara untuk
mengetahui risiko signifikan:
1. Transaksi nonrutin
2. Perihal yang butuh penilaian signifikan
3. Risiko fraud
Model risiko audit

Planned Detection Risk (PDR) adalah risiko bahwa bukti audit untuk tujuan audit tertentu akan
gagal mendeteksi salah saji yang melebihi performance materiality.
Inherent Risk (IR) mengukur penilaian auditor atas kerawanan asersi dari salah saji material,
sebelum mempertimbangkan pengendalian internal klien.
Control Risk (CR) mengukur penilaian auditor atas risiko bahwa salah saji material bisa saja
muncul dalam suatu asersi dan tidak bisa dicegah atau dideteksi pada waktu yang tepat oleh
pengendalian internal klien.
Acceptable Audit Risk (AAR) mengukur kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan
keuangan mungkin terdapat salah saji material setelah audit diselesaikan dan opini WTP telah
diterbitkan. Semakin rendah AAR, auditor ingin semakin pasti bahwa laporan keuangan bebas
salah saji material. Seringkali disebut sebagai audit assurance
Komponen Model Risiko Bisnis (Ilustrasi perbedaan banyaknya bukti antar siklus)
Sales and Acquisition and Payroll and Inventory and Capital Aqusition
collection cycle payment cycle Personnel cycle Warehousing and Repayment
cycle cycle
Risiko inheren Sedang Tinggi Rendah Tinggi Rendah
(IR)
Risiko Keefektifan Keefektifan Keefektifan Keefektifan Keefektifan
pengendalian (CR)
sedang tinggi (Rendah) tinggi (rendah) rendah (tinggi) sedang
(Sedang) (sedang)
Risiko audit dapat Kesediaan Kesediaan Kesediaan Kesediaan Kesediaan
diterima (AAR)
rendah rendah rendah rendah rendah
(rendah) (rendah) (rendah) (rendah) (rendah)
Risiko deteksi Level sedang Level sedang Level rendah Level tinggi Level sedang
yang direncanakan
(sedang) (sedang) (tinggi) (rendah) (sedang)
(PDR)
Menilai risiko audit yang dapat diterima
Risiko penugasan : risiko auditor/kap akan menderita kerugian setelah audit selesai, meskipun
laporan audit sudah sesuai.
Faktor-faktor yang memepengaruhi risiko audit dapat diterima :
1. Derajat Ketergantungan Pemakai Eksternal pada Laporan Keuangan
2. Kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah laporan audit
dikeluarkan
3. Evaluasi auditor atas integritas manajemen
Menilai Risiko Inheren
Auditor harus berupaya memprediksi dimana salah saji yang paling besar dan paling kecil
mungkin terjadi pada segmen-segmen L/K. Informasi ini akan mempengaruhi jumlah bukti yang
dikumpulkan auditor, penugasan staf, dan review atas dokumentasi audit.
Faktor-faktor yang menyebabkan risiko inheren :
1. Sifat bisnis klen
2. Hasil audit sebelumnya
3. Penugasan awal versus penugasan berulang
4. Pihak-pihak yang terkait
5. Transaksi nonrutin atau kompleks
6. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan tepat
7. UnsuR-unsur populasi
8. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaporang keuangan yang curang
9. Faktor-faktor yang berkaitan dengan misapropriasi aset
Hubungan risiko terhadap bukti dan faktor yang mempengaruhi risiko

Hubungan risiko dan materialitas dengan bukti audit

Anda mungkin juga menyukai