Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Secara umum kesehatan dibedakan atas kesehatan individu dan
kesehatan masyarakat. Kesehatan individu tercermin dari kesehatan fisik dan kesehatan
mental seseorang. Sehat secara fisik apabila seseorang merasa dirinya sehat dan dapat
dibuktikan secara klinis ketika organ-organ didalam tubuh berfungsi normal. Sedangkan
sehat secara mental meliputi sehat pada pikiran, emosional dan spiritual.

Kesehatan masyarakat sebagai sebuah cabang keilmuan mempelajari cara-cara


pencegahan penyakit dengan mengenali faktor-faktor risiko penyakit sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara agregat.

Prof. Winslow dari Yale University memberikan batasan ilmu kesehatan masyarakat
adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan
kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir
untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan
individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan
perawatan untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial,
yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan
yang kuat untuk menjaga kesehatannya (Leavel and Clark, 1958).

Dalam disiplin ilmu kesehatan masyarakat, dipelajari Ilmu Perilaku untuk pendidikan
kesehatan. Biasanya disebut Pendidikan \esehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP). Dalam
disiplin ilmu tersebut, mempelajari pentingnya Psikologi dalam dunia Kesehatan
menyangkut ilmu-ilmu perilaku kesehatan untuk memberikan kontribusi nyata kepada
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Psikologi kesehatan merupakan bidang spesialitas dalam psikologi yang lebih spesifik
mengacu pada peranan utama psikologi sebagai ilmu dan profensi dalam pengobatan
keprilakuan. Menurut Smet (1994) psikologi kesehatan ini merupakan kepedulian para
pakar psikologi yang peduli akan kesehatan yang sifatnya holistic mencakup aspek fisiki,
mental, dan sosial. Psikologi kesehatan secara khusus dapat didefinisikan Penggerak
konstribusi disiplin psikologi pendidikan, ilmiah, dan professional yang spesifik untuk
mempromosikan dan memelihara kesehatan, prevensi dan penanganan sakit, dan
identifikasi hubungan etiologis dan diagnostis mengenai kesehatan, sakit, dan disfungsi
yang berkaitan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik beberapa pokok
permasalahan, yaitu:
1. Bagaimana peran psikologi dalam dunia kesehatan?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui peran psikologi dalam dunia kesehatan.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun maanfaat penulisan makalah ini, yaitu :
a. Bagi pembaca Memberikan pengetahuan umum dan menambah wawasan
tentang “Peran Psikologi Dalam Dunia Kesehatan” bagi para pembaca.
b. Bagi penulis Guna memenuhi tugas mata kuliah yang diberikan dan
mendapatkan informasi terkait “Peran Psikologi Dalam Dunia Kesehatan”.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Budaya dan Psikologi

Kesehatan Pada awal abad ke-20, pemahaman tentang kesehatan didominasi oleh
pandangan dari perspektif biologis medis, dimana kesehatan di definisikan sebagai
sebuah keadaan dimana tidak adanya penyakit.
Kemudian berkembang pandangan dari biopsikososial yang menekankan peran
sosial-budaya dalam membentuk kesehatan atau menimbulkan sebuah penyakit.
Sebagaimana definisi kesehatan menurut WHO (World health organization) pada tahun
1948, mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan lengkap dari fisik, mental dan sosial
serta kesejahteraan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Defenisi ini
meminta perhatian terhadap kompleksitas dan multidimensionalitas konsep dari
kesehatan. Menambahkan kesejahteraan sosial pada definisi itu membuka jalan untuk
konseptualisasi individu sebagai makhluk sosial dalam definisi kesehatan bukan hanya
dari aspek fisik/biologi/fisiologi semata.
Pergeseran dari definisi ini, juga berimbas pada ilmu psikologi, yang
sebelumnya hanya menganalisis penyakit dan gangguan psikologis, menjadi analisis
individu untuk mencapai kesejahteraan seperti promosi-promosi kesehatan. Sebelumnya,
ilmu psikologi dikenal sebagai psikologi negatif (psikologi orang sakit), dengan definisi
ini berubah dan menjadikan psikologis sebagai sarana keilmuan memanusiakan manusia
(mencapai kesejahteraan). Kita mengetahui bahwa perkembangan ilmu psikologi dimulai
dari teori psikoanalisia, behavioristic, humanistic, dan sekarang sedang berkembangan
indigenous psychology yang menekankan pentingnya dan besarnya pengaruh budaya
setempat terhadap tingkah laku seseorang.
Perkembangan terbaru dari pendekatan ini memandang kesehatan
sebagai sebuah jaringan yang kompleks yang sangat di pengaruhi oleh sosial- budaya.
Bisa saja sebuah budaya memandang sebuah perilaku itu adalah penyimpangan, tetapi
pada budaya lain, itu adalah hal yang normal.
Memasukkan budaya dan psikologi ke dalam terapan ilmu
kesehatan sangat penting. Misalnya, dalam promosi kesehatan, preventif, keratif,
rehabilitasi, tidak mungkin mengesampingkan budaya setempat. Bahkan beberapa budaya
terdapat berbagai penyakit yang memang khas budaya tersebut, yang hanya bisa
dipahami, jika kita memasukkan konsep budaya dalam penangan penyakit tersebut.
Misalnya beberapa penyakit yang memiliki kecenderungan mendapat pengaruh budaya
seperti Hikokomori (lazim di Jepang) dan anoreksia (lazim dalam masyarakat barat).
Memahami alasan yang mendasari hal ini, cara pencegahan dan pengobatan yang efektif
untuk penyakit seperti ini akan memerlukan pendekatan budaya.
B. Ilmu Psikologi Dalam Kesehatan

Secara umum kesehatan dibedakan atas kesehatan individu dan kesehatan


masyarakat. Kesehatan individu tercermin dari kesehatan fisik dan kesehatan mental
seseorang. Sehat secara fisik apabila seseorang merasa dirinya sehat dan dapat dibuktikan
secara klinis ketika organ-organ didalam tubuh berfungsi normal. Sedangkan sehat secara
mental meliputi sehat pada pikiran, emosional dan spiritual. Kesehatan masyarakat
sebagai sebuah cabang keilmuan mempelajari cara-cara pencegahan penyakit dengan
mengenali faktor-faktor risiko penyakit sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara agregat. Prof. Winslow dari Yale University memberikan batasan ilmu
kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup,
meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang
terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat,
pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis
dan perawatan untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek
sosial, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar
kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya (Leavel and Clark, 1958).
Dalam disiplin ilmu kesehatan masyarakat, dipelajari Ilmu Perilaku untuk
pendidikan kesehatan. Biasanya disebut Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP).
Dalam disiplin ilmu tersebut, mempelajari pentingnya Psikologi dalam dunia Kesehatan
menyangkut ilmu-ilmu perilaku kesehatan untuk memberikan kontribusi nyata kepada
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Pengembangan keilmuan dibidang Pendidikan
Kesehatan dan Ilmu Perilaku diarahkan kepada aspek konseptual dan aspek terapan, di
antaranya metode dan teknologi pendidikan promosi kesehatan serta bidang ilmu perilaku
kesehatan dengan mempertimbangkan dan mengapresiasi aspek- aspek sosial budaya
masyarakat. Peminat cabang keilmuan psikologi kesehatan diharapkan memiliki
kemampuan merumuskan, menganalisis, merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi
berbagai strategi, metode dan teknik promosi kesehatan untuk meningkatkan dan
memelihara derajat kesehatan masyarakat.

C. Pendekatan Perilaku Dalam Kesehatan Masyarakat.

Kesehatan merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang mempengaruhi, baik


secara internal maupun secara eksternal. Secara internal, kesehatan dipengaruhi oleh
kesehatan fisik dan kesehatan psikis, sedangkan secara eksternal dipengaruhi oleh
masalah sosial, budaya, politik, ekonomi, pendidikan, lingkungan, dan sebagainya. Upaya
penyelenggaraan kesehatan dibedakan atas tiga yakni:

1. Primary Care, sarana pemeliharaan kesehatan primer;

2. Secondary Care, sarana pemeliharaan kesehatan tingkat dua;

3. Tertiery Care, sarana pemeliharaan kesehatan tingkat tiga.


Sasaran primary care seperti kepala keluarga untuk kesehatan umum, ibu hamil
dan menyusui, anak usia sekolah, dan sebagainya. Sedangkan sasaran secondary care
meliputi pemasyarakat tanaman obat keluarga (toga), penyuluhan cara menjaga
lingkungan sehat, dan seterusnya. Sementara sasaran tertiery care adalah para penentu
kebijakan bidang kesehatan, baik pada tingkat pusat maupun level daerah. Untuk
memasyarakatkan pemeliharaan kesehatan melalui pola hidup sehat, maka pendekatan
ilmu perilaku sangat penting. Menurut L. Green, perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga
faktor yakni faktor predisposisi, faktor pemungkin (enabling factors) dan faktor penguat
(reinforcing factors). Faktor predisposisi meliputi pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan dan tingkat
sosial- ekonomi, dan sebagainya. Faktor pemungkin mencakup ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya ketersediaan air bersih,
tempat pembuangan sampah dan tinja, ketersediaan makanan bergizi, termasuk
keterjangkauan pada sarana pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Posyandu, Polindes,
dan sebagainya. Sedangkan faktor penguat mencakup faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat, perilaku petugas kesehatan, serta peraturan perundang-undangan dibidang
kesehatan mulai dari undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan teknis dibidang
kesehatan.
Untuk mempengaruhi perilaku masyarakat agar menerapkan pola hidup
sehat, pendekatan pendidikan kesehatan mutlak dilakukan. Karena pada dasarnya,
Pendidikan adalah sebuah proses sosialisasi ilmu dan nilai untuk mempengaruhi orang
lain secara individu atau kelompok agar mau mengikuti ilmu dan nilai yang diajarkan
seorang pendidik kesehatan. Unsur-unsur dalam pendidikan kesehatan untuk
mempengaruhi perilaku seseorang adalah unsur input dan unsur output. Unsur input
seperti sarana pendidikan dan tenaga pendidik sedang unsur output yakni proses
pendidikan yang dilakukan sebagai upaya untuk mempengaruhi orang lain agar
melakukan tindakan sesuai yang diharapkan petugas pendidik

D. Peran Psikologi dalam Dunia Kesehatan

Harapannya semua orang berada dalam kondisi sehat. Psikologi Kesehatan


(keperawatan) dikembangkan untuk memahami pengaruh psikologis terhadap bagaimana
seseorang menjaga dirinya agar tetap sehat, dan mengapa mereka menjadi sakit dan untuk
menjelaskan apa yang mereka lakukan saat mereka jatuh sakit.
Selain mempelajari hal-hal tersebut di atas, psikologi kesehatan mempromosikan
intervensi untuk membantu orang agar tetap sehat dan juga mengatasi kesakitan yang
dideritanya. Psikologi kesehatan tidak mendefinisikan “sehat” sebagai tidak sakit. Sehat
dilihat sebagai pencapaian yang melibatkan keseimbangan antara kesejahteraan fisik,
mental dan sosial. Psikologi kesehatan mempelajari seluruh aspek kesehatan dan sakit
sepanjang rentang hidup. Psikologi kesehatan fokus pada pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan, seperti bagaimana mendorong anak mengembangkan kebiasaan hidup sehat,
bagaimana meningkatkan aktivitas fisik, dan bagaimana merancang suatu kampanye yang
dapat mendorong orang lain memperbaiki pola makannya.
Psikologi Kesehatan juga mempelajari aspek-aspek psikologis dari pencegahan
dan perawatan sakit. Seorang psikologi kesehatan misalnya, membantu mereka yang
bekerja di lingkungan yang memiliki tingkat stress yang tinggi untuk mengelola stress
dengan efektif, sehingga tekanan yang dialami di lingkungan kerja tidak mempengaruhi
kesehatan mereka. Seorang psikolog kesehatan juga dapat bekerja dengan mereka yang
sedang menderita suatu penyakit agar dapat menyesuaikan mental dan fisik mereka
dengan penyakit tersebut atau untuk mematuhi treatment yang dirancang oleh dokter
yang merawatnya. Psikologi kesehatan juga fokus pada etiologi dan kaitannya dengan
kesehatan, sakit dan disfungsi. Etiologi merujuk pada asal dan penyebab sakit, dan
psikolog kesehatan secara khusus tertarik pada faktor- faktor perilaku dan sosial yang
menyumbang kesehatan dan sakit dan disfungsi. Faktor-faktor tersebut meliputi
kebiasaaan yang merusak atau menunjang kesehatan seperti konsumsi alkohol, merokok,
olahraga, mengenakan sabuk pengaman, dan cara-cara ‘berkawan’ dengan stress. Pada
akhirnya, psikolog kesehatan menganalisa dan berusaha meningkatkan system perawatan
kesehatan dan merumuskannya dalam kebijakan kesehatan. Psikologi kesehatan
mempelajari dampak institusi kesehatan dan tenaga medis dan paramedis terhadap
perilaku orang.
Psikologi kesehatan bertujuan untuk memahami dinamika psikologis
individu yang tetap menjaga kesehatannya, dinamika psikologis individu yang sehat
namun kemudian mendapat diagnosa penyakit kronis serta dinamika psikologis individu
saat merespon keadaan sakit kronis yang sedang dialami. Kita pasti pernah bertemu
dengan orang yang tampak selalu sehat dan jarang sakit. Terbersit dalam benak kita, apa
yang dilakukan orang tersebut sehingga kesehatannya terjaga? How does he or she
maintain his or her health? Dinamika psikologis apa yang tercermin pada individu yang
berhasil menjaga kesehatannya? Kita pernah pula berjumpa dengan orang yang sehat,
namun setelah orang tersebut mendapat diagnosa penyakit tertentu, muncul banyak
perubahan pada dirinya. Perubahan fisik dan juga perubahan emosional. Orang tersebut
menjadi lebih sensitif perasaannya-lebih emosional, menjadi kurang semangat dalam
berkarya-malas, bahkan mungkin memperlihatkan perubahan perilaku yang sangat
berbeda dalam kesehariannya.
Dinamika psikologis apa yang terlihat pada
individu yang demikian? Kita mungkin juga pernah bertemu dengan orang yang tengah
berjuang dalam menghadapi penyakit kronis yang dideritanya. Kita seolah dapat
membaca cerminan jiwanya, antara yakin dan tidak yakin bahwa dirinya bisa terbebas
dari penyakit yang dideritanya. Terkadang kita melihat orang itu tampak bersemangat dan
akan melakukan apapun demi kesembuhannya, namun di saat lain kita meyaksikan orang
tersebut berada pada puncak keputusasaannya. Sehingga apapun yang kita katakan atau
kita lakukan seolah tidak terlalu bermakna bagi dirinya. Dinamika psikologis apa yang
ada pada individu yang demikian? Dinamika psikologis individu yang sehat ? Individu ini
menyadari bahwa kesehatan adalah sesuatu yang teramat penting. Bentuk kesadaran ini
tercermin dalam perilaku sehat (health behaviour). Perilaku sehat adalah perilaku
seseorang dalam mempertahankan status kesehatannya. Olah raga teratur dan
mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi adalah contoh perilaku sehat.
Individu selalu belajar (learn) dari kisah kesehatan orang lain.
Proses ini adalah bagian dari dinamika psikologis orang yang sehat. Karena ia
mendapatkan pemahaman (insight) bagaimana menjaga kesehatannya dan bagaimana
terhindar dari penyakit yang dialami oleh orang lain. Sehingga jika ada keinginan untuk
melakukan perilaku yang tidak sehat (poor health behavior) - misal merokok - akan selalu
ada yang informotaknya untuk tidak meneruskan keinginan berperilaku tidak sehat.
Dinamika psikologis individu yang sehat kemudian sakit ? Individu yang sehat dapat
melakukan banyak aktivitas secara mandiri. Ketika kemudian ia terdiagnosa dengan
penyakit kronis tertentu akan muncul ketakutan dan kecemasan atas eksistensi dan
performansinya. Kecemasan ini merupakan masalah
tersendiri, bukan karena mendatangkan stres bagi individu namun mempengaruhi
kemampuan individu dalam menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari. Ketika suatu
penyakit terjadi pada seseorang, seluruh aspek kehidupannya akan terpengaruh.
Dinamika psikologis dan emosional yang muncul seringkali berupa pertanyaan seperti
"siapa yang akan merawat mereka ketika mereka telah sembuh? Jika pada akhirnya
mereka tidak dapat bekerja lagi, bagaimana mereka dapat membayar/menangani masalah
keuangan? Jika selama ini individu tersebut merasa mampu melakukan semua hal sendiri
secara mandiri, dapatkah mereka kemudian menerima keadaan baru mereka (jadi
tergantung pada orang lain). Bagaimana jika individu ini tidak dapat lagi melakukan hobi
lama?

Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit kronis
yang dideritanya, yaitu :

1. Penolakan (Denial)
Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis seperti
jantung, stroke dan kanker. Atas penyakit yang dideritanya ini, pasien akan
memperlihatkan sikap seolah-olah penyakit yang diderita tidak terlalu berat (menolak
untuk mengakui bahwa penyakit yang diderita sebenarnya berat) dan menyakini bahwa
penyakit kronis ini akan segera sembuh dan hanya akan memberi efek jangka pendek
(menolak untuk mengakui bahwa penyakit kronis ini belum tentu dapat disembuhkan
secara total dan menolak untuk mengakui bahwa ada efek jangka panjang atas penyakit
ini, misalnya perubahan body image).

2. Cemas
Setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi kecemasan merupakan sesuatu
yang umum terjadi. Beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi dan perubahan yang
terjadi pada dirinya bahkan membayangkan kematian yang akan terjadi padanya. Bagi
individu yang telah menjalani operasi jantung, rasa nyeri yang muncul di daerah dada,
akan memberikan reaksi emosional tersendiri. Perubahan fisik yang terjadi dengan cepat
akan memicu reaksi cemas pada individu dengan penyakit kanker.

3. Depresi
Depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit
kronis. Kurang lebih sepertiga dari individu penderita stroke, kanker dan penyakit
jantung mengalami depresi. Untuk dapat memahami respon yang terjadi atas perubahan
yang ada pada penderita penyakit kronis, perlu pemahaman yang mendalam tentang diri
individu itu sendiri. Self merupakan salah satu konsep utama dalam ilmu psikologi. Para
psikolog mengacu pada self concept sebagai keyakinan atas kualitas dan penilaian yang
dimiliki seseorang. Penyakit kronis dapat menghasilkan perubahan yang drastis pada self
concept dan self esteem. Beberapa perubahan yang ada bisa bersifat sementara, walaupun
ada juga yang bersifat permanen. Self concept itu sendiri merupakan bagian dari self
evaluation termasuk didalamnya beberapa aspek seperti body image, prestasi, fungsi
sosial dan the private self.

1. The Physical Self


Body image merupakan penilaian dan evaluasi atas fungsi dan
penampilan fisik seseorang. Body image yang rendah berhubungan dengan harga diri
yang rendah diikuti dengan terjadinya peningkatan depresi serta kecemasan.

2. The Achieving Self


Jika keadaan penyakit kronis menjauhkan individu dari aktivitas ini, konsep diri
individu yang bersangkutan bisa terkoyak dan rusak. Namun jika pekerjaan dan hobi
sama sekali tidak terpengaruh oleh keadaan sakit dan sebagainya, individu dapat
memperoleh kepuasan tersendiri dan meningkatkan harga dirinya.

3. The Social Self


Sebagaimana yang telah diketahui bersama, menciptakan kembali
kehidupan sosial pasien penderita penyakit kronis merupakan aspek yang penting.
Bentuk sumber daya sosial yang dapat membantu individu yang menderita penyakit
kronis misalnya dengan pemberian informasi, bantuan dan dukungan emosional.
Partisipasi keluarga dalam proses rehabilitasi merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan.
Memberikan informasi pada anggota keluarga lain (bahkan anak-anak) yang akurat dan
cukup mengenai keadaan individu yangs akit (misalnya gangguan/penyakit yang
dialaminya, proses/treatment yang akan dijalaninya bahka perubahan emosional yang
terlihat) merupakan sesuatu yang penting untuk dilaksanakan agar terhindar dari
kebingungan dan kesalahpahaman dalam berkomunikasi antara individu yang sakit
dengan pihak keluarga.
Dengan demikian, setiap individu memiliki dinamika
psikologisnya tersendiri bilamana dikaitkan dengan status kesehatannya. Antara individu
yang sehat, individu yang sehat kemudian sakit dan individu yang telah terkena penyakit
kronis memiliki dinamika psikologis dan emosional yang harus dipahami. Psikologi
kesehatan mencoba memahami aspek kejiwaan (psikologis dan emosional) individu yang
berada pada salah satu situasi diatas (terlebih pada individu yang sakit).
E. Contoh Aplikasi Psikologi dalam Kesehatan

Studi Kasus Perilaku Merokok


Berbagai penelitian kesehatan tentang dampak rokok sudah banyak dilakukan
para ahli kesehatan masyarakat. Namun meski telah banyak dilakukan penelitian dan
sudah terbukti berdampak buruk bagi kesehatan, jumlah perokok tidak kunjung turun,
utamanya dinegara-negara berkembang termasuk Indonesia. Untuk itu, dibutuhkan
pendekatan perilaku dalam promosi kesehatan tentang bahaya rokok. Publikasi terbaru
hasil penelitian tentang rokok dirilis pada 6 Februari 2012 dalam jurnal Archives of
General Psychiatry, yang dilakukan Severine Sabia dan rekan-rekannya dari University
College London. Penilaian fungsi mental para responden dilakukan selama tiga kali
selama kurun waktu 10 tahun. Sedangkan penilaian status merokok responden dilakukan
enam kali dalam kurun waktu 25 tahun. Usia rata-rata responden adalah sekitar 56 tahun
ketika penilaian pertama dilakukan.
Hasil analisis data sekitar 5.100 pria dan lebih dari 2.100 wanita terkait
fungsi mental, seperti memori, pembelajaran, dan pengolahan pikiran. Peneliti
menemukan bahwa di kalangan kaum pria, merokok berhubungan dengan merosotnya
kemampuan otak yang lebih cepat. Selain itu, penurunan yang lebih massif terjadi pada
pria yang terus merokok selama masa penelitian. Peneliti menemukan bahwa pria yang
berhenti merokok dalam 10 tahun sebelum penilaian pertama dilakukan ternyata masih
berisiko mengalami penurunan mental, terutama terkait fungsi “eksekutif” pada otak.
Namun, mereka yang telah berhenti merokok dalam jangka waktu lama, cenderung
mengalami penurunan fungsi otak lebih lambat. Dalam riset tersebut, Severine Sabia dan
rekan-rekannya tidak menemukan hubungan antara efek merokok dan penurunan fungsi
mental pada kaum wanita. Alasan untuk perbedaan jenis kelamin ini belum terungkap
dengan jelas. Tetapi, hal itu mungkin berkaitan dengan fakta bahwa pria umumnya
cenderung merokok lebih banyak ketimbang wanita. Untuk merubah perilaku merokok,
maka beberapa teori perilaku bisa menjadi rujukan seperti Teori Kurt Lewin, Teori
Festinger, dan sebagainya. Menurut Kurt Lewin (1970), perilaku manusia adalah suatu
keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driven forces) dan
kekuatan-kekuatan penahan (restining forces). Pada teori Kurt Lewin, melakukan
perubahan perilaku dengan cara melakukan ketidakseimbangan antara kedua kekuatan
didalam diri seseorang sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan pada diri
seseorang. Ketiga kemungkinan tersebut adalah
pertama, kekuatan-kekuatan pendorong meningkat; adanya stimulus yang mendorong
untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku, seperti penyuluhan kesehatan dan
bentuk- bentuk promosi kesehatan lainnya. Kedua, kekuatan-kekuatan penahan menurun;
adanya stimulus yang memperlemah kekuatan penahan seperti anggapan bahwa merokok
tidak mengganggu kesehatan. Anggapan yang keliru tersebut dapat memperlemah driven
forces. Ketiga, kekuatan pendorong meningkat sedang kekuatan penahan menurun;
kondisi inilah yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku, termasuk perilaku
merokok. Dari studi kasus perilaku merokok, maka bisa dilihat
hubungan erat pentingnya Ilmu Psikologi dalam dunia kesehatan. Apalagi Ilmu
Kesehatan Masyarakat yang memiliki pendekatan preventif dan promotif, maka
penggunaan Psikologi sangat penting dan relevan dalam upaya-upaya pencegahan
ancaman terjangkit penyakit

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Peranan Psikologi dalam dunia keperawatan sangat besar. Hal tersebut
disebabkan karena peran psokologis seseorang selalu menyertai diri, sejak mulai
merasakan sakit kemudian masuk rumah sakit hingga keluar dari rumah sakit dan
sembuh, peran psikologis seseorang tersebut sangat besar. Selain itu, dengan ilmu
psikologi kita dapat lebih memahami kepribadian dan tingkah laku pasien sehingga kita
dapat menyeleseikan masalah tersebut dengan sudut pandang yang berbeda.
Psikologi kesehatan bertujuan untuk memahami tentang seseorang dalam
dinamika psikologis yang selalu menjaga kesehatannya, dinamika psikologis seseorang
yang sehat tetapi dia mengalami diagnosa penyakit kronis serta dinamika psikologis
seseorang saat merespon sakit kronis yang dialaminya.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.yarsi.ac.id/web-directory/kolom-dosen/73-fakultas-psikologi/173-
metta.html

http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/03/20/pentingnya-ilmu- psikologi-
dalam-kesehatan/

http://ml.scribd.com/doc/22686304/MAKALAH-PSIKOLOGI
http://www.anneahira.com/psikologi-kesehatan.htm
http://www.psikologi.ui.ac.id/pages/peminatan-terapan-psikologi-kesehatan
http://www.psychologymania.com/2012/03/budaya-dan-psikologi- kesehatan.html
http://psikologi.infogue.com/apakah_psikologi_kesehatan_

Anda mungkin juga menyukai