LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN
(Karakteristik Elektrik : Pengukuran konduktivitas Listrik Bahan Hasil Pertanian)
Oleh :
Nama : Farinissa Deliana Putri
NPM : 240110190014
Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 8 Desember 2020
Waktu / Shift : 09.30 – 11.30 / A
Asisten Praktikum : 1. Dwita Putri Andina
2. Navidah Rakhma
3. Rivanka Al-Fajri
4. Rizka Fauziyah
2.2 Konduktivitimeter
Konduktivitimeter adalah alat untuk mengukur nilai konduktivitas listrik
(specific electric conductivity) suatu larutan atau cairan. Sebuah sistem
konduktivitimeter tersusuan atas dua elektroda yang dirangkaika dengan sumber
tegangan serta sebuah ampermeter. Elektroda-elektroda tersebut diatur sehingga
memiliki jarak tertentu antara keduanya (biasanya 1 cm). Saat pengukuran, kedua
elektroda ini dicelupkan ke dalam sampel larutan dan diberi tegangan dengan besar
tertentu. Nilai arus listrik yang dibaca oleh ampermeter, digunakan lebih lanjut
untuk menghitung nilai konduktivitas listrik larutan. Prinsip kerja
konduktivitimeter dimana besar tegangan listrik (V) ditentukan oleh sistem, besar
arus listrik (I) adalah parameter yang diukur, serta konstanta (C) didapatkan
sebelumnya dari proses kalibrasi konduktivitimeter dengan menggunakan larutan
yang diketahui nilai konduktivitas spesifiknya (Onny, 2011).
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Aquades;
2. Larutan CMC 0,1 %, 0,2 %, dan 0,3 %;
3. Larutan Garam 0,3 %, 0,5 %, dan 0,7 %;
4. Larutan Jeruk 10 %, 25 %, dan 50 %;
5. Susu ready to drink 100 %; dan
6. Susu segar 100 %.
3.1 Hasil
Tabel. 1 Hasil Pengukuran Konduktivitas Listrik
No. Bahan Konsentrasi Konduktivitas Listrik (s/m)
(%) Suhu 1 (25℃) Suhu 1 (50℃)
1. Larutan CMC 100 ml 0,1 0,013 0,016
0,2 0,018 0,018
0,3 0,020 0,018
2. Larutan Jeruk 100 ml 10 0,016 0,018
25 0,018 0,02
50 0,026 0,036
3. Larutan Garam 100 ml 0,3 0,015 0,015
0,5 0,016 0,022
0,7 0,018 0,018
4. Susu Segar 100 ml 100 0,016 0,034
5. Susu Ready to Drink 100 100 0,23 0,022
ml
3.2 Grafik
Grafik 1. Grafik Larutan GMC
Larutan CMC
0,025
Konduktivitas Listrik
0,02
0,02 0,018
0,016 0,018
0,015
0,01 0,013
0,005
0,10% 0,20% 0,30%
Konsentrasi
Suhu 25 ᵒC Suhu 50 ᵒC
Grafik 2. Grafik Larutan Jeruk
Larutan Jeruk
0,04 0,036
Konduktivitas Listrik
0,03 0,026
0,018 0,02
0,018
0,02 0,016
0,01
0
10% 25% 50%
Konsentrasi
Suhu 25 ᵒC Suhu 50 ᵒC
Latrutan Garam
0,025 0,022
Konduktivitas Listrik
0,018
0,02 0,016
0,015
0,015
0,01
0,005
0
0,30% 0,50% 0,70%
Konsentrasi
Suhu 25 ᵒC Suhu 50 ᵒC
Susu Segar
0,04 0,034
Konduktivitas Listrik
0,03
0,02 0,016
0,01
0
100%
Konsentrasi
Suhu 25ᵒC Suhu 50ᵒC
Grafik 5. Grafik Susu Ready to Drink 100 ml
Konduktivitas Listrik
4
3 2,4
2
0
100%
Konsentrasi
Praktikum kali ini membahas tentang salah satu karateristik bahan hasil
pertanian yang tidak kalah penting yaitu karakteristik elektrik yang diketahui
melalui pengukuran konduktivitas listrik bahan hasil pertanian. Konduktivitas
listrik adalah ukuran kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan arus listrik.
Konduktivitas listrik (electrical conductivity) menjadi salah satu parameter yang
menentukan perbedaan perilaku pada bahan ketika dilakukan pemanasan dengan
cara ohmic heating. Bahan hasil pertanian memiliki nilai konduktivitas yang
berbeda – beda. Sehingga kemampuan menghantarkan listriknya pun berbeda
tergantung dari kandungan ion didalamnya. Untuk membuktikan hal tersebut maka
digunakan beberapa sampel pada praktikum kali ini. Sampel yang digunakan terdiri
dari beberapa jenis larutan yang bersifat elektrolit dan non elektrolit. Larutan
tersebut adalah larutan garam, larutan jeruk, larutan CMC (Carboxymethyl
Cellulose), larutan susu ready to drink, dan larutan susu segar.
Masing – masing sampel yang diuji dibentuk menjadi 3 konsentrasi yaitu
larutan CMC 0,1 %, 0,2 %, dan 0,3 %; larutan garam 0,3 %, 0,5 %, dan 0,7 %;
larutan jeruk 10 %, 25 %, dan 50 %; susu ready to drink 100 %; dan susu segar 100
%. Pengukuran dilakukan menggunakan alat konduktivitas meter yang berfungsi
untuk mengukur nilai konduktivitas listrik (specific electric conductivity) suatu
larutan atau cairan. Prinsip kerja konduktivitimeter adalah besar tegangan listrik
(V) ditentukan oleh sistem, besar arus listrik (I) adalah parameter yang diukur, serta
konstanta (C) didapatkan sebelumnya dari proses kalibrasi konduktivitimeter
dengan menggunakan larutan yang diketahui nilai konduktivitas spesifiknya. Cara
menggunakannya dengan memasukkan alat konfuktivitimeter kedalam sampel
berupa larutan kemudian akan muncul nilai kondukvitas listriknya pada layar. Nilai
konduktivitas listrik sebuah zat cair adalah acuan atas kandungan ion didalamnya.
Pengukuran dilakukan pada masing – masing sampel dengan konsentrasi
yang berbeda – beda dalam 2 kondisi. Kondisi pertama pada suhu 25℃ dan suhu
50℃ setelah dilakukan pemanasan. Pengukuran pada suhu yang berbeda bertujuan
untuk mengetahui variasi nilai konduktivitas masing - masing sampel pada
konsentrasi yang berbeda. Larutan CMC dengan konsentrasi 0,1%, 0,2%, 0,3%
pada suhu 25℃ dan 50℃ adalah 0,013; 0,018 ;0,020 dan 0,016; 0,018; 0,018.
Terdapat kenaikan tingkat konduktivitas listrik yang terjadi pada konsentrasi 0,1%
dan 0,2% semakin tinggi tingkat konsentrasi berarti semakin besar jumlah padatan
terlarut di dalamnya. Dimana larutan tersebut kemungkinan memiliki jumlah ion
dalam larutan juga akan semakin besar, sehingga nilai konduktivitas listrik juga
akan semakin besar. Suhu juga mempengaruhi nilai konduktivitas listriknya.
Semakin tinggi suhu semakin tinggi konduktivitas listriknya. Larutan jeruk adalah
larutan yang bersifat asam. Konsentrasi yang digunakan pada larutan jeruk adalah
konsentrasi 10%, 25%, dan 50%. Semakin terbukti bahwa suhu dan konsentrasi
memengaruhi nilai konduktivitas listrik yang dihasilkan. Larutan jeruk yang
bersifat asam memiliki nilai pH yang rendah. Keasaman buah jeruk berpengaruh
terhadap konduktivitas listrik yaitu semakin asam suatu larutan maka kuat arus
larutan semakin besar. Nilai konduktivitas listrik larutan jeruk memiliki nilai yang
lebih tinggi daripada larutan cmc karena pH larutan jeruk lebih rendah (asam).
Larutan garam adalah larutan elektrolit. Larutan elektrolit adalah suatu zat
yang larut atau terurai dalam bentuk ion-ion dimana ion-ion tersebut dapat
menghantarkan arus listrik. Elektrolit yang termasuk adalah asam, basa, dan garam.
Larutan garam merupakan larutan yang memiliki konduktivitas listrik yang bagus
karena bersifat elektrolit. Berbeda halnya dengan susu Ready to drink dan susu
segar. Pada konsentrasi yang sama yaitu 100% dengan perlakuan suhu yang sama
menghasilkan nilai yang berbeda. Susu ready to drink pada suhu 25℃ adalah 0,023
Sedikit lebih tinggi dibandingkan susu segar. Tetapi ketika sudah dipanaskan susu
segar memiliki konduktivitas listrik yang lebih tinggi. Susu merupakan larutan non
elektolit sehingga kurang bagus untuk mengalirkan listrik.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam pratikum kali ini adalah:
1. Semakin tinggi suhu semakin tinggi konduktivitas listrik;
2. Semakin tinggi konsentrasi, semakin tinggi konduktivitas listrik;
3. Semakin tinggi tingkat konsentrasi berarti semakin besar jumlah padatan
terlarut di dalamnya;
4. Semakin asam suatu larutan maka kuat arus larutan semakin besar;
5. Larutan garam merupakan larutan yang memiliki konduktivitas listrik yang
bagus karena bersifat elektrolit; dan
6. Susu bersifat non elektrolit sehingga nilai konduktivitasnya rendah.
4.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah praktikum dilakukan secara mandiri
tanpa tatap muka di google meet karena dirasa kurang efektif. Dengan menonton
vidio penjelasan dan prosedur secara mandiri praktikan akan lebih memahami
karena disamping mendengarkan praktikan menulis dan dapat mengulangi
rekamannya hingga paham.
DAFTAR PUSTAKA
Castro L,. Teixeira J.A., Salengke S,. Sastry S.K., Vicente A.A. 2003. The influence
of field strength, sugar and solid content on electrical conductivity of
strawberry product. Journal of Food Processing Engineering. 26:17-29.
Hayashi, M., (2003) Environmental Monitoring and Assessment 96, halaman 119-
128.
Imai T., Uemura K., Ishida N., Yoshizaki S., Noguchi A. 1995. Ohmic heating of
Japanese White Radish Raphanus sativus L. International Journal of Food
Science and Technology, 30, 461-472.
Irwan, F., & Afdal, A. (2016). Analisis Hubungan Konduktivitas Listrik dengan
Total Dissolved Solid (TDS) dan Temperatur pada Beberapa Jenis
Air. Jurnal Fisika Unand, 5(1), 85-93.
Kim H.J., Choi Y.M., Yang T.C.S., Taub I.A., Tempes P, Skudder P. J., Tucker G.,
Parrott D.L. 1996. Validation of ohmic heating for quality enhancement of
food products. Fd Technol. 253 61.
Knirsch M.C., Carolina A.S., Antonio A.M.O.S.V., Thereza C.V.P. 2010. Ohmic
heating-a review. Trends in Food Science & Technology 21 (2010). 436-
441
Sastry, S. K., & Barach, J. T. 2000. Ohmic and inductive heating. Journal of Food
Science Supplement, 65(4), 42-46.
Dokumentasi Praktikum
(Sumber : digital-meter-indonesia.com)