Dosen Pengampu : Apt, Uce Lestari, S. Farm., M.Farm
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021 PERAN, TUGAS dan SANKSI PELANGGARAN PADA ORGANISASI KOMITE DAN FARMASI TERAPI
A. Komite dan Farmasi Terapi (KFT)
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Pedoman Organisasi Rumah Sakit, Komite/Tim Farmasi dan Terapi merupakan salah satu Komite/Tim yang ada di rumah sakit yang menyelenggarakan fungsi tertentu di rumah sakit sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien. Tugas Komite/Tim Farmasi dan Terapi diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, diantaranya adalah melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam Formularium Rumah Sakit dan memberikan rekomendasi kepada direktur/kepala rumah sakit mengenai kebijakan penggunaan obat di rumah sakit. Anggota Komite/Tim Farmasi dan Terapi terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di rumah sakit, apoteker instalasi farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan. B. Peran Anggota Komite/Tim Farmasi dan Terapi Peranan ketua/sekretaris Komite/Tim Farmasi dan Terapi bertindak sebagai motor penggerak dalam berbagai macam aktivitas Komite/Tim Farmasi dan Terapi. C. Peranan Ketua dalam Komite/Tim Farmasi dan Terapi: Menurut Kepmenkes RI No. HK.01.07/MENKES/200/200, Peran ketua dalam Komite/Tim Farmasi dan Terapi: a. Memimpin Komite/Tim Farmasi dan Terapi. b. Mengkoordinasi kegiatan Komite/Tim Farmasi dan Terapi. c. Mengkoordinasi seluruh yang dibutuhkan dalam penyusunan formularium rumah sakit. D. Peran Apoteker di dalam Komite dan Farmasi Terapi (KFT) Menurut Kepmenkes RI No. HK.01.07/MENKES/200/200, Peran apoteker dalam Komite/Tim Farmasi dan Terapi: a. Analisis dan diseminasi informasi ilmiah, klinis, dan farmakoekonomi yang terkait dengan obat atau kelas terapi yang sedang ditinjau. b. Evaluasi penggunaan obat dan menganalisis data. E. Tugas Apoteker di dalam Komite dan Farmasi Terapi (KFT) Menurut Kepmenkes RI No. HK.01.07/MENKES/200/200, Tugas apoteker dalam Komite/Tim Farmasi dan Terapi: a. Menyusun program kerja yang akan dilakukan yang disetujui oleh direktur; b. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan obat di rumah sakit; c. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam formularium rumah sakit; d. Mengembangkan standar terapi; e. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat; f. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan obat yang rasional; g. Mengkoordinir penatalaksanaan reaksi obat yang tidak dikehendaki; h. Mengkoordinir penatalaksanaan kesalahan penggunaan obat (medication error); dan i. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di rumah sakit. F. Kode Etik Apoteker Indonesia Pasal 1 Setiap apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan Sumpah Apoteker. Pasal 2 Setiap apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia. Pasal 3 Setiap apoteker harus selalu menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya. Pasal 4 Setiap apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya. Pasal 5 Dalam menjalankan tugas, setiap apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian. Pasal 6 Seorang apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain. Pasal 7 Seorang apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya. Pasal 8 Seorang apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang- undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya. G. Sanksi Pelanggaran Kode Etik Apoteker Pelanggaran kode etik apoteker dapat dikatakan sebagai malpraktik yang akan berujung pada pemberian sanksi. Sanksi yang diberikan tergantung dari bentuk pelanggaran yang dilakukan dan penyebabnya, seperti berikut ini. a. Ketidaktahuan, Sanksinya berupa kewajiban mengikuti pendidikan lanjutan. b. Kelalaian, Sanksi bisa berupa teguran lisan, peringatan, pembinaan khusus, penundaan sementara rekomendasi izin praktik, hingga usul pencabutan izin praktik. c. Kurang perhatian, Sanksi pelanggaran kode etik apoteker ini mirip dengan poin kelalaian. d. Kurang terampil, Sanksinya mirip dengan poin ketidaktahuan. e. Kesengajaan, Ini adalah bentuk pelanggaran berat sehingga sanksinya bisa berupa pembinaan khusus, penundaan sementara rekomendasi izin praktik, usul pencabutan izin praktik, bahkan dikeluarkan dari keanggotan organisasi profesi untuk sementara waktu maupun selamanya. Sanksi pelanggaran kode etik apoteker ini akan diputuskan oleh Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI). Pengambilan keputusan sanksi dapat didasarkan atas kode etik apoteker itu sendiri maupun sanksi yang dimuat dalam sumpah jabatan. Referensi :
Menkes RI. 2020. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/200/2020 Tentang Pedoman Penyusunan Formularium Rumah Sakit. Indonesia.