Anda di halaman 1dari 5

FARMASI RUMAH SAKIT

“KOMITE DAN TERAPI FARMASI”

Nama : Vhanontia

NIM : F1F119035

Kelas :A

Dosen Pengampu : Apt, Uce Lestari, S. Farm., M.Farm

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
PERAN, TUGAS dan SANKSI PELANGGARAN PADA ORGANISASI KOMITE
DAN FARMASI TERAPI

A. Komite dan Farmasi Terapi (KFT)


Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Pedoman
Organisasi Rumah Sakit, Komite/Tim Farmasi dan Terapi merupakan salah satu Komite/Tim
yang ada di rumah sakit yang menyelenggarakan fungsi tertentu di rumah sakit sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan dan keselamatan pasien. Tugas Komite/Tim Farmasi dan Terapi diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit, diantaranya adalah melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk
dalam Formularium Rumah Sakit dan memberikan rekomendasi kepada direktur/kepala
rumah sakit mengenai kebijakan penggunaan obat di rumah sakit. Anggota Komite/Tim
Farmasi dan Terapi terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di rumah
sakit, apoteker instalasi farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan.
B. Peran Anggota Komite/Tim Farmasi dan Terapi
Peranan ketua/sekretaris Komite/Tim Farmasi dan Terapi bertindak sebagai motor
penggerak dalam berbagai macam aktivitas Komite/Tim Farmasi dan Terapi.
C. Peranan Ketua dalam Komite/Tim Farmasi dan Terapi:
Menurut Kepmenkes RI No. HK.01.07/MENKES/200/200, Peran ketua dalam
Komite/Tim Farmasi dan Terapi:
a. Memimpin Komite/Tim Farmasi dan Terapi.
b. Mengkoordinasi kegiatan Komite/Tim Farmasi dan Terapi.
c. Mengkoordinasi seluruh yang dibutuhkan dalam penyusunan formularium rumah
sakit.
D. Peran Apoteker di dalam Komite dan Farmasi Terapi (KFT)
Menurut Kepmenkes RI No. HK.01.07/MENKES/200/200, Peran apoteker dalam
Komite/Tim Farmasi dan Terapi:
a. Analisis dan diseminasi informasi ilmiah, klinis, dan farmakoekonomi yang terkait
dengan obat atau kelas terapi yang sedang ditinjau.
b. Evaluasi penggunaan obat dan menganalisis data.
E. Tugas Apoteker di dalam Komite dan Farmasi Terapi (KFT)
Menurut Kepmenkes RI No. HK.01.07/MENKES/200/200, Tugas apoteker dalam
Komite/Tim Farmasi dan Terapi:
a. Menyusun program kerja yang akan dilakukan yang disetujui oleh direktur;
b. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan obat di rumah sakit;
c. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam formularium rumah
sakit;
d. Mengembangkan standar terapi;
e. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat;
f. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan obat yang rasional;
g. Mengkoordinir penatalaksanaan reaksi obat yang tidak dikehendaki;
h. Mengkoordinir penatalaksanaan kesalahan penggunaan obat (medication error);
dan
i. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di rumah sakit.
F. Kode Etik Apoteker Indonesia
Pasal 1
Setiap apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan Sumpah
Apoteker.
Pasal 2
Setiap apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.
Pasal 3
Setiap apoteker harus selalu menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker
Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip
kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
Pasal 4
Setiap apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan
pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
Pasal 5
Dalam menjalankan tugas, setiap apoteker harus menjauhkan diri dari usaha
mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi
luhur jabatan kefarmasian.
Pasal 6
Seorang apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang
lain.
Pasal 7
Seorang apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
Pasal 8
Seorang apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada
khususnya.
G. Sanksi Pelanggaran Kode Etik Apoteker
Pelanggaran kode etik apoteker dapat dikatakan sebagai malpraktik yang akan
berujung pada pemberian sanksi. Sanksi yang diberikan tergantung dari bentuk pelanggaran
yang dilakukan dan penyebabnya, seperti berikut ini.
a. Ketidaktahuan, Sanksinya berupa kewajiban mengikuti pendidikan lanjutan.
b. Kelalaian, Sanksi bisa berupa teguran lisan, peringatan, pembinaan khusus,
penundaan sementara rekomendasi izin praktik, hingga usul pencabutan izin praktik.
c. Kurang perhatian, Sanksi pelanggaran kode etik apoteker ini mirip dengan poin
kelalaian.
d. Kurang terampil, Sanksinya mirip dengan poin ketidaktahuan.
e. Kesengajaan, Ini adalah bentuk pelanggaran berat sehingga sanksinya bisa berupa
pembinaan khusus, penundaan sementara rekomendasi izin praktik, usul pencabutan
izin praktik, bahkan dikeluarkan dari keanggotan organisasi profesi untuk sementara
waktu maupun selamanya.
Sanksi pelanggaran kode etik apoteker ini akan diputuskan oleh Majelis Etik dan
Disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI). Pengambilan keputusan sanksi dapat didasarkan atas
kode etik apoteker itu sendiri maupun sanksi yang dimuat dalam sumpah jabatan.
Referensi :

Menkes RI. 2020. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.01.07/MENKES/200/2020 Tentang Pedoman Penyusunan Formularium
Rumah Sakit. Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai