Anda di halaman 1dari 14

TUGAS FARMASETIK II

Formulasi dan Cara Pembuatan Salep

Disusun Oleh :
Vhanontia
F1F119035

Program Studi Farmasi


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi
2020/2021
1. Formulasi dan cara pembuatan Salep K 2-4
1.1 Formulasi salep K24 10 mg menurut Fornas edisi II tahun
1978 (Hal:13).
No Nama bahan Jumlah Kegunaan

1. Asam salisilat/Acidum 2 % b/b = Zat aktif / Anti


salicylicum 200 mg fungi

2. Belerang endap/Sulfur 4 % b/b = Antiskabies


praecipitatum 400 mg
3. Vaselin album 10 mg Zat Tambahan

1.2 Perhitungan bahan


a. Acidium salicylicum = 200 mg
b. Sulfur praecipitatum = 400 mg
c. Vaselin album = 10 g – (200 mg + 400 mg)
= 9,4 g
1.3 Cara pembuatan
 Disiapkan alat dan bahan
 Dikalibrasi timbangan
 Ditimbang asam salisilat sebanyak 200 mg

 Dimasukkan asam salisilat ke dalam mortir kemudian di


tetesi dengan etanol sebanyak 1 hingga 2 tetes

 Ditimbang vaselin album dan ditambahkan setengah vaselin


album ke dalam mortir, lalu di gerus

 Digerus halus sulfur, kemudian dimasukkan kedalam mortar


sedikit demi sedikit, gerus dengan cepat dan kuat
 Ditambahkan sisa vaselin album yang sudah ditimbang,
gerus dan diaduk sampai homogen
 Dimasukkan ke dalam pot salep
 Diberi etiket berwarna biru
1.4 Pembahasan
Pada pembuatan salep K 2-4, zat utamanya ialah Asam
Salisilat, dimana asam salisilat harus dilarutkan terlebih dahulu
dengan menggunakan etanol. Hal ini dilakukan karena asam
salisilat memiliki bentuk hablur sehingga harus dilarutkan
untuk memperkecil partikelnya. Pada saat pembuatan salep,
bahan-bahan yang telah dilebur diatas penangas air harus
didinginkan terlebih dahulu agar perbedaan suhu pada basis
salep dan zat aktif tidak terlalu jauh. Selain itu, proses
pendinginan juga bertujuan untuk membuat massa basis salep
yang tadinya encer menjadi lebih kental. Pada pembuatan salep
K 2-4 tidak diberikan pengawet dikarenakan bahan-bahan yang
ada di dalam salep tidak mengandung air. Tetapi untuk berjaga-
jaga, dapat ditambahkan pengawet yang cocok.
1.5 Kesimpulan
Berdasarkan formulasi dan cara pembuatan salep K 2-4,
Asam salisilat dilarutkan terlebih dahulu dengan etanol 95% dan
sulfur pp digerus halus terlebih dahulu dan diayak dengan
ayakan B40. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa
pembuatan salep K 2-4 termasuk ke dalam aturan nomr (3).
Adapun bunyi aturan pembuatan salep nomor (3) yaitu “Bahan-
bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak
dan air, harus diserbuk lebih dahulu kemudian diayak dengan
pengayak B40”.
2. Formulasi dan cara pembuatan Salep Ichtyol

2.1 Formulasi Salep Ichtyol 10 %

No Bahan Jumlah Kegunaan

1. Ichtyol 10 % Zat Aktif

2. Adeps lanae 15 % Basis

3. Propil Paraben 0,4 % Pengawet

4. α-tokoferol 0,05 % Anti Oksidan

5. Vaselin ad 100 % Basis

2.2 Perhitungan bahan

 Apabila dibuat sediaan 100 gr, dilebihkan 10 % = 110 gr


 Ichtyol = 10 % x 110 gr = 11 gr
 Adeps lanae = 15 % x 110 gr = 16,5 gr
 Propil paraben = 0,4 % x 110 gr = 0,44 gr
 α-tokoferol = 0,05 % x 110 gr = 55 mg
 Vaselin = 110 gr – (11+16,5+0,44+0,055)gr
= 82, 005 gr

 Perhitungan pengenceran α-tokoferol


1 mg α-tokoferol = 1,49 UI
1 Kapsul = 100 UI
55 mg α-tokoferol = 55 x 1,49 UI = 81,95 UI
Pengenceran :
1 Kapsul ad 1 gr

0,82 gr (mengandung 81,95 UI)


Hasil yang ditimbang = 81,95/100 x 1 gr = 0,82 gr
2.3 Cara Pembuatan
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses
formuasi
Ditimbang bahan sesuai dengan hasil perhitungan bahan
Dibuat pengenceran α-tokoferol dengan cara :
1 kapsul Natur E ditambahkan 1 gr Vaselin kemudian
ditimbang sebanyak 0,82 gr
Dimasukkan sedikit vaselin kedalam wadah penampungan
kemudian diaduk dengan mesin pengaduk (mixer) hingga
bahan tercampur homogen
Dimasukkan adeps lanae ke dalam campuran kapsul Natur E
dan vaselin dan di aduk dengan mixer hingga homogen
Dimasukkan propil paraben dan hasil pengenceran α-tokoferol
ke campuran No.5 dan diaduk menggunakan mixer hingga
homogen
Ditambahkan ichtyol kemudian diaduk dengan mixer hingga
homogen
Ditambahkan sisa vaselin ke campuran No.6 dan diaduk
dengan mixer hingga homogen
Dipindahkan semua bahan ke alat penangas dan dimasukkan
ke dalam wadah yang telah disiapkan dan disterilkan,
kemudian diberi etiket dan dilakukan evaluasi sediaan.
2.4 Pembahasan
Pada pembuatan salep ichtyol, bahan aktif yang
digunakan adalah ichtyol 10 % dengan basis salep adeps lanae
dimana dapat menyerap air dan juga dasar salep vaselin yang
tergolong dasar salep berminyak. Selain itu, pada pembuatan
salep ichtyol ditambahkan bahan pengawet berupa propil
paraben untuk menjaga kualitas salep dari bau tengik karena
salep mengandung air.
2.5 Kesimpulan
Berdasarkan formulasi dan cara pembuatan salep ichtyol,
diketahui bahwa zat-zat yang digunakan dapat larut dalam
campuran lemaknya yaitu ichtyol yang diketahui kelarutan pada
pemerian zatnya dapat bercampur dengan minyak dan lemak
sedangkan bahan-bahan lainnya juga sukar larut dalam air.
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa pembuatan salep
ichtyol termasuk ke dalam aturan pembuatan salep nomor (1),
yaitu “Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak
dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan”.

3. Formulasi dan cara pembuatan Unguentum sulfuris


3.1 Formulasi Unguentum Sulfuris
No Nama Bahan Jumlah Kegunaan

1 . Sulfur praecipitatum 8% b/b Zat aktif

2. BHT 0,01 % b/b Pengawet

3. Na2.EDTA 0,01% b/b Pengkompleks

4. Metil paraben 0,2% b/b Dapar

5. Propil paraben 0,02% b/b Dapar

6. PPG 10% b/b Pelarut

7. Aquadest 2,5% b/b Emolien


8. Paraffin liquidum 10% b/b Adjust pH

9. Vaselin album ad 100% b/b Gelling agent

3.2 Perhitungan bahan


• Dibuat sediaan gel 5 tube @ 5 g = 5 x 5g = 25g
• Sediaan dilebihkan 50% = 25g+50(25g)
= 37,5 g = 40 g
1. Sulfur praecipitatum 8% b/b = 8 g/100 g x 40 g
= 3,2 g
2. BHT 0,01% b/b = 0,01 g/100 g x 40 g
= 0,004 g
3. Na2EDTA 0,01% b/b = 0,01g/100 g x 40 g
= 0,004 g
4. Metil paraben 0,2% b/b = 0,2 g/100 g x 40 g
= 0,08 g
5. Propil paraben 0,02% b/b = 0,02 g/100 g x 40 g
= 0,008 g
6. PPG 10% b/b = 10 g/100 g x 40 g
=4g
7. Aquadest untuk melarutkan Na2.EDTA = 1 ml
3.3 Cara pembuatan
 Disiapkan alat dan bahan
 Ditimbang semua bahan
 Vaselin album, paraffin liquid dan BHT yang telah ditimbang,
dilebur di dalam cawan penguap di atas hotplate hingga suhu
60-70oC.
 Hasil leburan dimasukkan ke dalam mortir, gerus hingga
dingin dan disisihkan
 Sulfur praecipitatum dimasukkan ke dalam mortir, gerus
hingga halus. Basis salep dimasukkan sedikit demi sedikit ke
dalam mortir, gerus hingga homogen dan disisihkan
 Metil paraben dilarutkan dalam propilen glikol di cawan
penguap, aduk hingga larut lalu dimasukkan ke dalam
mortir. Basis salep dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam
mortir, gerus hingga homogen dan disisihkan
 Propil paraben dilarutkan dalam propilen glikol di cawan
penguap, aduk hingga larut. Dimasukkan ke dalam mortir.
Basis salep dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam mortir,
gerus hingga homogen dan disisihkan
 Semua bahan yang telah disisihkan dimasukkan ke dalam
mortir, gerus hingga homogen
 Sisa basis ditambahkan ke dalam mortir, gerus hingga
homogen
 Natrium EDTA dilarutkan dengan 1 ml aquadest di cawan
penguap, masukkan ke dalam mortir, gerus hingga homogen
 Sediaan ditimbang sebanyak 5 gram untuk masing-masing
tube
 Sediaan yang teah ditimbang dimasukkan ke dalam tube,
tutup tube, beri etiket
 Lakukan uji evaluasi.
3.4 Pembahasan
Unguentum sulfuris atau salep Sulfur praecipitatum
merupakan salep dengan bahan aktif sulfur praecipitatum yang
merupakan sulfur yang diendapkan. Pada salep sulfuris ini basis
salep yang digunakan adalah campuran vaselin album (vaselin
putih) dan paraffin liquidum yang merupakan campuran basis
hidrokarbon. Selain itu, ditambahkan pula bahan pengawet
untuk mengurangi kontaminas mikroorganisme yaitu metil
paraben dan propil paraben.
3.5 Kesimpulan
Berdasarkan formulasi dan cara pembuatan Unguentum
sulfuris, diketahui bahwa bahan obat (sulfur pp) tidak larut
dalam minyak mineral, ppg dan juga air. Sehingga sulfur pp
dikerjakan berdasarkan peraturan pembuatan salep nomor (3)
dengan cara diserbukkan, dan dicampur dengan basis salep
sedikit-sedikit. Sedangkan pada basis salep yang merupakan
campuran vaselin album dan paraffin liquidum dikerjakan
berdasarkan peraturan pembuatan salep nomor (4) yaitu dengan
memanaskan keduanya (vaselin album dan paraffin liquidum) di
dalam cawan penguap hingga mencapai suhu 60-70oC sambil
diaduk sampai homogen kemudian didinginkan (Syamsuni,
2007). Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa pada pembuatan
Unguentum sulfuris menggunakan 2 aturan pada pembuatan
salep yaitu aturan nomor (3) dan nomor (4).
4. Formulasi dan cara pembuatan salep minyak ikan/Olei iecoris
unguentum
4.1 Formulasi Olei iecoris unguentum menurut Fornas edisi II Tahun
1978 (Hal:217).
No Nama bahan Jumlah Kegunaan
1. Oleum iecoris aselli 2,5 g Zat aktif
2. Cera flava 250 mg Zat tambahan
3. Vaselin Flavum ad 10 g Zat tambahan

4.2 Perhitungan bahan


• Oleum iecoris aselli = 2,5 g
• Cera flava = 250 mg
• Vaselin flavum = 10 g – (2,5 g+0,25 g)
= 10 g – 2,75 g = 7,25 g
4.3 Cara pembuatan
 Disiapkan alat dan bahan
 Ditimbang semua bahan
 Cera flava dan vaselin dilebur bersama diatas penangas air
hingga meleleh, kemudian diaduk
 Dimasukkan hasil leburan cera flava dan vaselin ke dalam
mortir
 Dimasukkan oleum iecoris sedikit demi sedikit, kemudian
digerus hingga homogen
 Dimasukkan ke dalam wadah
 Diberi etiket biru
 Dilakukan evaluasi sediaan.
4.4 Pembahasan
Olei iecoris unguentum atau salep minyak ikan terdiri dari
zat aktif dan zat tambahan. Dimana zat aktif yang dgunakan
adalah Oleum iecoris aselli yang berfungsi sebagai sumber
vitamin A dan D. Sedangkan zat tambahannya ialah Vaselin
flavum dan cera flava. Sari mintak ikan pada salep sangat
mendukung pada penyembuhan luka bakar, koreng, dan
lainnya. Dalam pembuatan salep ini, dilakukan peleburan
vaselin flavum dan cera flava terlebih dahulu agar kedua bahan
tersebut menyatu. Setelah keduanya menyatu, barulah
ditambahkan Oleum iecoris aselli ke dalam mortir dan di gerus
sampai homogen.
4.5 Kesimpulan
Berdasarkan formulasi dan cara pembuatan Olei iecoris
unguentum/Salep minyak ikan, diketahui bahwa Vaselin flavum
dan cera flava mempunyai fasa yang berbeda, sehingga keduanya
tidak dapat menyatu. Maka dari itu, untuk menyatukan kedua
bahan tersebut dilakukan teknik peleburan terlebih dahulu
kemudian barulah ditambahkan Olei iecoris aselli. Dari cara
pembuatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembuatan
salep ikan mengikuti aturan pembuatan salep nomor (4) dimana
dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut
diaduk sampai dingin.
5. Formulasi dan cara pembuatan Unguentum metil salisilat
5.1 Formulasi Unguentum metil salisilat
No Nama bahan Jumlah Kegunaan
1. Metil salisilat 15% b/b Zat aktif
2. Propilen glikol 5 % b/b Pelarut pengawet
(HOPE edisi 6 hal :
592)
3. Methyl paraben 0,2 % b/b Pengawet
(HOPE edisi 6 hal :
441)
4. Prophyl paraben 0,02 % b/b Pengawet
(HOPE edisi 6 hal :
596)
5. Natrium EDTA 0,1 % b/b Pengompleks
(HOPE edisi 6 hal :
242)
6. Aquadest 10 tetes Pelarut pengompleks
(HOPE edisi 6 hal :
766)
7. BHT 0,05 % b/b Antioksidan
(HOPE edisi 6 hal : 75)
8. Cera alba 10% b/b Basis salep
(HOPE edisi 6 hal :
779)
9. Paraffin liquid 5% b/b Emolien
(HOPE edisi 6 hal : 446
10. Adeps lanae 5% b/b Basis salep
(HOPE edisi 6 hal : 379
11. Vaselin album ad 100 Basis salep
%b/b (HOPE edisi 6 hal :
482)

5.2 Perhitungan bahan


• Dibuat 5 tube @5 gram = 5 x 5 gram = 25 gram
• Total 5 tube dilebihkan 50% = 25 g + (50%x25g) = 40 g
• Metil salisilat = 15 g/100 g x 40 g = 6 g
• Propilen glikol = 5 g/100 g x 40 g = 2 g
• Methyl paraben = 0,2 g/100 g x 40 g = 0,08 g
• Propyl paraben = 0,02 g/100 g x 40 g = 0,008 g
• Natrium EDTA = 0,1 g/100 g x 40 g = 0,04 g
• Aquadest = 10 Tetes
• BHT = 0,05 g/100g x 40 g = 0,02 g
• Cera alba = 10 g/100 g x 40 g = 4 g
= 4 g + (20 g/100 g x 4 g)
= 4,8 g
• Paraffin liquid = 5 g/100 g x 40 g = 2 g
50% x 2 g = 1 g (untuk melarutkan BHT)
50% x 2 g = 1 g
1 g + (20 g/100 g x 1 g) = 1,2 g (untuk basis
salep)
• Adeps lanae = 5 g/100 g x 40 g = 2 g
5.3 Cara pembuatan
 Dilebur basis (Cera alba, vaselin album, adeps lanae, dan
paraffin liquid) dengan menggunakan cawan penguap di atas
hotplate hingga basis melebur sambil sesekali diaduk
menggunakan batang pengaduk
 Basis kemudian digerus di dalam mortir hingga terbentuk
basis salep, lalu ditimbang sebanyak 30,852 g dengan
menggunakan kertas perkamaen di atas timbangan analitik
 Dimasukkan metil salisilat yang telah ditimbang,
ditambahkan basis sedikit, diaduk hingga homogen
 Dilarutkan metil paraben yang telah ditimbang dengan
sebagian propilen glikol yang telah ditimbang menggunakan
kaca arloji. Dimasukkan ke dalam mortir, lalu ditambahkan
basis sedikit, diaduk hingga homogen
 Dilarutkan propil paraben yang telah ditimbang dengan
sebagian propilen glikol yang telah ditimbang menggunakan
kaca arloji. Dimasukkan ke dalam mortir, lalu ditambahkan
basis sedikit, diaduk hingga homogen
 Dilarutkan Na-EDTA yang telah ditimbang dengan aquadest
sebanyak 10 tetes di kaca arloji. Dimasukkan ke dalam mortir,
lalu ditambahkan basis sedikit, diaduk hingga homogen
 Dilarutkan BHT yang telah ditimbang dengan sebagian
paraffin liquid yang telah ditimbang menggunakan kaca arloji.
Dimasukkan ke dalam mortir, lalu ditambahkan basis sedikit,
diaduk hingga homogen
 Dimasukkan sisa basis ke dalam mortir, diaduk hingga
homogen
 Salep yang telah jadi ditimbang menggunakan kertas
perkamen digulung menutupi sediaan salep
 Kertas perkamen dimasukkan ke dalam ujung tube yang telah
dibuka, salep dikeluarkan dengan menahan ujung kertas
perkamen dengan pinset sampai salep masuk seluruhnya ke
dalam tube. Ujung tube ditutup, dimasukkan ke dalam kemasan
sekunder beserta etiket
 Dilakukan evaluasi sediaan.
5.4 Pembahasan
Unguentum metil salisilat atau salep metil salisilat
merupakan salep yang berbahan aktif metil salisilat. Metil
salisilat adalah cairan yang memiliki bau khas yang diperoleh
dari daun dan akar tumbuhan akar wangi (Gaultheria
procumbens). Khasit analgetisnya pada penggunaan lokal sama
dengan senyawa salisilat lainnya. Dalam proses pembuatan
unguentum metil salisilat, agar memudahkan dalam
pencampuran bahan-bahan, maka digunakan metode
pembuatan fusi/pelelehan (Syamsuni, 2006) dengan melebur
bahan-bahan yang larut dalam minyak seperti vaselin album,
cera alba, adeps lanae dan paraffin liquid. Untuk menghasilkan
massa salep yang baik, dibutuhkan zat untuk meningkatkan
konsistensi massa salep (Syamsuni,2006), maka selain sebagai
basis salep, cera alba juga dapat berguna sebagai peningkat
konsistensi (Rowe, 2006). Karena salep metil salisilat
mengandung minyak yang mudah teroksidasi dan akan
menyebabkan bau tengik, maka ditambahkan antioksidan
berupa BHT (Rowe, 2006).
5.5 Kesimpulan
Berdasarkan formulasi dan cara pembuatan Unguentum
metil salisilat, diketahui bahwa metil salisilat sukar larut dalam
air, larut dalam etanol dan dalam asam asetat glasial (FI V hal :
839). Bahan aktif sukar larut dalam air (Depkes RI,2014), maka
bahan aktif dimasukkan bersama dengan basis salep yang telah
di lebur. Bahan aktif tidak tahan pemanasan (Depkes RI,2014),
maka bahan aktif tidak ikut dilebur bersama basis salep. Maka
dari itu, dapat disimpulkan bahwa pembuatan salep asam
salisiat megikuti aturan pembuatan salep nomor (4) yaitu dasar
salep dibuat dengan peleburan, serta campuran tersebut diaduk
sampai dingin.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia,


edisi V, Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional,
Edisi 2. Jakarta : (tp).
Rowe, Raymond C. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients.6th ed.,
London: Pharmaceutical Press.
Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai