0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
32 tayangan14 halaman
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang formulasi dan cara pembuatan tiga jenis salep, yaitu salep K 2-4, salep Ichtyol, dan Unguentum sulfuris. Ketiga salep tersebut dibuat dengan menggunakan bahan aktif dan bahan pendukung yang berbeda-beda sesuai dengan kegunaannya masing-masing.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang formulasi dan cara pembuatan tiga jenis salep, yaitu salep K 2-4, salep Ichtyol, dan Unguentum sulfuris. Ketiga salep tersebut dibuat dengan menggunakan bahan aktif dan bahan pendukung yang berbeda-beda sesuai dengan kegunaannya masing-masing.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang formulasi dan cara pembuatan tiga jenis salep, yaitu salep K 2-4, salep Ichtyol, dan Unguentum sulfuris. Ketiga salep tersebut dibuat dengan menggunakan bahan aktif dan bahan pendukung yang berbeda-beda sesuai dengan kegunaannya masing-masing.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi 2020/2021 1. Formulasi dan cara pembuatan Salep K 2-4 1.1 Formulasi salep K24 10 mg menurut Fornas edisi II tahun 1978 (Hal:13). No Nama bahan Jumlah Kegunaan
1. Asam salisilat/Acidum 2 % b/b = Zat aktif / Anti
salicylicum 200 mg fungi
2. Belerang endap/Sulfur 4 % b/b = Antiskabies
praecipitatum 400 mg 3. Vaselin album 10 mg Zat Tambahan
1.2 Perhitungan bahan
a. Acidium salicylicum = 200 mg b. Sulfur praecipitatum = 400 mg c. Vaselin album = 10 g – (200 mg + 400 mg) = 9,4 g 1.3 Cara pembuatan Disiapkan alat dan bahan Dikalibrasi timbangan Ditimbang asam salisilat sebanyak 200 mg
Dimasukkan asam salisilat ke dalam mortir kemudian di
tetesi dengan etanol sebanyak 1 hingga 2 tetes
Ditimbang vaselin album dan ditambahkan setengah vaselin
album ke dalam mortir, lalu di gerus
Digerus halus sulfur, kemudian dimasukkan kedalam mortar
sedikit demi sedikit, gerus dengan cepat dan kuat Ditambahkan sisa vaselin album yang sudah ditimbang, gerus dan diaduk sampai homogen Dimasukkan ke dalam pot salep Diberi etiket berwarna biru 1.4 Pembahasan Pada pembuatan salep K 2-4, zat utamanya ialah Asam Salisilat, dimana asam salisilat harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan etanol. Hal ini dilakukan karena asam salisilat memiliki bentuk hablur sehingga harus dilarutkan untuk memperkecil partikelnya. Pada saat pembuatan salep, bahan-bahan yang telah dilebur diatas penangas air harus didinginkan terlebih dahulu agar perbedaan suhu pada basis salep dan zat aktif tidak terlalu jauh. Selain itu, proses pendinginan juga bertujuan untuk membuat massa basis salep yang tadinya encer menjadi lebih kental. Pada pembuatan salep K 2-4 tidak diberikan pengawet dikarenakan bahan-bahan yang ada di dalam salep tidak mengandung air. Tetapi untuk berjaga- jaga, dapat ditambahkan pengawet yang cocok. 1.5 Kesimpulan Berdasarkan formulasi dan cara pembuatan salep K 2-4, Asam salisilat dilarutkan terlebih dahulu dengan etanol 95% dan sulfur pp digerus halus terlebih dahulu dan diayak dengan ayakan B40. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa pembuatan salep K 2-4 termasuk ke dalam aturan nomr (3). Adapun bunyi aturan pembuatan salep nomor (3) yaitu “Bahan- bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan air, harus diserbuk lebih dahulu kemudian diayak dengan pengayak B40”. 2. Formulasi dan cara pembuatan Salep Ichtyol
2.1 Formulasi Salep Ichtyol 10 %
No Bahan Jumlah Kegunaan
1. Ichtyol 10 % Zat Aktif
2. Adeps lanae 15 % Basis
3. Propil Paraben 0,4 % Pengawet
4. α-tokoferol 0,05 % Anti Oksidan
5. Vaselin ad 100 % Basis
2.2 Perhitungan bahan
Apabila dibuat sediaan 100 gr, dilebihkan 10 % = 110 gr
Ichtyol = 10 % x 110 gr = 11 gr Adeps lanae = 15 % x 110 gr = 16,5 gr Propil paraben = 0,4 % x 110 gr = 0,44 gr α-tokoferol = 0,05 % x 110 gr = 55 mg Vaselin = 110 gr – (11+16,5+0,44+0,055)gr = 82, 005 gr
Perhitungan pengenceran α-tokoferol
1 mg α-tokoferol = 1,49 UI 1 Kapsul = 100 UI 55 mg α-tokoferol = 55 x 1,49 UI = 81,95 UI Pengenceran : 1 Kapsul ad 1 gr
0,82 gr (mengandung 81,95 UI)
Hasil yang ditimbang = 81,95/100 x 1 gr = 0,82 gr 2.3 Cara Pembuatan Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses formuasi Ditimbang bahan sesuai dengan hasil perhitungan bahan Dibuat pengenceran α-tokoferol dengan cara : 1 kapsul Natur E ditambahkan 1 gr Vaselin kemudian ditimbang sebanyak 0,82 gr Dimasukkan sedikit vaselin kedalam wadah penampungan kemudian diaduk dengan mesin pengaduk (mixer) hingga bahan tercampur homogen Dimasukkan adeps lanae ke dalam campuran kapsul Natur E dan vaselin dan di aduk dengan mixer hingga homogen Dimasukkan propil paraben dan hasil pengenceran α-tokoferol ke campuran No.5 dan diaduk menggunakan mixer hingga homogen Ditambahkan ichtyol kemudian diaduk dengan mixer hingga homogen Ditambahkan sisa vaselin ke campuran No.6 dan diaduk dengan mixer hingga homogen Dipindahkan semua bahan ke alat penangas dan dimasukkan ke dalam wadah yang telah disiapkan dan disterilkan, kemudian diberi etiket dan dilakukan evaluasi sediaan. 2.4 Pembahasan Pada pembuatan salep ichtyol, bahan aktif yang digunakan adalah ichtyol 10 % dengan basis salep adeps lanae dimana dapat menyerap air dan juga dasar salep vaselin yang tergolong dasar salep berminyak. Selain itu, pada pembuatan salep ichtyol ditambahkan bahan pengawet berupa propil paraben untuk menjaga kualitas salep dari bau tengik karena salep mengandung air. 2.5 Kesimpulan Berdasarkan formulasi dan cara pembuatan salep ichtyol, diketahui bahwa zat-zat yang digunakan dapat larut dalam campuran lemaknya yaitu ichtyol yang diketahui kelarutan pada pemerian zatnya dapat bercampur dengan minyak dan lemak sedangkan bahan-bahan lainnya juga sukar larut dalam air. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa pembuatan salep ichtyol termasuk ke dalam aturan pembuatan salep nomor (1), yaitu “Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan”.
3. Formulasi dan cara pembuatan Unguentum sulfuris
3.1 Formulasi Unguentum Sulfuris No Nama Bahan Jumlah Kegunaan
1 . Sulfur praecipitatum 8% b/b Zat aktif
2. BHT 0,01 % b/b Pengawet
3. Na2.EDTA 0,01% b/b Pengkompleks
4. Metil paraben 0,2% b/b Dapar
5. Propil paraben 0,02% b/b Dapar
6. PPG 10% b/b Pelarut
7. Aquadest 2,5% b/b Emolien
8. Paraffin liquidum 10% b/b Adjust pH
9. Vaselin album ad 100% b/b Gelling agent
3.2 Perhitungan bahan
• Dibuat sediaan gel 5 tube @ 5 g = 5 x 5g = 25g • Sediaan dilebihkan 50% = 25g+50(25g) = 37,5 g = 40 g 1. Sulfur praecipitatum 8% b/b = 8 g/100 g x 40 g = 3,2 g 2. BHT 0,01% b/b = 0,01 g/100 g x 40 g = 0,004 g 3. Na2EDTA 0,01% b/b = 0,01g/100 g x 40 g = 0,004 g 4. Metil paraben 0,2% b/b = 0,2 g/100 g x 40 g = 0,08 g 5. Propil paraben 0,02% b/b = 0,02 g/100 g x 40 g = 0,008 g 6. PPG 10% b/b = 10 g/100 g x 40 g =4g 7. Aquadest untuk melarutkan Na2.EDTA = 1 ml 3.3 Cara pembuatan Disiapkan alat dan bahan Ditimbang semua bahan Vaselin album, paraffin liquid dan BHT yang telah ditimbang, dilebur di dalam cawan penguap di atas hotplate hingga suhu 60-70oC. Hasil leburan dimasukkan ke dalam mortir, gerus hingga dingin dan disisihkan Sulfur praecipitatum dimasukkan ke dalam mortir, gerus hingga halus. Basis salep dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam mortir, gerus hingga homogen dan disisihkan Metil paraben dilarutkan dalam propilen glikol di cawan penguap, aduk hingga larut lalu dimasukkan ke dalam mortir. Basis salep dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam mortir, gerus hingga homogen dan disisihkan Propil paraben dilarutkan dalam propilen glikol di cawan penguap, aduk hingga larut. Dimasukkan ke dalam mortir. Basis salep dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam mortir, gerus hingga homogen dan disisihkan Semua bahan yang telah disisihkan dimasukkan ke dalam mortir, gerus hingga homogen Sisa basis ditambahkan ke dalam mortir, gerus hingga homogen Natrium EDTA dilarutkan dengan 1 ml aquadest di cawan penguap, masukkan ke dalam mortir, gerus hingga homogen Sediaan ditimbang sebanyak 5 gram untuk masing-masing tube Sediaan yang teah ditimbang dimasukkan ke dalam tube, tutup tube, beri etiket Lakukan uji evaluasi. 3.4 Pembahasan Unguentum sulfuris atau salep Sulfur praecipitatum merupakan salep dengan bahan aktif sulfur praecipitatum yang merupakan sulfur yang diendapkan. Pada salep sulfuris ini basis salep yang digunakan adalah campuran vaselin album (vaselin putih) dan paraffin liquidum yang merupakan campuran basis hidrokarbon. Selain itu, ditambahkan pula bahan pengawet untuk mengurangi kontaminas mikroorganisme yaitu metil paraben dan propil paraben. 3.5 Kesimpulan Berdasarkan formulasi dan cara pembuatan Unguentum sulfuris, diketahui bahwa bahan obat (sulfur pp) tidak larut dalam minyak mineral, ppg dan juga air. Sehingga sulfur pp dikerjakan berdasarkan peraturan pembuatan salep nomor (3) dengan cara diserbukkan, dan dicampur dengan basis salep sedikit-sedikit. Sedangkan pada basis salep yang merupakan campuran vaselin album dan paraffin liquidum dikerjakan berdasarkan peraturan pembuatan salep nomor (4) yaitu dengan memanaskan keduanya (vaselin album dan paraffin liquidum) di dalam cawan penguap hingga mencapai suhu 60-70oC sambil diaduk sampai homogen kemudian didinginkan (Syamsuni, 2007). Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa pada pembuatan Unguentum sulfuris menggunakan 2 aturan pada pembuatan salep yaitu aturan nomor (3) dan nomor (4). 4. Formulasi dan cara pembuatan salep minyak ikan/Olei iecoris unguentum 4.1 Formulasi Olei iecoris unguentum menurut Fornas edisi II Tahun 1978 (Hal:217). No Nama bahan Jumlah Kegunaan 1. Oleum iecoris aselli 2,5 g Zat aktif 2. Cera flava 250 mg Zat tambahan 3. Vaselin Flavum ad 10 g Zat tambahan
4.2 Perhitungan bahan
• Oleum iecoris aselli = 2,5 g • Cera flava = 250 mg • Vaselin flavum = 10 g – (2,5 g+0,25 g) = 10 g – 2,75 g = 7,25 g 4.3 Cara pembuatan Disiapkan alat dan bahan Ditimbang semua bahan Cera flava dan vaselin dilebur bersama diatas penangas air hingga meleleh, kemudian diaduk Dimasukkan hasil leburan cera flava dan vaselin ke dalam mortir Dimasukkan oleum iecoris sedikit demi sedikit, kemudian digerus hingga homogen Dimasukkan ke dalam wadah Diberi etiket biru Dilakukan evaluasi sediaan. 4.4 Pembahasan Olei iecoris unguentum atau salep minyak ikan terdiri dari zat aktif dan zat tambahan. Dimana zat aktif yang dgunakan adalah Oleum iecoris aselli yang berfungsi sebagai sumber vitamin A dan D. Sedangkan zat tambahannya ialah Vaselin flavum dan cera flava. Sari mintak ikan pada salep sangat mendukung pada penyembuhan luka bakar, koreng, dan lainnya. Dalam pembuatan salep ini, dilakukan peleburan vaselin flavum dan cera flava terlebih dahulu agar kedua bahan tersebut menyatu. Setelah keduanya menyatu, barulah ditambahkan Oleum iecoris aselli ke dalam mortir dan di gerus sampai homogen. 4.5 Kesimpulan Berdasarkan formulasi dan cara pembuatan Olei iecoris unguentum/Salep minyak ikan, diketahui bahwa Vaselin flavum dan cera flava mempunyai fasa yang berbeda, sehingga keduanya tidak dapat menyatu. Maka dari itu, untuk menyatukan kedua bahan tersebut dilakukan teknik peleburan terlebih dahulu kemudian barulah ditambahkan Olei iecoris aselli. Dari cara pembuatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembuatan salep ikan mengikuti aturan pembuatan salep nomor (4) dimana dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut diaduk sampai dingin. 5. Formulasi dan cara pembuatan Unguentum metil salisilat 5.1 Formulasi Unguentum metil salisilat No Nama bahan Jumlah Kegunaan 1. Metil salisilat 15% b/b Zat aktif 2. Propilen glikol 5 % b/b Pelarut pengawet (HOPE edisi 6 hal : 592) 3. Methyl paraben 0,2 % b/b Pengawet (HOPE edisi 6 hal : 441) 4. Prophyl paraben 0,02 % b/b Pengawet (HOPE edisi 6 hal : 596) 5. Natrium EDTA 0,1 % b/b Pengompleks (HOPE edisi 6 hal : 242) 6. Aquadest 10 tetes Pelarut pengompleks (HOPE edisi 6 hal : 766) 7. BHT 0,05 % b/b Antioksidan (HOPE edisi 6 hal : 75) 8. Cera alba 10% b/b Basis salep (HOPE edisi 6 hal : 779) 9. Paraffin liquid 5% b/b Emolien (HOPE edisi 6 hal : 446 10. Adeps lanae 5% b/b Basis salep (HOPE edisi 6 hal : 379 11. Vaselin album ad 100 Basis salep %b/b (HOPE edisi 6 hal : 482)
5.2 Perhitungan bahan
• Dibuat 5 tube @5 gram = 5 x 5 gram = 25 gram • Total 5 tube dilebihkan 50% = 25 g + (50%x25g) = 40 g • Metil salisilat = 15 g/100 g x 40 g = 6 g • Propilen glikol = 5 g/100 g x 40 g = 2 g • Methyl paraben = 0,2 g/100 g x 40 g = 0,08 g • Propyl paraben = 0,02 g/100 g x 40 g = 0,008 g • Natrium EDTA = 0,1 g/100 g x 40 g = 0,04 g • Aquadest = 10 Tetes • BHT = 0,05 g/100g x 40 g = 0,02 g • Cera alba = 10 g/100 g x 40 g = 4 g = 4 g + (20 g/100 g x 4 g) = 4,8 g • Paraffin liquid = 5 g/100 g x 40 g = 2 g 50% x 2 g = 1 g (untuk melarutkan BHT) 50% x 2 g = 1 g 1 g + (20 g/100 g x 1 g) = 1,2 g (untuk basis salep) • Adeps lanae = 5 g/100 g x 40 g = 2 g 5.3 Cara pembuatan Dilebur basis (Cera alba, vaselin album, adeps lanae, dan paraffin liquid) dengan menggunakan cawan penguap di atas hotplate hingga basis melebur sambil sesekali diaduk menggunakan batang pengaduk Basis kemudian digerus di dalam mortir hingga terbentuk basis salep, lalu ditimbang sebanyak 30,852 g dengan menggunakan kertas perkamaen di atas timbangan analitik Dimasukkan metil salisilat yang telah ditimbang, ditambahkan basis sedikit, diaduk hingga homogen Dilarutkan metil paraben yang telah ditimbang dengan sebagian propilen glikol yang telah ditimbang menggunakan kaca arloji. Dimasukkan ke dalam mortir, lalu ditambahkan basis sedikit, diaduk hingga homogen Dilarutkan propil paraben yang telah ditimbang dengan sebagian propilen glikol yang telah ditimbang menggunakan kaca arloji. Dimasukkan ke dalam mortir, lalu ditambahkan basis sedikit, diaduk hingga homogen Dilarutkan Na-EDTA yang telah ditimbang dengan aquadest sebanyak 10 tetes di kaca arloji. Dimasukkan ke dalam mortir, lalu ditambahkan basis sedikit, diaduk hingga homogen Dilarutkan BHT yang telah ditimbang dengan sebagian paraffin liquid yang telah ditimbang menggunakan kaca arloji. Dimasukkan ke dalam mortir, lalu ditambahkan basis sedikit, diaduk hingga homogen Dimasukkan sisa basis ke dalam mortir, diaduk hingga homogen Salep yang telah jadi ditimbang menggunakan kertas perkamen digulung menutupi sediaan salep Kertas perkamen dimasukkan ke dalam ujung tube yang telah dibuka, salep dikeluarkan dengan menahan ujung kertas perkamen dengan pinset sampai salep masuk seluruhnya ke dalam tube. Ujung tube ditutup, dimasukkan ke dalam kemasan sekunder beserta etiket Dilakukan evaluasi sediaan. 5.4 Pembahasan Unguentum metil salisilat atau salep metil salisilat merupakan salep yang berbahan aktif metil salisilat. Metil salisilat adalah cairan yang memiliki bau khas yang diperoleh dari daun dan akar tumbuhan akar wangi (Gaultheria procumbens). Khasit analgetisnya pada penggunaan lokal sama dengan senyawa salisilat lainnya. Dalam proses pembuatan unguentum metil salisilat, agar memudahkan dalam pencampuran bahan-bahan, maka digunakan metode pembuatan fusi/pelelehan (Syamsuni, 2006) dengan melebur bahan-bahan yang larut dalam minyak seperti vaselin album, cera alba, adeps lanae dan paraffin liquid. Untuk menghasilkan massa salep yang baik, dibutuhkan zat untuk meningkatkan konsistensi massa salep (Syamsuni,2006), maka selain sebagai basis salep, cera alba juga dapat berguna sebagai peningkat konsistensi (Rowe, 2006). Karena salep metil salisilat mengandung minyak yang mudah teroksidasi dan akan menyebabkan bau tengik, maka ditambahkan antioksidan berupa BHT (Rowe, 2006). 5.5 Kesimpulan Berdasarkan formulasi dan cara pembuatan Unguentum metil salisilat, diketahui bahwa metil salisilat sukar larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam asam asetat glasial (FI V hal : 839). Bahan aktif sukar larut dalam air (Depkes RI,2014), maka bahan aktif dimasukkan bersama dengan basis salep yang telah di lebur. Bahan aktif tidak tahan pemanasan (Depkes RI,2014), maka bahan aktif tidak ikut dilebur bersama basis salep. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa pembuatan salep asam salisiat megikuti aturan pembuatan salep nomor (4) yaitu dasar salep dibuat dengan peleburan, serta campuran tersebut diaduk sampai dingin. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia,
edisi V, Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional, Edisi 2. Jakarta : (tp). Rowe, Raymond C. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients.6th ed., London: Pharmaceutical Press. Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.