Anda di halaman 1dari 4

Jamin adalah seorang anak piatu berumur 9 tahun, yang jujur, baik, dan penyayang.

Dia memiliki
ayah yang berkelakuan tidak baik. Dia juga memiliki adik yang sangat disayanginya. Ibunya sudah
setahun meninggalkannya, sekarang dia mendapat ibu tiri yang sangat kejam kepadanya dan adiknya.
Sekarang ia disuruh mencari uang untuk mak tirinya

Johan adalah anak laki laki berumur 7 tahun. Ia adalah adik Jamin, ia juga seorang anak piatu.
Nasibnya sama dengan Jamin, tetapi Johan tidak disuruh untuk meminta-minta. Walaupun begitu, ia
juga sering mendapat pukulan dari mak tirinya.

Bertes adalah bapak dari Jamin dan Johan. Awalnya dia berkelakuan baik, tapi ia terjerumus ke
lembah akibat pengaruh teman-temannya. Apalagi, semenjak peninggalan istrinya. Dia tidak
mempelihara kedua anaknya dengan baik, bahkan ia juga tidak bisa memilih istri yang berkelakuan baik.
Dia menjadi pemabuk berat sepeninggal istrinya Mina

Mina adalah ibu kandung Jamin dan Johan. Ia cantik, baik, dan penyayang. Namun, kelakuan
suaminya yang buruk itulah yang menyebabkan ia meninggal dunia.

Inem adalah ibu tiri Jamin dan Johan. Ia seorang pecandu mandate, kelakuannya buruk, bahkan
ia pun tak segan segan untuk berani memukul Jamin dan Johan. Ia pun menyuruh Jamin untuk mencari
uang dengan meminta-minta.

Kong Sui adalah pemilik took obat di pasar Senin. Pria inilah yang menolong Jamin, saat pingsan
didepan tokonya. Namun, dia juga mudah terpengaruh oleh perkataan orang.

Nyonya Fi adalah istri dari Kong Sui. Sifatnya tak jauh beda dengan suaminya, baik dan iba,
namun ia tidak mudah terpengaruh perkataan orang. Perempuan ini juga penyayang kepada Jamin,
karena ia pun sudah ditinggal oleh anak kandungnya.

Jamin dan Johan sengsara ketika ditinggal mati oleh ibunya akibatnya bapak mereka menjadi
pemabuk dan menikahi wanita penghisap candu untuk dijadikan Ibu tiri Jamin dan Johan.

Pada masa mudanya, Bertes terpelosok ke jurang kejahatan. Dia menjadi pemabuk, dan
membuatnya terkena penyakit beri-beri kering. Penyakit inilah yang membuat Bertes dipecat sebagai
serdadu.

Ibu tiri Jamin dan Johan pun mulai untuk menyuruh Jamin untuk mencari uang 50 sen hari ini
dari pekerjaan meminta-minta. Bahkan, si Inem mengancam Jamin, agar Jamin tidak pulang sebelum
mendapatkan uang sebesar itu. Si Jamin pun tidak terlalu berani meminta-minta kepada orang, apalagi
dengan cara berbohong.

Dalam perjalanan mencari uang 50 sen itu, Jamin jatuh pingsan didepan toko obat di pasar
Senin. Ini karena , belum ada sedikit pun yang masuk kedalam perutnya kecuali air dingin. Jamin pun
ditemukan oleh pemilik toko obat tersebut. Untung saja pemilik toko amat baik hati .
Pada suatu hari, Bertes terlibat perkelahian, ia pun dibawa polisi. Johan menangis tersedu-sedu
melihat bapaknya dibawa polisi. Tetapi, Inem tidak merasa sedih, ia malah senang ketika Jamin pulang
dan memberikannya uang 50 sen itu setelah Jamin tidak pulang satu harian.

Ketika, cincin Nyonya Fi ditemukan Johan, mereka langsung menuju toko obat Kong Siu. Jalan
terasa sangat jauh, namun saat mereka hampir sampai, Jamin tertabrak trem saat menyebrangi jalan,
namun adiknya selamat.

Jamin yang tidak mencari uang yang cukup karena uangnya dibelikan nasi, akibatnya ibu tirinya
memukul Jamin bahkan Johan. Hal itu terjadi karena, uang hasil minta-minta Jamin tidak cukup untuk
membeli mandat.

Bertes dan keluarganya pindah ke Jakarta sejak ia dipecat. Selama 1 tahun di Jakarta barulah
perilakunya berubah menjadi baik, tapi tahun selanjutnya ia berubah menjadi bengis sekali. Nasihat
istrinya tak pernah didengar, bahkan istrinya lah yang ditinjunya. Hal ini mengakibatkan istri Bertes
meninggal. Sepeninggal Istrinya, Bertes malah menikahi perempuan yang tidak benar, yaitu seorang
pecandu mandat yang akhirnya membuat Jamin dan Johan sengsara.

Sudah satu harian, Jamin belum mendapat 50 sen, ia baru mendapat 25 sen. Perutnya lapar, tapi
ia tetap bolak-balik pasar untuk mencari 25 sen lagi. Hari itu hujan turun deras hingga malam hari. Sudah
malam, Jamin belum mendapatkan 50 sen, dia pun jatuh pingsan di depan sebuah toko obat.

Setelah Jamin diberi makan, baju dan uang oleh pemilik toko itu, ia pun pulang kembali ke
rumahnya. Jamin tak tau apa yang akan didapatkannya dirumah nanti, rasa takut Jamin pada ibu tirinya
makin bertambah.

Tak disangka, ternyata di dalam kantong celana Jamin yang diberikan Nyonya Fi kepadanya ada
sebuah cincin. Tetapi, cincin itu diambil si Inem mak tiri Jamin. Jamin bingung memikirkan bagaimana
cara untuk mengambil cincin itu dan mengembalikannya kepada Nyonya Fi.

Jamin setelah tertabrak dibawa ke rumah sakit Glogok, lukanya parah. Johan dan Nyonya Fi
dating untuk melihat keadaan Jamin. Tak lama kemudian, Jamin sadar, tetapi hanya untuk
menyampaikan kata terakhir kepada Johan dan Nyonya Fi. Ia pun, mencium dan memeluk Johan, dan
menitipkan salam kepada ayahnya. Jamin pun pergi untuk menyusul Ibunya.

Setelah penyakit beri-beri kering itu diderita Bertes, diapun harus berobat di Jakarta. Akhirnya,
Bertes, Mina, dan kedua anaknya pindah dan menetap di Jakarta.

Dalam perjalanan mencari uang 50 sen itu, tidak disangka Jami nada 3 pelaut yang sedang
mencari budak kecil untuk dipekerjakan di kapal mereka. Hati Jamin senang tapi bercampur sedih,
karena Ia harus meninggalkan adiknya.

Tak disangka, masih ada sepasang suami istri yang pengiba pemilik toko obat itu, Kong Sui dan
Nyonya Fi. Mereka menolong Jamin, diberi makan ia, diberi baju dan uang. Merekalah yang membuat
Jamin bergembira hati setelah ibunya meninggal.
Johan pun berhasil mengambil cincin Nyonya Fi yang diambil ibu tirinya itu. Mereka pun pergi
untuk memberikan cincin itu kepada nyonya Fi.

Jamin telah tiada, hari itu juga mayat Jamin dibawa ke perkuburan Mangga Dua, untuk
dikuburkan. Johan pun tinggal bersama Nyonya Fid an Kong Sui, Johan disekolahkan hingga menjadi
pintar. Tak lupa, setiap hari ia berdoa agar dapat membalas budi Nyonya Fid dan Kong Sui.

Anda mungkin juga menyukai