Anda di halaman 1dari 7

Masa kejayaan

Pada masa pemerintahan sultan mudzaffar syah, Malaka melakukan ekspansi di


Semenanjung Malaya dan pesisir timur pantai sumatera, setelah sebelumnya berhasil
mengusir serangan siam. Di mulai dengan menyerang aru yang disebut sebagai
kerajaan yang tidak menjadi muslim dengan baik Penaklukan Malaka atas kawasan
sekitarnya ditopang oleh kekuatan armada laut yang kuat pada masa tersebut serta
kemampuan mengendalikan orang laut yang tersebar antara kawasan pesisir
timur pulau sumatera sampai laut cina selatan. Orang laut ini berperan mengarahkan
setiap kapal yang melalui Selat Malaka untuk singgah di Malaka serta menjamin
keselamatan kapal-kapal itu sepanjang jalur pelayarannya setelah membayar cukai di
Malaka.
Di bawah pemerintahan raja berikutnya yang naik tahta pada tahun 1459, sultan
mansur syah. Melaka menyerbu kedah dan Pahang, dan menjadikannya negara
vassal. Di bawah sultan yang sama Kampar, dan siak juga takluk. Sementara
kawasan inderagiri dan jambi merupakan hadiah dari Batara Majapahit untuk Raja
Malaka. Sultan Mansur Syah kemudian digantikan oleh putranya sultan alauddin syah
namun memerintah tidak begitu lama karena diduga ia diracun sampai meninggal dan
kemudian digantikan oleh putranya sultan Mahmud syah.
Hingga akhir abad ke-15 Malaka telah menjadi kota pelabuhan kosmopolitan dan pusat
perdagangan dari beberapa hasil bumi seperti emas, timah, lada dan kapur. Malaka
muncul sebagai kekuatan utama dalam penguasaan jalur selat malaka, termasuk
mengendalikan kedua pesisir yang mengapit selat itu.
Masa keruntuhan
Sultan Mahmud Syah memerintah Malaka sampai tahun 1511, saat ibu kota kerajaan
tersebut diserang pasukan portugal di bawah pimpinan afonso de Albuquerque.
Serangan dimulai pada 10 agustus 1511 dan pada 24 agustus 1511, Malaka jatuh
kepada Portugal. Sultan Mahmud Syah kemudian melarikan diri ke bintan dan
menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat pemerintahan baru. Perlawanan terhadap
penaklukan Portugal berlanjut, pada bulan Januari 1513 patih yunus dengan pasukan
dari demak berkekuatan 100 kapal 5000 tentara mencoba menyerang Malaka, namun
serangan ini berhasil dikalahkan oleh Portugal. Selanjutnya untuk memperkuat
posisinya di Malaka, Portugal menyisir dan menundukkan kawasan antara selat
malaka. Pada bulan Juli 1514, de Albuquerque berhasil menundukkan Kampar, dan
Raja Kampar menyatakan kesediaan dirinya sebagai vazal dari Portugal di Malaka.
Sejak tahun 1518 sampai 1520, Sultan Mahmud Syah kembali bangkit dan terus
melakukan perlawanan dengan menyerang kedudukan Portugal di Malaka. Namun
usaha Sultan Malaka merebut kembali Malaka dari Portugal gagal. Di sisi lain Portugal
juga terus memperkokoh penguasaannya atas jalur pelayaran di selat malaka. Pada
pertengahan tahun 1521, Portugal menyerang pasai, sekaligus meruntuhkan kerajaan
yang juga merupakan sekutu dari Sultan Malaka.
Selanjutnya pada bulan Oktober 1521, pasukan Portugal dibawah pimpinan de
Albuquerque mencoba menyerang Bintan untuk meredam perlawanan Sultan Malaka,
namun serangan ini dapat dipatahkan oleh Sultan Mahmud Syah. Namun dalam
serangan berikutnya pada 23 oktober 1526 Portugal berhasil membumihanguskan
Bintan, dan Sultan Malaka kemudian melarikan diri ke kampar, tempat dia wafat dua
tahun kemudian. Berdasarkan sulalatus salatin, Sultan Mahmud Syah kemudian
digantikan oleh putranya sultan alauddin syah yang kemudian tinggal
di pahang beberapa saat sebelum menetap di johor. Kemudian pada masa berikutnya
para pewaris Sultan Malaka setelah sultan Mahmud syah lebih dikenal disebut
dengan sultan johor.
(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Melaka )

Peninggalan peninggalan kerajaan malaka

1. Koin koin malaka

2. Benteng a famosa
adalah benteng Portugis di Malaka,
Malaysia. Benteng ini merupakan
salah satu sisa
arsitektur Eropa paling tua di Asia.
Gerbang kecil yang disebut Porta de
Santiago merupakan satu-satunya
bagian benteng yang masih tersisa hingga kini. Benteng ini merupakan
peninggalan portugis yang telah berhasil menaklukkan kerajaan malaka.

Sumber: (Wikipedia)

3. Masjid kubro Kampar timur

Sekitar abad 15, Kerajaan malaka diserang oleh Portugis dan Raja Malaka
beserta pengikutnya melarikan diri. Dalam pelariannya Sutan Mahmud Raja
Malaka melakukan pelarian ke Penyengat, kemudian menelusuri Sungai
Kampar hingga akhirnya ia menetap dan tinggal di kampar serta
memerintah dan meninggal di kampar, beliau membentuk Kerajaan baru
yang disebut Kerajaan Kampar. 

Ada 2 versi yang menyatakan makam sultan Mahmud malaka. Lokasi  yang
terdapat dalam kitab sulatus salatin itu berada di Kampar, ada yang
menyatakan makam beliau ada di pekantua  pelalawan. Namun perlu kita
ketahui bahwa dulunya Pelalawan merupakan bagian dari kampar. Menurut
versi Kerajaan Pelalawan Sultan mahmud merupakan Raja dari Kerajaan
Pekantua Kampar. 
 
Topi Kebesaran Datuk Somok (Ninik Mamak) yang telah berusia 200tahun. 

Di sini kami sedikit mengulas tanpa ada maksud apapun,maupun tendensi


kepada pihak lain, semua yang kami tulis diperoleh langsung dari nara
sumber ninik mamak,datuk dan tokoh masyarakat. Tidak banyak bukti
ataupun peninggalan dari Kerajaan Kampar peninggalan dari Sultan Mahmud
Raja dari malaka. Menurut datuk Somok yang merupakan Ninik Mamak di
Koto Perembahan Kampar Timur yang telah berumur 94 tahun, Istana
Kerajaan telah dibongkar pada tahun 70an, dan dilokasi kerajaan terdahulu
kini dibangun sebuah Sekolah Dasar. Datuk Somok menceritakan Istana
tersebut berbentuk rumah lontiok yang ukuran nya besar dengan tiang-tiang
yang besar, di dalam istana tersebut banyak tersimpan
keris,tombak,meriam, lelo,pedang,peti dll namun ketika istana itu di
robohkan barang tersebut ikut raib, catatan – catatan manuskrip juga tidak
ada di temukan lagi dan satu-satunya  yang tersisa dan disimpan dengan
baik yaitu cap /stempel sultan yang di pegang oleh turun – temurun oleh
pemangku dan disimpan di rumah siampu atau rumah suku. 
 

 
Selain stempel,kiranya bukti lain yang merupakan peninggalan Sultan
malaka adalah sebuah mesjid, mesjid yang terletak di Dusun Pd Merbau
Barat Desa Koto Perambahan kecamatan kampar Timur Kabupaten
Kampar ini dinamakan Mesjid Kubro. Menurut cerita Ninik mamak dan
Masyarakat di Desa Koto Perambahan secara turun temurun mesjid ini
dibangun pada masa Sultan Mahmud raja dari malaka, mesjid ini telah
direnovasi berulang-ulang kali dengan tanpa merubah wujud asli dari mesjid
tersebut. 
 
Dalam Mesjid Kubro

 
Renovasi Terakhir Mesjid Kubro (17-2-74

Kami sempat berbicara dengan Datuk Somok dan datuk majo besar Suku
Pitopang, mereka berkisah, ketika itu Melaka di serang oleh bangsa portugis
karena sultan Mahmud ini kalah dalam peperangan maka beliau melarikan
diri, pelarian pertama nya beliau merapat ke Pulau Penyengat,namun karena
masih di kejar oleh pihak portugis sehingga Sultan Mahmud melanjutkan
pelariannya dengan menelusuri Sungai Kampar hingga akhirnya ia merapat
disuatu tempat yang dinamakan dengan Perambahan. Sultan kemudian
menjadi sultan di daerah tersebut, ada 13 sultan yang pernah memimpin.
Makam Sultan terakhir terdapat di Desa Koto Perambahan,dan sampai kini
makam tersebut masih terawat, saynagnya kami tidak sempat
mendokumentasikan gambar makamnya,kami hanya melihat makam
tersebut dari kejauhan.
                   

 
Kubah Mesjid Kubra

 
Kubah Mesjid Kubra dengan motif melayu

Sumber: (http://www.riaudailyphoto.com/2012/08/mesjid-kubro-kampar-timur-
peninggalan.html )

Anda mungkin juga menyukai