Anda di halaman 1dari 14

BAB V

Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah peneliti melakukan penelitian secara langsung, kemudian peneliti

mengolah data hasil jawaban dari kegiatan wawancara, observasi, dan juga

dokumentasi, maka dapat di tarik berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti

lakukan mengenai pengembanga technopreneurship di pesantren (eksperimenship

perancangan robot hidrolik) dalam meningkatkan life skill santri dipondok

pesantren Al-Furqon Driyorejo Gresik.

A. Strategi Pengembangan Technopreneurship di Pondok Pesantren Al-

Furqon Driyorejo Gresik

Metode yang cocok untuk digunakan dalam program pelatihan pada

pondok pesantren Al-Furqon ini adalah pelatihan di dalam ruangan bentuk

simulasi kegiatan-kegiatan yang ada, seperti perancangan robot hidroulik yang

di damping oleh tim pengabdian dan para asatidz setempat dan diikuti oleh

kurang lebih 60 santri yang sudah menginjak Sekolah Menengah Atas. Adapun
77
metode yang diterapkan secara rinci yaitu: Untuk mengetahui kebutuhan,

dilakukan observasi mengenai kondisi lingkungan dan kegiatan-kegiatan

terkait, dalam hal ini dilakukan melalui pendekatan dengan pemimpin pondok

Al-Furqon yaitu KH. Mashuri Abdurrohim selaku pengasuh pondok pesantren

untuk mengetahui tata cara untuk mengembangkan eksperimenship pada santri

yang ada dipondok peantren ini, sumber daya yang tersedia dipondok, serta

meneliti permasalahan yang terkait.

77
Suryanto, wawancara 19 April 2020

90
91

1. Menurut Zimmer Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan

ide-ide dan cara-cara baru dalam memecahkan sebuah masalah dan

menemukan peluang. Sedangkan inovasi adalah kemampuan dasar

menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan sebuah permasalahan

dan menemukan peluang. Sesuatu yang baru serta berbeda yang diciptakan

entrerpreneur selain berbentuk hasil seperti barang dan jasa, juga bisa

berbentuk proses, seperti ide-ide, metode, dan strategi. Sesuatu yang baru

dan berbeda yang diciptakan melalui proses berpikir kreatif, kritis dan

bertindak inovatif inilah yang menjadi daya saing yang diciptakan oleh
78
para entrepreneur. Sementara itu, seperti yang dikutip oleh Suryana,

nilai-nilai yang tercipta adalah sumber peluang bagi pelaku

Technopreneurship.

Kreatifitas akan muncul dari pelaku technopreneur melihat sesuatu yang

telah di anggap lama dan berfikir inovatif khususnya pada santri-santri

yang ada di Pondok Pesantren Al-Furqon Driyorejo Gresik ini. proses

Technopreneurship kreatif dan inofatif dapat di lakukan oleh santri ,

dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Memiliki Jiwa entrepreneur. Jiwa entrepreneur yaitu suatu jiwa yang

penuh rasa percaya diri, tidak tergantung pada orang lain, mempunyai

integritas pribadi yang tinggi dan optimis. Seorang yang memiliki jiwa

kewirausahaan itu selalu inovatif, kreatif, fleksibel dan serba bisa serta

serba tahu karena memiliki banyak sumber informasi.Penuh percaya

diri, indikatornya adalah: penuh keyakinan, optimis, berkomitmen,


78
Zimmer, Kreatifitas.hlm 61
92

disiplin, bertanggungjawab. Memiliki inisiatif, dengan indikatornya

adalah: penuh energi, cekatan dalam bertindak, dan aktif. Memiliki

motif berprestasi,dengan indikatornya adalah: terdiri dari atas orientasi

pada hasil dan wawasan ke depan.Memiliki jiwa kepemimpinan,

dengan indikatornya: adalah berani tampil beda, dapat dipercaya, dan

tangguh dalam bertindak. Bagi seorang yang ingin berwirausaha

seperti pelaku Technopreneurship mental kepemimpinan sangat

dibutuhkan, karena dia telah memutuskan untuk menjadi bos terhadap

usahanya sendiri. Karena itulah dia harus mempunyai kemampuan

pengelolaan usaha yang baik, namun hal ini bisa dipelajari sambil

berjalan, pandai berkomunikasi, berwibawa, berdedikasi tinggi, dan

jujur.

b. Berani Mengambil Resiko Dengan Penuh Perhitungan Karena

Menyukai Tantangan Risiko yang mungkin terjadi dari suatu usaha

bisa bermacam-macam, mulai dari risiko yang bersifat umum dalam

bentuk keuangan (financial risk), risiko sosial (social risk) atau risiko

kejiwaan (psychological risk), hingga risiko yang terjadi terhadap

badan ataupun fisik (psysiological risk). Bagi seorang pelaku

Technopreneurship biasanya, bila menghadapi suatu resiko akan

selalu memperhatikan faktor-faktor : daya tarik dari setiap alternatif

yang ada, sejauh mana dia bisa bersedia menanggung resiko,

kemungkinan keberhasilan dan kegagalannya, serta kemampuannya

untuk meningkatkan keberhasilan dan mengurangi kegagalannya


93

dalam bidang apapun . Dengan demikian diharapkan kita menghadapi

segala risiko itu dengan perencanaan yang sangat profesional dan

matang.

c. Harus berani dan mampu untuk mengambil keputusan.

d. Seorang pelaku Technopreneurship harus memperhatikan hal-hal

berikut dalam pengambilan keputusan: pertama harus menentukan

fakta dari masalah. Kedua, harus mengidentifikasi masalah yang tidak

menggunakan fakta misalnya; logika, penalaran, intuisi dan lain-lain.

Ketiga jauhi keputusan yang membuat perubahan yangdratis

(revolusioner). Keempat ambil resiko sedang,bila tingkat

ketidakpastiantinggi. Kelima, keputusan harus diuji coba untuk

menilai keberhasilannya. Keenam dalam kondisi tidak

menentu,gunakan cara lama yang sudah jelas terbukti (sambil

mencoba cara baru). Ketujuh, berilah dukungan terhadap apapun

keputusan yang telah diambil sehingga santri bisa mempelajari berapa

besar pentingnya sebuah imajianasi untuk memunculkan inovasi.

Seorang pelaku Technopreneurship tidak akan berhasil apabila tidak

memiliki pengetahuan, kemampuan, dan kemauan. Ada kemauan

tetapi tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan tidak akan

membuat seseorang menjadi wirausahawan yang sukses. Sebaliknya,

memiliki pengetahuan dan kemampuan tetapi tidak disertai kemauan

tidak akan membuat wirausaha mencapai kesuksesan.


94

e. Beberapa pengetahuan yang harus dimiliki pelaku Technopreneurship

adalah:

1) Pengetahuan mengenai usaha yang akan di lalui atau yang sedang

di rintis ataupun lingkungan yang ada.

2) Pengetahuan tentang pentingnya tanggung jawab

3) Pengetahuan tentang management dan organisasi-organisasi bisnis

yang sudah ada di pesantren.

Sedangkan keterampilan yang harus dimiliki wirausaha di

antaranya adalah:

a) Keterampilan mengatur strategi yang tersusun secara baik dan

konseptual.

b) Keterampilan menciptakan nilai tambah secara kreatif.

c) Keterampilan mengolah serta memimpin.

d) Keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi.

e) Keterampilan technik merancang apapun jenis usaha yang akan

dilakukan.79

f. Modal tidak selalu identik dengan yang namanya uang saja, akan

tetapi modal itu bisa di awali dari diri sendiri. Bagi pelaksana

pengembangan technopreneurship, harus mempunyai beberapa modal

yakni sebagai berikut:

1) Modal Intelektual
79
Suryana, Kewirausahaan, hlm.4.
95

Modal intelektual dapat diwujudkan dalam bentuk ide-ide

sebagai modal utama yang disertai wawasan, kemampuan,

keterampilan, komitmen, serta tanggung jawab sebagai modal

tambahan. Ide merupakan modal utama yang akan membentuk

modal-modal lainnya. Dalam Technopreneurship, yang paling

dinunggulkan ialah adanya kompetensi inti core competence80 yang

menyangkut di dalamnya yakni berupa keterampilan, kemampuan

dan wawasan pengetahuan agar santri memiliki daya saing dengan

menggunakan intelektualnya, sehingga santri dapat mengunggulkan

produk-produk yang akan di tawarkan pada pasaran.

2) Modal Sosial dan Moral

Modal sosial dan moral diaplikasikan dalam bentuk kejujuran

dan kepercayaan, sehingga dapat terbentuk citra seorang pelaku

Technopreneurship yang baik biasanya memiliki etika dan moral.

Dalam konteks ekonomi maupun sosial, kejujuran, integritas, dan

ketepatan janji merupakan dasar modal sosial yang dapat

menumbuhkan kepercayaan dari waktu ke waktu. Jaminan ini

adalah sebuah upaya penarikan kepercayaan pelanggan pada

pelaku technopreneursip khususnya di pondok pesantren Al-

Furqon Driyorejo Gresik.

3) Modal mental
80
Kompetensi inti core competence adalah kreativitas dan inovasi dalam rangka menciptakan nilai
tambah untuk meraih keunggulan dengan berfokus pada pengembangan pengetahuan dan
keunikan.
96

Modal mental adalah kesiapan mental berdasarkan landasan

agama, diwujudkan dalam bentuk keberanian untuk menghadapi

risiko dan tantangan.penanaman modal mental ini sangatlah

penting di lakukan, selain pelaku technopreneurship berani

menghadapi tanangan, juga terdapat sebuah pengalaman yang

sudah ada pada diri.

4) Modal material

Modal material adalah modal yang mempunyai nilai, seperti uang

dan barang. Modal ini sangatlah penting untuk di penuhi, ketika

sudah terpenuhinya modal-modal yang tertulis di atas.

B. Keunggulam Eksperimenship Perancangan Robot Hidraulik Dalam

Meningkatkan Life Skill Santri

Eksperimenship atau yang kita kenal dengan perancangan adalah

kemampuan dasar untuk membuat suatu alternative pemecahan masalah.

Seiring dengan aman yang selalu berkembang. Kemampuan untuk

bertechnology di era modern ini sangatlah pesat dan luas, terutamanya adalah

pada bidang wirausaha dengan system control seperti computer. Hal ini di

karenakan pentingnya kemaslahatan manusia dalam bidangnya. Perkembangan

ini berpengaruh sangatlah besar, baik itu di dalam dunia kerja, pendidikan,

industry atau kehidupan sehari-hari. Seiring dengan berkembangnya zaman,

kemampuan untuk bertechnology pada era sekarang ini, terutama dalam bidang

elektronik dan system control, hal ini di karenakan pentingnya kemaslahatan

manusia pada era modern ini. Perkembangan ini berpengaruh sangat besar,
97

baik itu di kalangan pembisnis, pendidikan, pengembangan, dan dalam

kehidupan sehari-hari. dalam aktivitas manusia untuk mengatasi permsalahan

yang timbul. salah satunya ialah dengan menggunakan robot.

Merancang dan membangun robot dapat menumbuh kembangkan

kreativitas dengan elektronika, manufacturing, komputasi, otomasi kendali, dan

proses perakitan yang ada di pondok pesantren khususnya bagi santi-santrinya.

Robot yang paling sederhana adalah robot hidraulik yang dapat mengangkat

beban dengan menggunakan tenaga pompa angina tau air. Walaupun robot

tersebut dalam bentuk permainan, sifat, tujuan, dan fungsinya sebagai robot

tetap ada, yaitu memiliki daya angkut, ketepatan, dan bisa ditingkatkan hingga

memiliki kecerdasan, selain itu juga strategi ini dapat meningkatkan life skill

santri dalam upaya menumbuh kembangkan entreperunership dalam bidang

technology(technopreneurship), agar para santri mampu mengembangkan

kemampuannya di masa yang akan datang ketika sudah menjadi alumni.

Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, ditambah lagi dengan efisiensi

penggunaannya dan harga bahan yang relative murah, sehingga santri bisa

mempraktekkan langsung tanpa harus menguras uang sakunya. Namun

demikian, mesti memiliki berbagai kelemahan, strategi ini tetap dgunakan

sebagai dasar dalam belajar mikrokontroler. Dengan memiliki dasar

pengetahuan yang cukup tentang bereksperimenship, pada saat belajar

mikrokontroler kita akan dapat lebih cepat dan dapat memahaminya dengan

lebih sempurna, sehingga dampak dari semua ini bukan hanya pada santri,

tetapi pada daya tarik dari pondok pesantren Al-Furqon sendiri. Santri bukan
98

hanya mendapatkan laba dari hasil karya nya, santri juga bisa

memajukembangkan pesantrennya, hingga menjadi pesantren yang maju dan

favorit. Demikian bisa di lihat penghasilan dari berwirausaha santri juga bisa

mendapatkan popularitas di pesantren Al-Furqon Driyorejo gresik, sehingga

menjadi pondok pesantren terfavorit di wilayah Gresik selatan.

C. Factor-faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Technopreneurship di

pesantren (Eksperimenship Perancangan Robot Hidrolik Terhadap Life

Skill Santri) di Pondok Pesantren Al-Furqon Driyorejo Gresik

Salah satu lembaga di Indonesia yang memiliki potensi terkait

pengembangan budaya kewirausahaan adalah pesantren.81 Pesantren di

Indonesia yang jumlah pencapaiannya adalah ribuan, sebenarnya pesantren

mempunyai tingkat potensi yang begitu besar dalam bidang ekonomi. Namun

pesantren banyak di abaikan di kalangan pemerintah sendiri, dikarenakan

pesantren memiliki pendidikan yang masih di anggap tradisioanl oleh kalangan

elit, yang hanya memprioritaskan pembelajaran kitab-kitab klasik yang bisa

kita temui di beberapa pesantren yang masih murni, atau yang kita kenal

dengan pesantren salaf.

Kemajuan dari pondok pesantren tentu tidak lepas dari beberpa faktor yang

mendukung yayasan tersebut. Faktor pendukung tersebut setidaknya bisa

diklasifikasikan secara sederhana menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan

eksternal.

Ada yang dapat mengembangkan Pondok Pesantren Al-Furqon antara lain

sebagai berikut:
81
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama, Bandung, Mizan, 1997, hlm. xxii.
99

1. Faktor pendukung

Factor pendukung ialah suatu factor pendukung dari perkembangan di

pondok pesantren. Dari dalam pondok pesantren tersebut biasanya ada

beberapa nilai jual yang di miliki oleh pondok pesantren untuk

masyarakat. Jika dilihat dari sisi internal, faktor pendukung perkembangan

dan kemajuan Pondok Pesantren Al-Furqon antara lain:

a. Kinerja dari tenaga pengurus dan tenaga pendidik pesantren yang

bergerak dalam bidang pendidikan, tentunya terdapat pengurus dan

tenaga pendidik yang turut serta dalam mengembangkan pesantren

tersebut. Hal tersebut juga terdapat dalam pondok pesantren Al-

Furqon yang bergerak dalam bidang pendidikan. Pengurus harian

diketuai langsung oleh Ahmad Toyyibin, beliau adalah seorang yang

tidak pelit untuk berbagi Ilmu serta pengalaman hidup yang membuat

dirinya besar seperti sekarang. Perkembangan Pondok Pesantren Al-

Furqon Driyorejo Gresik menjadi lebih besar dikarenakan ada

hubungannya dengan kinerja kepengurusan yang progresif. Kinerja

yang maksimal serta dedikasi yang diberikan oleh seganap elemen

sumber daya manusia seperti dewan asatidz yang terdapat dalam

Pondok Pesantren Al-Furqon membuahkan hasil yang amat manis.

Masyarakat atau wali santri dapat merasakan hasil kerja keras mereka

dalam membangun pesantren berdampak baik pada kualitas putera

puteri meraka. Selain itu, masyarakat atau wali santri juga tidak terlalu

khawatir dengan kondisi putera-puteri mereka sebab ditangani oleh


100

tangan-tangan yang handal. Salah seorang pengurus menuturkan

bahwa salah satu keunggulan pondok pesantren Al-Furqon antara lain

ialah beragamnya unit pendidikan, komplek sitas tersebut salah

satunya lahir berkat kinerja yang baik dari para pengurus, tenaga

pengajar serta elemen yang lainnya. Dalam menggambarkan

kompleksitas unit pendidikan yang terdapat dalam Pondok Pesantren

Al-Furqon mengungkapkan bahwa Pondok Pesantren Al-Furqon

merupakan salah satu lembaga pendidikan sosial dan keagamaan yang

menaungi beberapa lembaga pendidikan, diantaranya adalah, PG, TK,

SD, SMP, SMA, SMK yang di naungi oleh pondok pesantren Al-

Furqon Driyorejo Gresik.

b. Tepenuhinya sumber daya santri. dengan terpenuhinya sumber daya

santri maka dengan mudah untuk menjalankan proses produksi di

setiap unit usaha yang ada sehingga dengan banyaknya sumber daya

santri yang dilatih dan didik menjadi pribadi yang hebatt, sesuai misi

pondok pesantren unggul dan berkualitas. Serta semakin banyaknya

santri disitulah semakin banyaknya sampah yang didapat dan dikelola

sehingga dapat menghasilkan uang lebih banyak lagi untuk

melengkapi kebutuhan pondok pesantren.

c. Niat Tulus Mengabdi ikhlas. Niat tulus serta ikhlas tidak keder

terhadap tantangan, tidak takut pada ancaman selalu melihat tantangan

sebagai peluang dan selalu istiqomah. Hal inilah yang tertanam dalam

diri santri untuk menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai santri.


101

d. Motivasi Pimpinan Pengasuh pesantren (kyai) Nasehat dan motivasi

dari pengasuh pesantren dan pimpinan, serta dewan asatidz

merupakan hal yang sangat diperlukan sekali dengan melihat

perjuangan pimpinan pengasuh yang sudah mendidik tanpa memungut

biaya atas berkualitas pendidikannya. Sesuai dari pendapat Mastuhu

bahwasanya Kyai merupakan inti dalam sebuah pesantren, beliau

adalah figur yang sentral karena seluruh penyelenggaraan kegiatan

pendidikan yang ada dipesantren terpusat kepadanya. Selain itu beliau

juga adalah sumber utama dari segala sesuatu yang berkaiatan dengan

soal kepemimpinan ilmu pengetahun dan misi pesantren. (Mastuhu,

1994). 82

e. Sarana yang memadai. Sarana yang memadai inilah yang mampu

untuk mendorong para santri untuk terlaksananya kegiatan-kegiatan

technopreneurship, eksperimenship untuk menggalih life skill

sehingga tumbuh kembang santri dapat di ketahui oleh pendidik yang

melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

2. Factor Penghambat

a. Minimnya tenaga pengajar pada pengembangan ini.Di pondok

pesantren Al-Furqon sendiri, minim sekali tenaga pendidik lulusan

ilmu technology, sehingga dalam proses ini cukup menyulitkan

pondok pesantren untuk mengembangkan technopreneurship dan

eksperimenship. Tetapi dari hal in I masih bisa di laksanakan dengan

82
Mastuhu, Entrepreneurship di Pesantren th 1994
102

mendatangkan tenaga pendidik dari luar untuk mengajarkan sebuah

technologi. Dan ini juga menjadi penghambat, karean di pondok

pesantren ini memiliki keterbatasan di masalah biaya untuk

mendatangkan tenaga pendidik dari luar. Dalam pemberdayaannya

sangat dibutuhkan kerja sama satu tim dalam pelaksanaannya bila

anggota berkurang maka tim tersebut tidak begitu sempurna lagi,

sebagai mana pendapat Fustio Cardoso Gomes (t.th:1-2.) bahwa

sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang

terdapat dalam suatu organisasi, meliputi semua orang melakukan

aktivitas. dalam menjalankan aktifitas tidak akan berhasil bila

sumberdayanya tidak bisa terpenuhi secara lengkap.83

b. Peralatan (Sarana Prasarana) Dalam kendala dari kegiatan ini adalah

salah satunya ialah, ruang kelas yang tidak memadahi, tidak di

lengkapi dengan sarana untuk penunjang dari pada kegiatan-kegiatan

ini seperti, laboratoratorium dengan peralatan yang lengkap, bahan-

bahan yang perlu di siapkan untuk kegiatan ini, merencanakan

kebutuhan buku atau perpustakan yang memadahi, sehingga para

santri sedikit lambat untuk mempelajari kegiatan tersebut.

c. Terlalu padatnya kegiatan-kegiatan yang ada di pondok pesantren Al-

Furqon. di pondok pesantren sendiri tidak hanya memberikan

kegiatan-kegiatan yang sifatnya umum saja, akan tetapi pondok

pesantren ini masih sangat kental dengan kegiatan kerohanian, seperti

pembacaan rotibul haddad, rotibul atthos, bersih diri dan lingkungan,


83
Fustio Cardoso Gomes (t.th:1-2.)
103

mengaji rutin diantaranya adalah mendalami ilmu-ilmu al-qur’an,

mengaji kitab-kitab klasik pada umumnya, muhadoroh, muhadatsah,

istighosah dan lain-lain, sehingga santri di pondok pesantren ini

biasanya cepat lelah ketika melaksanakan pengembangan

technopreneurship dan bereksperimenship. peneliti hanya bisa

memberi jalan solusi bila terjadinya hal seperti ini perlu diadakan

pertimbangan ulang, terhadap kebutuhan jam istirahat para santri yang

terlalu sedikit.

d. Factor kedisiplinan

Membahas tentang masalah kedisiplinan dalam sumber daya manusia

yang ada di pondok pesantren Al-Furqon ini berawal dari pandangan

bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Padahal disiplin adalah

salah satu dari management untuk mendorong para santri guna

memenuhi tuntutan berbagai macam ketentuan yang ada pada suatu

organisasi.

e. Kurangnya minat dan bakat

Minat dan bakat adalah sebuah asset besar yang dimiliki

pesantren technopreuneur Al-Furqon. Disamping sebagai roda

pengembangan, minat dan bakat merupakan sesuatu yang harus

dilakukan dalam hal technopreneurship dan eksperimenship.

Anda mungkin juga menyukai