Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

SI 5153 - MANAJEMEN BISNIS KONSTRUKSI


PERAN KONSTRUKSI DALAM PEMENUHAN
SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS

Dosen:
Prof.Dr.Ir. Krishna Suryanto
Ir. Muhamad Abduh MT, Ph.D.

Disusun Oleh:
Rika Permatasari Br Purba 15017119

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
ABSTRAK
Millennium Development Goals (MDGs) telah berakhir pada tahun 2015. Agenda ke depan
untuk melanjutkan MDGs, dikembangkan suatu konsepsi dalam konteks agenda
pembangunan pasca-2015 yang disebut Sustainable Development Goals (SDGs). Konsep
SDGs ini diperlukan sebagai agenda pembangunan baru yang mengakomodasi semua
perubahan yang terjadi pasca-2015, terutama berkaitan dengan perubahan situasi dunia
sejak tahun 2000 mengenai isu penipisan sumber daya alam, kerusakan lingkungan,
perubahan iklim, perlindungan sosial, ketahanan pangan dan energi, dan pembangunan yang
lebih berpihak pada kaum miskin. Pembangunan sangat berpengaruh terhadap kelestarian
dan kualitas lingkungan karena menggunakan berbagai jenis sumber daya alam. Eksploitasi
sumber daya alam yang tidak memperhatikan kemampuan dan daya dukung lingkungan
dapat mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Sektor konstruksi diketahui
memberikan dampak cukup besar bagi lingkungan. Sektor konstruksi berkontribusi
menghasilkan emisi gas karbon lebih dari 40%, menggunakan material dari alam yang
jumlahnya cukup besar, menyumbangkan limbah, serta mengurangi daerah untuk resapan
air dan area hijau. Atas dasar itulah, paper ini dibuat untuk mengetahui peran sektor
konstruksi dalam membantu mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan tahun 2030.

Kata kunci: Konstruksi, Berkelanjutan


BAB I
PENDAHULUAN
Konsep pembangunan berkelanjutan telah menjadi konsep yang populer dan fokus
dunia internasional. Pembangunan berkelanjutan disepakati sebagai pembangunan yang
memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
generasi yang akan datang. Di dalamnya terkandung dua gagasan penting: (a) gagasan
“kebutuhan” yaitu kebutuhan esensial untuk memberlanjutkan kehidupan manusia, dan (b)
gagasan keterbatasan yang bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi sosial terhadap
kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan kini dan hari depan. Pada intinya,
pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses perubahan yang di dalamnya, seluruh
aktivitas seperti eksploitasi sumberdaya, arah investasi, orientasi pengembangan teknologi,
dan perubahan kelembagaan berada dalam keadaan yang selaras serta meningkatkan potensi
masa kini dan masa depan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. Jadi tujuan
pembangunan ekonomi dan sosial harus diupayakan dengan keberlanjutan.
Sustainable Development Goals atau SDGs mengakomodasi masalah-masalah
pembangunan secara lebih komprehensif baik kualitatif (dengan mengakomodir isu
pembangunan yang tidak ada dalam MDGs) maupun kuantitatif menargetkan penyelesaian
tuntas terhadap setiap tujuan dan sasaranya. SDGs juga bersifat universal memberikan peran
yang seimbang kepada seluruh negara—baik negara maju, negara berkembang, dan negara
kurang berkembang—untuk berkontribusi penuh terhadap pembangunan, sehingga masing-
masing negara memiliki peran dan tanggung jawab yang sama antara satu dengan yang lain
dalam mencapai SDGs.
SDGs membawa 5 prinsip-prinsip mendasar yang menyeimbangkan dimensi
ekonomi, sosial, dan lingkungan, yaitu 1) People (manusia), 2) Planet (bumi), 3) Prosperity
(kemakmuran), 4) Peace (perdaiaman), dan 5) Partnership (kerjasama). Kelima prinsip dasar
ini dikenal dengan istilah 5 P dan menaungi 17 Tujuan dan 169 Sasaran yang tidak dapat
dipisahkan, saling terhubung, dan terintegrasi satu sama lain guna mencapai kehidupan
manusia yang lebih baik. Pada paper ini akan dibahas mengenai peran bidang konstruksi
dalam memenuhi 17 tujuan yang ingin dicapai pada pembangunan berkelanjutan melalui
proses-proses dalam life cycle konstruksi serta kegiatan-kegiatan yang berdampak positif
bagi pencapaian SDGs.

Gambar 1. 1 Model Pembangunan Berkelanjutan


BAB II
KAJIAN LITERATUR
Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke 70 pada bulan September
2015 di New York, Amerika Serikat, menjadi titik sejarah baru dalam pembangunan global.
Sebanyak 193 kepala negara dan pemerintahan dunia hadir untuk menyepakati agenda
pembangunan universal baru yang tertuang dalam dokumen berjudul Transforming Our
World: the 2030 Agenda for Sustainable Development—berisi 17 Tujuan dan 169 Sasaran
yang berlaku mulai tahun 2016 hingga tahun 2030. Dokumen ini dikenal dengan istilah
Sustainable Development Goals atau SDGs. Sustaiable Development Goals merupakan
suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia.
SDGs merupakan inisiatif global yang bertujuan untuk menciptakan kehidupan manusia
menjadi lebih baik dalam aspek sosial dan ekonomi serta dapat bersinergi dengan
lingkungan.
Upaya pencapaian target TPB/SDGs menjadi prioritas pembangunan nasional, yang
memerlukan sinergi kebijakan perencanaan di tingkat nasional dan di tingkat provinsi
maupun kabupaten/kota. Target-target TPB/SDGs di tingkat nasional telah sejalan dengan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dalam bentuk
program, kegiatan dan indikator yang terukur serta indikasi dukungan pembiayaannya.
TPB/SDGs merupakan penyempurnaan dari Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium
Development Goals/MDGs) yang lebih komprehensif dengan melibatkan lebih banyak
negara baik negara maju maupun berkembang, memperluas sumber pendanaan,
menekankan pada hak asasi manusia, inklusif dengan pelibatan Organisasi Kemasyarakatan
(Ormas) dan media, Filantropi dan Pelaku Usaha, serta Akademisi dan Pakar. Untuk
memudahkan pelaksanaan dan pemantauan, 17 Tujuan dan 169 target TPB/SDGs
dikelompokkan ke dalam empat pilar yaitu;
• Pilar pembangunan sosial: meliputi Tujuan 1, 2, 3, 4 dan 5
• Pilar pembangunan ekonomi: meliputi Tujuan 7, 8, 9, 10 dan 17
• Pilar pembangunan lingkungan: meliputi Tujuan 6, 11, 12, 13, 14 dan 15
• Pilar pembangunan hukum dan tata kelola: meliputi Tujuan 16

Berikut 17 tujuan yang dimaksud, yaitu: 1. Menghapus Kemiskinan, 2. Mengakhiri


Kelaparan, 3, Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan, 4. Pendidikan Bermutu, 5.
Kesetaraan Gender, 6. Akses Air Bersih dan Bermutu, 7. Energi Bersih dan Terjangkau, 8.
Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, 9. Infrastuktur, Industri, dan Inovasi, 10.
Mengurangi Ketimpangan, 11. Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan, 12. Konsumsi dan
Produksi yang Bertanggungjawab, 13. Penanganan Perubahan Iklim, 14. Menjaga
Ekosistem Laut, 15. Menjaga Ekosistem Darat, 16. Perdamaian, Keadilan, dan
Kelembagaan yang Kuat, 17. Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Dari 17 tujuan tersebut
juga memiliki target-target yang ingin dicapai, namun tentunya tidak semua target tersebut
bisa diwujudkan oleh sektor konstruksi. Pada paper kali ini akan dibahas tujuan ke 6,7,8,9,
dan 11 karena dianggap diwujudkan oleh sektor konstruksi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Peran Konstruksi terhadap Tujuan #6 Akses Air Bersih dan Bermutu

Air merupakan materi esensial dalam kehidupan, tampak dari kebutuhan terhadap
air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga yang ternyata berbeda-beda di
setiap tempat, setiap tingkatan kehidupan atau setiap bangsa dan negara. Semakin tinggi
taraf kehidupan seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manuasia akan air. Air Bersih
merupakan air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi
persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan dapat diminum apabila dimasak. Upaya pemenuhan kebutuhan air oleh manusia dapat
mengambil air dari dalam tanah, air permukaan, atau langsung dari air hujan. Dari ke tiga
sumber air tersebut, air tanah yang paling banyak digunakan karena air tanah memiliki
beberapa kelebihan di banding sumber-sumber lainnya antara lain karena kualitas airnya
yang lebih baik serta pengaruh akibat pencemaran yang relatif kecil. Upaya ini lah yang
dilakukan demi mencapai target pada tahun 2030, mencapai akses universal dan adil
terhadap air minum yang aman dan terjangkau untuk semua.

Akibat tingkat kebutuhan air bersih yang semakin hari semakin tinggi, sehingga
peran bidang konstruksi dapat membantu memenuhinya dengan cara misal: membangun
infrastuktur seperti sistem pemanfaatan air hujan menjadi air siap minum, teknologi ini
dapat diterapkan oleh lulusan teknik sipil kelompok keahlian sumber daya air. Sistem
Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) terdiri atas sistem Penampungan Air Hujan (PAH) dan
sistem pengolahan air hujan. PAH dilengkapi dengan talang air, saringan pasir, bak
penampung dan Sumur Resapan (Sures). Sumur resapan dapat digunakan untuk
melestarikan air tanah dan mengurangi resiko genangan air hujan atau banjir yang
dilakukan dengan membuat sumur yang menampung dan meresapkan curahan air
hujan. Prinsip dasar PAH adalah mengalirkan air hujan yang jatuh di permukaan atap
melalui talang air untuk ditampung ke dalam tangki penampung. Kemudian limpasan air
yang keluar dari tangki penampung yang telah penuh disalurkan ke dalam sumur resapan.
Sistem pengolahan air hujan mengolah air dari bak penampung menjadi air siap minum
kualitas air kemasan dengan teknologi ARSINUM.

Gambar 3. 1 Sistem Pengolahan Air Siap Minum


3.2 Peran Konstruksi terhadap Tujuan #7 Energi Bersih dan Terjangkau

Target yang ingin dicapai pada tujuan no.7 adalah untuk memastikan akses terhadap
energi yang terjangkau, dapat diandalkan, berkelanjutan dan modern bagi semua. Selain itu,
pada tahun 2030, menambah infrastruktur dan meningkatkan mutu teknologi untuk supply
pelayanan energi modern dan berkelanjutan untuk semua negara berkembang. Indonesia
yang sebelumnya masih negara berkembang, sesungguhnya memiliki potensi sumber energi
terbarukan dalam jumlah besar. Beberapa diantaranya bisa segera diterapkan di tanah air,
seperti: bioethanol sebagai pengganti bensin, biodiesel untuk pengganti solar, tenaga panas
bumi, mikrohidro, tenaga surya, tenaga angin, bahkan sampah/limbah pun bisa digunakan
untuk membangkitkan listrik. Langkah-langkah kebijakan untuk Energi Terbarukan dapat
dilaksanakan melalui:

1. Konservasi Energi
Mendorong pemanfaatan energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi
penggunan energi yang benar-benar diperlukan seperti mengurangi pemakaian listrik
yang bersifat konsumtif, keindahan, kenyamanan yang bisa diterapkan pada proyek-
proyek konstruksi. Selain itu, dapat dilakukan dengan mengganti peralatan yang tidak
efisien dan mengatur waktu pemakaian peralatan listrik.

2. Diversifikasi Energi
Upaya penganekaragaman penyediaan dan pemanfaatan berbagai sumber energi dalam
rangka optimasi penyediaan energi. Dalam rangka diversifikasi, penggunaan energi dari
non-renewable energy resources ke renewable energy resources, misalnya mendorong
pembangunan PLT mikro hidro di pedesaan yang dapat dilaksanakan oleh sektor
konstruksi.

3. Intensifikasi Energi
Upaya pencarian sumber energi baru agar dapat meningkatkan cadangan energi guna
dimanfaatkan menghasilkan tenaga listrik. Peran sektor konstruksi dalam membangun
PLT Angin dengan lokasi tersebar di Indonesia. Selain itu, dapat juga dengan
pembangunan PLT Hybrid di daerah terpencil agar penyebaran listrik di Indonesia
merata.

Gambar 3. 2 Pembangkit Listrik Tenanga Mikrohidro


3.3 Peran Konstruksi terhadap Tujuan #8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan
Ekonomi
Tujuan ke 8 memiliki target untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif
dan berkelanjutan, tenaga kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua.
Hal tersebut didukung dengan aktivitas produktif, penciptaan lapangan kerja,
kewirausahaan, dan mendorong pembentukan dan pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan
menengah. Target ini dapat dijawab oleh sektor konstruksi dengan peningkatan jumlah
usaha jasa konstruksi di Indonesia sehingga dapat meningkatkan banyak lapangan
pekerjaan. Hal itu dapat tercapai dengan prosedur pembuatan usaha jasa konstruksi yang
dikemas menjadi semakin mudah dan praktis. Kemudian dalam pelaksanan proyek
konstruksi, produktivitas konstruksi yang meningkat dapat secara tidak langsung
memelihara pertumbuhan ekonomi (GDP). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
pembangunan infrastruktur yang sesuai memberikan pengaruh positif kepada pertumbuhan
ekonomi jangka panjang. Kualitas dan kuantitas infrastruktur yang buruk akan berdampak
negatif pada pemerataan pendapatan.

3.4 Peran Konstruksi terhadap Tujuan #9 Infrastruktur, Industri, dan Inovasi


Target yang ingin dicapai oleh tujuan no.9 adalah membangun infrastruktur yang
berkualitas, tahan lama, mendukung industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan dan
membantu perkembangan inovasi. Pembangunan infrastruktur adalah bagian integral dari
pembangunan nasional. Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi.
Pada target yang ingin dicapai ini, peran konstruksi dapat membantu salah satu contohnya
dengan adanya teknologi green construction yang digunakan saat membangun suatu proyek
konstruksi, teknologi ini ada selain untuk mendukung perkembangan inovasi begitu juga
untuk tetap menjaga lingkungan dan pastinya tahan lama. Green construction yang
digunakan adalah Suatu perencanaan dan pelaksanaan proses konstruksi untuk
meminimalkan dampak negatif proses konstruksi terhadap lingkungan agar terjadi
keseimbangan antara kemampuan lingkungan dan kebutuhan hidup manusia untuk generasi
sekarang dan mendatang.

Gambar 3. 3 Proses Konstruksi dan Daya Dukung Lingkungan


3.5 Peran Konstruksi terhadap Tujuan #11 Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan
Berdasarkan target yang ingin dicapai pada tujuan ini yaitu membangun kota dan
permukiman inklusif, aman, tahan lama, dan berkelanjutan, peran sektor konstruksi dapat
menjawab target “Pada tahun 2030, menyediakan akses terhadap sistem transportasi yang
aman, terjangkau, mudah diakses, dan berkelanjutan bagi semua, meningkatkan keamanan
jalan, dengan memperbanyak transportasi publik, dengan perhatian khusus terhadap
kebutuhan dari mereka yang berada di situasi rentan, perempuan, anak-anak, orang dengan
disablitas dan manula”. Hal tersebut dapat diwujudkan oleh sektor konstruksi dalam
pembuatan jalan di perkotaan yang memperhatikan keselamatan pengemudi yang
berkendaran, kemudian pembangunan transportasi publik seperti kereta api (MRT, LRT,
Keceta cepat Jakarta Bandung), bus Transjakarta, serta pelabuhan. Misalnya pelabuhan,
Pelabuhan sebagai infrastruktur transportasi laut mempunyai peran yang sangat penting dan
strategis untuk pertumbuhan industri dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang
dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian dan pembangunan nasional karena
merupakan bagian dari mata rantai dari sistem transportasi maupun logistik. Potensi wilayah
yang begitu besar terhadap komoditas belum didukung dengan infrstruktur pelabuhan yang
memadai dalam mendukung pergerakan barang. Kegiatan sektor transportasi merupakan
tulang punggung pola distribusi baik barang maupun penumpang. Pendekatan
pembangunan infrastruktur berbasis wilayah semakin penting untuk diperhatikan.
Pengalaman menunjukkan bahwa infrastruktur transportasi berperan besar untuk membuka
isolasi wilayah, serta ketersediaan pengairan merupakan prasyarat kesuksesan
pembangunan pertanian dan sektor-sektor lainnya.

Kemudian adanya target “Pada tahun 2030, secara signifikan mengurangi jumlah
kematian dan jumlah orang yang terkena dampak dan secara substantif mengurangi kerugian
ekonomi langsung yang berhubungan dengan produk domestik bruto global yang
disebabkan oleh bencana, termasuk bencana terkait air, dengan fokus kepada melindungi
yang miskin dan yang berada di situasi rentan”. Peran sektor konstruksi dapat berperan
dalam pembangunan bangunan anti gempa dan anti tsunami pada daerah-daerah di
Indonesia yang memiliki risiko terkena gempa dan tsunami yang tinggi agar dapat
mengurangi jumlah kematian dan jumlah orang yang terkena dampak akibat bencana ini.
Selain itu pada daerah yang sering terkena banjir, peran sektor konstruksi dapat membantu
dengan membuat saluran pembuangan air hujan yang menyesuaikan kota tersebut.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini adalah:
1. Pada tujuan ke 6, peran konstruksi dapat membantu dengan membangun infrastuktur
seperti sistem pemanfaatan air hujan menjadi air siap minum
2. Pada tujuan ke 7, peran konstruksi dapat membantu dengan menambah infrastruktur
untuk supply pelayanan energi yang berasal dari energi terbarukan. Selain itu dalam
pelaksanaan proyek, penghematan energi sudah harus selalu diterapkan.
3. Pada tujuan ke 8, peran konstruksi dapat membantu dengan peningkatan jumlah
usaha jasa konstruksi di Indonesia sehingga dapat meningkatkan banyak lapangan
pekerjaan. Hal itu dapat tercapai dengan prosedur pembuatan usaha jasa konstruksi
yang dikemas menjadi semakin mudah dan praktis
4. Pada tujuan ke 9, peran konstruksi dapat membantu dengan penggunaan inovasi
teknologi green building pada proyek-proyek konstruksi di Indonesia.
5. Pada tujuan ke 11, peran konstruksi dapat membantu dengan pembuatan jalan di
perkotaan yang memperhatikan keselamatan pengemudi, pembangunan transportasi
publik, dan bangunan tahan gempa serta tahan tsunami untuk wilayah Indonesia
yang rawan bencana.

3.2 Saran
Saran dalam penulisan makalah ini adalah kajian yang dilakukan seharusnya bisa lebih
mendalam terkait peran sektor konstruksi dalam mendukung pencapaian SDGs, karena
dalam pembuatan makalah memiliki batasan terhadap waktu pengumpulan dan juga
kajian ini tidak dirasakan langsung di lapangan oleh penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Abubakar Lubis. 2007. Energi Terabrukan Dalam Pembangunan Berkelanjutan


Adris Putra. 2011. Pengembangan Infrastuktur Pelabuhan Dalam Mendukung
Pembangunan Berkelanjutan
Sekar Panuluh. 2016. Perkembangan Pelaksanaan Sustainable Development Goals (SDGs)
di Indonesia
Wulfram I. Ervianto. 2015. Implementasi Green Construction Sebagai Upaya Mencapai
Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia
http://sdgs.bappenas.go.id/tentang-3/ diakses pada tgl 10 Desember 2020 pukul 21.00

Anda mungkin juga menyukai