Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MENJAUHI PERGAULAN BEBAS DAN PERBUATAN ZINA

Sekitar 27 persen pengguna narkoba di Indonesia berasal dari


kalangan pelajar dan mahasiswa

DISUSUN OLEH

NURUL INAYAH

X MIPA I

NO.URUT : 29

SMA NEGERI 5 MAKASSAR


KASUS PERAULAN BEBAS ; NARKOBA

SUMBER ARTIKEL : TIRTO.ID

Narkoba, Jangan Pernah Coba-Coba

Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyebut


masyarakat Indonesia pertama kali mencoba narkoba di rentang usia 17-19
tahun. Sebab itu, bukan kebetulan jika laporan yang dirilis Badan Narkotika
Nasional (BNN) pada 2017 lalu menyatakan bahwa 27 persen pengguna
narkoba di Indonesia berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Adapun
motivasi paling tinggi (64 persen) yang menyebabkan orang-orang
menggunakan zat terlarang tersebut adalah coba-coba dan rasa ingin tahu.

Mirisnya, ketika pandemi COVID-19 seperti sekarang, angka kasus narkoba


justru meningkat hingga 120 persen. Dalam konferensi pers yang digelar di
Jakarta, Jumat (1/5/2020) , Irjen Nana Sudjana (kala itu masih menjabat
Kapolda Metro Jaya) menerangkan bahwa para pengedar narkoba menganggap
pihak kepolisian lengah mengawasi mereka karena fokus pada situasi pandemi.

“Padahal kami terus siaga dan mengikuti perkembangan, terus menyelidiki


perkembangan narkotika di wilayah hukum Polda Metro Jaya,” sambung Nana.

Nana juga menerangkan, para pengedar narkoba mengganti target pasar mereka
saat pandemi karena tempat hiburan ditutup. “Jadi, mereka memanfaatkan
apartemen, ada pula di hotel.”

Sementara Kepala BNN Komisaris Jenderal Heru


Winarko menyatakan peredaran narkoba pada masa pandemi umumnya
berlangsung via daring. "Mungkin kalau bertransaksi secara online dinilai aman
oleh pengedar," kata Heru, Rabu (21/10/2020)

Langsung tidak langsung, perkembangan teknologi memang punya pengaruh


terhadap meningkatnya angka pengguna narkoba. Tahun lalu, kala lima pelajar
SMA di Jombang, Jawa Timur, kedapatan menyalahgunakan narkoba, Kasar
Resnarkoba Polres Jombang AKP Mochammad Muklid menerangkan jika
mereka mengenal dan belajar menggunakan narkoba dari media sosial.
“Mereka melihat tayangan video. Seperti cara menikmati sabu itu seperti apa,
mulai dari merangkai, memasang sekrup dan sedotan ke botol, hingga cara
membakar dan menyedotnya. Ironis sekali,” kata Muklid, Jumat (2/8/2019).

Para pelajar itu, sambung Mukild, umumnya mengedarkan narkoba kepada


sesama, yakni teman sekolah maupun teman sebaya di luar sekolah. Mereka
mulai mengonsumsi narkoba sejak duduk di kelas 3 SMP, kemudian aktif
menjadi pengedar sejak setahun sebelum ditangkap.
“Awalnya mereka ini korban. Waktu masih kelas 3 SMP oleh pengedarnya
diberi gratis. Lalu setelah ketagihan mereka beli sendiri hingga kemudian
menjadi pengedar,” sambung Mukild.
Pada 2018, merujuk data BNN, penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar
(survei di 13 ibukota provinsi se-Indonesia) mencapai angka 2,29 juta orang.
Mereka yang berada di rentang usia 15-35 tahun, generasi milenial, disebut
sebagai salah satu kelompok masyarakat yang paling rawan terpapar
penyalahgunaan narkoba.

“Kalau milenial sudah menggunakan, maka rentan penggunaan jangka panjang.


Sehingga market mereka (bandar/pengedar--red) terjaga dan mereka enggak
pusing lagi (mencari korban),” ujar Kepala BNN Komisaris Jendral Heru
Winarko,Rabu (26/6/2019).

Mencoba hal-hal baru adalah sesuatu yang biasa dilakukan oleh anak-anak dan
remaja, baik dalam rangka mencari jati diri, iseng-iseng belaka, keluar dari zona
nyaman, hingga sekadar menjajal hobi maupun tantangan anyar. Sayangnya,
keinginan anak-anak dan remaja untuk mencoba sesuatu yang baru itu tak
jarang malah kelewat batas dan menjurus ke arah negatif, misalnya mencoba
narkoba.

Manfaat Semu Narkoba

Dokter Nadia Octavia, editor medis klikdokter.com, menerangkan bahwa selain


sekadar ingin tahu, perkenalan remaja dengan narkoba dipicu banyak faktor,
antara lain: tekanan sosial (ketika tidak mencoba narkoba, misal, seorang remaja
rentan dikucilkan teman sepergaulannya), pelarian dari masalah (baik masalah di
rumah maupun di sekolah), bentuk pemberontakan, kurangnya percaya diri,
hingga menemukan kebahagiaan semu.
“Meski awalnya hanya iseng mencoba narkoba untuk kesenangan sesaat, namun
kebahagiaan semu ini dapat membuat remaja kecanduan untuk mencobanya lagi
dan lagi,” kata dr. Nadia.

Sementara menurut dr. Reza Pahlevi, faktor lain yang menyebabkan seseorang
terjerumus ke dalam lembah narkoba adalah mitos tentang obat stres maupun
penambah stamina.

Untuk diketahui, obat-obatan seperti narkoba dibagi menjadi tiga golongan, yaitu
stimulan (merangsang tubuh supaya tidak lelah), depresan (menenangkan), dan
halusinogen (mengacaukan persepsi di otak). Banyak orang menggunakan
narkoba untuk mendapatkan manfaat tersebut.

“Padahal, efek yang ditimbulkan itu hanya bersifat sementara. Setelah efek
narkoba habis, tubuh justru akan merasa sangat kelelahan karena kurangnya
istirahat,” terang dr. Reza.

Dalam jangka panjang, penggunaan narkoba juga dapat merusak organ penting
seperti jantung, otak, hati, paru-paru, dan ginjal. Selain merusak kesehatan, jelas,
menggunakan narkoba juga sangat rentan membuat masa depan menjadi suram.

Upaya Pencegahan

Bicara soal pemberantasan narkoba di kalangan remaja, BNN bersama para


stakeholder—salah satunya Kemendikbud—telah melakukan Program
Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN). Kerja sama itu dilakukan, salah satunya, melalui penguatan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) dan pembinaan teknis guru, tenaga pendidikan, serta
siswa.

Supratman menjelaskan, upaya yang telah dilakukan adalah melalui lintas


program, pendekatan lintas sektor, dan kolaborasi agar masyarakat memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang dapat meningkatkan pencegahan dan
kemampuan melawan penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
Adapun pencegahan primer, yakni pencegahan yang ditujukan buat kalangan
yang belum pernah mencoba narkoba sekali pun, dilakukan dalam bentuk
penyuluhan, penerangan, dan pendidikan. Tentu, hal yang ditekankan dalam
pencegahan ini adalah seruan agar para remaja tidak coba-coba dengan narkoba.

Sementara bagi kalangan yang sudah pernah menggunakan narkoba, akan


dilakukan pencegahan sekunder. Kegiatan ini menitikberatkan pada kegiatan
deteksi secara dini terhadap anak yang menyalahgunakan narkoba, konseling
perorangan dan keluarga pengguna, serta bimbingan sosial melalui kunjungan
rumah.

Kemudian bagi korban atau mantan penyalahguna, dilakukan pencegahan


tersier. Untuk pencegahan ini, selain bimbingan, juga dilakukan penciptaan
lingkungan sosial dan pengawasan sosial serta pengembangan minat, bakat, dan
keterampilan kerja agar penyalahguna bisa diterima dan tidak lagi menggunakan
narkoba.

Dari ketiga jenis pencegahan di atas, ada satu faktor yang paling berpengaruh,
yaitu lingkungan. Untuk mencegah, menghindari, dan membasmi jeratan
narkoba, siapa pun perlu lingkungan yang sehat, baik dalam konteks keluarga,
masyarakat, sekolah, kantor, tempat hiburan, dan lain-lain.

Kita percaya, pola asuh dan kehidupan sosial di lingkungan yang baik adalah
faktor pelindung nomor satu dalam mencegah penggunaan narkoba, perilaku
kekerasan remaja, dan gangguan perilaku lainnya. Oleh karena itu, menghindari
narkoba bukan hanya merupakan tanggung jawab BNN, polisi, dan stakeholder,
melainkan semua pihak.

Jadi, di samping berupaya sekuat tenaga untuk tidak mencoba narkoba, apa pun
alasannya, hal yang tak kalah penting dilakukan adalah memastikan bahwa
lingkungan pergaulan kita benar-benar bebas dari narkoba. Fakta bahwa dalam
situasi pandemi begini narkoba bisa tetap beredar di mana-mana, sudah
semestinya membuat kita semakin waspada. Kita berjaga bukan semata untuk
menghindarkan diri dan keluarga dari paparan Covid-19, tapi juga dari obat
terlarang yang jelas betul daya rusaknya
Pendapat saya terhadap pergaulan bebas dalam NARKOBA.

Saya selalu diperingatkan oleh orangtua untuk berpakaian yang menutup aurat,
sebagai salah satu bentuk penjagaan dari hal yang mendekati zina. Saya juga
diingatkan untuk mencari teman yang dapat membawa pengaruh positif. Dapat
juga Mengisi waktu dengan berbagai kegiatan positif, seperti membaca buku
keislaman, menghadiri majelis taklim, dan aktif dalam organisasi remaja
masjid,agar tidak tergoda hawa nafsu.

Menurut saya penyebab anak terpengaruh pergaulan bebas ialah ;


- kurangnya Pendidikan agama
- kurangnya pengawasan orangtua
- dikelilingi lingkungan pergaulan bebas dll.

Dan dalam agama Islam banyak sekali larangan berbuat zina yang terdapat dalam
Al-Qur’an. Salah Satu perintah-Nya terdapat Q.S. al-Isra’/17: 32 tentang Larangan
Pergaulan Bebas

‫اح َشةً َو َسا َء َسبِياًل‬ َ ‫َواَل تَ ْق َربُوا ال ِّزنَا ۖ إِنَّهُ َك‬


ِ َ‫ان ف‬
“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu

perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”

Dan saya menemukan metode Rasulullah Saw untuk menyadarkan seorang


pemuda yang datang kepada beliau meminta izin untuk berzina. Rasulullah Saw.
bertanya kepada pemuda tersebut: “Apakah engkau rela jika perzinaan menimpa
keluargamu?“ Setiap orang pasti tidak rela jika perzinaan menimpa keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai