Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

METODOLOGI PENGAJARAN PAI

“RELEVANSI METODE PEMBELAJARAN PAI”

DOSEN PENGAMPU:

Usth Rohayati, M.Pd

DISUSUN OLEH:

Dimas Zuhri Ahmad 18021086

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH

JAKARTA
DAFTAR ISI 1

Kata Pengantar 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 3

B. Rumusan Masalah 3

C. Tujuan Penulisan 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakekat Metode PAI 5

B. Pemilihan dan Penentuan Metode 6

C. Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar 8

D. Relevansi Metode PAI 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 15

DAFTAR PUSTAKA 16

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Alhamdulillah, Segala Puji Syukur senantiasa tercurahkan kepada Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan segala
kesalahan dan kekurangannya,.

Sholawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad
SAW, dan semoga kita semua termasuk umatnya yang kelak mendapatkan syafa’atnya
kelak di hari qiamat. Āmīn.

Meskipun kami sebagai penyusun berharap isi dari makalah ini bebas dari
kesalahan dan kekurangan. Namun, tentunya kami menyadari bahwa kami hanyalah
manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan dan kesempurnaan itu
hanya milik Allah semata. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi sempurnanya lapoaran ini diwaktu mendatang. Semoga
Allah SWT memberkahi makalah ini, sehingga dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Āmīn...

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Serang, 05 Agustus 2020

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw. Diyakini dapat
menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan bati. Didalamnya
terdaoat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup
dan kehidapan ini secara lebih bermakna dan dalam arti yang seluas-luasnya.

Untuk mempelajari ajaran-ajaran agama yang dibawa oleh Rosulullah saw. Yaitu
agama islam, maka di dalam suatu lembaga baik formal maupun non formal terdapat
ajaran-ajaran agama yang disampaikan kepada peserta didik yang sesuai dengan ajaran
Islam. Terlebih lembaga yang mengandung unsur keislaman, seperti madrasah dan lain-
lain.

Dalam menyampaikan berbagai bahan pelajaran, seoranga pendidik seharusnya


memiliki berbagai cara atau metode yang cocok atau sesuai untuk digunakan. Untuk itu
seorang pendidik yang profesional harus mengetahui ilmu tentang metode pembelajaran,
khususnya pembelajaran mengenai Pendidikan Agama Islam. Dalam pemilihan metode
pembelajaran yang tepat akan dapat menentukan tingkat keberhasilan suatu
pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang maksud dengan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
2. Bagaimana relevansi metode PAI dengan tujuan pembelajaran?
3. Bagaimana relevansi metode PAI dengan bahan ajar?
4. Bagaimana relevansi metode PAI dengan evaluasi?
5. Bagaimana relevansi metode PAI dengan siswa dan situasi?

3
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang maksud dengan metode pembelajaran Pendidikan


Agama Islam?
2. Untuk mengetahui bagaimana relevansi metode PAI dengan tujuan pembelajaran?
3. Untuk mengetahui bagaimana relevansi metode PAI dengan bahan ajar?
4. Untuk mengetahui bagaimana relevansi metode PAI dengan evaluasi?
5. Untuk mengetahui bagaimana relevansi metode PAI dengan siswa dan situasi?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Metode PAI


1. Pengertian Metode Dalam Pendidikan Islam

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan
penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran
berakhir.[1] Dalam konsep pendidikan islam, metode pendidikan diartikan dengan
beberapa istilah, yaitu. 1. Minhaj al-tarbiyah, 2. Kaifiyat al- tarbiyah, 3. Wasilah al-
tarbiyah, 4. At-thariqotu at-tarbiyah, sedangkan yang paling populer digunakan adalah
istilah at-thariqah, yang berjalan atau cara yang harus ditempuh. Menurut Zakiyah
Darajat, metode ini dimaksudkan agar murid dapat menangkap pelajaran dengan mudah
efektif dan dapat dicerna oleh anak dengan baik. Seorang guru tidak akan dapat
melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang telah
dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.

Metode, dalam bahasa arab, dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-
langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan
dengan pendidikan , maka strategi tersebut haruslah diwujudkan dalam proses
pendidikan, dalam rangka pengembangan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik
menerima materi ajar dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik. Metode
mengajar dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dalam mengadakan
hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan
demikian, metode mengajar merupakan alat untuk mencciptakan proses pembelajaran.
Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang

5
dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat itu mempunyai fungsi ganda, yaitu
bersifat polipragmatis dan monopragmatis.

Polipragmatis bilamana metode mengandung kegunaan yang serba ganda (multipurpose),


misalnya suatu metode tertentu pada suatu situasi, kondisi tertentu dapat digunakan untuk
membangun atau memperbaiki. Kegunaannya dapat bergantung kepada si pemakai atau
pada corak, bentuk, dan kemampuan metode sebagai alat, sebaliknya, monopragmatis
bilamana metode mengandung satu macam kegunaan untuk satu macam tujuan
penggunaan mengandung implikasi bersifat konsisten, sistematis, dan kebermanaan
menurut kondisi sesamanya mengingat sasaran metode adalah manusia, sehingga
pendidik untuk berhati-hati dalam penerapannya.

Dari beberapa pendapat tentang pengertian metode di atas, maka dapat dikatakan bahwa
penggunaan metode pendidikan Islam yang perlu dipahami adalah bagaimana seorang
pendidik dapat memahami hakikat metode dan relevansinya dengan tujuan utama
pendidikan Islam, yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia
mengabdi kepada Allah SWT. Disamping itu, pendidik pun perlu memahami metode-
metode instruksional yang actual yang ditujukan dalam Al-Qur’an atau yang
dideduksikan dari Al-Qur’an, dan dapat memberi motivasi dan disiplin dalam belajarnya.

B. Pemilihan dan Penentuan Metode

Metode mengajar yang diguanakan guru dalam setiap kali pertemuan kelas bukan
asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan
instruksional khusus.

Pembicaraan tersebut membahas masalah pemilihan dan penentuan metode dalam


kegiatan belajar mengajar, dengan uraian bertolak dari nilai strategi metode, efektifitas
penggunaan metode, pentingnya pemilihan dan penentuan metode, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode.

6
1. Nilai strategi metode

Di dalam kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi edukatif antara guru dan anak
didik di kelas. Dalam penyampaian bahan pelajaran, guru harus menggunakan strategi
yang tepat. Disinilah kehadiran metode menempati posisi yang penting dalam
menyampaikan bahan pelajaran.

Kegagalan pengajaran salah satunya adalah disebabkan oleh pemilihan metode yang
kurang tepat, kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran.
Jadi dapat dipahami bahwa metode adalah salah satu cara yang memiliki nilai strategi
dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai strateginya adalah metode dapat mempengaruhi
jalannya kegiatan belajar mengajar.

2. Efektifitas penggunaan metode

Penggunaan metode yang tidak sesua dengan tujuan pengajaran akan menjadi
kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran
yang terbuang percuma hanya karena penggunaan metode yang kurang tepat, yaitu hanya
menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas serta situasi kelas.
Misalnya guru yang selalu senang dengan metode ceramah padahal tujuan pengajarannya
adalah agar anak didik bisa menjalankan ibadah sholat. Kegiatan belajar mengajar
semacam ini adalah kurang kondusif, seharusnya penggunaan metode dapat menunjang
pencapaian tujuan pengajaran, bukan tujuan yang menyesuaikan metode.

Oleh karena itu, efektifitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara
metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satpel
sebagai persiapan tertulis

3. Pentingnya pemilihan dan penentuan metode

Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah
tercapainya tujuan pengajaran untuk mencapai tujuan pengajaran yang efektif dan efisien,

7
antara guru dan anak didik harus beraktifitas. Anak didik harus memiliki kreatifitas yang
tinggi dalam belajar, bukan hanya menunuggu perintah guru. Dan gurupun harus
mengajar dengan giat dan semangat tidak boleh dengan kemalasan.

Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar
yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satunya adalah melakukan
pemilihan dan penentuan metode tertentu yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Misalnya tujuan pengajaran agar anak-anak bisa menuliskan angka 1-50, maka metode
yang sesuai adalah metode latihan, tidak tepat bila guru hanya menggunakan metode
ceramah saja ataupun diskusi, demonstrasi dan lainnya. Jadi dalam proses belajar
mengajar guru penting/harus melakukan pemilihan dan penentuan metode mengajar
dengan mengenal karakteristik (kelebihan dan kekurangan) masing-masing pengajaran.

C. Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar


1. Metode sebagai alat Motivasi Ekstrinsik

Menurut Sardiman, A.M, motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya, dikarenakan adanya pengaruh/ perangsang dari luar. Karena itu, metode
berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan minat belajar
seseorang.

Dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan hanya 1 metode, karena mereka
menyadari bahwa semua metode ada kelebihan dan ada kekurangannya. Penggunaan satu
macam metode cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan
bagi anak didik, jalan pengajaranpun tampak kaku. Anak didik kurang bergairah dalam
belajar. Kejenuhan dan kemalasan menyelimuti kegiatan belajar anak didik. Kondisi
semacam ini sungguh tidak menguntungkan bagi para guru ataupun bagi anak didik. Guru
mendapatkan kegagalan dalam menyampaikan pesan-pesan keilmuan dan anak didik
dirugikan. Ini berarti metode tidak dapat difungsikan oleh guru sebagai alat motivasi
ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar.

Akhirnya dapat dipahami bahwa penggunaan metode yang tepat dan bervariasi dapat
dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar.

8
2. Metode sebagai strategi pengajaran

Berangkat dari konsepsi dalam kegiatan belajar mengajar ternyata tidak semua
anak didik memiliki daya serap yang optimal, maka perlu strategi belajar mengajar yang
tepat. Metodelah salah satu jawabannya. Untuk itu menurut DR. Roestiyah, NK, dalam
kegiatan belajar mengajar guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar
secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah
untuk memiliki strategi ini adalah harus menguasai tekhnik-tekhnik penyajian atau biasa
disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah sebagai strategi
pengajaran dalam proses belajar mengajar.

3. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan

Tujuan adalah salah satu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arahan kemana kegiatanbelajar
mengajar akan dibawa.

Dalam mengembangkan kegiatan belajar mengajar, guru pasti berusaha mencapai tujuan
semaksimal mungkin. Salah satu usaha tersebut adalah menggunakan metode
(cara/tekhnik) mengajar. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan/sasaran. Jadi, guru
sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar,
sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efisien untuk mencapai tujuan.

D. Relevansi Metode PAI


1. Relevansi dengan tujuan pembelajaran

Pada waktu akan mengajar seorang guru harus memahami betul tujuan pendidikan
yang akan dicapai. Guru pada waktu melakukan proses belajar mengajar harus
memperhatikan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang akan di capai oleh anak didik.

9
Sebab TIK erat sekalihubungannya dengan TIU, tujuan kokurikuler dan pencapaian
Tujuan Pendidikan Nasional.

Jika tujuannya pembinaan daerah kognitif maka metode driil kurang tepat digunakan akan
tetapi metode yang tepat digunakan seperti metode tanya jawab, pemberian tugas, diskusi
dll. Jika tujuan daerah afektif maka metode yang tepat digunakan seperti; metode
keteladanan, Qawlan (baligha, bashira, nazhira, al haq, layyinan, maisyura, ma’rufan).
Jika tujuan daerah psikomotor maka metode yang cocok digunakan adalah seperti;
metode alat peraga, simulasi.

Jadi kesimpulan penulis disini bahwa metode yang akan digunakan harus melihat dulu
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Beberapa metode diatas masih terfokus kepada
satu tujuan, apabila tujuan yang akan dicapai meliputi ketiga aspek maka ini sesuai
dengan kreatifitas guru dalam mengkolaborasikan metode-metode tersebut.

2. Relevansi dengan bahan ajar

Bahan ajar pada dasarnya adalah semua bahan yang didesain secara spesifik untuk
keperluan pembelajarn, bahan ajar berupa seperangkat materi yang disusun secara
sistematis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar
dengan baik. Secara umum wujud bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu;

a) Bahan cetak (printed), bahan cetak antara lain handout, buku, modul, lembar kerja
siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar
b) Bahan ajar dengar (audio), bahan ajar yang didesain dengan menggunakan media
dengan (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio
c) Bahan ajar lihat-dengar (audio visual) Bahan ajar audio visual adalah bahan ajar
yang didesain dengan menggunakan media audio visual seperti video compact
disk, film
d) Bahan ajar interaktif. Multimedia interaktif adalah kombinasi dari dua atau lebih
media (audio, teks, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunaannya
dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan perilaku alami dari suatu
presentasi.

10
Bahan pembelajaran yang baik harus mempermudah dan bukan sebaliknya mempersulit
siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Oleh sebab itu, bahan
pembelajaran harus memenuhi kriteria berikut:

a) Sesuai dengan topik yang dibahas


b) Memuat intisari atau informasi pendukung untuk memahami materi yang dibahas.
c) Disampaikan dalam bentuk kemasan dan bahasa yang singkat, padat, sederhana,
sistematis, sehingga mudah difahami.
d) Jika ada perlu dilengkapi contoh dan ilustrasi yang relevan dan menarik untuk
lebih mempermudah memahami isinya.
e) Sebaiknya diberikan sebelum berlangsungnya kegiatan belajar dan pembelajaran
sehingga dapat dipelajari terlebih dahulu oleh siswa.
f) Memuat gagasan yang bersifat tantangan dan rasa ingin tahu siswa

Tiap-tiap bahan ajar mempunyai karakteristik atau ciri-ciri tersendiri baik obyek
dan ruang lingkupnya. Sebagai contoh misalnya, bidang studi matematika tidak sama
ruang lingkup dan obyeknya dengan bidang studi IPS, untuk itu pemilihan dan penentuan
metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran pun akan berbeda pula. Begitu
pula tingkat kedalaman suatu mata pelajaran/ materi yang akan diajarkan mempengaruhi
juga pemilihan dan penentuan metode belajar mengajar yang akan dicapai.

3. Relevansi dengan situasi

Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidaklah selamanya sama
dari hari kehari. Pada suatu waktu boleh jadi guru boleh menciptakan situasi belajar
mengajar yang berbeda, misalnya belajar mengajar di alam terbuka, yaitu diluar ruangan
sekolah. Maka dalam hal ini, guru tentu memiloh metode mengajar yang sesuai dengan
situasi yang diciptakan tersebut.

Situasi yang mencakup hal yang umum seperti situasi kelas, situasi lingkungan. Bila
jumlah murid begitu besar, maka metode diskusi agak sulit digunakan apalagi bila
ruangan yang tersedia kecil. Metode ceramah harus mempertimbangkan antara lain
jangkauan suara guru. Kemudian apabila situasi lingkungan kelas dan sekolah sunyi

11
senyap tampa banyak aktifitas disekelilingnya, maka metode yang tepat digunakan adalah
metode seperti; diskusi, Tanya jawab, simulasi, Qawlan (baligha, bashira, nazhira, al haq,
layyinan, maisyura, ma’rufan) dan lain-lain. Dengan sesuainya metode yang digunakan
guru dengan situasi sekolah ditempat ia mengajar maka tujuan dari materi yang akan
disampaikan pun akan tercapai secara maksimal. Begitu juga sebaliknya, apabila guru
tidak bisa melihat dan menyesuaikan metode yang akan digunakan dengan situasi kelas
maupun sekolah, maka pembelajaran tidak akan terlaksana dengan baik. Jadi sangat
penting diperhatikan bagi seorang guru tentang situasi tempat ia mengajar.

4. Relevansi dengan siswa

Perbedaan individual siswa pada aspek biologis, psikologis dan intelektual akan
mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang akan digunakan oleh guru untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam situasi dan kondisi yang relatif lama
demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara operasional. Jadi
kematangan anak didik yang bervariasi mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode
pengajaran.

Disinilah peran guru untuk memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan
siswa. Apabila siswa memiliki kemampuan rata-rata yang sama maka guru bisa
menggunakan metode seperti; diskusi, tanya jawab, dan simulasi. Kemudian apabila
kemampuan siswa di suatu kelas tidak merata maka metode yang mungkin di gunakan
seperti; metode pendekatan personal seperti qawlan layyinan dan qawlan maisyura. Ini
semua kembali kepada kreativitas guru dalam melihat kemampuan, kematangan dan latar
belakang siswa

5. Relevansi dengan evaluasi

Dalam pelaksanaan evaluasi perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai dasar


pelaksanaan penilaian.

12
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

a) Evaluasi hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif


(menyeluruh). Yaitu pengukuran yang meliputi aspek kognitif, efektif, dan
psikomotorik.
b) Prinsip kesinambungan (kontinuitas); penilaian hendaknya dilakukan secara
berkesinambungan.
c) Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dari waktu ke waktu untuk
mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta didik, sehingga kegiatan
dan unjuk kerja peserta didik dapat dipantau
d) Prinsip obyektif, penilaian diusahakan agar seobyektif mungkin.
e) Evaluasi harus mempertimbangkan rasa keadilan bagi peserta didik dan
objektifitas pendidik, tanpa membedakan jenis kelamin, latar belakang etnis,
budaya, dan berbagai hal yang memberikan konstribusi pada pembelajaran. Sebab
ketidakadilan dalam penilaian dapat menyebabkan menurunnya motivasi belajar
peserta didik karena mereka merasa dianaktirikan.
f) Prinsip sistematis, yakni penilaian harus dilakukan secara sistematis dan teratur.

Berkaitan dengan metode dalam pendidikan agama Islam maka ada beberapa jenis
evaluasi yang dapat diterapkan :

a) Evaluasi Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai
oleh para peserta didik setelah menyelesaikan satuan program pembelajaran
(kompetensi dasar) pada mata pelajaran tertentu.
b) Evaluasi Sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta
didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu semester dan akhir tahun untuk
menentukan jenjang berikutnya.
c) Evaluasi penempatan (placement), yaitu evaluasi tentang peserta didik untuk
kepentingan penempatan di dalam situasi belajar yang sesuai dengan kondisi atau
kemampuan yang dimiliki peserta didik.

13
d) Evaluasi Diagnostik, adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk keperluan latar
belakang (psikologi, fisik, lingkungan) dari murid/ siswa yang mengalami
kesulitan-kesulitan dalam belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar
dalam memecahkan kesuliatan –kesuliatan tersebut. Evaluasi jenis ini erat
hubungannya dengan kegiatan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.

Apabila metode yang digunakan guru adalah metode tanya jawab dalam proses
pembelajaran maka evaluasi yang cocok untuk diterapkan adalah tes lisan. Karena pada
awalnya siswa sudah dibimbing oleh guru untuk menuturkan dan menjelaskan materi
pelajaran secara lisan. Ini akan memudahkan guru untuk menguji seberapa jauh
pemahaman siswa terhadap materi yang sudah diberikan.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan materi yang disampaikan, dapat diketahui metode yang sesuai


dengan faktor-faktor pendidikan yang terdiri dari anak didik, pendidik, pendidikan tujuan,
alat pendidikan, dan lingkungan atau interaksi. Dengan relevannya metode pembelajaran
ini, diharapkan proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, mencerdaskan
kehidupan bangsa, belajar mengembangkan potensi, peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang didukung serta
bertanggung jawab. Selain itu, dapat diketahui pula bahwa itu adalah metode yang tidak
selamanya sama. Akan tetapi harus sesuai dengan kondisi yang ada.gamblang agar
mencapai tujuan utama pendidikan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002), hal. 53

H. Ramayulis, Profrsi & Etika Keguruan (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), hal. 191

Anissatul Mufarrokah, Strategi Belajar Mengajar (Yogyakarta: Teras. 2009) hal. 78

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal.


182

16

Anda mungkin juga menyukai