A. Tinjauan Pustaka
itu, maka penulis membahas beberapa pendapat yang berkaitan dengan teori yang
1. Problematik
adalah hal yang masih meimbulkan masalah yang belum dapat dipecahkan.
Masalah inilah yang menjadi penghambat dalam pencapaian suatu tujuan yang
telah direncanakan.
Belajar di kelas yang sukses atau berhasil, tidak efektif atau tidak mencapai
tujuan, gejala ini sering disebut kondisi yang menyebabkan tidak terlaksananya
lingkungannya yang dapat berwujud pribadi, fakta, konsep, atau teori. Dengan
kata lain, belajar pada hakikatnya merupakan proses internalisasi dari seorang
pembelajaran yang dilakukan secara aktif dengan segenap potensi fisik (anggota
7
8
badan dan panca indra) maupun psikis (jiwa, emosi, dan sikap hati). Proses
internalisasi itu harus dilanjutkan pada proses sosialisai sebagai follow up-nya,
Masalah tujuan belajar memilki cukup banyak ragam dan variasi. Secara
umum, Jamaluddin (2003: 54) Tujuan belajar adalah untuk menuju kedewasaan
pribadi dalam rangka memasuki kehidupan sosial yang lebih luas. Jadi, konsep
kematangan secara fisik. Jika dikategorikan secara garis besar, kegiatan belajar
keterampilan, dan (3) menuju kematangan sikap. Secara khusus, tujuan belajar
mengacu pada konsep instructional effect yang secara eksplisit dinyatakan dalam
yang terdiri dari (1) tujuan pembelajaran, (2) bahan atau materi pelajaran, (3)
kegiatan atau proses pembelajaran, (4) metode dan pendekatan, (5) media dan
sumber bahan, serta (6) evaluasi pembelajaran. Semua komponen tersebut sudah
tentu tidak bisa lepas dari kurikulum yang berlaku serta keterlibatan guru dan
9
siswa. Semua komponen tersebut harus dapat difungsikan secara maksimal dalam
Problematik atau “rangkaian masalah” akan selalu ada dalam setiap kegiatan
pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran bahasa dan sastra. Hal ini berkaitan
faktor guru dan siswa, cara pandang masyarakat, sarna dan prasarana,
2. Pembelajaran sastra
Deni Ardian, dkk. 2011) mengatakan, pembelajaran sastra sangat penting dalam
Pembelajaran sastra akan mengacu kepada kesadaran sosial yang kritis, sehingga
pembangunan akan menjadi terarah, kata Azhar, saat menjadi pembicara dalam
Juni 2010 dilaksanakan Forkibastra Balai Bahasa Sumsel. Menurut Azhar, makna
dari sastra dapat mengarahkan kepada pemberdayaan yang bukan saja membuat
mendatang. Identitas manusia harus tegas dan bebas dari ketergantungan, dan itu
Apabila materi pembelajaran sastra dipilih secara cermat dan hati-hati, siswa
akan merasakan bahwa apa yang mereka pelajari adalah sesuatu yang relevan dan
latar dalam teks sastra yang sedang dipelajari. Namun hal ini cukup rumit,
cerpen, atau puisi dapat diklaim sebagai dokumentasi yang murni dari budaya
seperti menyediakan konteks yang bermakna dan mudah diingat dalam proses
Dalam konteks ini sebuah novel atau cerpen dapat membantu siswa dalam
kegiatannya dalam memahami makna sebuah teks sastra, siswa dapat melatih
Berdasarkan fakta yang terdapat dalam teks. Bila siswa berinteraksi dengan
berbagai macam ambiguitas dalam teks sastra, guru dapat membantu siswa
diminta untuk memberikan respon secara personal terhadap teks sastra yang
12
dibaca, siswa akan menjadi lebih percaya diri dalam mengekspresikan ide mereka,
kemampuannya dalam menguasai teks sastra dan memahami bahasa, serta dalam
menghubungkan teks sastra yang dibaca tersebut dengan nilai-nilai dan tradisi dari
masyarakatnya.
pengajaran. Tujuan pengajaran ini bisa dilihat dari perubahan dari siswa setelah
positif. Apabila hal ini sudah tampak pada siswa, maka tujuan pengajaran
tercapai. Untuk menilai tercapai atau tidaknya tujuan ini, guru bisa mengadakan
evaluasi.
menggantikan peran seorang guru. Untuk itu Fathurrohman dan Sutikno (2010:
mampu menunjukkan sikap terpuji dan bagaimana caranya agar setiap materi
pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh siswa, sebagai pembimbing yang
13
bekal hidup mereka untuk mencapai tujuan yang menjadi harapan bagi orang tua
dan masyarakat, sebagai motivator yang selalu memotivasi siswanya, dan juga
diprogramkan.
dan kehendak yang terkandung dalam diri orang Bugis, Namun, Elong Ogiq tidak
dicantumkan nama penciptanya serta kapan diciptakan elong tersebut, maka hal
ini menandakan bahwa masyarakat pada waktu itu tidak mengenal sifat
yang sejalan dengan isi elong yang hendak diciptakannya. Ambo Enre (1985: 3)
mengatakan bahwa Elong Ogiq diciptakan oleh beberapa orang atau seorang saja,
yang juga merasa sebagai pemiliknya yang sesuai dengan selera, dan semangat
sumber pengetahuan informasi bagi seorang anak secara khusus dan bagi
memahami maka Elong Ogiq diperlukan pengetahuan khusus, karena elong ogiq
adat, dan pantun, yang imbalannya dalam bahasa Bugis dikenal dengan nama
Selanjutnya Ambo Enre (1985: 48) mengemukan bahwa puisi lisan Bugis
keyakinan, sikap dan pandangan hidup, semangat juang, cita-cita dan harapan
Puisi atau dalam masyarakat Bugis disebut dengan elong dapat didefinisikan
dengan sejenis bahasa yang menyapaikan pesannya dengan lebih padat daripada
pemakaian bahasa biasa. Untuk memahami perlu dikenal apa yang dikatakan
sebuah puisi.
memperhatikan penekanan isi dan situasi penyampaian setiap elong, karena batas
yang tegas antara satu jenis elong dengan elong yang lain biasa mengakhiri
Kegandaan tafsir pada elong terutama disebabkan oleh bahasa elong yang
penuh simbol dan perkembangan. Dalam puisi elong yang demikian, masalah
makna kata konvensional terdesak dan penyair memilih kata yang paling dekat
dengan rasa dan intuisi yang dialaminya. Hal ini terutama disebabkan oleh
dalam suatu momen tertentu pula. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila
sering terjadi salah tafsir yang dilakukan seseorang terhadap sebuah puisi.
Elong Ogiq merupakan karya sastra dalam bentuk puisi jika diperhatikan
Ogiq dapat disejajarkan dengan puisi lama. Misalnya pantun, syair, pepatah, dan
bahasa berirama. Elong Ogiq adalah suatu karya sastra orang Bugis yang sudah
Ada beberapa jenis Elong Ogiq yang terdapat dalam masyarakat Bugis. Jenis
a. Elong Asimellereng
Elong ini merupakan elong sibali (berbalasan) yang biasa dibawakan oleh
dua orang muda-mudi yang dalam bentuk dialog antara individu dengan individu,
berbagai cara untuk menyampaikan perasaan hatinya. Hal tersebut dapat dilihat
cinta kadang-kadang patah di tengah jalan, bahkan ada diantaranya cinta berubah
menjadi kebencian. Elong ini biasanya dibawakan oleh dua orang (laki-laki dan
perempuan), diiringi alat pada pesta perkawinan. Hal tersebut dapat dilihat pada
b. Elong Assiwolompolonngeng
atapun suami istri yang berisikan nasihat tentang kehidupan berumah tangga. Hal
c. Elong Pangajaq
pelajaran yang baik. Jadi elong pangajaq adalah elong yang berisikan nasihat
yang mengarah ke jalan yang benar. Elong pangajaq biasanya didengar dari orang
dahulu yang memberikan nasihat atau petunjuk yang benar, dan tujuannya tiada
lain hanya mengarahkan ke jalan yang benar, agar nantinya tidak terjerumus ke
dalam hal-hal yang tidak sesuai dengan agama dan adat yang berlaku. Hal tersebut
d. Elong Aruk
pernyataan dukugan dan tanda kesetiaan kepada raja. Untuk kejelasannya dapat
Elong Ogiq Maliung Bettuanna adalah elong yang dalam artinya, sehingga
memerlukan analisis tentang kata-katanya secara tepat dan mendalam. Jadi, untuk
mengerti maksud dan tujuan elong itu, terlebih dahulu dianalisis, terhadap sebuah
frase atau kalimat itu dicari pada kata lain yang mirip ucapannya dengan kata
yang dijadikan sangkutan ide itu. Untuk jelasnya dapat dilihat contoh elong
dibawah ini.
Dari beberapa jenis elong yang penulis kemukakan di atas, tidak semuanya
pendekatan yang berbeda, hasil penelitian problematik sastra dapat dilihat pada
Pendidikan Elong Malliung dalam sastra Bugis, objek kajian yang diangkat sama
di Kelas VIII SMP Negeri 3 Baranti Kabupaten Sidrap. Objek kajian yang
Pada skripsi Anna Satria Ridwan (2013) yang berjudul Etos Kerja dalam
ekspresi etos kerja dalam Elong Ogiq di Kabupaten Barru, dan skripsi Andi
Dari hasil penelitian yang ada, dibandingkan dengan masalah yang dikaji
dari sudut pandang yang berbeda pula. Namun dari sekian banyak penelitian yang
C. Kerangka Berpikir
dengan baik. Oleh karena itu, perlu diteliti tentang problematik dalam
sastra daerah, khususnya problematik yang dihadapi oleh guru dan problematik
Pembelajaran Sastra
PUISI
Guru Siswa
Problematik