Anda di halaman 1dari 6

Konsep Manusia dan Alam dalam Ajaran

Islam
KONSEP MANUSIA DAN ALAM DALAM AJARAN ISLAM

Makalah yang disusun untuk memenuhi tugas kelompok Aqidah pada Fakultas Ekonomi

Oleh
Siti Chodijah
Kartika
Wahyu Esti Nindyah
Lusi Rahmawati
Solvi Permatasari

Jurusan D3 Akuntansi/Pajak
Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA
Jakarta
2010

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Membicarakan tentang manusia selalu saja menarik dan tidak pernah ada habisnya. Karena
pertanyaan dan keheranan manusia terhadap dirinya sama tuanya dengan sejarah manusia itu sendiri.
Manusia merupakan makhluk yang paling menakjubkan, makhluk yang unik multi dimensi, saling
melengkapi, sangat terbuka, dan mempunyai potensi yang agung. Manusia sesuai dengan kodratnya itu
menghadapi tiga persoalan yang bersifat universal, dikatakan demikian karena persoalan tersebut tidak
tergantung pada kurun waktu  ataupun latar belakang historis kultural tertentu. Persoalan itu
menyangkut tata hubungan antar dirinya sebagai makhluk yang otonom dengan realitas lain yang
menunjukkan bahwa manusia juga merupakan manusia yang bersifat dependen. Persoalan lain yang
menyangkut kenyataan bahwa manusia merupakan mahkluk dengan kebutuhan jasmani yang nyaris tak
berbeda dengan makhluk lain seperti makan, minum, menghindarkan diri dari rasa sakit dan
sebagainya. Tetapi juga  sebuah kesadaran tentang kebutuhan yang mengatasinya, menstrandensikan
kebutuhan jasmaniah, yaitu rasa aman, kasih sayang, perhatian, yang semuanya mengisyaratkan adanya
kebutuhan rohaniah. Dan terakhir manusia menghadapi problema yang menyangkut kepentingan
dirinya, rahasia pribadi, milik pribadi, kepentingan pribadi, kebutuhan akan kesendirian, namun juga
tak dapat disangka bahwa manusia tidak dapat hidup secara “soliter” melainkan harus “solider”,
hidupnya tak mungkin dijalani sendiri tanpa kehadiran orang lain. Belum lagi manusia dalam konsep
Islam mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat berat yaitu ”Abdul Allah” (hamba Allah),
satu sisi dan sekaligus sebagai “Kholifah fil Ardli” (wakil Allah di muka bumi).

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Menerapkan pengetahuan tentang Konsep Islam Tentang Manusia yang telah diperoleh selama
perkuliahan terutama pada mata kuliah Aqidah.
2.      Membentuk pola pikir mahasiwa/i untuk menjadi pribadi yang berwawasan luas.
3.      Meningkatkan kreatifitas penuh dalam perancangan system dengan wawasan pengetahuan yang
kongkrit.
4.      Meningkatkan penguasaan penulis tentang pengetahuan Aqidah, terutama dalam pengetahuan konsep
islam tentang manusia.
            Adapun tujuan utama penulis makalah adalah untuk memnuhi mata kuliah Aqidah pada
semester 2 program Diploma Tiga (D3) Jurusan Akuntansi dan Perpajakan Universitas Muhammadiyah
Prof. Dr. Hamka (UHAMKA).

1.3 Pembahasan Masalah


                Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT.
Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai
khalifah dimuka bumi ini. Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna bila dibandingkan
dengan makhhluk – makhluk ciptaan Allah yang lain, bahkan lebih unggul bila dibandingkan dengan
malaikat. Manusia  berbeda dengan makhluk lainnya dengan perbedaan yang sangat besar, karena
adanya karunia Allah yang diberikan kepadanya yaitu akal dan pikiran. Itulah kedudukan manusia di
muka buimi ini sebagai rahmat dan karunia dari Allah SWT.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep alam dalam pandangan islam


         Konsep alam atau yang disebut juga pandangan dunia merupakan persoalan penting yang harus
diketahui oleh seorang muslim karena dengan memahami alam tersebut seseorang akan mampu
menangkap keseluruhan ajaran agama dimana alam tersebut sebagai tanda sebagai eksistensi Allah
SWT. Bahkan dalam pandangan logika (seperti yang dijelaskan oleh filsafat agama), adanya alam
membuktikan adanya Allah. Eksistensi Allaah sebagai pencipta baru mendapat konfirmasi bila
ciptaan-Nya ada, yakni alam semesta ini, dan begitupun sebaliknya.
         Oleh karena itu dalam pandangan islam, alam adalah eksistendi yang haqq, yaitu sesuatu yang
benar, yang sungguh-sungguh ada, nyata dan baik.
Surat Al-Zumar (39) ayat 5 :

      “Dia (Allah) menciptakan langit dan bumi dengan benar”

Surat Al-Anbiya (21) ayat 16 :

“Dan kami tidaklah menciptakan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada diantara keduanya
secara main-main”.

Surat Shad (38) ayat 27 :

“Dan kami tidaklah menciptakan langi dan bumi serta segala sesuatau yang ada diantara
keduanya itu secara bathil”.
         Dari ayat-ayat Al-Quran diatas terlihat bahwa islam memandang alam secara positif, bukan
sesuatu yang yang palsu atau hanya sebagai bayangan semata. Maka islam tidak sejalan dengan ajaran
manapun yang mengatakan bahwa apapun yang dialami manusia dalam ala mini hanyalah bayangan
semata.
         Islam menggaris bawahi kehidupan dunia sebagai jalan untuk mencapai kebahagiaa akhirat,
seperti dalam ungkapan al-Dunya mazra’at al-Akhirat (dunia adalah tempat menanam kebahagiaan
akhirat). Kebahagiaan akhirat sangat ditentukan oleh amal kebajikan yang dilakukan di dunia, dan
begitupun sebaliknya.
         Dalam Al-Quran kata ‘alam seakar dengan kata ‘ilm (pengetahuan) dan ‘alamah (tanda).
Persinggungan kata alam dengan ‘ilm (pengetahuan) ini menjelaskan bahwa kemanfaatan yang
terkandung dalam alam baru bisa diperoleh bila manusia mempunyai ilmu dan teknologi. Demikian
pula persinggungan kata alam dengan ‘alamah (tanda) yang menekankan bahwa alam semesta
menjadi ayat-ayat (tanda-tanda) sumber pelajaran dan ajaran bagi manusia. Maka siapa yang dengan
bersungguh-sungguh melakukan penelitian terhadap alam dengan sikap apresiasi terhadap alam itu
sendiri akan mengantarkannya kepada kenyataan bahwa alam sebagai tanda-tanda adanya Allah SWT.
Surat Ali-Imron (3) ayat 190-191 :

“Sesungguhnya dalam penciptaan seluruh langit dan bumi (jagad raya) pastilah terdapat ayat-ayat
bagi mereka yang berakal budi. Yaitu mereka yang selalu ingat kepada Allah, baik pada saat
berdiri, pada saat duduk, maupun pada saat berbaring dan memikirkan kejadian seluruh langit
dan bumi ini (seraya berkata) : Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini secara
bathil. Maha Suci Engkau. Maka lindungilah kami dari azab neraka”.

         Alam diciptakan oleh Allah lengkap dengan hukum-hukum yang mengaturnya. Matahari terbit di
Barat adalah hokum yang pasti terlaksana, sebab bila perubahan terjadi akan berakibat fatal bagi
kelangsungan alam semesta ini sendiri. Inilah yang disebut dengan taqdir dalam arti yang sebenarnya.
Surat Al-Furqan (25) ayat 2 :

“Dan Dia (Allah) menciptakan segala sesuatu, kemudian diaturNya secara pasti sepasti-pastinya”.

         Hukum alam yang menjadi sumber dari keteraturan dan keharmonisan alam adalah hukum
ciptaan Allah yang disebut dengan Sunnah Allah. Tetapi hukum alam yang satu dapat diatasi dengan
hukum alam yang lain. Contoh manusia tidak bisa terbang karena tidak mempunyai sayap, namun
dengan mempergunakan pesawat terbang manusia dapat mengarungi ruang angkasa. Pada upaya
menemukan hukum-hukum alam ciptaan Allah itulah bermulanya gerak ilmu pengetahuan (sains).
         Dalam upaya memahami alam semesta Allah memerintahkan manusia untuk melakukan intidhar
(pemeriksaan) untuk mengetahui sifat-sifat dan kelakuan alam semesta. Firman Allah dalam Surat
Yunus (10) ayat 101 :

“Katakanlah wahai Muhammad : Periksalah dengan nadhar apa-apa yang ada dilangit dan
dibumi”.
Makna intidhar disini bukan hanya sekedar mengamati dengan fikiran kosong, tetapi melakukan
pemeriksaan, eksperimen atas fenomena-fenomena alam tersebut. Karena pada hakekatnya diartikan
“membaca ayat-ayat Allah”
         Penemuan sains mengatakan bahwa wujud bumi terjadi dari hasil evolusi sekitar 4 milyar tahun
dari bentuk benda yang menyala-nyala, yang terjadi sebelumnya dari merapatnya materi antar
bintang-bintang. Materi yang muncul pertama sekali berbeda dengan materi antar bintang yang
membentuk matahari dan bumi beserta planet-planet yang lain. Sebab materi yang menyusun
bintang-bintang dalam galaxi terdiri dari molekul, nukleus, dan elektron.
         Allah menciptakan alam ini lebih rendah dari manusia. Firman Allah dalam Surat Al-Jatsiyah
(45) ayat 13 :

“Dan Dia (Allah) merendahkan (sakhkhara) bagi kamu semua apa yang ada diseluruh langit dan
apa yang ada dibumi, seluruhnya dari Dia. Sesungguhnya dalam ahal itu ada tanda-tanda bagi
mereka yang berfikir”.

Terdapat empat hal yang dapat  ditarik dari penjelasan diatas :


1. Manusia adalah puncak ciptaan Allah, maka seluruh alam berada dalam martabat yang lebih
rendah dari pada manusia.
2. Alam itu sendiri adalah untuk dapat dimanfaatkan oleh manusia.
3. Manusia harus menjadikan alam itu sebagai objek kajian.
4. Dengan membuat ala mini lebih rendah dari manusia, maka alam menjadi objek yang terbuka
abagi manusia dan sikap menetukan alam lebih tinggi dari dirinya merupakan perbuatan yang
melawan manusia itu sendiri.
         Apa yang sudah diobservasi dan dieksperimen pada waktu yang lalu dan yang sedang
dilaksanakan saat ini hanyalah sebagian kecil saja dari fenomena alam semesta, maka dapat ditarik
pemahaman. Pertama, bahwa kebenaran yang dicapai oleh ilmu pengetahuan bukanlah kebenaran
mutlak, tetapi kebenaran relative dan nisbi. Dan yang kedua, dalam keseluruhan kenyataan ilmu
pengetahuan yang diberikan oleh alam kepada manusia, ternyata ilmu pengetahuan manusia itu
hanya sedikit saja bila dibandingkan dengan fenomena alam semesta yang luas
         Islam mengingatkan bahwa alam sebenarnya juga makhluk Allah yang sama dengan manusia.
Firman Allah dalam Surat Al-An’am (6) ayat 38 :

 
“Tidak seokor pun binatang yang melata dibumi, dan tidak pula seekor pun burung yang terbang
dengan sayapnya melainkan umat-umat seperti kamu juga”.
Ayat diatas pada hakekatnya sejalan dengan penegasan-penegasan Allah lainnya dalam Al-Quran yang
mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada dalam alam ini, seluruhnya bertasbih kepada Allah
sebagaimana dalam Surat Al-Isra (17) ayat 44.
         Berbagai krisis yang melanda bumi sekarang ini, seluruhnya akibat ulah tangan manusia. Maka
manusia seharusnya memberlakukan alam bukan hanya semata sebagai objek eksploitasi tetapi
menjadi sumber pelajaran dan ajaran. Karena dengan memperhatikan alam dan lingkungan,
keberadaan dan kebesaranNya dapat ditangkap.

2.2 Konsep Islam tentang manusia


         Setiap manusia pasti ada yang menciptakannya (khalik). Menurut Ibn al-Arabi, Allah
menciptakan alam dengan tujuan agar Ia dapat melihat diriNya dan memperlihatkan diriNya. Tujuan
tersebut tidak akan tercapai tanpa ada manusia, karena manusia adalah roh bagi alam, dan alam
adalah jasad. Alam tanpa manusia adalah seperti tubuh tanpa roh.
         Allah menciptakan manusia dari tanah, dalam Al-Quran disebutkan dengan istilah ‫ت<<<را‬
‫ب‬          (al-An’am : 2; al-Hajj : 5; al-Rum : 20; Faathir : 11; al-Mu’min :67)
         Allah telah memilih zat yang sangat rendah untuk dijadikan bahan asal manusia. Ini diungkapkan
Allah pada tiga istilah dalam Al-Quran, yaitu dengan ungkapan lempung
tembikar   (al-Rahman/55 :14), yaitu lempung endapan yang kering. Pada ayat
lain dengan ungkapan lumpur hitam   (al-Hijr/15 : 26, 28), yaitu lempung
busuk. Pada ayat lain dengan ungkapan tanah   (al-Mu’minun/23 :12) yang juga
berarti lempung.
         Bagaimana proses penciptaan manusia pertama secara pasti dan jelas tidak diungkapkan oleh
Allah dalam Al-Quran. Maka tidak ada yang mengetahuiNya secara pasti. Al-Quran menyinggung
proses reproduksi manusia secara global dalam beberapa surat secara terpencar (al-Hajj : 5; Faathir :
11; al-Zumar : 6; al-Mu’min : 67; al-Qiyaamah : 37-39), dan kemudian ayat-ayat tersebut
menimbulkan berbagai penafsiran.
         Manusia dapat berada dalam keadaan yang serendah-rendahnya bagaikan tanah endapan
lempung, karena dalam dirinya terdapat unsure endapan lempung. Dan manusia dapat meningkat
dengan setinggi-tingginya, hal ini sesuai dengan sifat-sifat baik yang dimiliki semua manusia, dan
semua manusia selalu ingin maju. Kedua sifat yang berlawanan dari manusia memungkinkannya
untuk mempunyai kebebasan memilih antara dua pilihan yang kemudian akan menentukan nasibnya.
         Konsep manusia dalam Al-Quran dipahami juga sebagai berikut :
1.Basyar
   Mengandung arti semangat, gembira, berseri-seri, langsung, kulit. Kata Mubasyir berarti pembawa
kabar gembira. Allah memakai konsep basyar sebanyak 37 kali. Salah satunya al-Kahfi :

110   “sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu”

2.Insan
   Yaitu makhluk yang mampu memikul beban amanat risalah dari Allah SWT. Kata insan disebutkan
dalam Al-Quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu    “Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.
3.Al-nas
   Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-Zumar : 27, yaitu
     “Sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam Al-
Quran ini setiap macam perumpamaan”. Konsep al-nas menunjukkan kepada semua manusia
sebagai makhluk social atau secara kolektif.
4.Bani Adam
   Adam mempunyai pengertian manusia dengan keturunannya yang mengandung pengertian basyar,
insan, dan al-nas. Kata bani Adam terulang sebanyak 8 kali. Diantaranya dalam surat al-A’raf/7:26,27,
dan 31

Fungsi Manusia
         
            Manusia diciptakan sebagai khalifah yaitu wakil, atau duta atau tempat pelimpahan wewenang
dari Allah. Allah menugaskan pemegang dan pengemban amanah kepada semua makhluk ciptaannya
(Al-Ahzab:72), hanya manusia yang secara suka rela menerima tugas mulia tersebut. Karena manusia
memiliki, keyakinan dan kemampuan untuk menjadi pengemban amanah Allah dan menjaga karunia-
Nya yang paling berharga, maka manusia mau menerima tugas suci tersebut.
            Dengan diterimanya tugas amanah Allah oleh manusia, berarti manusia dianugrahi
kepercayaan, keberanian dan keutamaan serta kebijakan dan kekuasaan dialam semesta ini. Jadi
manusia bukan sekedar khalifah Allah dibumi ini melainkan juga pemegang amanah Allah. Amanah
Allah adalah kehendak bebas manusia, menemukan hukum alam, dan menguasai alam. Dalam Al-
Qur’an disebutkan bahwa Adam menguasai nama-nama semuanya (Al-Baqarah:33) dan kemudian
menggunakannya, dengan inisiatif moral manusia, untuk menciptakan tatanan dunia yang baik.
Termasuk amanah Allah adalah berfirman dan menaati Allah serta bertanggung jawab akan nasibnya.
Manusia yang memiliki keabsahan sebagai khalifah Allah adalah manusia yang beriman kepada Allah.
Sebagai khalifah Allah di bumi, manusia dilengkapi Allah dengan berbagai hidayah seperti intstink,
indra, agama, dan hidayah taufik.
            Selain berfungsi sebagai khalifah, manusia juga berfungsi sebagai penyampai atau penerus
risalah Rasul, pengemban tugas da’wah kepada sesama umat manusia. Sebagimana firman Allah :

            “Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari munkar.” (Ali-Imran:104) dan sabda Rasul:
            Fungsi manusia yang lain adalah sebagai hamba Allah. Sebagai seorang hamba, manusia harus
tunduk, patuh dan ta’at kepada Allah. Sebagai seorang hamba Allah, ia bertugas mengabdi atau
menghambakan dirinya kepada Allah, yaitu dengan menyembah kepada Allah.

            “Dan Aku tidak  menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepadaku” ( Al-Dzaariyaat : 56 ).
Manusia sebagai hamba Allah, manusia tdak pantas menhambakan diri kepada apapun dan
siapapun juga selain Allah. Manusia yang menghambakan diri pada sesuatu selain Allah, berarti
menyekutukannya, dan juga berarti merendahkan dirinya dihadapan makhluk lain. Manusia yang
hanya mengabdi kepada Allah berarti tidak akan menghambakan dirinya kepada sesama makhluk.
Manusia sebagai hamba Allah, memiliki karakter ingin melaksanakan penyembahan. Penyembahan
itu ada persamaan dengan adanya kehidupan manusia dibumi. Dengan kata lain manusia punya
dorongan atau keinginan untuk menyembah Tuhan.

“Hai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang – orang yang
sebelum mu, agar kamu bertakwa” ( Al-Baqarah : 21).
Dengan demikian, beribadah kepada Allah yang menjadi fungsi atau tugas manusia teerhadap
Allah baik ibadah dalam bentuk umum maupun dalam bentuk khusus. Ibadah dalam bentuk khusus,
seperti mencari nafkah, belajar, berdagang, mengajar, berpolitik, dsb. Sedangkan ibadah dalam
bentuk khusus yaitu berbagai macam pengabdian dan ketaatan kepada Allah yang cara dan ketentuan
melakukannya sesuia dengan ketentuan syara.
            Agama yang dapat membantu manusia melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsi-fungsinya
itu adalah agama Islam. Agama Islam dikatakan agama dua dimensional karena dapat dibuktikan
dengan memperhatikan unsure-unsur yang ada pada agama tersebut. Unsu-unsur itu adalah Tuhan,
Kitab Suci dan Nabi atau Rasul.
            Kitab suci al-Qur’an adalah kitab yang mengandung dua dimensi, yaitu satu dimensi kitab
tersebut berisikan ketentuan-ketentuan social, politik dan militer dan pada dimensi lain Kitab tersebut
berisikan petunjuk tentang cara bagaimana memperhalus jiwa, mensucikan batin serta
menyempurnakan akhlak manusia.
            Nabi umat Islam adalah nabi Muhammad SAW juga dua dimensional, yang bagi manusia biasa
kedua dimensi ini dapat menjadi aspek-aspek yang berlawanan, tetapi dalam diri Nabi Muhammad
terjalin menjadi satu paduan semangat. Pada diri Muhammad terwujud perpaduan sempurna antara
ubudiyah dan khilafah, sehingga dia adalah manusia sempurna yang paling sempurna. Kesempurnaan
Muhammad dinyatakan dalam bagian kedua syahadat yang lengkap, Muhammad adalah hamba dan
Rasul (utusan)-Nya.

Tujuan Hidup
            Tujuan hidup manusia adalah bertemu (liqo’) dengan Allah SWT. Karena tujuan hidup manusia
adalah Allah, maka arti dan makna hidup ditemukan dalam usaha manusia bertemu dan mencari
wajah Allah dengan harapan memperoleh ridha Allah. Keridhaan Allah itu menimbulkan kepuasan
bagi manusia. Apabila manusia sudah mendapatkan kepuasan, dengan sendirinya akan menemukan
kebahagiaan. Agar tujuan itu tercapai, haruslah segala aktifitas manusia dalam hidupnya mengacu dan
atau sesuai dengan petunjuk dan aturan Allah.
               Tujuan hidup manusia yang disebutkan diatas adalah tujuan hidup manusia secara vertikal.
Sedangkan tujuan hidup manuasia secara horizontal adalah rahmat bagi segenap alam, dalam al-
Qur’an disebutkan:  tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta
alam. Rahmat bagi semesta alam adalah karunia, kasih dan bermanfaat bagi semesta alam, yaitu diri
sendiri, orang lain dan alam lingkungannya. Jadi tujuan hidup manusia secara horizontal bukan jadi
bencana dan mala petaka bagi semesta alam tetapi menjadi ketenangan dan kebahagiaan bagi dirinya,
orang lain dan lingkungan sekitarnya didunia.
Untuk mencapai kebahagiaan ada dua cara yang harus ditempuh manusia:
1.      Manusia harus menjalankan syari’at
Syari’at adalah perwujudan kehendak Allah, karena melalui syari’atlah manusia mengetahui bagaimana
seharusnya ia berhubungan dengan Allah Yang Maha Pencipta yang telah menciptakannya dan
bagaimana seharusnya ia berhubungan dengan sesama manusia di atas dunia ini
2.      Manusia tidak hanya dituntut memiliki ilmu dan pengetahuan serta menguasai teknologi semata tetapi
harus diimbangi dengan keimananyang tebal dan kuat
Dengan iman, ilmu pengetahuan dan teknologi digunakan sebagai alat untuk bermanfaat bagi manusia.
Dengan kata lain, imanlah yang mengendalikan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia berhasil
guna dan tepat guna. Iman menerangi hati manusia dan membimbingnya kea rah kebenaran serta
memberikan harapan akan hasil-hasil yang baik dari suatu amal perbuatan yang baik. Iman
memberikan kebahagiaan jiwa dan rohani dalam diri manusia karena iman berfungsi memperbaiki
hubungan-hubungan sosial seperti saling menghargai, menghormati dan mengasihi.

DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Yunan, H.N. 1996. Akidah. Jakarta : IKIP Muhammadiyah.


Razak, Yusron, MA. 2009. Pendidikan Agama. Jakarta : LSA.

Anda mungkin juga menyukai