Anda di halaman 1dari 7

STRATEGI PELAKSANAAN

PADA PASIEN DENGAN KEHILANGAN DAN


BERDUKA

OLEH:
NAMA : LUH ADE REGINA AMANDASARI
NIM : P07120016033
KELAS : 3.1

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
Strategi Pelaksanaan
Pada Pasien dengan Kehilangan dan Berduka

A. Kondisi Klien
Ny. D berusia 45 tahun merupakan seorang pedagang keliling berasal
dari Banjar Sari, Desa Datah, Karangasem, dan merupakan tamatan SD. Ny. D
sehari-harinya berjualan kue keliling desanya untuk membantu anak
sulungnya mencari nafkah. Ny. D memiliki dua orang anak laki-laki yang
tinggal bersamanya. Anak sulung Ny. D yang bekerja sebagai buruh bangunan
merupakan tulang punggung bagi keluarga Ny. D dikarenakan ayahnya, yakni
suami Ny. D sudah lama meninggal dunia karena gagal ginjal. Hal ini
menyebabkan anak sulung Ny. D yang baru berusia 16 tahun harus berhenti
sekolah dan bekerja menggantikan ayahnya untuk membiayai pendidikan
Sekolah Dasar adiknya. Namun, anak sulung Ny. D mengalami kecelakaan di
tempat kerja sehingga kehilangan nyawa di usia yang masih sangat muda. Ny.
D sangat terpukul akan kejadian ini, Setelah pemakaman anaknya selesai, Ny.
D tiba-tiba pingsan dan dilarikan ke rumah sakit oleh tetangganya. Ny. D
menjalani perawatan di rumah sakit karena vertigonya kumat akibat beban
pikirannya saat ini. Saat pengkajian, Ny. D mengatakan merasa sedih dan
tidak terima akan kepergian anaknya, serta merasa tidak ada harapan untuk
menghidupi keluarganya. Ny. D tampak menangis, tidak mampu
berkonsentrasi, sedikit marah dan tampak panik.
B. Diagnosa Keperawatan
Berduka.
C. Tujuan
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1x20 menit diharapkan
dapat terbina hubungan saling percaya antara perawat dan klien, serta klien
mampu mengungkapkan perasaan berduka.
D. Rencana Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Jelaskan proses berduka
3. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya.
4. Mendengarkan dengan penuh perhatian
5. Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang
dilakukan.
6. Teknik komunikasi diam dan sentuhan.
7. Perhatikan kebutuhan dasar pasien.
E. Implementasi Keperawatan
Strategi pelaksanaan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Perawat : “Selamat Pagi, Ibu. Apa benar dengan Ibu D?”
Klien : “Iya benar, Sus.”
Perawat : “Perkenalkan Ibu. Saya perawat Regina yang
bertugas dan akan menemani Ibu untuk pagi ini.
Boleh kita bincang-bincang sebentar Bu?”
Klien : “Boleh Sus.”
b. Evaluasi dan Validasi
Perawat : “Sebelum saya berbincang dengan Ibu, bagaimana
perasaan Ibu saat ini?”
Klien : “Suster bisa melihat kondisi saya seperti ini. Saya
sedih dan kecewa Sus. Saya ingin marah, tapi pada
siapa saya harus melampiaskan kekesalan saya?”
c. Kontrak
1) Topik
Perawat : “Baik Ibu, saya mengerti dengan kondisi Ibu. Apa
Ibu mau menceritakan kondisi Ibu ke saya?”
Klien : “Iya, Sus.”
2) Waktu dan Tempat
Perawat : “Kalau begitu saya akan mendengarkan cerita Ibu,
dan berbincang dengan Ibu. Berapa lama waktu
yang Ibu mau untuk kita gunakan berbincang?”
Klien : “Terserah suster saja.”
Perawat : “Bagaimana jika kita berbincang selama 20 menit
Bu? Kita berbincang di sini saja ya, di kamar Ibu.”
Klien : “Baiklah Sus.”
2. Fase Kerja
Perawat : “Baiklah Ibu, kita bisa mulai bincang-bincangnya.
Bisa Ibu jelaskan apa yang membuat Ibu merasa
ingin marah dan ingin melampiaskan rasa kesal
Ibu?”
Klien : “Saya tidak bisa terima Sus. Kenapa setelah suami
saya meninggalkan saya dua tahun lalu, kini anak
sulung saya juga harus pergi? Kenapa tidak saya saja
yang lebih dulu. Kasian dia masih muda Sus.”
Perawat : “Saya mengerti Ibu sangat sulit untuk menerima
kondisi ini.”
Klien : “Saya tidak tau lagi, bagaimana harus menghidupi
anak bungsu saya. Si sulung satu-satunya tulang
punggung kami setelah suami saya meninggal.
Penghasilan saya dari berjualan kue tidaklah
seberapa untuk membiayai sekolah si bungsu. Saya
tidak rela dia pergi Sus. Saya merasa segalanya tidak
adil bagi saya.”
Perawat : “Saya mengerti Ibu, pastilah berat untuk merelakan
kepergian anak yang Ibu cintai. Tetapi umur dan
kematian seseorang tidak ada yang pernah tau.
Hanya Tuhan yang memiliki kehendak akan hidup
dan mati seseorang. Tidak ada yang bisa
mencegahnya, baik saya ataupun Ibu. Ibu harus bisa
mengikhlaskan kepergian anak Ibu.”
Klien : “Saya tidak rela dengan kepergiannya, tetapi saya
tetap ingin anak saya agar beristirahat dengan tenang
disana. Apa saya harus merelakan kepergian anak
saya Sus?
Perawat : “Iya Bu. Ibu harus bisa menerima kenyataan ini.
Ibu harus kuat, Ibu masih punya si bungsu yang
menunggu Ibu di rumah. Jika Ibu tidak mampu
menerima kenyataan ini, bagaimana dengan si
bungsu nantinya? Jika Ibu kuat, maka si bungsu
pasti juga akan kuat menjalani hari-hari bersama
Ibu.
Klien : “Lalu bagaimana saya menafkahi keluarga saya
Sus? Saya bingung. Kalau saya meminjam uang
kesana kemari, saya takut akan menjadi hutang
seperti kejadian ketika suami saya pergi dulu.”
Perawat : “Ibu bisa manfaatkan keahlian Ibu dalam membuat
kue. Mungkin ibu bisa buat jenis kue yang lebih
beranekaragam dan ibu tidak hanya berjualan
keliling, ibu bisa titipkan kue ibu di warung-warung
dan di pasar. Untuk biaya sekolah si bungsu Ibu bisa
carikan bantuan dari sekolah baik berupa dana bos
ataupun beasiswa. Saya yakin pihak sekolah pasti
akan mengerti dan mau membantu Ibu.”
Klien : “Baik Sus. Saya akan mencoba menerima semua
ini.”
Perawat : “Saya yakin Ibu pasti bisa. Jangan lupa untuk
selalu mendoakan yang terbaik bagi Ibu dan
keluarga Ibu, serta untuk anak sulung Ibu agar
tenang disana.”
Klien : “Iya Sus, tapi bagaimana bila saya kembali
memikirkan ini Sus? Saya takut terlalu
memikirkannya akan membuat saya cemas.”
Perawat : “Bila Ibu merasa cemas, Ibu bisa menenangkan diri
dengan melakukan relaksasi nafas dalam. Ibu bisa
ikuti saya, tarik nafas dalam, tahan sebentar,
kemudian hembuskan perlahan-lahan. Ibu bisa ikuti
saya. Bisa dipahami Ibu?”
Klien : “Bisa Sus.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif
1) Evaluasi Subjektif
Perawat : “Baik Ibu, kita sudah selesai berbincang-bincang.
Bagaimana perasaan ibu? Apa Ibu sudah merasa
baikan?”
Klien : ”Sudah Sus. Saya akan mencoba untuk menerima
kepergian anak saya.”
Perawat : “Baik Ibu, Ibu harus tetap semangat dan yakinlah
bawa masih banyak orang-orang di sekitar Ibu yang
akan selalu mendukung Ibu.”
Klien : “Iya Sus.”
2) Evaluasi Objektif
Klien tampak tidak menangis, sudah mampu berkonsentrasi,
sudah tenang, dan tidak marah.
b. Rencana Tindak Lanjut
Perawat : “Baik, Ibu. Karena sekarang kita sudah selesai
berbincang-bincang, untuk selanjutnya saya akan
datang lagi untuk berbincang dengan Ibu dan
melakukan kembali teknik relaksasi yang tadi saya
ajarkan ya Bu.”
Klien : “Baik Sus.”
c. Kontrak yang Akan Datang
Perawat : “Saya akan datang kembali pukul 1 siang ya, Bu.”
Klien : “Iya Sus, saya akan menunggu disini. Terimakasih
bantuannya Sus.”
Perawat : “Sama-sama Ibu.”

Anda mungkin juga menyukai