Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Adrian Agusta

Tugas : Ekonomi Manajerial


Dosen : Dr. Unggul Priyadi, M.Si.

KISAH KESUKSESAN DAN HANCURNYA BISNIS

A. Nokia
Nokia yang merupakan perusahaan asal Finlandia ini sudah berdiri sejak 1865, atau
ratusan tahun yang lalu, Dimulai dengan membuat pabrik kertas dan bubur kertas, meski saat ini
lebih dikenal berkat produk ponsel, tapi Nokia tak memulainya sebagai perusahaan yang
bergerak di bidang teknologi. Mengutip laman Biografiakeskus, perusahaan ini didirikan oleh
industrialis bernama Fredrik Idestam.
Ketika itu Idestam memulainya dengan membuat pabrik pembuatan kertas dan bubur
kertas pada 1865. Tiga tahun kemudian, Idestam mendirikan pabrik kertas kedua di dekat kota
Nokia, sekitar 15 km dari kota Tampere di tepi sungai Nokianvirta. Lokasi ini dipilih karena
memiliki air yang lebih melimpah untuk membangun pembangkit listrik tenaga air. Listrik
dihasilkan dengan memanfaatkan aliran air yang kemudian menggerakkan kincir air. Putaran
kincir inilah yang menghasilkan sumber tenaga di pabrik itu. Dengan memanfaatkan aliran air
dan mengubahnya jadi tenaga listrik, produksi pun lebih lancar. Karena itulah perusahaan ini
dinamakan Nokia, yang juga dibangun Idestam dengan bantuan rekannya yang bernama Leo
Mechelin.
Kemudian akhirnya Mechelin yang mengambil alih bisnis Nokia. Idestam memberi
kesempatan dan mundur dari manajemen perusahaan. Bisnis semakin berkembang saat Nokia
menjalin kerjasama dengan pengusaha Eduard Polon yang sudah mendirikan Finnish Rubber
Works, Perusahan pembuat sepatu karet dan produk berbahan karet lain, pada 1898. Tentu ini
menjadikan Nokia juga 'bermain' di industri sepatu karet dan produk berbahan karet.
Saat mulai beralih menjadi perusahaan pembuat produk berbahan karet, logo pun berubah. Kali
ini terlihat logo piramida, disertai angka tahun dan tulisan "Nokia S.G.T.O.Y." di dalamnya.
Perjalanan Nokia masuk ke industri teknologi juga tak singkat. Semua berasal dari
perusahaan Finnish Cable Works yang didirikan oleh Arvid Wickstrom pada 1912. Ketika itu
Finnish Cable Works sudah memproduksi telepon, telegraf, dan kabel listrik. Finnish Cabble
Works merupakan cikal-bakal divisi teknologi yang dimiliki Nokia.
Proses bergabungnya FCW ke Nokia terjadi setelah Perang Dunia I. Ketika itu Nokia di ambang
kebangkrutan. Karena itu Finnish Ruber Works kemudian mengakuisisi Finnish Cable Works
pada 1922. Langkah ini dilakukan karena perang malah memicu kebutuhan akan peralatan
komunikasi.
Strategi ini cukup berhasil. Sebab usai Perang Dunia II, Finnish Cable Works berhasil
menjadi penyuplai utama untuk kabel ke Uni Soviet. Hal ini juga dilakukan sebagai upaya
restrukturisasi dan kompensasi ke Finlandia yang menjadi negara korban perang. Tonggak Nokia
sebagai perusahaan komunikasi pun semakin tegak, yang semakin berkembang di masa depan.
Ketiga perusahaan pun kemudian berkembang semakin pesat, hingga akhirnya Nokia,
Finnish Rubber Works, dan Finnish Cable Works mengintegrasikan perusahaan dan membentuk
konglomerat industri baru pada 1967. Kali ini logo Nokia berubah menjadi lingkaran dengan
tulisan "Nokia" yang melintang di dalamnya. Pendirian ini akan menjadi jalan bagi Nokia untuk
menjadi perusahaan global. Perusahaan baru ini sudah terlibat di berbagai industri, dari produksi
kertas, ban mobil dan ban sepeda, sepatu karet, kabel komunikasi, dan lainnya. Kelak Nokia juga
berkembang di produksi televisi, peralatan elektronik, mesin penghasil listrik, robotik,
komunikasi militer, dan tentu saja raja ponsel.
Setiap keluaran ponsel terbaru Nokia selalu laris manis, bak kacang goreng. Yang lebih
anehnya lagi, mau seperti apapun desain ponsel Nokia kala itu, tetap saja diburu pengguna,
hanya untuk agar tidak disebut ketinggalan tren. Nokia kala itu begitu digdaya dengan sistem
operasi Symbian-nya, bahkan bisa dikatakan terdepan untuk saat itu. Apalagi didukung dengan
jumlah ponsel Nokia Symbian yang sudah sedemikian banyak digunakan oleh pengguna ponsel.
Belum lagi ketersediaan ribuan aplikasi berbasis Symbian. Terkesan kekuatan Nokia sepertinya
sulit untuk diruntuhkan. Ketersediaan ponsel yang banyak, sistem operasinya yang sudah
familiar dan jumlah aplikasi yang bervariasi, menjadi pondasi kokoh bagi Nokia.
Tapi siapa yang sangka nasib bisa berbalik. Kedigdayaan Nokia ternyata semua itu
mampu diruntuhkan oleh strategi Google. Raksasa internet itu sengaja membuat Android bebas
untuk digunakan oleh vendor manapun. Tujuannya agar penggunaan sistem operasi ini bisa
menyebar luas. Atau dengan kata lain, Google mencoba menghimpun kekuatan dengan para
vendor-vendor ponsel lain untuk bisa merobohkan kekuatan sang penguasa pasar. Dan kini
upaya mereka berhasil. Benar saja, kini hampir semua vendor ponsel mengadopsi sistem operasi
berlogo robot hijau ini. Hal ini tentu membuat ketersediaan ponsel bersistem operasi Android
juga semakin membludak.
Seiring dengan pertumbuhan ponsel Android yang kian tak terbendung, Nokia pun
tersudut di persimpangan jalan. Mereka dihadapkan pada dua pilihan. Mempertahankan
kekuatannya dengan tetap mengembangkan ekosistem sistem operasi sendiri agar bisa
membendung Android, atau justru ikutan mengadopsi Android ? Dan akhirnya Nokia memilih
bertahan pada kekuatannya sendiri, dan berhadapan dengan Android.
Nokia terkesan gengsi mengadopsi sistem operasi Android. Namun Nokia bukannya
mengembangkan sistem operasi Symbian-nya, justru mematikan sistem operasi ini. Nokia
sebenarnya sempat mencoba mengembangkan sendiri sistem operasi terbaru, yang dinamakan
MeeGo. Namun akhirnya Nokia lebih memilih menjalin kerjasama dengan Microsoft pada tahun
2011 untuk mengembangkan sistem operasi baru, yaitu Windows Phone. Di mana kala itu,
Microsoft juga memilih untuk meninggalkan sistem operasi Windows Mobile.
CEO Nokia kala itu, Stephen Elop, menjelaskan bahwa keputusan memilih Windows
Phone diambil bukan tidak berdasar. Nokia menghindari untuk berkompetisi dengan para vendor
yang mengusung Android. “Dengan bermain di lini Windows Phone, maka jalur Nokia untuk
keluar sebagai pemimpin di platform yang berbeda lebih terbuka lebar, mengingat tidak banyak
vendor yang menciptakan produk berbasis Windows Phone” ujar Elop yang sebelumnya
berposisi sebagai salah satu petinggi di Microsoft.
Namunun kejatuhan vendor asal Finlandia ini sudah terlihat dari awal. Yaitu sejak Nokia
memutuskan bekerjasama dengan Microsoft dan menunjuk Stephen Elops, yang merupakan
orang Microsoft, menjadi pucuk pimpinannya. Sebelum menjadi orang nomor satu di Nokia,
Elop merupakan bagian dari tim Microsoft.
Di tahun 2010, ia dipercaya untuk mengangkat kembali kejayaan Nokia. Strategi yang ia
ambil yaitu dengan mengandalkan sistem operasi Windows Phone, yang notabene merupakan
produk mantan perusahaannya. Tiga tahun berselang, Elops akhirnya ‘menjual’ Nokia ke
Microsoft. Dan Elops ditunjuk sebagai Executive Vice President, Microsoft Devices Group.
Meski akhirnya setahun kemudian Elops malah meninggalkan Microsoft.
Ponsel berbasis Windows Phone sendiri juga hingga kini tidak mampu menempel ponsel
Android maupun iPhone yang berbasis iOS. Dan Nokia pun kini kondisinya mati suri di bisnis
ponsel. Dan akhirnya Nokia benar-benar bertekuk lutut pada kehebatan Android. Nokia mulai
melirik OS Android untuk masuk ke dalam ponselnya. Meski terlihat agak malu-malu, Nokia
tampaknya kepincut pada pasar Android yang semakin membesar.
Pada kuartal pertama 2014, vendor ini meluncurkan ponsel dengan dua platform, salah
satunya yaitu Android. Ada tiga seri ponsel yang diperkenalkan, yaitu Nokia X, X+ dan XL.
Ketiga ponsel ini memiliki dua tampilan user interface (UI), selain UI bawaan Nokia, juga bisa
di-switch ke tampilan Android.
Namun Nokia masih terlihat setengah hati mengadopsi Android. Karena tidak full memanfaatkan
sistem operasi ini. Di ketiga ponsel seri X itu, Nokia tidak menghadirkan Google Service yang
biasa ada di ponsel Android (Gmail, Google Maps, Chrome, YouTube, Hangouts, Google+,
Google Drive, dan Google Search). Termasuk tidak menyediakan menu Google Play Store,
hanya sekedar menyediakan link akses untuk bisa menginstall aplikasi Android. Efeknya ponsel
yang sempat dianggap sebagai gebrakan Nokia ini, tidak laku di pasaran. Sejak itu nama Nokia
mulia memudar.
Setelah sempat tertunda, tahun 2017 nampaknya akan manjadi sejarah baru bagi industri
smartphone. karena Nokia telah mengkonfirmasi bahwa mereka akan kembali meluncurkan
produk smartphone. Mulai tahun 2017 disebutkan Nokia akan memakai brand Nokia beserta
bebebrapa paten yang sudah disiapkan untuk beberapa produk yang akan mereka buat.
Bekerjasama dengan pabrikan smartphone ternama.
Smartphone Nokia pertama pada tahun 2017 nanti akan menggunakan OS Android
sebagaimana diharapkan oleh pengguna setianya yang sejak lama. Yang ditunggu-tunggu
akhirnya datang juga. Akhirnya Nokia membuktikan ucapannya, untuk kembali bertarung di
bisnis smartphone dengan perangkat berbasis Android.
Jagoan Android pertama dari Nokia tersebut diberi label Nokia 6. Lisensi brand Nokia
telah diserahkan Microsoft kepada HMD yang juga berbasis di Finlandia. Nokia menunjuk HMD
untuk membuat dan mengedarkan smartphone-nya dengan sistem lisensi. Terkait harga, Nokia 6
akan dijual dengan harga USD 246, atau sekitar Rp 3,2 juta. Nokia 6 sendiri dibuat oleh Foxconn
dan dijual pertama kali untuk pasar China. Dah hingga sampai saat ini nokia masih terus
berjuang untuk bias di terima kembali di pasaran.

B. Yahoo
Kisah Yahoo bermula puluhan tahun lalu, tepatnya di 1994. Jerry Yang, imigran asal
Taiwan yang baru lulus dari Stanford berduet dengan David Filo, seorang programmer pendiam
dari Lousiana. Mereka membuat semacam direktori website bernama David's Guide to the World
Wide Web. Direktori itu disukai pengguna internet. Tahun berikutnya, Sequoia Capital
menyuntikkan modal untuk perusahaan yang berganti nama jadi Yahoo itu, lalu menunjuk
mantan eksekutif Motorola, Tim Kogle, sebagai CEO.
Jerry Yang dan David Filo sendiri masih banyak terlibat. Masa itulah Yahoo berjaya
tanpa tandingan. Tahun 1998, Yahoo adalah website paling populer dan telah go public alias
berjualan saham di bursa. Pada Januari 2000, harga saham Yahoo mencapai titik puncak senilai
USD 118. Namun kemudian, terjadilah apa yang disebut sebagai dotcom bubble di mana banyak
perusahaan internet bertumbangan. Harga saham Yahoo di tahun 2001 bahkan anjlok sampai
USD 8. Beruntung,
Yahoo mampu bertahan di masa-masa sulit tersebut. Tampuk kepemimpinan berganti
dengan ditunjuknya Terry Semel, mantan eksekutif Warner Brothers, sebagai CEO
menggantikan Kogle. Di masa inilah, Yahoo melewatkan kesempatan besar yang pasti mereka
sangat sesali. Dilansir Economic Times, Yahoo di tahun 2002 bisa saja membeli Google. Namun
karena kurang gigih, aksi akuisisi tersebut tidak pernah terjadi. Kemudian di tahun 2006, hampir
saja Yahoo membeli Facebook. Namun Semel menurunkan tawaran dari USD 1 miliar ke USD
850 juta. Mark Zuckerberg yang sebenarnya memang kurang berniat menjual Facebook akhirnya
benar-benar mantap menolak tawaran Yahoo.
Seperti diketahui, Google dan Facebook kemudian menjadi raksasa yang melahap bisnis
Yahoo. Kedua perusahaan itu tidak dapat dipungkiri menjadi salah satu alasan mengapa Yahoo
terpuruk di kemudian hari. Tentu saja tidak semua strategi Yahoo gagal. Pada tahun 2005, Jerry
Yang mengatur pembelian 40% saham perusahaan e-commerce asal China, Alibaba, senilai USD
1 miliar. Sebuah pembelian berisiko, namun kemudian sukses besar karena Alibaba berkembang
jadi raksasa e-commerce di China. Saat ini, saham Yahoo di Alibaba itu nilainya sekitar USD 80
miliar, jauh lebih besar dari nilai Yahoo sendiri. Waktu pun berlalu. Tahun 2008, Yahoo mulai
menunjukkan tanda-tanda kemunduran. Microsoft datang memberi penawaran senilai USD 44,6
miliar.
Namun ditolak oleh Jerry Yang yang saat itu CEO Yahoo, karena menganggap tawaran
itu terlampau rendah. Penolakan itu terbukti kebijakan yang salah dan lagi-lagi berujung
penyesalan, karena nilai Yahoo terus menurun. Tiga tahun setelah tawaran Microsoft itu,
kapitalisasi pasar Yahoo hanya USD 22,24 miliar. Begitulah, Yahoo tak pernah mampu bangkit
seperti zaman keemasannya dahulu walau sudah bergonta-ganti CEO. Kapitalisasi pasar mereka
makin anjlok, PHK terpaksa dilakukan dan operasional kantor di berbagai negara termasuk
Indonesia ditutup. Episode Yahoo sebagai perusahaan mandiri pun berakhir setelah dicaplok
Verizon dengan angka hanya USD 4,83 miliar. Hingga sampai tanggal 15 desember 2020
kemaren layanan Yahoo Group (groups.yahoo.com) resmi di hentikan.

Anda mungkin juga menyukai