Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mahasiswa menghadapi peristiwa-perisiwa yang di luar perkiraan saat
berhadapan dengan kondisi nyata di klinik ataupun rumah sakit seperti
respon pasien yang tidak diharapkan, kondisi pasien yang tiba-tiba berubah,
dan adanya kesenjangan antara teori dan praktik (Finn, Thorburn, & King,
2000) sehingga terkadang mahasiswa mengalami kesulitan. Berdasarkan
penelitian yang terdahulu ditemukan bahwa banyak mahasiswa yang
mengalami kesulitan saat berhadapan dengan masalah-masalah yang nyata
selama menjalani pembelajaran klinik (Chapman & Orb, 2000; Mahat,
1998). Penyebab masalah tersebut sangat bervariasi di antaranya karena
mahasiswa baru pertama kali menghadapi pembelajaran klinik, pemahaman
yang terbatas terhadap tugas profesi, lingkungan baru, dan pengalaman
pertama berinteraksi dengan pasien. Penyebab lain adalah mahasiswa juga
harus berperan sebagai perawat yang memberikan perawatan langsung
kepada pasien, bertanggung jawab terhadap perawat ruangan,
Pembelajaran klinik juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis (Oerman, 1997).
Keterampilan berpikir kritis tidak dapat dicapai dengan hanya pembelajaran
di kelas atau di klinik saja tetapi juga melalui pengalaman yang bervariasi
mulai dari pengalaman melakukan pengkajian hingga menyelesaikan
masalah pasien. Maka dari itu menurut Shin (2000) pembentukan perilaku
profesional harus dimulai pada tatanan pendidikan akademik dan berlanjut
pada pembelajaran di tatanan nyata klinik oleh role model yang kompeten.
Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran klinik harus memerlukan
perhatian yang khusus terkait keberlanjutan kualitas generasi penerus
perawat berikutnya. Mahasiswa keperawatan saat berada di lahan praktek
klinik sangat memerlukan model peran yang dapat melatih dan memberikan
mereka contoh mengenai bagaimana melakukan asuhan keperawatan yang
benar, tepat, aman dan tidak melanggar kode etik sebagai perawat.

1
Praktek klinik diharapkan bukan hanya sekedar kesempatan untuk
menerapkan teori yang dipelajari di kelas akan tetapi melalui praktek klinik,
mahasiswa diharapkan lebih aktif dalam setiap tindakan sehingga dapat
menjadi perawat yang terampil dalam mengaplikasikan teori keperawatan
dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat (Brunero & Parbury,
2010; Reid, 2010).
Pembelajaran praktek klinik di lahan praktek rumah sakit sampai saat
ini memiliki permasalahan yang komplek menurut Schriver et al (2003).
Permasalahan kompleks tersebut mencakup faktor kondisi pasien di
ruangan (segi jumlah pasien yang banyak dan tidak berbanding dengan
jumlah perawat beserta kondisi tingkat kegawatan pasien yang
membutuhkan perawatan intensif), faktor kebijakkan rumah sakit (aturan
mengenai praktek mahasiswa dan kriteria penunjukkan sebagai
pembimbing klinik), faktor institusi pendidikan (daftar kompetensi yang
diharapkan sebagai output mahasiswa), faktor mahasiswa (minat, karakter
watak, pengetahuan sebelumnya dan pengalaman praktek sebelumnya) dan
faktor pembimbing klinik (tingkat pendidikan, pengalaman bekerja,
kemampuan membimbing, karakteristik pribadi, dukungan rekan sejawat).
Sampai saat ini penelitian dan literatur yang memuat mengenai
pengalaman mahasiswa dalam menjalani praktek klinik atau pun penelitian
yang dibuat dari sudut pandang mahasiswa di Indonesia masih terbatas
padahal penelitian pengalaman mahasiswa merupakan hal yang menarik
terkait perannya yang juga berkontribusi penting dalam keberlanjutan
profesi perawat yang berkualitas. Salah satu yang menarik yang ingin
diteliti dalam penelitian ini adalah pengalaman pertama kali seorang
mahasiswa dalam melakukan tindakan pemenuhan nutrisi secara enteral
dengan pemasangan Nasogastric Tubes (NGT).
Sebagai perawat profesional, tercapainya tujuan pemenuhan nutrisi
secara enteral yang aman dan efektif menjadi prioritas utama dalam
pemasangan Nasogastric Tubes (NGT), sehingga perawat dan caregiver
lain perlu berhati-hati dalam memasang selang, penempatan, terjadinya
kemerahan, dan mencegah terjadinya komplikasi. Kesalahan penempatan

2
selang umumnya terjadi pada esofagus, dan kesalahan penempatan selang
ini dapat memicu terjadinya distensi perut, muntah, dan perubahan tingkat
kesadaran (Peggi dan Marcia, 2001). The Joint Comission melaporkan
beberapa Sentinel Event Alerts terkait kesalahan dalam memasang selang
nasogastric (O’Neill dan Patricia, 2014). Kesalahan dalam memasang
selang Nasogastric tube (NGT) akan memicu timbulnya komplikasi. Salah
satu keterampilan yang harus dikuasai perawat adalah mampu melakukan
tindakan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam hal ini adalah
pemenuhan kebutuhan nutrisi melalui pemasangan Nasogastric tube (NGT).
Untuk memenuhi kebutuhan pasien, pengetahuan dan kemampuan perawat
dalam memasukan dan melakukan perawatan Nasogastric tube (NGT)
adalah sangat dibutuhkan.
Berdasarkan fenomena tersebut mendorong peneliti untuk mengeksplor
fenomena pengalaman praktek klinik mahasiswa keperawatan dalam
pasangan Nasogastric tube (NGT).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengalaman mahasiswa dalam
pemasangan Nasogastric tube (NGT) ?”

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi pengalaman mahasiswa
keperawatan dalam melakukan pemasangan Nasogastric tube (NGT).

D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi terkait pengalaman mahasiwa dalam melakukan
pemasangan Nasogastric tube (NGT).
2. Membantu meningkatkan peran perawat profesional, dalam pemenuhan
nutrisi secara enteral yang aman dan efektif menjadi prioritas utama
dalam pemasangan Nasogastric tube (NGT)

Anda mungkin juga menyukai