Anda di halaman 1dari 3

1.

Keperawatan Kritis adalah sebuah area khusus/spesial dari keperawatan penelitisn, pendidikan,
dan profesional berfokus pada pelayanan.

Keperawatan kegawatdaruratan adalah pelayanan keperawatan yang komprehensif diberikan


kepada pasien dengan injury akut atau sakit yang mengancam kehidupan. Sebagai seorang
perawat kegawatdaruratan untuk menangani respon pasien pada resusitasi, syok, trauma,
ketidakstabilan multisistem, keracunan dan kegawatan yang mengancam jiwa lainnya.

Referensi : hudak Gallo. 1996. Keperawatan Kritis. Edisi 4. Jakarta:EGC.

2. Melakukan RJP pada korban . sebelum melakukan RJP kita akan lakukan:

a. memerhatikan kondisi sekitar dengan perhatikan kondisi aman bagi korban, si penolong,
dan orang lain atau lingkungan.

b. Cek respon

c. Mencari pertolongan

d. Cek nadi pasien , jika tidak teraba langsung melakukan RJP pada korban.

e. Kompresi dada

f. Berikan bantuan napas setelah memberikan 30 kali kompresi dada : .2 napas 2 menit.

g. Evaluasi tiap 2 menit.

Dilakukan sampai ambulan sampai ditempat dan ditangani.

Referensi : N Aris Ramdhani , F Ihda Istikarini , Susiyanti Ratna, R Dwanti Asih, P Mutia Rahayu,
R Tiara D Hanjari. 2008. Buku saku praktik klinik keperawatan edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika.

1. pola napas tidak efektif berhubungan adanya darah dan secret


a. Pertahankan kepala dan leher tetap posisi datar atau tengah ( pasang

necpolar )

b. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan dan perubahan

tanda – tanda vital


c. Evaluasi pergerakan dinding dada dan auskultasi bunyi

d. Berikan terapi O2

e. Pemasangan

4.

5. Masalah utama Tuan C adalah Pola nafas tidak efektif b/d depresi pernafasan

Cara penanganannya :

1. Petugas jaga menganamneses, cari penyebab dan berapa banyak yang ditelan.
2. Petugas jaga menilai kesadarannya, observasi tanda - tanda vital.

3. Petugas jaga melakukan tindakan:

a. Bebaskan jalan nafas, beri oksigen 3-4 lt/menit.

b. Pasangan infuse Dextrose 5%/RD/RL.

c. Berikan injeksi SA 2mg IV setiap 15 menit, dan diulangi sampai ada gejala atropinisasi :

1. Muka merah.

2. Mulut kering.

3. Takikardi.

4. Midriasis.

5. Isap lendir yang berlebihan dengan suction.

d. Cegah dan perlambat terjadinya absorbs dengan melakukan:

1. Beri minum susu yang banyak.

2. Bila susu belum tersedia, beri air putih sebanyak-banyaknya.

3. Rangsang supaya muntah, dengan cara; merangsang pharynx dan belakang lidah
dengan tongspatel.

4. Bila kesadaran pasien menurun, maka cepat lakukan pemasangan NGT (Naso Gastric
Tube).

e. Lakukan lavage/bilas lambung dengan susu cair, kalau tidak ada atau belum tersedia
berikan air hangat 38o C sebanyak 300cc.

f. Miringkan pasien ke sebelah kiri agak setengah terlungkup, pertahankan posisi ini selama
prosedur berlangsung.

g. Mulut dihisap dengan suction cathetern, mencegah terjadinya aspirasi pada saat pasien
muntah.

h. Lavage lambung ini dilakukan terus sampai bersih, yang terbukti dari susu tidak
mengandung minyak lagi atau air sudah jernih.

Prosedur ini tidak boleh ditunda - tunda, harus segera dilaksanakan. Kalau susu/air
hangat belum tersedia, lakukan dengan air biasa dulu. Dan pada akhir prosedur, lambung
harus kosong dan NGT sementara jangan dilepas dulu. Pada waktu melakukan bilas lambung,
secara simultan dapat diberikan mucolitik, Mylanta sirup, atau infeksi Tagamet/Ulsicur 1 amp
IV yang diencerkan dan diberikan secara perlahan - lahan.

Selain itu cegah pasien agar tidak bertambah kedinginan, tetapi jangan diberi kompres
panas, cukup diberi selimut saja. Setelah kegawatan pasien telah diatasi, maka dianjurkan
pada pasien /keluarga untuk dirawat.
Referensi : SK Direktur No : F-3,96/SK.KORSI/IX/2011 tanggal 14 september 2011 Lmpiran
C.03.05 tentang Kebijakan Kompetensi Dokter Jaga UGD.

Anda mungkin juga menyukai