Anda di halaman 1dari 20

ABSTRAK

Praktikum Fsika Komputasi 1 tentang “Metode Taylor” dilaksanakan oleh kelompok


1 yang betanggotakan A. Ila Sahmila, Agus Anwar, dan M Felik Hadi Kusuma, di
dampingi oleh Marianus Agustinus selaku asisten . Praktikum dilaksanakan pada hari Senin
15 April 2019 pukul 16.30-18.30 WITA, bertempat di Laboratorium Fisika Komputasi,
Gedung G, lantai 3, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Mulawarman, Samarinda Kalimantan Timur.
Deret umum Taylor merupakan model deret yang lebih umum dari deret Taylor, Suatu
fungsi yang dibangun oleh deret Taylor apabila dikenai operator deret bertingkat dapat
diselesaikan dengan menggunakan model deret umum Taylor, Basis fungsibasis fungsi yang
menyusun deret umum Taylor adalah berupa deret bertingkat berderajat satu, Untuk
mendapatkan nilai konstanta-konstanta penyusun deret umum Taylor perlu diketahui terlebih
dahulu nilai konstanta-konstanta penyusun deret Taylor bila menggunakan persamaan.
Dengan menggunakan interpolasi Newton ternyata juga dapat diperoleh nilai konstanta
penyusun deret umum Taylor

Kata kunci :Metode Taylor, Numerik


ABSTRACT

Computational Physics 1 Practicum 1 about "Taylor Method" was carried out by


group 1 which consisted of A. Ila Sahmila, Agus Anwar, and M Felik Hadi Kusuma,
accompanied by Marianus Agustinus as assistant. Practicum is held on Monday, April 15,
2019 at 16.30-18.30 WITA, held at the Computational Physics Laboratory, Building G, 3rd
floor, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Mulawarman University, Samarinda,
East Kalimantan.
General Taylor series is a series model that is more general than the Taylor series, a
function built by Taylor series when subjected to a multilevel series operator can be solved
using Taylor's general series model, Base function basis functions that make up the Taylor
general series are get the value of constants constituent general Taylor need to know in
advance the value of Taylor series constants when using equations. By using Newton's
interpolation, it can also be obtained Taylor's general array constants

Keywords: Taylor Method, Numerical


BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Dalam dunia sains dan teknik sudah sangat dikenal bahwa bentuk model bagi sistem
fisis sering kali dapat berupa persamaan integral. Untuk beberapa kasus, permasalahan
integral ini tidak bisa diselesaikan secara analitik. Sehingga pada keadaan demikian
diperlukan pendekatan numeric. Pada analisis numeril, Integrasi numerik membentuk sebuah
cabang yang luas mengenai algoritma untuk menghitung nilai numerik dari integral tentu dan
dengan adanya perluasan, maka hasil yang didapatkan tersebutkan juga terkadang digunakan
untuk mendeskripsikan penyelesaian numeric dari persamaan diferensial.
Dalam dunia sains dan teknik sudah sangat dikenal bahwa bentuk model bagi sistem
fisis sering kali dapat berupa persamaan integral. Untuk beberapa kasus, permasalahan
integral ini tidak bisa diselesaikan secara analitik. Sehingga pada keadaan demikian
diperlukan pendekatan numeric. Pada analisis numeric, Integrasi numerik membentuk sebuah
cabang yang luas mengenai algoritma untuk menghitung nilai numeric dari integral tentu dan
dengan adanya perluasan, maka hasil yang didapatkan tersebutkan juga terkadang digunakan
untuk mendeskripsikan penyelesaian numeric dari persamaan diferensial.
Metode numerik adalah satu-satunya metode alternatif yang ada dalam upaya
menyelesaikan persoalan-persoalan matematis. Metode yang lain dikenal dengan sebutan
metode analitik. Ada dua alasan umum mengapa pilihan dijatuhkan kepada metode numerik.
Alasan pertama metode ini memberikan keefisienan dan keefektipan di dalam menyelesaikan
perpersolan-persoalan matematis dikarenakan berkembangnya perangkat keras dan lunak
komputer akhir-akhir ini.
Deret umum Taylor merupakan model deret yang lebih umum dari deret Taylor, Suatu
fungsi yang dibangun oleh deret Taylor apabila dikenai operator deret bertingkat dapat
diselesaikan dengan menggunakan model deret umum Taylor, Basis fungsibasis fungsi yang
menyusun deret umum Taylor adalah berupa deret bertingkat berderajat satu, Untuk
mendapatkan nilai konstanta-konstanta penyusun deret umum Taylor perlu diketahui terlebih
dahulu nilai konstanta-konstanta penyusun deret Taylor bila menggunakan persamaan.
Dengan menggunakan interpolasi Newton ternyata juga dapat diperoleh nilai konstanta
penyusun deret umum Taylor
Oleh karena itu praktikum tentang metode Taylor dilakukan yaitu untuk mengetahui
tingkat ketilian pada orde satu, orde dua dan orde tiga, dan dilakukannya praktikum metode
Taylor yaitu untuk mengetahui nilai error atau nilai galat yang dihasilkan pada setiap orde
metode Taylor.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah penggunaan metode Taylor lebih efektif dibanding dengan metode lainnya?
2. Bagaimana langkah-langkah penyelesaian dengan menggunakan aturanTaylor?

1.3 Tujuan praktikum


1. Untuk mengetahui tingkat ketelitian pada setiap orde.
2. Untuk mengetahui nilai error atau nilai galat pada masing-masing orde.

1.4 Manfaat Praktikum


1. Dapat mengetahui tingkat ketelitian pada setiap orde.
2. Dapat mengetahui nilai error atau nilai galat pada masing-masing orde.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Deret umum Taylor merupakan perkembangan lebih lanjut dari deret Taylor. Suatu
fungsi yang dibangun dari deret Taylor harus mempunyai basis fungsi-basis fungsi yang
berbentuk k (α ⋅i + a) , di mana nilai i dan k adalah bilangan integer positip. Apabila fungsi
yang telah berhasil dibangun oleh deret Taylor tersebut kita deretkan secara bertingkat tentu
saja akan menghadapi kendala tidak efisien (membutuhkan waktu lama) bila dilakukan secara
berurutan (Goenawan, 2002).
Dengan maksud agar hasil akhir diperoleh dengan cara yang lebih efisien, maka pada
paper ini penulis mengembangkan deret umum Taylor atau dapat juga disebut sebagai deret
SIG-Taylor. Deret SIG-Taylor ini dibangun dari basis fungsi-basis fungsi yang berbentuk

t
deret bertingkat j berderajat satu ∑ u+ i−1 j di mana nilai i , u dan t adalah bilangan integer
j=1

positip. Tentu saja bila fungsi tersebut tidak kita deretkan, maka hasil akhirnya akan sama
dengan fungsi yang dibangun dengan deret Taylor. Itulah alasan lain dari penulis mengapa
memberanikan diri menamai permasalahan deret pada paper ini sebagai deret umum Taylor
(Goenawan, 2002).
Deret taylor dan Maclaurin yang dikenal disubbab sebelumnya tidak dapat digunakan
secara langsung untuk mengaproksimasi fungsi seperti exatau tan x. Namun pemenggalan
deret Taylor atau Maclaurin, takni memenggal deret setelah berhingga suku, menuju ke
polinomial yang kita dapat gunaan untuk mengaproksimasi suatu fungsi. Polinomial-
polinomial seperti ini disebut polinomial Taylor atau Maclaurin (Goenawan, 2002).
Deret umum Taylor merupakan model deret yang lebih umum dari deret Taylor, Suatu
fungsi yang dibangun oleh deret Taylor apabila dikenai operator deret bertingkat dapat
diselesaikan dengan menggunakan model deret umum Taylor, Basis fungsibasis fungsi yang
menyusun deret umum Taylor adalah berupa deret bertingkat berderajat satu, Untuk
mendapatkan nilai konstanta-konstanta penyusun deret umum Taylor perlu diketahui terlebih
dahulu nilai konstanta-konstanta penyusun deret Taylor bila menggunakan persamaan.
Dengan menggunakan interpolasi Newton ternyata juga dapat diperoleh nilai konstanta
penyusun deret umum Taylor (Goenawan, 2002).
Sebelum membahas deret umum Taylor ada baiknya kita kembali mengingat bentuk
suatu fungsi yang dibangun oleh deret Taylor. Misalkan terdapat suatu fungsi f (α . i+ a)β .
Dimana α dan a merupakan suatu parameter real dan i adalah bilangan integer positif, maka
model deret Taylor yang akan dibangun sampai basis fungsi i berderajat β adalah berbentuk
β
2
f ( α .i+a ) ≈ ∑ c j . ( α . i+ a ) j ≈ c 0+ c 1 . ( α . i+ a ) +c 2 . ( α .i+a )
j=0 (2.1)
+c 3 . ( α .i+a )3+ …+c β . (α .i+a) β.
(Goenawan, 2002).
Nilai konstanta j c pada persaman di atas dapat ditentukan dengan menurunkan fungsi
f (α.i. + a) terhadap komponen (α.i) sebanyak j kali, kemudian mensubstitusikan harga α
a
i= hubungan persamaan tersebut adalah
α
(2.2a)
j
1 d f ( α . i+ a )
c j= ( )
j! ( d ( α .i ) ) j

atau
1 d j f (α . i) (2.2b)
c j= ( )
α j . j ! ( d .i ) j
Diketahui suatu fungsi f (misalnya, sin x atau (ln (cos2 x)), dapatkah kita nyatakan f sebagai
suatu deret pangkat dalam x, atau secara lebih umum dalam x – a. Secara lebih presesi,

dapatkah kita mencari bilangan-bilangan c , c , c , c ,... sedemikian rupa sehingga:


0 1 2 3

f  x   c0  c1 ( x  a )  c2 ( x  a ) 2 c3 ( x  a ) 3 ... (2.3)


Untuk x yang termasuk pada suatu interval disekitar a (Goenawan, 2002).
Andaikan pernyataan yang demikian ada. Maka menurut teorema pada diferensiesi
deret
'
f  x  c1  2c2 ( x  a)  3c3 ( x  a) 2 4c4 ( x  a ) 3
f ''  x   2!c2  3!c3 ( x  a)  4.3!c4 ( x  a ) 2 ... (2.4)

f '''  x   3!c3  4!c4 ( x  a)  5.4.3!c5 ( x  a) 2 ...



Apabila kita subtitusikan x = a, maka diperoleh,
f(a) = c0
f’(a) = c1 (2.5)
f’’(a) = 2!c2
f’’’(a) = 3!c3

Dari hasil subtitusi ini selanjutnya kita dapat menghitung cn, yaitu
c0 = f(a)
c1 = f’(a)
(2.6)
f ''(a )
c2 = 2!
f '''(a)
c3 = 3!

dan, secara lebih umum,
f (n ) .(a) (2.7)
c n=
n!
Catatan : Supaya rumus untuk cn ini berlaku untuk n = 0, maka kita artikan f 0(a) sebagai f(a)
dan 0! = 1 (Goenawan, 2002).
Dari hasil di atas dapat kita lihat bahwa koefisien-koefisien cn ditentukan oleh fungsi
f. Hal ini berarti bahwa suatu fungsi f tidak dapat dinyatakan oleh dua deret pangkat dari x 
a yang berbeda seperti yang dituangkan dalam teorema berikut.
Teorema A atau Teorema Ketunggalan (Uniqueness Theory)
Andaikan f memenuhi

f  x   c 0  c1( x  a )  c 2( x  a ) 2 c 3( x  a ) 3 ... (2.8)


untuk semua x dalam suatu interval di sekitar a. maka,
 n
f  a (2.9)
cn  n!
(Goenawan, 2002).
Sebuah fungsi tidak dapat dinyatakan oleh lebih dari satu deret pangkat dalam x – a .
Bentuk koefisien cn mirip dengan koefisien yang terdapat dalam Rumus Taylor, oleh karena
itu deret pangkat dari (x  a) yang menggambarkan sebuah fungsi ini dinamakan deret Taylor.
Apabila a = 0, maka deret dinamakan deret Maclaurin (Nababan, 1991).
Konvergensi Deret Taylor tetapi pertanyaan keberadaan tetap ada. Jika diberikan fungsi
f, didapatkan kita menyatakannya dalam sebuah deret pangkat dalam x – a , (yang tentunya
harus berupa deret taylor)? Dua teorema berikut memberikan jawabannya. Rumus Taylor
dengan Sisa Misalkan f fungsi yang turunan ke-(n + 1), f (n + 1) (x) ada untuk masing-
masing x dalam interval terbuka 1 yang mengandung a. Maka untuk masing-masing x dalam
1, maka
 n
f ''  a  f  a
f  x   f (a )  f '(a )( x  a )  ( x  a ) 2  ...  ( x  a) n  Rn ( x(2.10)
)
2! n!
dengan sisa (atau galat) Rn (x) diberikan oleh rumus
 n 1
Rn ( x ) 
f  c  ( x  a) n1
(n  1)! (2.11)

(Nababan, 1991).
Bukti kita akan membuktikan teorema untuk kasus khusus n = 4; bukti untuk sebarang
n mengikuti struktur sama dan ditinggalkan sebagai latihan.
Pertama devinisikan fungsi R4 (x) pada 1 oleh
f ''  a 
R4 ( x)  f ( x)  f (a )  f '(a )( x  a )  ( x  a)2
2!
(2.12)
 4
f '''  a  f  a
 ( x  a )3  ( x  a)4
3! 4!
Sekarang pikirkan x dan a sebagai konstanta dan definisikan fungsi baru g pada 1 oleh

f ''  t  ( x  t ) 2 f '''  t  ( x  t ) 3
g (t )  f ( x)  f (t )  f '(t )( x  t )  
2! 3!
 4

f  t  ( x  t ) 4  R ( x) ( x  t )5 (2.13)
4
4! ( x  a)5
Secara jelas, g(x) = 0 (ingat, x diasumsikan tetap) dan
f ''  a  ( x  a ) 2 f '''  a  ( x  a) 3
g (a )  f ( x)  f (a )  f '(a )( x  a )  
2! 3!
 4

f  a  ( x  a ) 4  R ( x ) ( x  a )5 (2.14)
4
4! ( x  a)5
 R4 ( x)  R4 ( x)
0

Karena a dan x titik di dalam 1 dengan sifat bahwa g (a )  g ( x )  0, kita dapat menerapkan
teorema nilai rataan untuk turunan. Karenanya, terdapat bilangan real c di antara a dan x
sedemikian rupa sehingga g’ (c) = 0. Untuk memperoleh turunan g, kita harus menerapkan
aturan hasilkali secara berulang.
g '(t )  0  f '(t )  [ f '(t )  (1)  ( x  t ) f ''(t )]
1
 [ f ''(t )2( x  t )( 1)  ( x  t ) 2 f '''(t )]
2!
1
 [ f '''(t )3( x  t ) 2 ( 1)  ( x  t )3 f (4) (t )] (2.15)
3!
1 5( x  t ) 4 ( 1)
 [ f 4 (t )4( x  t ) 3 ( 1)  ( x  t ) 4 f (5) (t )]  R4 ( x)
4! ( x  a) 5
1 ( x  t )4
  ( x  t ) 4 (1) f (5)
(t )  5 R4 ( x)
4! ( x  a)5
Jadi, menurut theorema rataan untuk turunan terdapat suku c diantara a dan x sedemikian
rupa, sehingga
1 ( x  c)4
()  g '(c)   ( x  c) 4 f (5) (c)  5 R4 ( x) (2.16)
4! ( x  a )5
Ini menuju ke
1 ( x  c)4
( x  c) 4 f (5) (c)  5 R4 ( x)
4! ( x  a)5
(2.17)
(5)
f (c )
R4 ( x)  ( x  a )5
5!
(Nababan, 1991).
Theorema ini memberitahu kita seperti apa galat yang terjadi ketika kita
mengaproksimasi fungsi dengan jumlah berhingga suku dari deret Taylornya.
Dengan deret Taylor ini kita bisa menjawab pertanyaan di awal bagian ini yaitu apakah
sebuah fungsi f dapat digambarkan sebagai deret pangkat dalam x atau (x  a) seperti yang
dinyatakan dalam teorema berikut. Misalkan f adalah fungsi dengan turunan semua tingkat
dalam interval (a-r, a+r). Deret Taylor
f ''(a ) f '''( a)
f (a )  f '(a )( x  a )  ( x  a )2  ( x  a )3  ... (2.18)
2! 3!
Menyatakan fungsi f pada interval (a-r, a+r) jika dan hanya jika
lim Rn ( x )  0 (2.19)
n 

Dimana Rn(x) adalah sisa dalam rumus taylor


f ( n 1) (c) (2.20)
Rn ( x)  ( x  a )( n 1)
(n  1)!
dan c suatu titik didalam (a-r, a+r) (Varberg, 2011).
kita dapat mengetahui bahwa formula tersebut tersusun oleh deret newton atau sering
juga disebut sebagai interpolasi Newton. Apabila sebuah fungsi dapat dibangun dari deret
Taylor, maka tentu saja fungsi tersebut juga dapat ditransformasikan ke deret Newton. Hal
ini pasti dapat terjadi karena fungsi yang dibangun dari deret Newton, basis fungsi-basis
fungsinya dapat diuraikan sehingga terbentuk basis fungsi-basis fungsi yang dimiliki oleh
deret Maclaurin (Varberg, 2011).
Hasil akhir yang diperoleh bila jumlah nilai-nilai konstanta yang diperoleh dengan
cara Taylor semakin banyak yang diketahui maka hasil yang didapat akan semakin akurat.
Tetapi tidak demikian halnya bila menggunakan cara interpolasi Newton karena tentu saja ada
nilai plusnya bila menggunakan cara interpolasi Newton yaitu lebih mudah mencari nilai
konstanta deret umum Taylor, nah persoalannya menjadi berkembang sampai sejauh mana
jumlah konstanta yang dihasilkan dari intepolasi Newton sehingga hasil akhirnya paling baik
untuk nilai variabel u dan t tertentu (Varberg. 2011).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3. 1 Kasus
Diketahui f ( x )=−2 x 3 +12 x 2=20 x +8,5 dengan aproksimasi beda maju, tengah,
mundur deret Taylor dimana x=1 sampai x=10 dengan ∆ x=0.25! dan juga errornya

3.2 Algoritma
1. Dibuat program
2. Dideklarasikan fungsi
3. Dicari nilai analitik
4. Dhitung beda maju dengan rumus

f ( x0 +h )−f (x o )
p1 ( x )=f (x ¿¿ 0) ¿
h
5. Dihitung beda mundur dengan rumus
f ( xo ) −f ( x 0 +h )
p1 ( x )=f (x ¿¿ 0) ¿
h
6. Dihitung beda tengah dengan rumus
f ( x0 +h )−f ( x 0−h )
p1 ( x )=f (x ¿¿ 0) ¿
h
7. Dicari nilai error dengan rumus
Analitik −Numerik
ε= × 100 %
Analitik
3. 3 Flowchart

Mulai

Dideklarasikan fungsi

do i=30

Dicari nilai beda maju

f ( x0 +h )−f (x o )
p1 ( x )=f (x ¿¿ 0) ¿
h

Dicari nilai beda mundur

f ( xo ) −f ( x 0 +h )
p1 ( x )=f (x ¿¿ 0) ¿
h

Dicari nilai beda mundur

f ( x0 −h ) −f ( x 0 +h )
p1 ( x )=f (x ¿¿ 0) ¿
h

Selesai
3. 3 Script
real function f1(x)

f1=(-2*x**3)+(12*x**2)-(20*x)+(8.5)

end function

real function f2(x)

f2=(-6*x**2)+(24*x)-(20)

end function

real function f3(x)

f3=(-12*x)+(24)

end function

program ila

implicit none

integer::i,n

real,dimension(212)::x,y

real::c,a,b,f1,f2,f3,ana,num,eror

write(*,*)'metode taylor'

a=0

b=10

c=0.25

n=(b-a)/c

x(1)=a

do i=1,n

ana=3*(c**2)+(2*c)

x(i+1)=x(i)+i*c

y(i)=f1(x(i))+f2(x(i+1))*c+f3(x(i+1))*(c**2/2)

write(*,*)i,x(i),y(i),f2(x(i)),f3(x(i)),eror

eror=abs((ana-num)/ana)*100

num=y(i)

end do

end
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil
metode taylor

1 0.00000000 5.56250000 -20.0000000 24.0000000 0.00000000

2 0.250000000 3.34375000 -14.3750000 21.0000000 100.000000

3 0.750000000 0.218750000 -5.37500000 15.0000000 709.090881

4 1.50000000 -0.812500000 2.50000000 6.00000000 386.363617

5 2.50000000 -2.00000000 2.50000000 -6.00000000 68.1818161

6 3.75000000 -19.2812500 -14.3750000 -21.0000000 218.181824

7 5.25000000 -93.5312500 -59.3750000 -39.0000000 390.909088

8 7.00000000 -304.625000 -146.000000 -60.0000000 2904.54541

9 9.00000000 -788.312500 -290.000000 -84.0000000 13704.5459

10 11.2500000 -1755.90625 -509.375000 -111.000000 44409.0898

11 13.7500000 -3516.78125 -824.375000 -141.000000 114763.633

12 16.5000000 -6503.68750 -1257.50000 -174.000000 255504.547

13 19.5000000 -11300.8750 -1833.50000 -210.000000 511631.844

14 22.7500000 -18675.0312 -2579.37500 -249.000000 946090.938

15 26.2500000 -29609.0312 -3524.37500 -291.000000 1643863.62

16 30.0000000 -45338.5000 -4700.00000 -336.000000 2716468.25

17 34.0000000 -67391.1875 -6140.00000 -384.000000 4306868.50

18 38.2500000 -97629.1562 -7880.37500 -435.000000 6594790.50

19 42.7500000 -138293.781 -9959.37500 -489.000000 9802455.00

20 47.5000000 -192053.562 -12417.5000 -546.000000 14200705.0

21 52.5000000 -262054.750 -15297.5000 -606.000000 20115560.0

22 57.7500000 -351974.781 -18644.3750 -669.000000 27935162.0

23 63.2500000 -466078.531 -22505.3750 -735.000000 38117152.0

24 69.0000000 -609277.375 -26930.0000 -804.000000 51196432.0

25 75.0000000 -787191.125 -31970.0000 -876.000000 67793344.0

26 81.2500000 -1006212.38 -37679.3750 -951.000000 88622264.0

27 87.7500000 -1273574.75 -44114.3750 -1029.00000 114500624.


28 94.5000000 -1597422.50 -51333.5000 -1110.00000 146358256.

29 101.500000 -1986883.62 -59397.5000 -1194.00000 185247344.

30 108.750000 -2452146.25 -68369.3750 -1281.00000 232352480.

31 116.250000 -3004538.00 -78314.3750 -1371.00000 289001344.

32 124.000000 -3656605.25 -89300.0000 -1464.00000 356675936.

33 132.000000 -4422200.00 -101396.000 -1560.00000 437023808.

34 140.250000 -5316566.00 -114674.375 -1659.00000 531869952.

35 148.750000 -6356428.50 -129209.375 -1761.00000 643229120.

36 157.500000 -7560086.50 -145077.500 -1866.00000 773318720.

37 166.500000 -8947512.00 -162357.500 -1974.00000 924571520.

38 175.750000 -10540443.0 -181130.375 -2085.00000 1.09964902E+09

39 185.250000 -12362486.0 -201479.375 -2199.00000 1.30145638E+09

40 195.000000 -14439230.0 -223490.000 -2316.00000 1.53315546E+09


4. 2 Grafik
4.2.1 Grafik aproksimasi beda maju

4.2.2 Grafik aproksimasi beda mundur

4.2.3 Grafik aproksimasi beda tengah


4. 4 Pembahasan
Metode numerik adalah satu-satunya metode alternatif yang ada dalam upaya
menyelesaikan persoalan-persoalan matematis. Metode yang lain dikenal dengan sebutan
metode analitik. Ada dua alasan umum mengapa pilihan dijatuhkan kepada metode numerik.
Alasan pertama metode ini memberikan keefisienan dan keefektipan di dalam menyelesaikan
perpersolan-persoalan matematis dikarenakan berkembangnya perangkat keras dan lunak
komputer akhir-akhir ini.
Deret umum Taylor merupakan model deret yang lebih umum dari deret Taylor, Suatu
fungsi yang dibangun oleh deret Taylor apabila dikenai operator deret bertingkat dapat
diselesaikan dengan menggunakan model deret umum Taylor, Basis fungsibasis fungsi yang
menyusun deret umum Taylor adalah berupa deret bertingkat berderajat satu, Untuk
mendapatkan nilai konstanta-konstanta penyusun deret umum Taylor perlu diketahui terlebih
dahulu nilai konstanta-konstanta penyusun deret Taylor bila menggunakan persamaan.
Dengan menggunakan interpolasi Newton ternyata juga dapat diperoleh nilai konstanta
penyusun deret umum Taylor.
kita dapat mengetahui bahwa formula tersebut tersusun oleh deret newton atau sering
juga disebut sebagai interpolasi Newton. Apabila sebuah fungsi dapat dibangun dari deret
Taylor, maka tentu saja fungsi tersebut juga dapat ditransformasikan ke deret Newton. Hal
ini pasti dapat terjadi karena fungsi yang dibangun dari deret Newton, basis fungsi-basis
fungsinya dapat diuraikan sehingga terbentuk basis fungsi-basis fungsi yang dimiliki oleh
deret Maclaurin
Hasil akhir yang diperoleh bila jumlah nilai-nilai konstanta yang diperoleh dengan
cara Taylor semakin banyak yang diketahui maka hasil yang didapat akan semakin akurat.
Tetapi tidak demikian halnya bila menggunakan cara interpolasi Newton karena tentu saja ada
nilai plusnya bila menggunakan cara interpolasi Newton yaitu lebih mudah mencari nilai
konstanta deret umum Taylor, nah persoalannya menjadi berkembang sampai sejauh mana
jumlah konstanta yang dihasilkan dari intepolasi Newton sehingga hasil akhirnya paling baik
untuk nilai variabel u dan t tertentu.
BAB V
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan

1. Adapun tingkat ketelitian pada metode Taylor yaitu jika dilihat ternyata yang lebih
teliti yaitu metode beda maju.

2. Adapun tingkat error pada data pertama yaitu 0.023 dan data terakhir yaitu
1.53315546E+09
DAFTAR PUSTAKA
Goenawan. (2002). Deret Garis Bertingkat dalam Teori Keteraturan, Metris. Vol.3, No.3
Jakarta, Unika Atma Jaya, p.50-57.
Nababan, dkk. 1991. “Kalkulus dan Ilmu Ukur Analitik”. Jakarta: Erlangga
Varberg, Purcell. 2011. “Kalkulus edisi sembilan jilid 2”. Jakarta: Erlangga
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai