1. 1 Latar Belakang
Dalam dunia sains dan teknik sudah sangat dikenal bahwa bentuk model bagi sistem
fisis sering kali dapat berupa persamaan integral. Untuk beberapa kasus, permasalahan
integral ini tidak bisa diselesaikan secara analitik. Sehingga pada keadaan demikian
diperlukan pendekatan numeric. Pada analisis numeril, Integrasi numerik membentuk sebuah
cabang yang luas mengenai algoritma untuk menghitung nilai numerik dari integral tentu dan
dengan adanya perluasan, maka hasil yang didapatkan tersebutkan juga terkadang digunakan
untuk mendeskripsikan penyelesaian numeric dari persamaan diferensial.
Dalam dunia sains dan teknik sudah sangat dikenal bahwa bentuk model bagi sistem
fisis sering kali dapat berupa persamaan integral. Untuk beberapa kasus, permasalahan
integral ini tidak bisa diselesaikan secara analitik. Sehingga pada keadaan demikian
diperlukan pendekatan numeric. Pada analisis numeric, Integrasi numerik membentuk sebuah
cabang yang luas mengenai algoritma untuk menghitung nilai numeric dari integral tentu dan
dengan adanya perluasan, maka hasil yang didapatkan tersebutkan juga terkadang digunakan
untuk mendeskripsikan penyelesaian numeric dari persamaan diferensial.
Metode numerik adalah satu-satunya metode alternatif yang ada dalam upaya
menyelesaikan persoalan-persoalan matematis. Metode yang lain dikenal dengan sebutan
metode analitik. Ada dua alasan umum mengapa pilihan dijatuhkan kepada metode numerik.
Alasan pertama metode ini memberikan keefisienan dan keefektipan di dalam menyelesaikan
perpersolan-persoalan matematis dikarenakan berkembangnya perangkat keras dan lunak
komputer akhir-akhir ini.
Deret umum Taylor merupakan model deret yang lebih umum dari deret Taylor, Suatu
fungsi yang dibangun oleh deret Taylor apabila dikenai operator deret bertingkat dapat
diselesaikan dengan menggunakan model deret umum Taylor, Basis fungsibasis fungsi yang
menyusun deret umum Taylor adalah berupa deret bertingkat berderajat satu, Untuk
mendapatkan nilai konstanta-konstanta penyusun deret umum Taylor perlu diketahui terlebih
dahulu nilai konstanta-konstanta penyusun deret Taylor bila menggunakan persamaan.
Dengan menggunakan interpolasi Newton ternyata juga dapat diperoleh nilai konstanta
penyusun deret umum Taylor
Oleh karena itu praktikum tentang metode Taylor dilakukan yaitu untuk mengetahui
tingkat ketilian pada orde satu, orde dua dan orde tiga, dan dilakukannya praktikum metode
Taylor yaitu untuk mengetahui nilai error atau nilai galat yang dihasilkan pada setiap orde
metode Taylor.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah penggunaan metode Taylor lebih efektif dibanding dengan metode lainnya?
2. Bagaimana langkah-langkah penyelesaian dengan menggunakan aturanTaylor?
Deret umum Taylor merupakan perkembangan lebih lanjut dari deret Taylor. Suatu
fungsi yang dibangun dari deret Taylor harus mempunyai basis fungsi-basis fungsi yang
berbentuk k (α ⋅i + a) , di mana nilai i dan k adalah bilangan integer positip. Apabila fungsi
yang telah berhasil dibangun oleh deret Taylor tersebut kita deretkan secara bertingkat tentu
saja akan menghadapi kendala tidak efisien (membutuhkan waktu lama) bila dilakukan secara
berurutan (Goenawan, 2002).
Dengan maksud agar hasil akhir diperoleh dengan cara yang lebih efisien, maka pada
paper ini penulis mengembangkan deret umum Taylor atau dapat juga disebut sebagai deret
SIG-Taylor. Deret SIG-Taylor ini dibangun dari basis fungsi-basis fungsi yang berbentuk
t
deret bertingkat j berderajat satu ∑ u+ i−1 j di mana nilai i , u dan t adalah bilangan integer
j=1
positip. Tentu saja bila fungsi tersebut tidak kita deretkan, maka hasil akhirnya akan sama
dengan fungsi yang dibangun dengan deret Taylor. Itulah alasan lain dari penulis mengapa
memberanikan diri menamai permasalahan deret pada paper ini sebagai deret umum Taylor
(Goenawan, 2002).
Deret taylor dan Maclaurin yang dikenal disubbab sebelumnya tidak dapat digunakan
secara langsung untuk mengaproksimasi fungsi seperti exatau tan x. Namun pemenggalan
deret Taylor atau Maclaurin, takni memenggal deret setelah berhingga suku, menuju ke
polinomial yang kita dapat gunaan untuk mengaproksimasi suatu fungsi. Polinomial-
polinomial seperti ini disebut polinomial Taylor atau Maclaurin (Goenawan, 2002).
Deret umum Taylor merupakan model deret yang lebih umum dari deret Taylor, Suatu
fungsi yang dibangun oleh deret Taylor apabila dikenai operator deret bertingkat dapat
diselesaikan dengan menggunakan model deret umum Taylor, Basis fungsibasis fungsi yang
menyusun deret umum Taylor adalah berupa deret bertingkat berderajat satu, Untuk
mendapatkan nilai konstanta-konstanta penyusun deret umum Taylor perlu diketahui terlebih
dahulu nilai konstanta-konstanta penyusun deret Taylor bila menggunakan persamaan.
Dengan menggunakan interpolasi Newton ternyata juga dapat diperoleh nilai konstanta
penyusun deret umum Taylor (Goenawan, 2002).
Sebelum membahas deret umum Taylor ada baiknya kita kembali mengingat bentuk
suatu fungsi yang dibangun oleh deret Taylor. Misalkan terdapat suatu fungsi f (α . i+ a)β .
Dimana α dan a merupakan suatu parameter real dan i adalah bilangan integer positif, maka
model deret Taylor yang akan dibangun sampai basis fungsi i berderajat β adalah berbentuk
β
2
f ( α .i+a ) ≈ ∑ c j . ( α . i+ a ) j ≈ c 0+ c 1 . ( α . i+ a ) +c 2 . ( α .i+a )
j=0 (2.1)
+c 3 . ( α .i+a )3+ …+c β . (α .i+a) β.
(Goenawan, 2002).
Nilai konstanta j c pada persaman di atas dapat ditentukan dengan menurunkan fungsi
f (α.i. + a) terhadap komponen (α.i) sebanyak j kali, kemudian mensubstitusikan harga α
a
i= hubungan persamaan tersebut adalah
α
(2.2a)
j
1 d f ( α . i+ a )
c j= ( )
j! ( d ( α .i ) ) j
atau
1 d j f (α . i) (2.2b)
c j= ( )
α j . j ! ( d .i ) j
Diketahui suatu fungsi f (misalnya, sin x atau (ln (cos2 x)), dapatkah kita nyatakan f sebagai
suatu deret pangkat dalam x, atau secara lebih umum dalam x – a. Secara lebih presesi,
(Nababan, 1991).
Bukti kita akan membuktikan teorema untuk kasus khusus n = 4; bukti untuk sebarang
n mengikuti struktur sama dan ditinggalkan sebagai latihan.
Pertama devinisikan fungsi R4 (x) pada 1 oleh
f '' a
R4 ( x) f ( x) f (a ) f '(a )( x a ) ( x a)2
2!
(2.12)
4
f ''' a f a
( x a )3 ( x a)4
3! 4!
Sekarang pikirkan x dan a sebagai konstanta dan definisikan fungsi baru g pada 1 oleh
f '' t ( x t ) 2 f ''' t ( x t ) 3
g (t ) f ( x) f (t ) f '(t )( x t )
2! 3!
4
f t ( x t ) 4 R ( x) ( x t )5 (2.13)
4
4! ( x a)5
Secara jelas, g(x) = 0 (ingat, x diasumsikan tetap) dan
f '' a ( x a ) 2 f ''' a ( x a) 3
g (a ) f ( x) f (a ) f '(a )( x a )
2! 3!
4
f a ( x a ) 4 R ( x ) ( x a )5 (2.14)
4
4! ( x a)5
R4 ( x) R4 ( x)
0
Karena a dan x titik di dalam 1 dengan sifat bahwa g (a ) g ( x ) 0, kita dapat menerapkan
teorema nilai rataan untuk turunan. Karenanya, terdapat bilangan real c di antara a dan x
sedemikian rupa sehingga g’ (c) = 0. Untuk memperoleh turunan g, kita harus menerapkan
aturan hasilkali secara berulang.
g '(t ) 0 f '(t ) [ f '(t ) (1) ( x t ) f ''(t )]
1
[ f ''(t )2( x t )( 1) ( x t ) 2 f '''(t )]
2!
1
[ f '''(t )3( x t ) 2 ( 1) ( x t )3 f (4) (t )] (2.15)
3!
1 5( x t ) 4 ( 1)
[ f 4 (t )4( x t ) 3 ( 1) ( x t ) 4 f (5) (t )] R4 ( x)
4! ( x a) 5
1 ( x t )4
( x t ) 4 (1) f (5)
(t ) 5 R4 ( x)
4! ( x a)5
Jadi, menurut theorema rataan untuk turunan terdapat suku c diantara a dan x sedemikian
rupa, sehingga
1 ( x c)4
() g '(c) ( x c) 4 f (5) (c) 5 R4 ( x) (2.16)
4! ( x a )5
Ini menuju ke
1 ( x c)4
( x c) 4 f (5) (c) 5 R4 ( x)
4! ( x a)5
(2.17)
(5)
f (c )
R4 ( x) ( x a )5
5!
(Nababan, 1991).
Theorema ini memberitahu kita seperti apa galat yang terjadi ketika kita
mengaproksimasi fungsi dengan jumlah berhingga suku dari deret Taylornya.
Dengan deret Taylor ini kita bisa menjawab pertanyaan di awal bagian ini yaitu apakah
sebuah fungsi f dapat digambarkan sebagai deret pangkat dalam x atau (x a) seperti yang
dinyatakan dalam teorema berikut. Misalkan f adalah fungsi dengan turunan semua tingkat
dalam interval (a-r, a+r). Deret Taylor
f ''(a ) f '''( a)
f (a ) f '(a )( x a ) ( x a )2 ( x a )3 ... (2.18)
2! 3!
Menyatakan fungsi f pada interval (a-r, a+r) jika dan hanya jika
lim Rn ( x ) 0 (2.19)
n
3. 1 Kasus
Diketahui f ( x )=−2 x 3 +12 x 2=20 x +8,5 dengan aproksimasi beda maju, tengah,
mundur deret Taylor dimana x=1 sampai x=10 dengan ∆ x=0.25! dan juga errornya
3.2 Algoritma
1. Dibuat program
2. Dideklarasikan fungsi
3. Dicari nilai analitik
4. Dhitung beda maju dengan rumus
f ( x0 +h )−f (x o )
p1 ( x )=f (x ¿¿ 0) ¿
h
5. Dihitung beda mundur dengan rumus
f ( xo ) −f ( x 0 +h )
p1 ( x )=f (x ¿¿ 0) ¿
h
6. Dihitung beda tengah dengan rumus
f ( x0 +h )−f ( x 0−h )
p1 ( x )=f (x ¿¿ 0) ¿
h
7. Dicari nilai error dengan rumus
Analitik −Numerik
ε= × 100 %
Analitik
3. 3 Flowchart
Mulai
Dideklarasikan fungsi
do i=30
f ( x0 +h )−f (x o )
p1 ( x )=f (x ¿¿ 0) ¿
h
f ( xo ) −f ( x 0 +h )
p1 ( x )=f (x ¿¿ 0) ¿
h
f ( x0 −h ) −f ( x 0 +h )
p1 ( x )=f (x ¿¿ 0) ¿
h
Selesai
3. 3 Script
real function f1(x)
f1=(-2*x**3)+(12*x**2)-(20*x)+(8.5)
end function
f2=(-6*x**2)+(24*x)-(20)
end function
f3=(-12*x)+(24)
end function
program ila
implicit none
integer::i,n
real,dimension(212)::x,y
real::c,a,b,f1,f2,f3,ana,num,eror
write(*,*)'metode taylor'
a=0
b=10
c=0.25
n=(b-a)/c
x(1)=a
do i=1,n
ana=3*(c**2)+(2*c)
x(i+1)=x(i)+i*c
y(i)=f1(x(i))+f2(x(i+1))*c+f3(x(i+1))*(c**2/2)
write(*,*)i,x(i),y(i),f2(x(i)),f3(x(i)),eror
eror=abs((ana-num)/ana)*100
num=y(i)
end do
end
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil
metode taylor
1. Adapun tingkat ketelitian pada metode Taylor yaitu jika dilihat ternyata yang lebih
teliti yaitu metode beda maju.
2. Adapun tingkat error pada data pertama yaitu 0.023 dan data terakhir yaitu
1.53315546E+09
DAFTAR PUSTAKA
Goenawan. (2002). Deret Garis Bertingkat dalam Teori Keteraturan, Metris. Vol.3, No.3
Jakarta, Unika Atma Jaya, p.50-57.
Nababan, dkk. 1991. “Kalkulus dan Ilmu Ukur Analitik”. Jakarta: Erlangga
Varberg, Purcell. 2011. “Kalkulus edisi sembilan jilid 2”. Jakarta: Erlangga
LAMPIRAN