Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KONSEP DIABETES MELLITUS

Di Susun Oleh:
Nama : Priscilia Cantika Onas
Nim : 1901023
Kelas : Keperawatan IV A

POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


JURUSAN KESEHATAN PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya kepada
saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Makalah Konsep
Diabetes Mellitus” untuk memenuhi tugas dari mata kuliah KMB 2

Dalam penyusunan makalah ini saya sudah berusaha menyajikan semaksimal mungkin,
namun saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, saya mengharapkan
masukan ataupun saran dari Dosen serta teman-teman dalam menyempurnakan penulisan
makalah ini agar dapat bermanfaat bagi seluiruh pembaca.

Tahuna, 25 Februari 2021

Priscilia Cantika Onas

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar ........................................................................................................................ 2


Daftar isi ................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
1.1 Latar belakang .................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
1.3 Tujuan penulisan .............................................................................................................. 5
BAB II ISI ................................................................................................................................. 6
2.1 Konsep diabetse mellitus tipe 1 ........................................................................................ 6
2.2 Konsep diabetse mellitus tipe 2 ........................................................................................ 9
2.3 Konsep diabetse mellitus tipe Gestasional ..................................................................... 14
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 19
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 19
3.2 Saran ............................................................................................................................... 19
Daftar pustaka ........................................................................................................................ 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada
produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia. Penyakit ini tidak hanya
berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei
nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia
diperkirakan penderita

DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada seluruh
status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM belum menempati skala
prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang
ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis,
hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.

DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh peningkatan kadar
gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun
relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya
cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin dibuat dalam
pancreas.

Ada 2 macam type DM : DM type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM
ini disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena kerusakan dari sel
beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah terjadinya sering kencing (terutama malam hari),
sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau
kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup. DM type II atau
disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat
bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi
fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah
tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II dengan obersitas
atau ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun.

4
DM tipe 3 atau disebut Diabetes mellitus gestasional (bahasa Inggris: gestational diabetes,
insulin-resistant type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has progressed to
require injected insulin, latent autoimmune diabetes of adults, type 1.5" diabetes, type 3
diabetes, LADA) atau diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah
melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada
lintasanpatogenesisnya.GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–
50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup

2.2 Rumusan Masalah

1. Konsep diabetes mellitus tipe 1

2. Konsep diabetes mellitus tipe 2

3. Konsep diabetes mellitus Gestasional

2.3 Tujuan Penulisan

1. Agar dapat memahami Konsep diabetes mellitus tipe 1

2. Agar dapat memahami Konsep diabetes mellitus tipe 2

3. Agar dapat memahami Konsep diabetes mellitus Gestasional

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Diabetes Mellitus tipe 1

Pengertian Diabetes Tipe 1

Diabetes tipe 1 adalah kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar gula atau glukosa
dalam darah. Berbeda dari diabetes tipe 2 yang terjadi akibat resistensi insulin atau karena sel
tubuh menjadi kebal atau tidak responsif terhadap insulin, diabetes tipe 1 terjadi ketika tubuh
kurang atau sama sekali tidak memproduksi insulin. Akibatnya, penderita diabetes tipe 1
memerlukan tambahan insulin dari luar

Normalnya, kadar gula dalam darah dikontrol oleh hormon insulin yang dihasilkan oleh
pankreas. Ketika terjadi penyakit pada pankreas, hormon insulin yang dihasilkannya bisa
terganggu. Ketika makanan yang masuk ke tubuh dicerna dan masuk ke aliran darah, insulin
akan mengikat glukosa dalam darah dan membawanya masuk ke sel untuk diubah menjadi
energi. Namun pada penderita diabetes, tubuh tidak dapat mengolah glukosa menjadi energi.
Kondisi ini terjadi karena tidak ada insulin untuk membawa glukosa masuk ke dalam sel.
Akibatnya, glukosa akan menumpuk dalam darah.

Diabetes tipe 1 lebih jarang terjadi dibanding diabetes tipe 2. Diketahui hanya ada 10 persen
penderita diabetes tipe 1 dari seluruh kasus diabetes di seluruh dunia. Diabetes tipe 1
merupakan tipe diabetes pada anak yang paling banyak terjadi.

Penyebab Diabetes Tipe 1

Diabetes tipe 1 merupakan penyakit autoimun, yaitu suatu kondisi ketika sistem kekebalan
tubuh berbalik menyerang sel tubuh yang sehat. Pada penderita diabetes tipe 1, sistem
kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan sel beta di dalam pankreas, yang berfungsi
menghasilkan insulin. Akibatnya, produksi insulin dalam tubuh menjadi terhenti.

Bila sel beta dalam pankreas hancur dan tidak mampu lagi memproduksi insulin, maka gula
tidak dapat masuk ke sel. Kondisi ini mengakibatkan gula menumpuk dalam darah dan memicu
gula darah tinggi (hiperglikemia).

6
Belum diketahui apa yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta dalam
pankreas. Akan tetapi, sejumlah faktor dipercaya terkait dengan kondisi ini, antara lain:

1. Genetik. Individu yang memiliki keluarga inti (orang tua atau saudara kandung) dengan
diabetes tipe 1, lebih berisiko menderita penyakit yang sama. Hal ini diduga terkait
dengan gen HLA, yang berfungsi menghasilkan protein untuk sistem kekebalan tubuh.
2. Usia. Meskipun dapat menyerang segala usia, diabetes tipe 1 lebih rentan terjadi pada
anak-anak, terutama pada usia 4-14 tahun.
3. Letak geografis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin jauh tempat tinggal
seseorang dari garis ekuator atau khatulistiwa, makin tinggi risiko terserang diabetes
tipe 1.

Gejala Diabetes Tipe 1

Gejala diabetes tipe 1 dapat muncul secara tiba-tiba, dan dapat memburuk dengan cepat
dalam hitungan minggu. Pada umumnya, gejala berkembang di usia anak-anak hingga remaja,
namun bisa juga terjadi pada usia dewasa. Gejala tersebut meliputi:

- Sering buang air kecil (poliuria), terutama di malam hari.


- Sering merasa haus (polidipsia).
- Sering merasa lapar (polifagia) tetapi berat badan turun tanpa sebab.
- Mual dan muntah.
- Mulut kering.
- Luka di tubuh yang sulit sembuh.
- Pandangan kabur.
- Tubuh mudah lelah.

Segera temui dokter bila timbul gejala berupa sakit perut, sesak napas, napas berbau seperti
buah-buahan, hilang nafsu makan, dan penurunan kesadaran.

Diagnosis Diabetes Tipe 1

Untuk mendiagnosis diabetes pada pasien, dokter akan menjalankan tes hemoglobin A1C
(HbA1C). Tes HbA1C dilakukan untuk mengukur kadar rata-rata gula darah pasien dalam 2-3
bulan terakhir. Bila hasil tes HbA1C menunjukkan angka 6,5 atau lebih tinggi, tandanya pasien
mengalami diabetes.

7
Bila pasien sedang dalam kondisi yang dapat memengaruhi hasil tes HbA1C, misalnya
dalam masa kehamilan, dokter akan menjalankan tes lain, seperti:

 Tes gula darah puasa

Dalam tes ini, dokter akan meminta pasien berpuasa semalam, sebelum sampel darah
diambil dan diperiksa di laboratorium. Kadar gula pasien dinilai normal bila kurang dari 100
mg/dL. Sedangkan bila kadar gula darah dalam kisaran 100-125 mg/dL, artinya pasien dalam
kondisi pradiabetes. Pasien baru akan didiagnosis diabetes bila kadar gula darah 126 mg/dL
atau lebih.

 Tes gula darah sewaktu

Sampel darah pasien akan diambil kapan saja, tanpa memerhatikan kapan terakhir kali
pasien makan. Hasil tes darah yang menunjukkan 200 mg/dL atau lebih, artinya pasien
mengalami diabetes. Dokter mungkin akan mengulang tes untuk memastikan hasilnya.

Pada pasien yang didiagnosis diabetes, dokter dapat menjalankan tes antibodi, guna
memastikan apakah dia menderita diabetes tipe 1 atau diabetes tipe 2. Selain tes antibodi,
terdeteksinya keton pada tes urine lebih dicurigai menderita diabetes tipe 1 dibanding diabetes
tipe 2.

Komplikasi Diabetes Tipe 1

Diabetes tipe 1 dapat menyebabkan sejumlah komplikasi berbahaya, antara lain:

1. Hipoglikemia. Hipoglikemia adalah kondisi kadar gula darah yang terlalu rendah.
Komplikasi ini dipicu oleh suntik insulin yang terlalu banyak. Selain itu, hipoglikemia
juga dapat disebabkan oleh kurangnya asupan karbohidrat atau olahraga yang terlalu
berlebihan.
2. Hiperglikemia. Hiperglikemia adalah kondisi kadar gula yang terlalu tinggi. Kondisi
ini dapat terjadi akibat porsi makan yang terlalu banyak atau kurangnya dosis insulin.
Hiperglikemia yang dibiarkan tidak tertangani bisa memicu komplikasi serius
ketoasidosis diabetik, suatu kondisi di mana tubuh bukan mengolah karbohidrat,
melainkan lemak sebagai sumber energi utama.
3. Penyakit jantung dan pembuluh darah. Diabetes tipe 1 yang tidak tertangani dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, serangan jantung di usia muda, tekanan
darah tinggi, dan stroke.

8
4. Kerusakan saraf (neuropati). Diabetes dapat merusak dinding pembuluh darah kecil
(kapiler) yang memberi nutrisi pada saraf, terutama pada saraf di kaki. Kondisi tersebut
akan memicu rasa nyeri, sensasi terbakar, atau mati rasa di ujung jari kaki. Kerusakan
saraf juga dapat terjadi di saluran pencernaan, dan menyebabkan penderita mengalami
mual, muntah, diare atau malah sembelit. Penderita yang mengalami kerusakan saraf
disarankan untuk memeriksa kondisi kakinya tiap hari. Segera ke dokter bila ada luka
yang melepuh atau tidak kunjung sembuh. Luka yang tidak tertangani akan memicu
infeksi serius, sehingga perlu dilakukan tindakan amputasi.
5. Kerusakan ginjal (nefropati). Kadar gula tinggi dapat merusak sistem penyaringan pada
ginjal. Bila kerusakan cukup parah, penderita dapat mengalami gagal ginjal, atau
bahkan perlu menjalani cuci darah (dialisis) atau transplantasi ginjal.
6. Kerusakan mata. Diabetes dapat meningkatkan risiko katarak dan glaukoma. Di
samping itu, penyakit ini juga dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah
retina (retinopati diabetik) yang bisa memicu kebutaan.
7. Komplikasi kehamilan. Gula darah tinggi meningkatkan risiko komplikasi berbahaya
pada ibu hamil, seperti ketoasidosis diabetik, retinopati diabetik, dan preeklamsia. Janin
yang dikandung juga berisiko mengalami keguguran atau kelainan saat lahir.
8. Disfungsi seksual. Pada pria penderita diabetes, terutama yang merokok, kerusakan
saraf dan pembuluh darah dapat memicu disfungsi ereksi. Sedangkan pada penderita
diabetes wanita, disfungsi seksual yang terjadi dapat meliputi vagina kering, sulit
meraih orgasme, atau nyeri saat berhubungan intim.

2.2 Konsep Diabetes Mellitus tipe 2

 Pengertian

Diabetes tipe 2 adalah kondisi di mana kadar gula dalam darah melebihi nilai normal.
Tingginya kadar gula darah disebabkan tubuh tidak menggunakan hormon insulin secara
normal. Hormon insulin itu sendiri adalah hormon yang membantu gula (glukosa) masuk ke
dalam sel tubuh untuk diubah menjadi energy. Diabetes tipe 2 lebih banyak terjadi pada orang
dewasa dan lansia. Namun, kini diabetes tipe 2 juga mulai banyak ditemukan pada anak-anak
dan remaja.

Pasien diabetes tipe 2 dapat merasakan berbagai gejala, beberapa di antaranya adalah
timbulnya bagian tubuh yang menghitam, luka sulit sembuh, hingga penglihatan kabur.

9
Namun, gejala-gejala tersebut membutuhkan waktu lama untuk dapat muncul dan dirasakan
penderitanya. Bahkan, kondisi ini berpotensi besar tidak disadari hingga komplikasi terjadi.

Maka dari itu, akan lebih baik jika penanganannya segera dilakukan. Selain untuk
meredakan gejala yang muncul, penanganan yang baik juga dapat mencegah diabetes tipe 2
dan komplikasinya, seperti:

- Penyakit jantung
- Kelainan kulit
- Penyakit Alzheimer
- Gangguan pendengaran

Beberapa metode yang digunakan untuk menangani diabetes tipe 2 meliputi:

- Penerapan pola hidup sehat


- Pemberian obat
- Terapi insulin
- Operasi

 Penyebab Diabetes Tipe 2

Pankreas memproduksi hormon insulin yang bertugas untuk membantu sel dalam tubuh
mengubah zat gula (glukosa), yang didapat dari makanan atau dihasilkan hati, menjadi energi.
Diabetes tipe 2 terjadi ketika sel tubuh tidak dapat menggunakan insulin sebagaimana
mestinya.

Penyebab gangguan pada sel tubuh tersebut belum diketahui secara pasti. Namun, diduga
gen menjadi salah satu faktor pemicunya. Risiko seseorang mengalami penyakit ini juga
meningkat ketika berusia 45 tahun atau lebih, dan memiliki anggota keluarga yang juga
penderita diabetes.

Selain gen, diabetes tipe 2 juga diduga dapat dipicu oleh kondisi dan pola hidup pasien.
Beberapa kondisi yang diduga berisiko menimbulkan diabetes tipe 2 adalah:

- Prediabetes.
- Gangguan jantung dan pembuluh darah.
- Hipertensi.
- Tingkat kolesterol baik (HDL) yang

10
- Trigliserida tinggi.
- Obesitas.
- Diabetes gestational, yaitu diabetes yang terjadi selama kehamilan.
- PCOS.
- Agantosis nigrikans.

Selain kondisi-kondisi di atas, gaya hidup juga memengaruhi risiko terjadinya diabetes
tipe 2. Beberapa gaya hidup yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit
ini adalah:

- Kurang berolahraga.
- Merokok.
- Sering stress.
- Kurang istirahat.

 Gejala Diabetes Tipe 2

Berikut ini adalah beberapa gejala yang dapat dialami penderita diabetes tipe 2:

- Mudah haus.
- Sering buang air kecil, terutama malam hari.
- Sering merasa lapar.
- Tubuh terasa lelah.
- Penglihatan kabur.
- Berat badan turun.
- Sulit sembuh ketika memiliki luka.
- Terdapat beberapa bagian pada kulit yang menghitam.

Pada dasarnya gejala diabetes tipe 1 dan tipe 2 memiliki beberapa kesamaan. Namun, gejala
diabetes tipe 2 cenderung membutuhkan waktu yang lebih lama untuk timbul. Bahkan,
penderita diabetes tipe 2 berpotensi tidak merasakan gejala sampai terjadi komplikasi. Maka
dari itu, akan lebih baik untuk melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara rutin, terutama jika
memiliki risiko tinggi.

 Diagnosis Diabetes Tipe 2

Dalam mendiagnosis diabetes tipe 2, dokter umumnya melakukan serangkaian tes gula
darah. Tes gula darah yang dilakukan pun dapat berbeda pada tiap pasien, di antaranya adalah:

 HbA1C. Tes ini dilakukan untuk memeriksa kadar gula darah rata-rata dalam periode
2-3 bulan.

11
 Tes gula darah puasa. Tes ini bertujuan untuk memeriksa kadar gula darah di saat
keadaan perut kosong. Pasien akan diminta untuk terlebih dahulu puasa selama 8 jam.
 Tes toleransi gula darah. Setelah pasien diambil gula darah puasa, pasien akan diminta
untuk meminum minuman gula khusus dan kembali melakukan pemeriksaan gula darah
setelah 2 jam minum larutan gula.
 Tes gula darah sewaktu. Tes ini bertujuan untuk memeriksa kadar gula dalam darah di
waktu yang tidak ditentukan.

Untuk memastikan hasil yang didapat, setidaknya dokter menggunakan 2 jenis tes darah.
Dokter juga dapat menggunakan tes lain berupa tes urine, pemeriksaan kadar kolesterol dalam
darah, sekaligus fungsi hati, ginjal, dan tiroid.

 Komplikasi Diabetes Tipe 2

Gejala diabetes tipe 2 tergolong sulit dideteksi, bahkan hingga terjadinya komplikasi.
Beberapa komplikasi yang dapat dialami pasien diabetes tipe 2 meliputi:

1. Penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti serangan jantung, dan stroke.
2. Kerusakan saraf (neuropati diabetik). Kondisi ini sering terjadi pada kaki, dengan gejala
yang muncul dapat berupa mati rasa hingga nyeri. Pada pria, kerusakan pada saraf juga
berkaitan dengan terganggunya fungsi seksual.
3. Kerusakan ginjal (nefropati diabetik). Kerusakaan yang parah dapat menyebabkan
gagal ginjal. Jika diabetes dibiarkan dalam waktu yang lama, kerusakan ginjal bisa
mencapai stadium akhir.
4. Kerusakan mata (retinopati diabetik). Kerusakaan pada pembuluh darah retina
berpotensi menyebabkan gangguan penglihatan.
5. Gangguan pendengaran.
6. Gangguan kulit, seperti lebih mudah terjangkit infeksi bakteri maupun virus.
7. Penyakit Alzheimer.

 Pencegahan Diabetes Tipe 2

Risiko terkena diabetes tipe 2 dapat dikurangi dengan menerapkan pola hidup sehat. Selain
untuk menurunkan risiko, menerapkan pola hidup sehat juga dapat mencegah komplikasi
diabetes tipe 2.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan meliputi:

12
 Mengonsumsi makanan bergizi seimbang. Pilih makanan yang tinggi serat dan rendah
lemak serta kalori.
 Rutin berolahraga. Lakukan olahraga 30 menit setiap hari, misalnya bersepeda atau
berenang.
 Jaga berat badan. Menjaga berat badan ideal sesuai dengan indeks massa tubuh (IMT).

 Pengobatan Diabetes Tipe 2

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menangani diabetes tipe 2. Dokter akan
menentukan metode yang tepat dan sesuai dengan kondisi pasien.

 Diet dan berolahraga

Metode ini perlu dilakukan untuk menangani diabetes, termasuk tipe 2. Selain menurunkan
kadar gula dalam darah, menerapkan pola hidup sehat dengan rutin berolahraga dan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang juga dapat mengurangi risiko terjadinya komplikasi
penyakit.

Dokter akan menganjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan serat dan
rendah lemak. Konsultasikan lebih lanjut dengan dokter mengenai jenis makanan yang baik
untuk dikonsumsi, dan tipe olahraga beserta frekuensinya yang dianjurkan. Ketentuan pola
makan dan olahraga pada tiap orang dapat berbeda, sesuai kondisi tubuh.

 Pemberian Obat

Dokter juga dapat meresepkan obat kepada pasien diabetes tipe 2 ketika penanganan dengan
menerapkan pola hidup sehat tidak cukup efektif. Beberapa obat yang dapat digunakan untuk
menangani diabetes tipe 2 meliputi:

- Metformin, untuk mengurangi produksi gula pada hati.


- Meglitinide dan sulfonylurea, untuk merangsang kerja pankreas agar memproduksi
insulin lebih banyak. Contoh obat meglitinide adalah nateglinide, dan contoh obat
sulfonylurea adalah glibenclamide dan gliclazide.
- DPP-4, untuk meningkatkan produksi insulin dan mengurangi produksi gula oleh hati.
Contoh obat ini adalah sitagliptin.

13
- GLP-1 receptor agonist. Obat dapat memperlambat proses pencernaan makanan,
terutama yang mengandung gula, sekaligus menurunkan kadar gula dalam darah.
Contohnya exenatide.
- SGLT2 inhibitor. Obat ini bekerja dengan cara memengaruhi ginjal membuang lebih
banyak gula. Contohnya dapagliflozin.

Sebelum menggunakan obat, konsultasikan ke dokter terlebih dahulu, agar dapat ditentukan
jenis dan dosis obat yang sesuai. Jenis dan dosis yang tidak sesuai berpotensi besar
menimbulkan efek samping. Selain obat-obatan, insulin tambahan dapat diberikan dokter
dengan cara disuntik. Terapi ini dapat digunakan ketika pengobatan lain tidak efektif. Insulin
tersedia dalam aneka jenis, dan masing-masingnya bekerja dengan cara yang berbeda.
Diskusikan dengan dokter mengenai jenis-jenis insulin suntik.

2.3 Konsep Diabetes Gestasional

o Pengertian Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional adalah diabetes yang muncul pada masa kehamilan, dan hanya
berlangsung hingga proses melahirkan. Kondisi ini dapat terjadi di usia kehamilan berapa pun,
namun lazimnya berlangsung di minggu ke-24 sampai ke-28 kehamilan.

Sama dengan diabetes yang biasa, diabetes gestasional terjadi ketika tubuh tidak
memproduksi cukup insulin untuk mengontrol kadar glukosa (gula) dalam darah pada masa
kehamilan. Kondisi tersebut dapat membahayakan ibu dan anak, namun dapat ditekan bila
ditangani dengan cepat dan tepat.

o Gejala Diabetes Gestasional

Gejala diabetes saat kehamilan muncul ketika kadar gula darah melonjak tinggi
(hiperglikemia). Di antaranya:

 Sering merasa haus


 Frekuensi buang air kecil meningkat
 Mulut kering
 Tubuh mudah lelah

14
 Penglihatan buram

Perlu diketahui bahwa tidak semua gejala di atas menandakan diabetes gestasional, karena
bisa dialami oleh ibu hamil. Oleh karena itu, bicarakan dengan dokter bila mengalami kondisi
di atas.

o Penyebab Diabetes Gestasional

Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan diabetes gestasional. Akan tetapi,
kondisi ini diduga terkait dengan perubahan hormon dalam masa kehamilan. Pada masa
kehamilan, plasenta akan memproduksi lebih banyak hormon, seperti hormon estrogen, HPL
(human placental lactogen), termasuk hormon yang membuat tubuh kebal terhadap insulin,
yaitu hormon yang menurunkan kadar gula darah. Akibatnya, kadar gula darah meningkat dan
menyebabkan diabetes gestasional.

o Faktor Risiko Diabetes Gestasional

Semua ibu hamil berisiko mengalami diabetes gestasional, akan tetapi lebih berisiko terjadi
pada ibu hamil dengan faktor-faktor berikut ini:

 Memiliki berat badan berlebih.


 Memiliki riwayat tekanan darah tinggi (hipertensi).
 Pernah mengalami diabetes gestasional pada kehamilan sebelumnya.
 Pernah mengalami keguguran.
 Pernah melahirkan anak dengan berat badan 4,5 kg atau lebih.
 Memiliki riwayat diabetes dalam keluarga.
 Mengalami PCOS (polycystic ovary syndrome) atau akantosis nigrikans.

o Diagnosis Diabetes Gestasional

Dokter dapat menduga pasien mengalami diabetes gestasional apabila terdapat gejala
disertai riwayat medis yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun untuk memastikannya, dokter
dapat menjalankan pemeriksaan lanjutan, seperti:

 Tes toleransi glukosa oral (TTGO) awal. Dalam TTGO awal, dokter akan memeriksa
kadar gula darah pasien, satu jam sebelum dan sesudah diberikan cairan gula. Bila hasil
TTGO awal menunjukkan kadar gula darah di atas 130–140 mg/dL, dokter akan
melakukan tes toleransi glukosa oral lanjutan.

15
 Tes toleransi glukosa oral (TTGO) lanjutan. Pada tes ini, pasien akan diminta berpuasa
semalaman sebelum menjalani tes darah di pagi hari. Setelah darah pertama diambil,
dokter akan memberikan air gula dengan kadar gula yang lebih tinggi dibanding TTGO
awal. Kemudian, kadar gula darah akan diperiksa 3 kali setiap jam. Apabila 2 dari 3
pemeriksaan menunjukkan kadar gula darah tinggi, pasien akan didiagnosis menderita
diabetes gestasional.

Pada pasien yang telah didiagnosis diabetes gestasional, dokter akan menyarankan
dilakukannya tes darah secara lebih rutin, terutama pada 3 bulan terakhir masa kehamilan. Bila
terjadi komplikasi kehamilan, dokter akan memeriksa fungsi plasenta pasien guna memastikan
bayi mendapat oksigen dan nutrisi yang tepat dalam rahim.

Dokter juga akan kembali menjalankan tes darah setelah pasien melahirkan dan pada 6-12
minggu setelahnya, untuk memastikan kadar gula darah pasien sudah kembali normal. Pasien
juga disarankan menjalani tes darah tiap 3 tahun sekali, meskipun kadar gula darah sudah
kembali normal.

o Pengobatan Diabetes Gestasional

Pengobatan diabetes gestasional bertujuan untuk mengendalikan kadar gula darah dan
mencegah terjadinya komplikasi saat hamil dan melahirkan. Metode pengobatan diabetes
gestasional meliputi:

 Pemeriksaan kadar gula darah rutin. Dokter akan menganjurkan pasien memeriksakan
darah 4-5 kali sehari, terutama di pagi hari dan tiap selesai makan. Pasien dapat
memeriksakan darah secara mandiri, menggunakan jarum kecil, dan meletakkan darah
di cek gula darah.
 Diet sehat. Dokter akan menyarankan pasien untuk banyak mengonsumsi makanan
berserat tinggi, seperti buah, sayuran, dan biji-bijian. Pasien juga disarankan untuk
membatasi konsumsi makanan manis, serta makanan dengan kandungan lemak dan
kalori tinggi. Menurunkan berat badan saat sedang hamil tidak disarankan, karena tubuh
sedang memerlukan tenaga ekstra. Oleh karena itu, bila ingin menurunkan berat badan,
lakukanlah sebelum merencanakan kehamilan. Pola diet juga tidak sama pada setiap
pasien. Oleh karena itu, konsultasikan dengan dokter mengenai pola diet yang tepat
bagi Anda.

16
 Olahraga. Olahraga dapat merangsang tubuh memindahkan gula dari darah ke dalam
sel untuk diubah menjadi tenaga.
 Obat-obatan. Bila diet sehat dan olahraga belum mampu menurunkan kadar gula darah,
dokter akan meresepkan metformin. Bila metformin tidak efektif atau menimbulkan
efek samping parah, dokter akan memberi suntik insulin. Sekitar 10-20 persen pasien
diabetes gestasional memerlukan obat-obatan untuk menormalkan kadar gula darah.

Bila kadar gula darah pada ibu hamil tetap tidak terkontrol atau belum juga melahirkan
pada usia kehamilan lebih dari 40 minggu, dokter dapat memilih melakukan operasi caesar atau
induksi untuk mempercepat persalinan.

Diabetes gestasional dapat meningkatkan risiko bayi terlahir dengan komplikasi. Oleh
karena itu, penting untuk melakukan konsultasi kehamilan secara rutin, agar perkembangan
bayi tetap terpantau.

o Komplikasi Diabetes Gestasional

Ibu hamil yang menderita diabetes gestasional tetap dapat melahirkan bayi yang sehat. Tetapi
bila kondisi ini tidak ditangani dengan tepat, beberapa komplikasi dapat terjadi pada bayi saat
lahir, seperti:

 Kelebihan berat badan saat lahir yang disebabkan oleh tingginya kadar gula dalam
darah (macrosomia).
 Lahir prematur yang mengakibatkan bayi kesulitan bernafas (respiratory distress
syndrome). Kondisi ini juga dapat terjadi pada bayi yang lahir tepat waktu.
 Lahir dengan gula darah rendah (hipoglikemia) akibat produksi insulin yang tinggi.
Kondisi ini dapat mengakibatkan kejang pada bayi, namun dapat ditangani dengan
memberinya asupan gula.
 Risiko mengalami obesitas dan diabetes tipe 2 ketika dewasa.

Selain pada bayi, ibu hamil juga berpotensi mengalami komplikasi, seperti hipertensi dan
preeklamsia, yang dapat membahayakan nyawa ibu dan bayi. Ibu hamil juga berisiko terserang
diabetes gestasional pada kehamilan berikutnya, atau malah terkena diabetes tipe 2.

17
o Pencegahan Diabetes Gestasional

Hingga saat ini, belum diketahui apakah diabetes gestasional dapat dicegah atau tidak.
Namun demikian, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menekan risiko terserang
penyakit ini, yaitu:

 Memperbanyak konsumsi makanan sehat dengan serat tinggi, seperti sayuran dan buah-
buahan. Di samping itu, hindari makanan yang mengandung lemak atau kalori tinggi.
 Berolahraga secara teratur untuk menjaga kebugaran tubuh sebelum dan saat hamil.
Dianjurkan untuk melakukan olahraga ringan hingga sedang, seperti berenang, jalan
cepat, atau bersepeda minimal 30 menit per hari. Bila tidak memungkinkan, lakukan
olahraga singkat namun berkala, seperti sering berjalan kaki atau melakukan pekerjaan
rumah.
 Turunkan berat badan saat merencanakan kehamilan dengan menjalani pola makan
sehat secara permanen. Langkah ini juga akan memberikan manfaat jangka panjang,
seperti memiliki jantung sehat.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Diabetes tipe 1 adalah kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar gula atau glukosa
dalam darah. Berbeda dari diabetes tipe 2 yang terjadi akibat resistensi insulin atau
karena sel tubuh menjadi kebal atau tidak responsif terhadap insulin, diabetes tipe 1
terjadi ketika tubuh kurang atau sama sekali tidak memproduksi insulin.
2. Diabetes tipe 2 adalah kondisi di mana kadar gula dalam darah melebihi nilai normal.
Tingginya kadar gula darah disebabkan tubuh tidak menggunakan hormon insulin
secara normal. Hormon insulin itu sendiri adalah hormon yang membantu gula
(glukosa) masuk ke dalam sel tubuh untuk diubah menjadi energy.
3. Diabetes gestasional adalah diabetes yang muncul pada masa kehamilan, dan hanya
berlangsung hingga proses melahirkan. Kondisi ini dapat terjadi di usia kehamilan
berapa pun, namun lazimnya berlangsung di minggu ke-24 sampai ke-28 kehamilan.

3.2 Saran

Sebaiknya kita sebagai mahasiswa(i) harus lebih memahami mengenai penyakit diabetes
mellitus beserta tipe-tipe dan hal yang berkaitan dengan diabetes mellitus

19
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.alodokter.com/diabetes-tipe-2/pengobatan
 https://www.alodokter.com/diabetes-gestasional
 https://www.alodokter.com/diabetes-tipe-1

20

Anda mungkin juga menyukai