Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENYEDIAAN OBAT-OBAT ESSENSIAL

Di Susun Oleh:

Nama : Priscilia Cantika Onas

Nim : 1901023

Kelas : Keperawatan IV A

POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

JURUSAN KESEHATAN PROGRAM STUDI

KEPERAWATAN T.A 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya
kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Makalah
Penyediaan Obat-obat Essensial” untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan
Keluarga.

Dalam penyusunan makalah ini saya sudah berusaha menyajikan semaksimal


mungkin, namun saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, saya
mengharapkan masukan ataupun saran dari Dosen serta teman-teman dalam
menyempurnakan penulisan makalah ini agar dapat bermanfaat bagi seluiruh pembaca.

Tahuna, 20 Februari 2021

Priscilia Cantika Onas

DAFTAR ISI

Kata pengantar.........................................................................................................................2

2
Daftar isi....................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1 Latar belakang..................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4

1.3 Tujuan penulisan..............................................................................................................5

BAB II ISI.................................................................................................................................5

2.1 Konsep Obat Esensial.......................................................................................................6

2.2 Kriteria Pemilihan Obat....................................................................................................8

2.3 Penggunaan Nama Generik..............................................................................................8

2.4 Daftar Obat-Obat Esensial................................................................................................9

2.5 Pengembangan Daftar Obat-Obatan...............................................................................16

2.6 Sistem Klasifikasi Terapi...............................................................................................17

2.7 Faktor kunci dalam mengembangkan obat.....................................................................18

BAB III PENUTUP................................................................................................................19

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................19

Daftar pustaka........................................................................................................................20

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengelolaan obat merupakan salah satu segi manajemen rumah sakit yang sangat penting
dan saling terkait yang dimulai pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi
yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan kefarmasian dalam penyediaan pelayanan kesehatan
secarakeseluruhan, karena ketidakefisienan dan ketidaklancaran pengelolaan obat akan
member dampak negatif terhadap rumah sakit, baik secara medik, sosial maupun secara
ekonomi (Malinggas et al, 2015). Pengelolaan obat yang kurang baik akan mengakibatkan
persediaan obat mengalami stagnant (kelebihan persediaan obat) dan stockout (kekurangan
atau kekosongan persediaan obat). Obat yang mengalami stagnant memiliki risiko kadaluarsa
dan kerusakan bila tidak disimpan dengan baik. Obat yang stagnant dan stockout akan
berdampak terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas.Pada dasarnya, manajemen obat di
rumah sakit adalah bagaimana cara mengelola tahap-tahap kegiatan tersebut agar dapat
berjalan dengan baik dan saling mengisi sehingga dapat tercapai tujuan pengelolaan obat
yang efektif dan efisien agar obat yang diperlukan selalu tersedia setiap saat dibutuhkan
dalam jumlah cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan.

Manajeman logistik adalah proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian aliran


bahan baku yang efisien, efektif, dan ekonomis, untuk menyelesaikan produk dengan tujuan
memenuhi tuntutan konsumen (Ribeiro et al, 2013). Pengelolaan obat merupakan rangkaian
kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
obat yang dikelola secara optimal demi tercapainya ketepatan jumlah dan jenis obat dan
perbekalan kesehatan (Mangindara et al, 2012). Logistik bidang kesehatan tidak hanya
berkaitan dengan penggunaan sumber daya material saja melainkan juga koordinasi dan
pengendalian semua hal yang berkaitan dengan konsumen, fasilitas, informasi, dan sumber
daya lainnya (Manso et al, 2013).

2.1 Tujuan Penulisan

Dalam makalah yang berjudul “Penyediaan obat-obat essensial” ini penulis


mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

4
1. Apa dan bagaimana konsep obat esensial?
2. Bagaimana kriteria pemilihan obat yang baik?
3. Apa yang dimaksud dengan International Nonproprietary Names (INN)?
4. Bagaimana pedoman pemilihan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan rasional?
5. Pedoman apa saja yang digunakan dalam pemilihan obat?
6. Faktor utama apa saja dalam keberhasilan mengembangkan dan
melaksanakan program obat esensial?

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah yang berjudul “Penyedian obat-obat essensial” ini penulis
mengemukakan batasan masalah yang akan dibahas yaitu:
1. Mengetahui apa itu obat esensial dan bagaiman konsepnya.
2. Mengetahui kriteria pemilihan obat esensial untuk mencapai tujuan pengobatan yang
rasional.
3. Mengetahui lebih lanjut tentang International Nonproprietary Names (INN) atau nama
generik obat.
4. Mengetahui bagaimana pedoman pemilihan obat yang dapat digunakan di fasilitas
kesehatan.
5. Mengetahui pedoman yang digunakan dalam pemilihan obat.
6. Mengetahui faktor-faktor dalam keberhasilan mengembangkan dan
melaksanakan program obat esensial.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Obat Esensial

Obat esensial adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan,
mencakup upaya diagnosis, profilaksis, terapi dan rehabilitasi, yang diupayakan tersedia di
fasilitas kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatnya (Kepmenkes, 2013). Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) telah didefinisikan obat esensial sebagai obat yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat untuk mewujudkan kesehatan masyarakat dengan konsep
pengobatan yang rasional. Dengan pengaruh dari penyakit menular seperti malaria, TBC, dan
HIV / AIDS, serta meluasnya peningkatan resistensi antimikroba, aplikasi konsep obat
esensial lebih tepat dari sebelumnya. Menggunakan dari konsep obat esensial di negara maju

5
dan negara-negara berkembang dapat bertujuan untuk penggunaan obat-obatan yang lebih
efisien dari sebelumnya dan dapat mengurangi terjadinya resistensi antimikroba
(Management Sciences for Health, 2012).

Pada tahun 2007, Organisasi Kesehatan Dunia - World Health Organization (WHO)
telah melaksanakan program Good Governance on Medicines (GGM) tahap pertama di
Indonesia dengan melakukan survey tentang proses transparansi 5 (lima) fungsi kefarmasian.
Salah satunya adalah proses seleksi DOEN, yang dari segi prospes transparansi dinilai kurang
memadai. Dari pertemuan peringatan 30th Essential Medicine List WHO di Srilanka (2007),
diberikan tekanan kembali pentingnya transparansi proses seleksi baik dari tim ahli yang
melakukan revisi, proses revisi, dan metoda revisi yang harus semakin mengandalkan
Evidence Based Medicine (EBM), dan pentingnya pernyataan bebas conflict of interest dari
para anggota tim ahli (Kepmenkes, 2013).

Konsep Obat Esensial di Indonesia mulai diperkenalkan dengan dikeluarkannya


Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang pertama pada tahun 1980, dan dengan terbitnya
Kebijakan Obat Nasional pada tahun 1983. Selanjutnya untuk mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran dan farmasi, serta perubahan pola penyakit,
DOEN direvisi secara berkala sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, maka DOEN akan direvisi setiap 2 (dua) tahun sekali. DOEN yang terbit pada
tahun 2013 ini merupakan revisi dari DOEN 2011 (Kepmenkes, 2013).

2.2 Kriteria Pemilihan Obat

Ada banyak peraturan yang berbeda dalam daftar obat nasional yang digunakan.
Kriteria dalam pemilihan obat pada dasarnya sama di berbagai tempat. Untuk daftar obat
esensial nasional harus kredibel, dapat diterima semua kalangan kesehatan, dan
dipublikasikan. Kriteria dan seleksi akhir obat-obatan harus didasarkan pada diskusi bersama
dan disetujui oleh sebuah komite ahli mutidisiplin (mutidiciplinary committee of experts).
Tim spesialis dalam panitia seleksi dapat menafsirkan dan mengevaluasi keamanan obat-
obatan pada bagian keahlian mereka. Pada tabel 1 terdapat rangkuman kriteria yang
ditetapkan WHO. Kriteria WHO sering diadopsi dan dimodifikasi untuk menetapkan
kebutuhan obat-obatan pada setiap pelayanan kesehatan. Menentukan keamanan dan khasiat
dari obatdan produk tertentu harus membutuhkan informasi-informasi yang relevan, up to

6
date, literatur dan referensi yang sistematik, dan standar penjaminan kualitas (Management
Sciences for Health, 2012).

Dalam memilih obat-obatan dari segi keamanan dan khasiat yang serupa, total biaya
pengobatan harus dipertimbangkan, misalnya ampisilin mungkin lebih murah daripada
amoksilin dalam perbandingan tablet ke tablet, tetapi lebih mahal untuk hasil terapeutik
perbandingan. Pengambilan keputusan menjadi lebih sulit ketika obat-obatan mahal memiliki
efek terapeutik yang efektif, seperti dalam kasus antibakteri tertentu, antituberkulosis, atau
obat-obatan antimalaria untuk organism yang resisten. Dalam kasus tersebut sebenarnya
biaya pengobatan bisa lebih rendah untuk obat-obatan yang mahal dengan perbandingan
tablet-to-tablet (dose-to-dose). Dengan demikian, meskipun semua kriteria seleksi obat
terpenuhi, sebelum diskusi hendaknya komite pemilihan obat harus meninjau dan berdiskusi
mengenai kriteria seleksi berbasis bukti dan kualitas untuk mendukung pilihan (Management
Sciences for Health, 2012).

Pemilihan Obat Esensial, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 312/Menkes/SK/IX/2013 tentang Daftar Obat Esensial Nasional 2013,
sebagai berikut:

1. Kriteria pemilihan obat esensial


Pemilihan obat esensial didasarkan atas kriteria berikut:
a. Memiliki rasio manfaat-resiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan
penderita.
b. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas.
c. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.
d. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan yang disesuaikan dengan tenaga, sarana, dan
fasilitas kesehatan.
e. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh penderita.
f. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya
langsung dan tidak langsung.
g. Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa, pilihan
dijatuhkan pada:
1) Obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah
2) Obat dengan sifat farmakokinetik yang diketahui paling menguntungkan
3) Obat yang stabilitasnya lebih baik

7
4) Mudah diperoleh
5) Obat yang telah dikenal.
f. Obat jadi kombinasi tetap, harus memenuhi kriteria berikut:
1) Obat hanya bermanfaat bagi penderita dalam bentuk kombinasi tetap
2) Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan keamanan yang lebih tinggi
daripada masing-masing komponen
3) Perbandingan dosis komponen kombinasi tetap merupakan perbandingan yang tepat
untuk sebagian besar penderita yang memerlukan kombinasi tersebut
4) Kombinasi tetap harus meningkatkan rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio)
5) Untuk antibiotik kombinasi tetap harus dapat mencegah atau mengurangi terjadinya
resistensi dan efek merugikan lainnya.

2. Kriteria penambahan dan pengurangan

a. Dalam hal penambahan obat baru perlu dipertimbangkan untuk menghapus obat dengan
indikasi yang sama yang tidak lagi merupakan pilihan, kecuali ada alasan kuat untuk
mempertahankannya.
b. Obat program diusulkan oleh pengelola program dan akan dinilai sesuai kriteria
pemilihan obat esensial.
c. Dalam pelaksanaan revisi seluruh obat yang ada dalam DOEN edisi sebelumnya dikaji
oleh Komite Nasional (Komnas) Penyusunan DOEN, hal ini memungkinkan untuk
mengeluarkan obat-obat yang dianggap sudah tidak efektif lagi atau sudah ada
pengganti yang lebih baik.
d. Untuk obat yang sulit diperoleh di pasaran, tetapi esensial, maka akan tetap
dicantumkan dalam DOEN. Selanjutnya diupayakan Pemerintah untuk menjamin
ketersediaannya.
e. Obat yang baru diusulkan harus memiliki bukti ilmiah terkini (evidence based
medicine), telah jelas efikasi dan keamanan, serta keterjangkauan harganya. Dalam hal
ini obat yang telah tersedia dalam nama generik menjadi prioritas pemilihan.

3. Petunjuk Tingkat Pembuktian dan Rekomendasi

Tingkat pembuktian dan rekomendasi diambil dari US Agency for Health Care Policy and
Research, sebagai berikut:

TINGKAT PEMBUKTIAN (STATEMENTS OF EVIDENCE)

8
Ia Fakta diperoleh dari meta analisis uji klinik acak dengan kontrol.

Ib Fakta diperoleh dari sekurang-kurangnya satu uji klinik acak dengan kontrol.

IIa Fakta diperoleh dari sekurang-kurangnya satu studi dengan kontrol, tanpa acak,
yang dirancang dengan baik.

IIb Fakta diperoleh dari sekurang-kurangnya satu studi quasi-eksperimental jenis lain
yang dirancang dengan baik.

III Fakta diperoleh dari studi deskriptif yang dirancang dengan baik, seperti studi
komparatif, studi korelasi, dan studi kasus.

IV Fakta yang diperoleh dari laporan atau opini Komite Ahli dan/atau pengalaman
klinik dari pakar yang disegani.

2.3 Penggunaan Nama Generik atau International Nonproprietary Names (INN)


Beberapa produk obat di pasaran menggunakan nama kimia dan International
Nonproprietary Names (INN) atau nama generik (contoh: ampisilin). INN adalah nama resmi
suatu obat tanpa memperhatikan perusahaan, pabrik, atau siapa yang memproduksi dan
memasarkan obat tersebut. Kepemilikan, penjualan, perdagangan, atau merk dipilih oleh
perusahaan untuk membantu konsumen agar mengenal produk tersebut dengan keterangan
perusahaan untuk pemasaran produk tersebut. Pada umumnya dalam 1 obat memiliki
beberapa merk dengan kandungan zat aktif yang sama (Management Sciences for Health,
2012).
INN menjelaskan cara pemakaian pada pharmacopeia, label, informasi obat, iklan dan
berbagai media promosi, peraturan farmasi, dan sebagai sebuah basis untuk penetapan nama
generik produk. INN ditugaskan melalui WHO untuk menetapkan prosedur yang baik. Daftar
nama resmi pada INN berbahasa Latin, Inggris, Perancis, Spanyol. Terdapat kolaborasi nama
nasional seperti British Approved Names (BAN), Japanese Adopted Names (JAN), dan U.S.-
Accepted Names (USAN) biasanya sama seperti INN (Management Sciences for Health,
2012).
Pemakaian nama generik dalam peresepan mempertimbangkan kejelasan produk,
harga, dan kualitas. Hal-hal yang mendukung lebih dipilihnya obat generik dalam peresepan
antara lain:

9
1. Nama generik lebih informatif daripada nama obat bermerk dan berasal dari berbagai
supplier.
2. Produk obat generik lebih murah daripada obat bermerk (paten).
3. Resep obat generik memudahkan penggantian produk.
Mengenai kejelasan, nama generik dapat membantu mengidentifikasi kelas/ golongan
obat, contohnya semua nama benzodiazepines dengan akhiran –zepam (diazepam,
temazepam, nitrazepam) dan golongan beta bloker dengan akhiran –olol (propranolol,
atenolol, metoprolol. Mengenai harga, harga obat generik dijual lebih murah dari pada obat
bermerk, oleh karena itu penggunaan nama generik memperkenalkan unsur persaingan harga.
Konsep substitusi generik diterima di beberapa Negara dan mengalami peningkatan: bahkan
jika resep tersebut dibuat pada obat bermerk, apoteker dapat mengganti dengan generik
kecuali penulis resep secara khusus menunjukkan bahwa obat tersebut tidak boleh diganti,
dengan menulis "jangan mengganti" pada resep. Hal ini dapat menyebabkan penghematan
besar di farmasi biaya. Ada beberapa perdebatan tentang kualitas obat generik dan obat
bermerk. Kontrol kualitas dan nama obat menjadi kasus tersendiri. Obat generik dari supplier
terpercaya bersifat aman, efektif, dan obat berkualitas tinggi dengan nama merk terkenal
(Management Sciences for Health, 2012).

2.4 Daftar Obat-Obat Esensial


Daftar nama obat-obat esensial menjadi pilihan pengobatan yang optimal untuk
memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan pada populasi tertentu, hal tersebut digunakan
untuk satu fasilitas kesehatan (misalnya rumah sakit) atau untuk sekelompok fasilitas
kesehatan untuk menetapkan obat mana yang harus dibeli atau diadakan dan diresepkan.
Tabel 2 merupakan contoh daftar nama-nama obat esensial di Ethiopia yang dikelompokkan
berdasarkan level pemakaian (Management Sciences for Health, 2012).
Di banyak Negara, pemasaran produk farmasi memerlukan evaluasi, persetujuan, dan surat
izin oleh badan yang mengatur kefarmasian. Kriteria persetujuan dan surat izin harus
memenuhi efikasi, keamanan, dan kualitas, tetapi di beberapa Negara masih
mempertimbangkan harga dan kebutuhan. Nomor obat yang terdaftar pada surat izin sering
kali sangat berbeda daripada nomor obat yang terdaftar pada daftar obat esensial, karena 2
alasan yaitu pertama, produksi produk obat yang sama oleh pabrik yang berbeda dan terdaftar
secara terpisah dan yang kedua,obat-obatan tersebut tidak boleh digunakan secara umum
sebelum terjamin efikasi, keamanan, dan kualitasnya pada penggunaan tersendiri, sebagai
contoh di UK daftar penggunaan obat bebas pembayaran terdapat dalam National Health

10
Services yang berisi beberapa laksatif, jika pasien menginginkan obat dengan merek lain
maka pasien tersebut bisa menjual tetapi tanpa penukaran pembayaran. Pada gambar 1
terdapat ilustrasi hubungan antara daftar obat yang teregistrasi dan obat yang terdaftar
padadaftar obat-obat esensial (Management Sciences for Health, 2012).
1. Formularium
Formularium adalah sebuah daftar sediaan-sediaan farmasi yang disetujui
untuk digunakan di fasilitas kesehatan tertentu, seperti formularium nasional, daftar
obat-obatan provinsi, daftar obat-obat rumah sakit, atau daftar obat dari program
asuransi kesehatan. Pada pusat pelayanan kesehatan di beberapa Negara, formularium
hampir sama dengan daftar obat-obat esensial. Formularium berisi ringkasan
informasi obat, tidak seperti buku pembahasan lengkap suatu obat pada saat
pemasaran. Banyak referensi yang relevan yang dapat digunakan untuk dokter,
apoteker, perawat, atau tenaga kesehatan lain (Management Sciences for Health,
2012).
Formularium biasanya berisi nama obat generik, indikasi, dosis pemakaian,
kontraindikasi, dan informasi-informasi penting yang dapat diberikan kepada pasien.
Di dalam formularium juga terdapat monografi di setiap obat atau kelompok terapi.
Beberapa formularium terkadang berisi pendapat evaluatif dan perbandingan obat.
Beberapa formularium nasional terdapat rekomendasi penggantian obat pada suatu
terapi, misalnya pada daftar obat resmi Panama terdapat tiga obat pengganti, yaitu
astemizol, setirizin, hidroklorida, dan lorantadin pada kelompok nonsedating
antihistamin. Beberapa formularium juga berisi perbandngan harga yang dapat
mengarahkan penulis resep dalam merekomendasikan obat (Management Sciences for
Health, 2012).
2. Pedoman pengobatan
Pedoman pengobatan (Standard Treatment Guidelines [STGs], protokol pengobatan,
pedoman klinis) yang sistematis yang dapat membantu menulis resep dalam
mengambil keputusan pengobatan yang rasional untuk masalah klinis yang spesifik.
Pedoman ini biasanya memperlihatkan konsensus pada pilihan pengobatan yang
optimal dalam fasilitas atau sistem kesehatan. Informasi-informasi yang terdapat di
dalamnya berpusat pada penyakit, menekankan pada penyakit umum, keluhan, dan
berbagai pengobatan alternatif. Informasi tentang obat-obatan biasanya terbatas pada
kekuatan obat, dosis, dan durasi. Kebanyakan pedoman menunjukkan pengobatan
pilihan pertama berdasarkan kriteria diagnosis untuk memulai pengobatan atau

11
memilih obat alternatif. Perbedaan utama antara formularium dan pedoman
pengobatan adalah lebih membahas obatdan informasi obat, biasanya tidak
memberikan perbandingan antar obat, lebih menjurus pada penjelasan penyakit, daftar
alternative pengobatan, tindakan pilihan (Management Sciences for Health, 2012).
3. Daftar Obat-Obat Esensial di Indonesia
Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 312/Menkes/SK/IX/2013 tentang Daftar Obat
Esensial Nasional 2013, penerapan konsep obat esensial dilakukan melalui DOEN,
Pedoman Pengobatan, Formularium Rumah Sakit, Daftar obat terbatas lain dan
Informatorium Obat Nasional Indonesia yang merupakan komponen saling terkait
untuk mencapai peningkatan ketersediaan dan suplai obat serta kerasionalan
penggunaan obat.

a. Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)

Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) merupakan daftar yang berisikan


obat terpilih yang paling dibutuhkan dan diupayakan tersedia di unit pelayanan
kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatnya. DOEN merupakan standar nasional
minimal untuk pelayanan kesehatan.

Penerapan DOEN dimaksudkan untuk meningkatkan ketepatan, keamanan,


kerasionalan penggunaan dan pengelolaan obat yang sekaligus meningkatkan daya
guna dan hasil guna biaya yang tersedia sebagai salah satu langkah untuk
memperluas, memeratakan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Penerapan DOEN harus dilaksanakan secara konsisten dan terus
menerus di semua unit pelayanan kesehatan.

Bentuk sediaan dan kekuatan sediaan yang tercantum dalam DOEN adalah
mengikat. Besar kemasan yang diadakan untuk masing-masing unit pelayanan
kesehatan didasarkan pada efisiensi pengadaan dan distribusinya dikaitkan dengan
penggunaan.

b. Pedoman Pengobatan

Pedoman Pengobatan disusun secara sistematik untuk membantu dokter


dalam menegakkan diagnosis dan pengobatan yang optimal untuk suatu penyakit
tertentu. Pedoman Pengobatan disusun untuk setiap tingkat unit pelayanan
kesehatan, seperti Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas dan Pedoman

12
Diagnosis dan Terapi di Rumah Sakit. Pedoman Pengobatan memuat informasi
penyakit, terutama penyakit yang umum terjadi dan keluhan-keluhannya serta
informasi tentang obatnya meliputi kekuatan, dosis dan lama pengobatan.
c. Formularium Rumah Sakit

Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati beserta


informasinya yang harus diterapkan di rumah sakit. Formularium Rumah Sakit
disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)/ Komite Farmasi dan Terapi (KFT)
rumah sakit berdasarkan DOEN dan disempurnakan dengan mempertimbangkan
obat lain yang terbukti secara ilmiah dibutuhkan untuk pelayanan di rumah sakit
tersebut. Penyusunan Formularium Rumah Sakit juga mengacu pada pedoman
pengobatan yang berlaku. Penerapan Formularium Rumah Sakit harus selalu
dipantau. Hasil pemantauan dipakai untuk pelaksanaan evaluasi dan revisi agar
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran.

d. Formularium Spesialistik

Formularium Spesialistik merupakan suatu buku yang berisi informasi


lengkap obat-obat yang paling dibutuhkan oleh dokter spesialis bidang tertentu,
untuk pengelolaan pasien dengan indikasi penyakit tertentu.

Formularium Spesialistik disusun untuk meningkatkan ketaatan para dokter


spesialis rumah sakit terhadap Formularium Rumah Sakit yang selama ini masih
sangat rendah. Bidang spesialisasi tertentu bisa saja mempunyai banyak
subspesialisasi, misalnya bidang spesialisasi Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan, merupakan bidang spesialisasi yang mempunyai banyak
subspesialisasi, sehingga dapat disusun daftar obat esensial khusus untuk Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Penyusunan Formularium Spesialistik
melibatkan baik asosiasi profesi dokter spesialis terkait maupun masing-masing
subspesialisasinya. Dengan keikutsertaan serta peran aktif para spesialis
diharapkan para spesialis tersebut merasa memiliki sehingga penggunaan obat
rasional dapat diterapkan dengan baik.

e. Informatorium Obat Nasional Indonesia

Informatorium Obat Nasional Indonesia berisi informasi obat yang beredar


dan disajikan secara ringkas dan sangat relevan dengan kebutuhan dokter, apoteker

13
dan tenaga kesehatan lainnya. Informatorium Obat Nasional Indonesia diterbitkan
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk menjamin objektivitas,
kelengkapan dan tidak menyesatkan. Informasi obat yang disajikan meliputi
indikasi, efek samping, dosis, cara penggunaan dan informasi lain yang penting
bagi penderita. Pengembangan Informatorium Obat Nasional Indonesia dilakukan
berdasarkan bukti yang didukung secara ilmiah yang berkaitan dengan
kemanfaatan dan penggunaan obat.

2.5 Pengembangan Daftar Obat-Obatan, Formularium, dan Pedoman Pengobatan

Daftar obat esensial, formularium, dan pedoman pengobatan saling bergantung dan
harus dikembangkan secara sistematis. Pendekatan yang paling logis adalah berdasarkan
kebutuhan pasien dan tugas masing-masing pekerjaan dari petugas kesehatan. Langkah
pertama adalah mempersiapkan daftar umum masalah kesehatan. Obat pilihan pertama untuk
setiap masalah kesehatan pada daftar mungkin terbatas yaitu satu atau lebih obat obatan atau
berbagai bentuk terapi tanpa obat, pada pilihan ini pengobatan dapat menjadi dasar untuk dua
tujuan penting, yang pertama, obat-obatan esensial untuk tingkat perawatan/ pengobatan
tertentu dan satu kelompok pedoman pengobatan untuk tingkat pengobatan yang
membutuhkan informasi klinis (tanda-tanda diagnostik, gejala, dan algoritma terapi).
Pendekatan ini diperlukan pada perawatan kesehatan tingkat primer. Jumlah penyakit dan
kondisi mungkin terlalu banyak atau terlalu rumit untuk menjadi acuan di rumah sakit. Daftar
obat esensial untuk setiap tingkat perawatan harus digabungkan menjadi satu daftar obat
esensial nasional. Daftar ini adalah dasar untuk mengembangkan formularium nasional
(Management Sciences for Health, 2012).

2.6 Sistem Klasifikasi Terapi


Berdasarkan Permenkes Nomor 58 tahun 2014 tentang standar pelayanan farmasi di
rumah sakit, pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
ini berdasarkan:

1. formularium dan standar pengobatan/ pedoman diagnosa dan terapi


2. standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
telah ditetapkan
3. pola penyakit
4. efektifitas dan keamanan

14
5. pengobatan berbasis bukti
6. mutu
7. harga
8. ketersediaan di pasaran

Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium Nasional.


Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis, disusun oleh
Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit. formularium
rumah sakit harus tersedia untuk semua penulis resep, pemberi obat, dan penyedia obat di
rumah sakit. evaluasi terhadap formularium rumah sakit harus secara rutin dan dilakukan
revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan rumah sakit. Penyusunan dan revisi Formularium
Rumah Sakit dikembangkan berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari
penggunaan Obat agar dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat
memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional.

Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit:

1. membuat rekapitulasi usulan Obat dari masing-masing Staf Medik Fungsional (SMF)
berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan medik
2. mengelompokkan usulan Obat berdasarkan kelas terapi
3. membahas usulan tersebut dalam rapat Tim Farmasi dan Terapi (TFT), jika
diperlukan dapat meminta masukan dari pakar
4. mengembalikan rancangan hasil pembahasan Tim Farmasi dan Terapi (TFT),
dikembalikan ke masing-masing SMF untuk mendapatkan umpan balik
5. membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF
6. menetapkan daftar Obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit
7. menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi
8. melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf dan melakukan
monitoring.

Kriteria pemilihan Obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit:

1. mengutamakan penggunaan Obat generik;


2. memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan
penderita;
3. mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas

15
4. praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
5. praktis dalam penggunaan dan penyerahan
6. menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien
7. memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya
langsung dan tidak lansung
8. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based
medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau.
Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadap formularium Rumah Sakit, maka
Rumah Sakit harus mempunyai kebijakan terkait dengan penambahan atau pengurangan Obat
dalam Formularium Rumah Sakit dengan mempertimbangkan indikasi penggunaaan,
efektivitas, risiko, dan biaya.

2.7 Faktor Kunci dalam Keberhasilan Mengembangkan dan Melaksanakan Program


Obat Esensial

Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan dalam mengembangkan dan


melaksanakan program obat esensial di antaranya:

 Transparansi dalam membuat dan memperbarui daftar obat-obat esensial, penggantian


obat dengan proses ilmiah berbasis bukti.
 Menyertakan daftar obat esensial untuk pedoman klinis untuk diagnosis dan pengobatan
yang melibatkan dokter, dokter spesialis, dan penyedia layanan kesehatan primer.
 Adanya dukungan dari orang-orang yang lebih berpengalaman, dokter, organisasi
profesi, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat.
 Membuat daftar obat esensial, formularium manual, dan standar pedoman pengobatan
yang banyak tersedia di tempat layanan kesehatan.
 Apabila terdapat daftar obat baru atau revisi hendaklah melibatkan orang-orang yang
lebih berpengalaman, seperti menteri kesehatan, ataupun liputan pers intensif.
 Memperbarui daftar obat sehingga mencerminkan kemajuan terapi dan perubahan biaya,
pola resistensi antimikroba, dan masyarakat. (Management Sciences for Health, 2012)

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Obat esensial adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan,
mencakup upaya diagnosis, profilaksis, terapi dan rehabilitasi, yang diupayakan tersedia di
fasilitas kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatnya.
2. Daftar nama obat-obat esensial menjadi pilihan pengobatan yang optimal untuk
memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan pada populasi tertentu,
3. Pertimbangan pemilihan obat didasarkan pada efikasi, kemanan, dan kualitas.
4. Seleksi obat hendaknya menggunakan daftar obat-obat esensial, formularium, dan
pedoman pengobatan

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/40597788/MAKALAH_MANFAR_Eldesi_Desy_belinda

18

Anda mungkin juga menyukai