Makalah Penyediaan Obat Essensial - Priscilia
Makalah Penyediaan Obat Essensial - Priscilia
Di Susun Oleh:
Nim : 1901023
Kelas : Keperawatan IV A
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya
kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Makalah
Penyediaan Obat-obat Essensial” untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan
Keluarga.
DAFTAR ISI
Kata pengantar.........................................................................................................................2
2
Daftar isi....................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
BAB II ISI.................................................................................................................................5
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................19
Daftar pustaka........................................................................................................................20
BAB I
3
PENDAHULUAN
Pengelolaan obat merupakan salah satu segi manajemen rumah sakit yang sangat penting
dan saling terkait yang dimulai pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi
yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan kefarmasian dalam penyediaan pelayanan kesehatan
secarakeseluruhan, karena ketidakefisienan dan ketidaklancaran pengelolaan obat akan
member dampak negatif terhadap rumah sakit, baik secara medik, sosial maupun secara
ekonomi (Malinggas et al, 2015). Pengelolaan obat yang kurang baik akan mengakibatkan
persediaan obat mengalami stagnant (kelebihan persediaan obat) dan stockout (kekurangan
atau kekosongan persediaan obat). Obat yang mengalami stagnant memiliki risiko kadaluarsa
dan kerusakan bila tidak disimpan dengan baik. Obat yang stagnant dan stockout akan
berdampak terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas.Pada dasarnya, manajemen obat di
rumah sakit adalah bagaimana cara mengelola tahap-tahap kegiatan tersebut agar dapat
berjalan dengan baik dan saling mengisi sehingga dapat tercapai tujuan pengelolaan obat
yang efektif dan efisien agar obat yang diperlukan selalu tersedia setiap saat dibutuhkan
dalam jumlah cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan.
4
1. Apa dan bagaimana konsep obat esensial?
2. Bagaimana kriteria pemilihan obat yang baik?
3. Apa yang dimaksud dengan International Nonproprietary Names (INN)?
4. Bagaimana pedoman pemilihan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan rasional?
5. Pedoman apa saja yang digunakan dalam pemilihan obat?
6. Faktor utama apa saja dalam keberhasilan mengembangkan dan
melaksanakan program obat esensial?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Obat esensial adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan,
mencakup upaya diagnosis, profilaksis, terapi dan rehabilitasi, yang diupayakan tersedia di
fasilitas kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatnya (Kepmenkes, 2013). Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) telah didefinisikan obat esensial sebagai obat yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat untuk mewujudkan kesehatan masyarakat dengan konsep
pengobatan yang rasional. Dengan pengaruh dari penyakit menular seperti malaria, TBC, dan
HIV / AIDS, serta meluasnya peningkatan resistensi antimikroba, aplikasi konsep obat
esensial lebih tepat dari sebelumnya. Menggunakan dari konsep obat esensial di negara maju
5
dan negara-negara berkembang dapat bertujuan untuk penggunaan obat-obatan yang lebih
efisien dari sebelumnya dan dapat mengurangi terjadinya resistensi antimikroba
(Management Sciences for Health, 2012).
Pada tahun 2007, Organisasi Kesehatan Dunia - World Health Organization (WHO)
telah melaksanakan program Good Governance on Medicines (GGM) tahap pertama di
Indonesia dengan melakukan survey tentang proses transparansi 5 (lima) fungsi kefarmasian.
Salah satunya adalah proses seleksi DOEN, yang dari segi prospes transparansi dinilai kurang
memadai. Dari pertemuan peringatan 30th Essential Medicine List WHO di Srilanka (2007),
diberikan tekanan kembali pentingnya transparansi proses seleksi baik dari tim ahli yang
melakukan revisi, proses revisi, dan metoda revisi yang harus semakin mengandalkan
Evidence Based Medicine (EBM), dan pentingnya pernyataan bebas conflict of interest dari
para anggota tim ahli (Kepmenkes, 2013).
Ada banyak peraturan yang berbeda dalam daftar obat nasional yang digunakan.
Kriteria dalam pemilihan obat pada dasarnya sama di berbagai tempat. Untuk daftar obat
esensial nasional harus kredibel, dapat diterima semua kalangan kesehatan, dan
dipublikasikan. Kriteria dan seleksi akhir obat-obatan harus didasarkan pada diskusi bersama
dan disetujui oleh sebuah komite ahli mutidisiplin (mutidiciplinary committee of experts).
Tim spesialis dalam panitia seleksi dapat menafsirkan dan mengevaluasi keamanan obat-
obatan pada bagian keahlian mereka. Pada tabel 1 terdapat rangkuman kriteria yang
ditetapkan WHO. Kriteria WHO sering diadopsi dan dimodifikasi untuk menetapkan
kebutuhan obat-obatan pada setiap pelayanan kesehatan. Menentukan keamanan dan khasiat
dari obatdan produk tertentu harus membutuhkan informasi-informasi yang relevan, up to
6
date, literatur dan referensi yang sistematik, dan standar penjaminan kualitas (Management
Sciences for Health, 2012).
Dalam memilih obat-obatan dari segi keamanan dan khasiat yang serupa, total biaya
pengobatan harus dipertimbangkan, misalnya ampisilin mungkin lebih murah daripada
amoksilin dalam perbandingan tablet ke tablet, tetapi lebih mahal untuk hasil terapeutik
perbandingan. Pengambilan keputusan menjadi lebih sulit ketika obat-obatan mahal memiliki
efek terapeutik yang efektif, seperti dalam kasus antibakteri tertentu, antituberkulosis, atau
obat-obatan antimalaria untuk organism yang resisten. Dalam kasus tersebut sebenarnya
biaya pengobatan bisa lebih rendah untuk obat-obatan yang mahal dengan perbandingan
tablet-to-tablet (dose-to-dose). Dengan demikian, meskipun semua kriteria seleksi obat
terpenuhi, sebelum diskusi hendaknya komite pemilihan obat harus meninjau dan berdiskusi
mengenai kriteria seleksi berbasis bukti dan kualitas untuk mendukung pilihan (Management
Sciences for Health, 2012).
7
4) Mudah diperoleh
5) Obat yang telah dikenal.
f. Obat jadi kombinasi tetap, harus memenuhi kriteria berikut:
1) Obat hanya bermanfaat bagi penderita dalam bentuk kombinasi tetap
2) Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan keamanan yang lebih tinggi
daripada masing-masing komponen
3) Perbandingan dosis komponen kombinasi tetap merupakan perbandingan yang tepat
untuk sebagian besar penderita yang memerlukan kombinasi tersebut
4) Kombinasi tetap harus meningkatkan rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio)
5) Untuk antibiotik kombinasi tetap harus dapat mencegah atau mengurangi terjadinya
resistensi dan efek merugikan lainnya.
a. Dalam hal penambahan obat baru perlu dipertimbangkan untuk menghapus obat dengan
indikasi yang sama yang tidak lagi merupakan pilihan, kecuali ada alasan kuat untuk
mempertahankannya.
b. Obat program diusulkan oleh pengelola program dan akan dinilai sesuai kriteria
pemilihan obat esensial.
c. Dalam pelaksanaan revisi seluruh obat yang ada dalam DOEN edisi sebelumnya dikaji
oleh Komite Nasional (Komnas) Penyusunan DOEN, hal ini memungkinkan untuk
mengeluarkan obat-obat yang dianggap sudah tidak efektif lagi atau sudah ada
pengganti yang lebih baik.
d. Untuk obat yang sulit diperoleh di pasaran, tetapi esensial, maka akan tetap
dicantumkan dalam DOEN. Selanjutnya diupayakan Pemerintah untuk menjamin
ketersediaannya.
e. Obat yang baru diusulkan harus memiliki bukti ilmiah terkini (evidence based
medicine), telah jelas efikasi dan keamanan, serta keterjangkauan harganya. Dalam hal
ini obat yang telah tersedia dalam nama generik menjadi prioritas pemilihan.
Tingkat pembuktian dan rekomendasi diambil dari US Agency for Health Care Policy and
Research, sebagai berikut:
8
Ia Fakta diperoleh dari meta analisis uji klinik acak dengan kontrol.
Ib Fakta diperoleh dari sekurang-kurangnya satu uji klinik acak dengan kontrol.
IIa Fakta diperoleh dari sekurang-kurangnya satu studi dengan kontrol, tanpa acak,
yang dirancang dengan baik.
IIb Fakta diperoleh dari sekurang-kurangnya satu studi quasi-eksperimental jenis lain
yang dirancang dengan baik.
III Fakta diperoleh dari studi deskriptif yang dirancang dengan baik, seperti studi
komparatif, studi korelasi, dan studi kasus.
IV Fakta yang diperoleh dari laporan atau opini Komite Ahli dan/atau pengalaman
klinik dari pakar yang disegani.
9
1. Nama generik lebih informatif daripada nama obat bermerk dan berasal dari berbagai
supplier.
2. Produk obat generik lebih murah daripada obat bermerk (paten).
3. Resep obat generik memudahkan penggantian produk.
Mengenai kejelasan, nama generik dapat membantu mengidentifikasi kelas/ golongan
obat, contohnya semua nama benzodiazepines dengan akhiran –zepam (diazepam,
temazepam, nitrazepam) dan golongan beta bloker dengan akhiran –olol (propranolol,
atenolol, metoprolol. Mengenai harga, harga obat generik dijual lebih murah dari pada obat
bermerk, oleh karena itu penggunaan nama generik memperkenalkan unsur persaingan harga.
Konsep substitusi generik diterima di beberapa Negara dan mengalami peningkatan: bahkan
jika resep tersebut dibuat pada obat bermerk, apoteker dapat mengganti dengan generik
kecuali penulis resep secara khusus menunjukkan bahwa obat tersebut tidak boleh diganti,
dengan menulis "jangan mengganti" pada resep. Hal ini dapat menyebabkan penghematan
besar di farmasi biaya. Ada beberapa perdebatan tentang kualitas obat generik dan obat
bermerk. Kontrol kualitas dan nama obat menjadi kasus tersendiri. Obat generik dari supplier
terpercaya bersifat aman, efektif, dan obat berkualitas tinggi dengan nama merk terkenal
(Management Sciences for Health, 2012).
10
Services yang berisi beberapa laksatif, jika pasien menginginkan obat dengan merek lain
maka pasien tersebut bisa menjual tetapi tanpa penukaran pembayaran. Pada gambar 1
terdapat ilustrasi hubungan antara daftar obat yang teregistrasi dan obat yang terdaftar
padadaftar obat-obat esensial (Management Sciences for Health, 2012).
1. Formularium
Formularium adalah sebuah daftar sediaan-sediaan farmasi yang disetujui
untuk digunakan di fasilitas kesehatan tertentu, seperti formularium nasional, daftar
obat-obatan provinsi, daftar obat-obat rumah sakit, atau daftar obat dari program
asuransi kesehatan. Pada pusat pelayanan kesehatan di beberapa Negara, formularium
hampir sama dengan daftar obat-obat esensial. Formularium berisi ringkasan
informasi obat, tidak seperti buku pembahasan lengkap suatu obat pada saat
pemasaran. Banyak referensi yang relevan yang dapat digunakan untuk dokter,
apoteker, perawat, atau tenaga kesehatan lain (Management Sciences for Health,
2012).
Formularium biasanya berisi nama obat generik, indikasi, dosis pemakaian,
kontraindikasi, dan informasi-informasi penting yang dapat diberikan kepada pasien.
Di dalam formularium juga terdapat monografi di setiap obat atau kelompok terapi.
Beberapa formularium terkadang berisi pendapat evaluatif dan perbandingan obat.
Beberapa formularium nasional terdapat rekomendasi penggantian obat pada suatu
terapi, misalnya pada daftar obat resmi Panama terdapat tiga obat pengganti, yaitu
astemizol, setirizin, hidroklorida, dan lorantadin pada kelompok nonsedating
antihistamin. Beberapa formularium juga berisi perbandngan harga yang dapat
mengarahkan penulis resep dalam merekomendasikan obat (Management Sciences for
Health, 2012).
2. Pedoman pengobatan
Pedoman pengobatan (Standard Treatment Guidelines [STGs], protokol pengobatan,
pedoman klinis) yang sistematis yang dapat membantu menulis resep dalam
mengambil keputusan pengobatan yang rasional untuk masalah klinis yang spesifik.
Pedoman ini biasanya memperlihatkan konsensus pada pilihan pengobatan yang
optimal dalam fasilitas atau sistem kesehatan. Informasi-informasi yang terdapat di
dalamnya berpusat pada penyakit, menekankan pada penyakit umum, keluhan, dan
berbagai pengobatan alternatif. Informasi tentang obat-obatan biasanya terbatas pada
kekuatan obat, dosis, dan durasi. Kebanyakan pedoman menunjukkan pengobatan
pilihan pertama berdasarkan kriteria diagnosis untuk memulai pengobatan atau
11
memilih obat alternatif. Perbedaan utama antara formularium dan pedoman
pengobatan adalah lebih membahas obatdan informasi obat, biasanya tidak
memberikan perbandingan antar obat, lebih menjurus pada penjelasan penyakit, daftar
alternative pengobatan, tindakan pilihan (Management Sciences for Health, 2012).
3. Daftar Obat-Obat Esensial di Indonesia
Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 312/Menkes/SK/IX/2013 tentang Daftar Obat
Esensial Nasional 2013, penerapan konsep obat esensial dilakukan melalui DOEN,
Pedoman Pengobatan, Formularium Rumah Sakit, Daftar obat terbatas lain dan
Informatorium Obat Nasional Indonesia yang merupakan komponen saling terkait
untuk mencapai peningkatan ketersediaan dan suplai obat serta kerasionalan
penggunaan obat.
Bentuk sediaan dan kekuatan sediaan yang tercantum dalam DOEN adalah
mengikat. Besar kemasan yang diadakan untuk masing-masing unit pelayanan
kesehatan didasarkan pada efisiensi pengadaan dan distribusinya dikaitkan dengan
penggunaan.
b. Pedoman Pengobatan
12
Diagnosis dan Terapi di Rumah Sakit. Pedoman Pengobatan memuat informasi
penyakit, terutama penyakit yang umum terjadi dan keluhan-keluhannya serta
informasi tentang obatnya meliputi kekuatan, dosis dan lama pengobatan.
c. Formularium Rumah Sakit
d. Formularium Spesialistik
13
dan tenaga kesehatan lainnya. Informatorium Obat Nasional Indonesia diterbitkan
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk menjamin objektivitas,
kelengkapan dan tidak menyesatkan. Informasi obat yang disajikan meliputi
indikasi, efek samping, dosis, cara penggunaan dan informasi lain yang penting
bagi penderita. Pengembangan Informatorium Obat Nasional Indonesia dilakukan
berdasarkan bukti yang didukung secara ilmiah yang berkaitan dengan
kemanfaatan dan penggunaan obat.
Daftar obat esensial, formularium, dan pedoman pengobatan saling bergantung dan
harus dikembangkan secara sistematis. Pendekatan yang paling logis adalah berdasarkan
kebutuhan pasien dan tugas masing-masing pekerjaan dari petugas kesehatan. Langkah
pertama adalah mempersiapkan daftar umum masalah kesehatan. Obat pilihan pertama untuk
setiap masalah kesehatan pada daftar mungkin terbatas yaitu satu atau lebih obat obatan atau
berbagai bentuk terapi tanpa obat, pada pilihan ini pengobatan dapat menjadi dasar untuk dua
tujuan penting, yang pertama, obat-obatan esensial untuk tingkat perawatan/ pengobatan
tertentu dan satu kelompok pedoman pengobatan untuk tingkat pengobatan yang
membutuhkan informasi klinis (tanda-tanda diagnostik, gejala, dan algoritma terapi).
Pendekatan ini diperlukan pada perawatan kesehatan tingkat primer. Jumlah penyakit dan
kondisi mungkin terlalu banyak atau terlalu rumit untuk menjadi acuan di rumah sakit. Daftar
obat esensial untuk setiap tingkat perawatan harus digabungkan menjadi satu daftar obat
esensial nasional. Daftar ini adalah dasar untuk mengembangkan formularium nasional
(Management Sciences for Health, 2012).
14
5. pengobatan berbasis bukti
6. mutu
7. harga
8. ketersediaan di pasaran
1. membuat rekapitulasi usulan Obat dari masing-masing Staf Medik Fungsional (SMF)
berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan medik
2. mengelompokkan usulan Obat berdasarkan kelas terapi
3. membahas usulan tersebut dalam rapat Tim Farmasi dan Terapi (TFT), jika
diperlukan dapat meminta masukan dari pakar
4. mengembalikan rancangan hasil pembahasan Tim Farmasi dan Terapi (TFT),
dikembalikan ke masing-masing SMF untuk mendapatkan umpan balik
5. membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF
6. menetapkan daftar Obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit
7. menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi
8. melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf dan melakukan
monitoring.
15
4. praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
5. praktis dalam penggunaan dan penyerahan
6. menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien
7. memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya
langsung dan tidak lansung
8. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based
medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau.
Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadap formularium Rumah Sakit, maka
Rumah Sakit harus mempunyai kebijakan terkait dengan penambahan atau pengurangan Obat
dalam Formularium Rumah Sakit dengan mempertimbangkan indikasi penggunaaan,
efektivitas, risiko, dan biaya.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Obat esensial adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan,
mencakup upaya diagnosis, profilaksis, terapi dan rehabilitasi, yang diupayakan tersedia di
fasilitas kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatnya.
2. Daftar nama obat-obat esensial menjadi pilihan pengobatan yang optimal untuk
memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan pada populasi tertentu,
3. Pertimbangan pemilihan obat didasarkan pada efikasi, kemanan, dan kualitas.
4. Seleksi obat hendaknya menggunakan daftar obat-obat esensial, formularium, dan
pedoman pengobatan
17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/40597788/MAKALAH_MANFAR_Eldesi_Desy_belinda
18