Anda di halaman 1dari 6

Nama : Sarah Nurul Fadillah Asisten Praktikum :

NRP : G34170061 1. Lailatul Saadah G34160018


Kel / Lab : 7/ Lab Bio 2 2. M. Sholeh Kurnianto G34160028
Hari, tanggal : Selasa, 7 April 2020 3. Nova Hilery T G43160111

METODE KUADRAT

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan dataran rendah merupakan salah satu ekosistem hutan alami yang ada di
Indonesia yang terletak pada ketinggian 0 – 1000 meter dari permukaan laut. Hutan
dataran rendah ditandai dengan ada banyaknya tumbuhan pemanjat pohon, pohon
berbanir besar dan pohon dengan batang tinggi bulat dengan kulit yang halus
(Asrianny et al. 2019). Hutan tropis dataran rendah merupakan area hutan dengan
sebagian pohon berukuran besar dan kebanyakan memiliki nilai ekonomis yang
tinggi. Hutan hujan tropis juga memiliki tanah yang relatif subur, sehingga sering
di konversi menadi area perkebunan dan pertanian. Hutan tropis dataran rendah
memiliki tingkat luas tutupan yang cukup tinggi (Suwardi et al. 2013).

Hutan dataran rendah pada umumnya banyak terdapat pohon anggota


Dipterocarpaceae, sehingga hutan dataran rendah dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu hutan dataran rendah Dipterocarpaceae yang didominasi oleh genus
Shorea, Dipterocarpus, Dryobalonops, Cotylelobium dan Hopea, dan hutan dataran
rendah Non-Dipterocarpaceae yang di dominasi oleh genus Anisoptera, Hopea,
Shorea, dan Vatica (Soerianegara dan Indrawan 2006). Hutan dataran remdah
Diptocarpaceae tersebar di wilayah Indonesia bagian barat khususnya di pulau
kalimantan dan Sumatera, serta Malaysia, Brunei, dan Filipina, sedangkan hutan
dataran rendah Non-Dipterocarpaceae ditemukan di wilayah Indonesia bagian
timur yaitu Sulawesi, Maluku, BaliLombok, dan Papua-Nugini (Purwaningsih
2004).

Tujuan

Praktikum ini bertujuan mengetahui komposisi jenis, peranan, penyebaran dan


struktur dari suatu tipe vegetasi yang diamati.
METODE

Areal tipe vegetasi Luas petak contoh dengan


ditentukan menggunakan kurva
spesies area ditentukan

KM, KR, FM, dan FR Setiap jenis individu dalam


ditentukan untuk setiap 1 petak contoh dicatat
individu

INP dari tiap individu


ditentukan

HASIL PENGAMATAN

Gambar 1 Ilustrasi lahan dan plot sampel yang digunakan


Tabel 1 Data pengamatan jenis tanaman
Plot Ke-
I II III IV V

Penutupan

Penutupan

Penutupan

Penutupan

Penutupan
Nama Spesies

Individu

Individu

Individu

Individu

Individu
Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah
%

%
Paratocarpus 3 15 3 15 0 0 0 0 5 30
venenosa
Adinandra 3 6 4 5 1 2 0 0 2 4
dumosa
Prismatomeris 3 10 6 8 8 15 5 10 4 11
malayana
Syzygium 0 0 0 0 3 35 6 53 0 0
attenuatum
Syzygium 0 0 2 6 0 0 0 0 0 0
acuminatissimum
Rhodamania 4 8 6 10 3 5 5 3 3 7
cinerea
Symplocos 1 3 0 0 1 5 2 5 1 3
fasciculate
Oroxylum 1 2 2 3 1 2 3 1 4 5
indicum
Ilex cymosa 3 6 3 15 0 0 0 0 5 15
Callophylum 1 7 1 5 1 3 1 2 0 0
wallichianum
Aporosa 0 0 0 0 0 0 1 1 2 1
microcalyx
Guioa pubescens 3 1 1 1 0 0 0 0 0 0
Tristania 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0
sumatrana
Adinandra 1 5 1 9 1 5 1 3 2 6
dumosa
Eugenia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
lepidocarpa

Plot Ke-
VI VII VIII IX
Penutupan

Penutupan

Penutupan

Penutupan
Individu

Individu

Individu

Individu

Nama Spesies
Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah
%

Paratocarpus venenosa 3 15 1 10 0 0 0 0
Adinandra dumosa 3 7 0 0 0 0 6 13
Prismatomeris malayana 7 10 9 15 8 5 5 11
Syzygium attenuatum 0 0 0 0 0 0 0 0
Syzygium acuminatissimum 3 10 1 5 2 15 0 0
Rhodamania cinerea 4 25 6 10 6 15 3 5
Symplocos fasciculate 0 0 1 5 0 0 1 7
Oroxylum indicum 0 0 0 0 0 0 1 3
Ilex cymosa 3 15 1 10 0 0 0 0
Callophylum wallichianum 0 0 0 0 0 0 0 0
Aporosa microcalyx 1 1 1 1 1 1 1 1
Guioa pubescens 1 1 1 1 1 1 1 1
Tristania sumatrana 2 1 0 0 1 1 0 0
Adinandra dumosa 0 0 1 15 1 10 0 0
Eugenia lepidocarpa 0 0 0 0 1 10 2 15

Tabel 2 Hasil pengolahan data


Kerapatan Frekuensi Dominasi
Individu

Tutupan
Jumlah

Jumlah
Petak

(%)
Nama Spesies KR FR DR INP
KM FM DM
(%) (%) (%)
Paratocarpus
15 5 85 0.02 7.01 0.56 6.25 85.00 13.20 26.46
venenosa
Adinandra
19 6 37 0.02 8.88 0.67 7.50 37.00 5.75 22.12
dumosa
Prismatomeris
55 9 95 0.06 25.70 1.00 11.25 95.00 14.75 51.70
malayana
Syzygium
9 2 88 0.01 4.21 0.22 2.50 88.00 13.66 20.37
attenuatum
Syzygium
acuminatissim 8 4 36 0.01 3.74 0.44 5.00 36.00 5.59 14.33
um
Rhodamania
40 9 88 0.04 18.69 1.00 11.25 88.00 13.66 43.61
cinerea
Symplocos
7 6 28 0.01 3.27 0.67 7.50 28.00 4.35 15.12
fasciculate
Oroxylum
12 6 16 0.01 5.61 0.67 7.50 16.00 2.48 15.59
indicum
Ilex cymosa 15 5 61 0.02 7.01 0.56 6.25 61.00 9.47 22.73
Callophylum
4 4 17 0.00 1.87 0.44 5.00 17.00 2.64 9.51
wallichianum
Aporosa
7 6 6 0.01 3.27 0.67 7.50 6.00 0.93 11.70
microcalyx
Guioa
8 6 6 0.01 3.74 0.67 7.50 6.00 0.93 12.17
pubescens
Tristania
4 3 3 0.00 1.87 0.33 3.75 3.00 0.47 6.08
sumatrana
Adinandra
8 7 53 0.01 3.74 0.78 8.75 53.00 8.23 20.72
dumosa
Eugenia
3 2 25 0.00 1.40 0.22 2.50 25.00 3.88 7.78
lepidocarpa
TOTAL 214 80 644 0.24 100 8.89 100 644 100 300
Contoh Perhitungan jenis Guioa pubescens :

Kerapatan Mutlak : jumlah individu / Jumlah total areal penarikan contoh


: 8/900
: 0.01
Kerapatan Relatif : (KM / total KM) X 100%
: (0.01 / 0.24) x 100 %
: 3.74 %
Frekuensi Mutlak : jumlah petak contoh yang diduduk jenis / total petak yang digunakan
:6/9
: 0.67
Frekuensi Relatif : (FM/ total FM) x 100%
: (0.67 / 8.89) x 100%
: 7.50 %
Dominasi Mutlak : Jumlah Penutupan
:0+0+0+1+1+1+1+1+1=6
Dominasi Relatif : (DM / Total DM) x 100 %
: (6 / 644) x 100 %
: 0.93 %
Indeks Nilai Penting : KR + FR + DR
: 3.74 + 7.50 + 0.93 = 12.17

PEMBAHASAN

Hasil pengataman jenis tanaman pada area ditemuka sebanyak 214 individu
yang terdiri dari 15 jenis. Komposisi jenis vegetasi pada lokasi penelitian yang
meliputi kerapatan relatif, frekuensi relatif, dominansi relatif dan indeks nilai
penting dilihat pada tabel 2. Prismatomeris malayana memiliki nilai KR dan FR lebih
tinggi dari yang lainnya, sehingga memiliki nilai INP yang tinggi pula. Tingginya nilai INP
suatu jenis disebabkan oleh kerapatan yang besar dan frekuensi yang merata pada seluruh
areal. Pada tingkat tiang dan pohon, besarnya diameter batang juga sangat berpengaruh
terhadap besarnya nilai indeks penting. Kusmana dan Susanti (2015), menjelaskan bahwa
dominannya suatu jenis tumbuhan disebabkan oleh kemampuannya yang lebih baik dalam
memanfaatkan sumberdaya yang ada dibandingkan dengan jenis-jenis yang lain.
Berdasarkan nilai kerapatan dapat dinyatakan bahwa kondisi hutan tropis dataran rendah
yang diamati memiliki nilai kerapatan yang dengan denga total luas area 900 m2, dengan
nilai frekuensi dan dominasi yang tinggi.

KESIMPULAN

Metode kuadrat dapat menentukan komposisi jenis dan struktur vegetasi


dari hutan tropis dataran rendah. Tanaman yang paling baik mendominasi ialah
tanaman yang berhasil memanfaatkan segala sumber daya.

DAFTAR PUSTAKA

Asrianny, Paweka CB, Achmad A, Oka NP, Achmad NS. 2019. Komposisi jenis
dan struktur vegetasi hutan dataran rendah di komplek Gunung
Bulusaraung Sulawesi Selatan. Jurnal Perennial. (15) 1 : 32-41
Kusmana C dan Susanti S. 2015. Komposisi dan struktur tegakan hutan alam di
Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi. Jurnal Silvikultur Tropika.
5(3): 210-217.
Purwaningsih. 2004. Sebaran Ekologi Jenis-jenis Dipterocarpaceae di Indonesia.
Biodiversitas. 5 (2) : 89-95.
Soerianegara I dan Indrawan A. 2006. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor (ID) :
Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan,Institut Pertanian
Bogor.
Suwardi AB, Mukhtar E, Syamsuardi. 2013. Komposisi jenis dan cadangan
karbon di Hutan Tropis Dataran Rendah, Ulu Gadut, Sumatera Barat.
Berita Biologi. (12) 2 : 169-176

Anda mungkin juga menyukai