Anda di halaman 1dari 3

Andi Nur Rizqi Ramadhani Syam

R011191015

Ilmu Keperawatan

Pilar Utama Tegaknya Negara Hukum

1. Supremasi Hukum

Negara dapat dikatakan sebagai negara hukum apabila superioritas hukum telah
dijadikan sebagai aturan main dalam penyelenggaraaan pemerintahan negara,
terutama dalam memelihara ketertiban dan perlindungan terhadap hak-hak warganya.
Dalam negara hukum, rakyat tidak lagi diperintah oleh seorang raja, tetapi diperintah
berdasarkan hukum yang merupakan isyarat bagi negara hukum mutlak adanya
penghormatan terhadap supremasi hukum. Supremasi hukum merupakan upaya untuk
menegakkan dan menempatkan hukum pada posisi tertinggi yang dapat melindungi
seluruh lapisan masyarakat tanpa adanya intervensi oleh dan dari pihak manapun
termasuk oleh penyelenggara negara.

2. Persamaan dalam Hukum

Equality before the law memiliki arti bahwa semua orang sama di depan hukum.
Persamaan dihadapan hukum atau equality before the law adalah salah satu asas
terpenting dalam hukum modern. Asas ini menjadi salah satu sendi doktrin Rule of
Law yang juga menyebar pada negara-negara berkembang seperti Indonesia. asas
persamaan dihadapan hukum bergerak dalam payung hukum yang berlaku umum
(general) dan tunggal. Ketunggalan hukum itu menjadi satu wajah utuh diantara
dimensi sosial lain (misalkan terhadap ekonomi dan sosial). UUD 1945 secara tegas
telah memberikan jaminan bahwa “segala warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya Pasal 27 ayat (1). Pasal ini memberikan makna bahwa
setiap warga negara tanpa harus melihat apakah dia penduduk asli atau bukan, berasal
dari golongan terdidik atau rakyat jelata yang buta huruf, golongan menengah ke atas
atau kaum  yang bergumul dengan kemiskinan harus dilayani sama di depan hukum.
3. Asas Legalitas

Asas Legalitas (Due Process of Law), yaitu segala tindakan pemerintah harus
didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang sah dan tertulis. Peraturan
perundang-undangan tertulis tersebut harus ada dan berlaku lebih dulu atau
mendahului tindakan atau perbuatan yang dilakukan.

4. Pembatasan Kekuasaan

Salah satu ciri negara hukum, yang disebut the rule of law atau dalam bahasa Belanda
dan Jerman disebut rechtsstaat, adalah adanya ciri pembatasan kekuasaan dalam
penyelenggaraan kekuasaan negara. Pembatasan itu dilakukan dengan hukum yang
kemudian menjadi ide dasar paham konstitusionalisme modern. Oleh karena itu,
konsep negara hukum juga disebut sebagai negara konstitusional atau constitutional
state, yaitu negara yang dibatasi oleh konstitusi. Dalam gagasan yang sama, gagasan
negara demokrasi atau kedaulatan rakyat disebut pula dengan istilah constitutional
democracy yang dihubungkan dengan pengertian negara demokrasi yang berdasarkan
atas hukum. Setiap kekuasaan pasti memiliki kecenderungan untuk berkembang
menjadi sewenang-wenang, karena itu kekuasaan selalu harus dibatasi dengan cara
memisah-misahkan kekuasaan ke dalam cabang-cabang yang bersifat checks and
balances dalam kedudukan yang sederajat dan saling mengimbangi dan
mengendalikan satu sama lain.

5. Organ – organ Eksekutif Independen

Independensi lembaga atau organ-organ dianggap penting untuk menjamin


demokrasi, karena fungsinya dapat disalahgunakan oleh pemerintah untuk
melanggengkan kekuasaannya. Misalnya, tentara harus independen agar fungsinya
sebagai pemegang senjata tidak disalahgunakan untuk menumpas aspirasi pro-
demokrasi. Dalam rangka membatasi kekuasaan eksekutif, maka lembaga dan organ-
organ yang sebelumnya berada dalam kekuasaan eksekutif sekarang berkembang
menjadi independen sehingga tidak lagi sepenuhnya merupakan hak mutlak kepala
eksekutif untuk menentukan pengangkatan dan pemberhentian pimpinannya.
6. Peradilan yang Bebas dan Tidak Memihak

Berkaitan dengan adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak (independent and
impatial judiciary) yang mutlak harus ada dalam setiap Negara Hukum. Dalam
menjalankan tugas yudisialnya, hakim tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun juga,
baik karena kepentingan jabatan (politik) maupun kepentingan uang, tidak boleh
adanya intervensi dari lingkungan kekuasaan eksekutif maupun legislatif ataupun dari
kalangan masyarakat dan media massa, dan dalam menjalankan tgasnya hakim tidak
boleh memihak kepada siapapun kecuali hanya kepada kebenaran dan keadilan,
menjalankan proses pemeriksaan secara terbuka dan dalam menjatuhkan putusannya
wajib menghayati nilai-nilai keadilan yang hidup di tengah-tengah masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai