Anda di halaman 1dari 4

alam adalah penegak hukum paling perkasa (catatan

akhir pekan)
By darpawan Leave a Komentar

Categories: Sosial

Beberapa hari yang lalu terjadi lagi bencana alam gempa bumi
di daerah Jawa Barat yang mengakibatkan korban jiwa dan
materi. Kita berduka, bersedih karena kehilangan keluarga
yang kita cintai, kehilangan harta benda yang telah kita
kumpulkan melalui kerja keras, tapi apa boleh buat, ketika
gempa itu adalah “kerja alam” yang tidak bisa kita tahan, yang
bisa kita lakukan hanya berusaha sebaik mungkin untuk
melindungi diri, menyelamatkan diri dan tetap bertahan untuk
hidup sambil membantu yang lain untuk mengurangi
penderitaannya.

Ya, apapun yang terjadi alam tetap tegak berdiri, bekerja


seperti biasa, tidak memperdulikan apa akibat yang terjadi dari
pelaksanaan kewajibannya itu. Jika ia berhenti melaksanakan
hukum alam, berarti bumi tidak hidup lagi, jika alam semesta
tidak bekerja dengan baik, Matahari malas-malasan terbit,
planet-planet keluar dari jalur rotasinya, hmmm…. kita
merinding membayangkan akibat apa yang akan terjadi.

Sungguh mengherankan manusia yang kecil ini, yang selalu


bersembunyi dibalik tempelan “mahluk paling sempurna” yang
diciptakan Tuhan, tidak malu menyombongkan diri di depan
alam, berusaha menipu alam, mengotorinya, “merampok” dan
banyak lagi.

Hukum yang dibuat Manusia untuk melindungi alam,


melindungi lingkungan belum mampu meredakan kejahatan
terhadap lingkungan. Karena apa? karena manusia gampang
disuap, karena manusia gampang diajak berkompromi, karena
manusia lemah

Jika dilihat dari sisi perkembangan kehidupan manusia di


seluruh duni, maka bisa dipahami akan selalu terjadi
perdebatan tentang bagaimana seharusnya kita
memperlakukan alam, memperlakukan lingkungan. Revolusi
industri telah menciptakan pola pikir baru mengenai kelestarian
lingkungan. Silahkan orang-orang yang berkompeten, negara-
negara, organisasi-organisasi di seluruh dunia berdebat
sepanjang masa untuk mencari solusi keseimbangan yang baru
bagi manusia dan lingkungan. Tapi apapun yang terjadi, alam
tetap tegak berdiri menerima apa saja yang diberikan,
memberikan apa saja yang ia punya dan melakukan semua
yang harus ia lakukan.

Apa yang terjadi ketika alam menegakkan hukumnya? dia tidak


perduli kepada siapapun, apa dia orang yang rajin
sembahyang, gak pernah sembahyang, ketua organisasi
penyayang lingkungan, penjahat kelas teri, kelas kakap, kelas
bandeng, kelas lele, petani, pejabat, gelandangan, tokoh
agama, pendeta. Semua punya posisi yang sama ketika
berhadapan dengan bencana alam sebagai akibat dari salah
satu aktivitas penegakan hukumnya…tidak berdaya, pasrah.

Alam nggak jahat, Tuhan juga nggak pernah marah, Tuhan


menciptakan alam semesta ini satu paket dengan sistemnya,
yang bekerja, bergerak melalui waktu, dari kosong menjadi
ada, yang ada terpelihara kemudian hancur kembali,
menunggu proses untuk kembali lagi menjadi baru. Hanya saja
hukum yang ditegakkan alam tidak bisa di kutak kutik, karena
dia tidak lahir dari proses politik, tidak ada tarik menarik
kepentingan, tidak ada kompromi, tidak ada lobi-lobi…..dia
hanya hukum yang sederhana, “KEMURNIAN PROSES”

Anda baik kepada pohon, dia akan memberikan oksigen yang


berlimpah kepada anda, menyerap CO2, bahkan rela
memberikan tubuhnya kepada anda, jika anda tidak
mengurusnya dia tidak akan merengek-rengek minta diurus,
paling-paling dia mati. Trus manusia yang hidup disekitarnya
kepanasan, kekurangan air, kekurangan oksigen….

Manusia mirip virus (maaf tidak bermaksud menyinggung


siapa-siapa), mencari tempat hidup (lingkungan), ketika
lingkungannya mulai lemah, dia menghabiskan segala sumber
daya yang ada, setelah itu pergi..mencari tempat baru lagi.

Manusia memang salah satu bagian dari alam, Tuhan


menciptakannya untuk mengimbangi proses yang murni itu,
dan pada akhirnya (bolehlah digunakan untuk sedikit
menghibur diri, namun jangan dijadikan alasan pembenar atau
alasan pemaaf) campur tangan manusia menyempurnakan
sistem kelahiran, pemeliharaan dan pemusnahan yang terjadi
di alam semesta.

Salah satu guru terbaik bagi Manusia adalah alam, belajarlah


darinya….hingga embrio embrio penegak hukum yang perkasa
itu ada dalam diri anda.

Jadilah seperti ikan dilaut yang tidak asin walaupun seumur


hidupnya dilaut…jadilah seperti matahari yang selalu terbit dan
tenggelam pada waktunya tanpa diminta… berjalan
sebagaimana mestinya.
Waingapu, 5 September 2009

Anda mungkin juga menyukai