Oleh:
Muhammad Rudi Syahputra
(2003201010076)
secara eksplisit mengenai dana aspirasi, yang dikenal adalah dana program
akses dari laman DPR RI, Dana Program Pembangunan Daerah Pemilihan lazim
Aspirasi DPR RI merupakan salah satu kebijakan yang telah dituangkan dalam
pasal 80 huruf j UU Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan
Atas dasar itu, dibentuklah Peraturan DPR No. 4 Tahun 2015 tentang
1
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt58803c7359dae/dasar-hukum-dana-
aspirasi-anggota-dpr/
2
Mei Susanto, Kedudukan Dana Aspirasi Dewan Perwakilan Rakyat Dalam
Ketatanegaraan indonesia, Jurnal Hukum, No.2, Vol. 24, h. 259.
3
peraturan ini, dana aspirasi dapat diusulkan oleh perorangan anggota DPR
pembangunan nasional dalam APBN.3 Adapun usulan tersebut dapat berasal dari
pemilihan.4 Setiap anggota DPR hanya mengusulkan dana aspirasi dari daerah
pemilihannya.5
(a) kegiatan fisik; (b) pembangunan, rehabilitasi, dan/atau perbaikan sarana dan
ditujukan bagi: (a) kelompok masyarakat; (b) desa, desa adat, kelurahan,
dan/atau yang disebut dengan nama lain; (c) lembaga pendidikan; (d) lembaga
perbaikan atau peningkatan: (a) implementasi hasil riset dan teknologi terapan
(d) tempat ibadah serta sarana dan prasarana keagamaan; (e) kantor desa, desa
adat, kelurahan, dan/atau yang disebut dengan nama lain; (f) sarana olahraga atau
sarana kesenian; (g) perpustakaan atau taman bacaan umum; (h) panti sosial; (i)
3
Pasal 3 ayat (2 dan 3) Peraturan DPR No. 4 Tahun 2015.
4
Pasal 3 ayat (4) Peraturan DPR No. 4 Tahun 2015.
5
Pasal 3 ayat (5) Peraturan DPR No. 4 Tahun 2015.
6
Pasal 10 ayat (1) Peraturan DPR No. 4 Tahun 2015.
7
Pasal 10 ayat (2) Peraturan DPR No. 4 Tahun 2015.
4
penyediaan sarana internet; (j) penyediaan penerangan jalan umum; (k) jalan atau
jembatan desa, desa adat, kelurahan, dan/atau yang disebut dengan nama lain; (l)
ruang kelas, sarana dan prasarana pendidikan, dan pesantren; (q) pasar rakyat
atau pasar tradisional; (r) pengadaan benih, bibit, dan ternak; dan/atau (s)
sebagai kebijakan karena program dana asprirasi ini merupakan satu rencana
yang mengandung tujuan politik yang disepakati bersama antara DPR dan
keinginan DPR untuk meluncurkan kebijakan ini sesungguhnya telah ada sejak
Salah satu bentuk program yang dapat menggunakan dana aspirasi adalah
ditujukan untuk bantuan fisik bagi lembaga pendidikan. Dalam hal ini, penulis
yaitu dayah.
Istimewa Aceh. Lembaga pendidikan ini sama halnya dengan pesantren yang ada
di pulau Jawa baik dari aspek fungsi maupun tujuannya kendatipun di sana
terdapat juga beberapa perbedaan yang penting. Pada tahun 2003, Pemerintah
8
Pasal 11 Peraturan DPR No. 4 Tahun 2015.
5
Darusssalam (NAD). Salah satu isinya adalah membuat kebijakan bahwa dayah
Pemerintah Aceh adalah dalam bentuk Dayah Tipe A, Dayah Tipe B, Dayah
Tipe C dan Dayah Non Tipe. Klasifikasi ini bertujuan untuk membedakan jenis
aspirasi yang diusulkan oleh anggota DPR yang berasal dari daerah
eksekusi. Dana aspirasi yang seharusnya mewakili rakyat pun sangat mudah
aspirasi tersebut, dimana pihak yang mengusulkan dana aspirasi (dalam hal ini
DPR) akan meminta jatah fee dengan besaran bervariasi antara 10 hingga 50
pembangunan daerah pemilihan, maka sangat tidak layak jika dana tersebut
disunat oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, lebih-lebih lagi dana
9
Keputusan Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam No 451.2/474/2003 tentang
Penetapan Kriteria dan Bantuan Dayah dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
6
Aceh menuntut ilmu agama. Dalam hal ini, penulis tertarik untuk membahas
suatu permasalahan mengenai “Fee Dana Aspirasi DPR Untuk Dayah Dalam
untuk dayah.
B. Pembahasan
Fee berasal dari Bahasa Inggris, yag berarti: 1) an amount of money that
you pay for professional advice or services (sejumlah uang yang Anda bayarkan
untuk nasihat atau layanan profesional); 2) an amount of money that you pay to
Sebagai contoh, you have to pay a fee for construction assistance (Anda harus
maksudkan dalam penelitian ini adalah sejumlah uang yang dibayarkan kepada
dana pihak DPR sebagai pengusul aspirasi atau pengambilan fee dari dana
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri, maka akan dipidana dengan pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
"Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
korupsi.3
pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakat, dan atau Negara.
Muhammad, 1999 :69-71), yaitu yang bersifat administrative dan yang bersifat
Pegawai Pemerintah atau Pejabat Negara dan tidak ada urusan politik. Korupsi
yang bersifat administrative ini dapat dibagi dua lagi yaitu yang sifatnya terpaksa
karena kebutuhan mendesak, dan yang sifatnya tidak terpaksa, yakni bukan
struktural merupakan praktik korupsi yang rumit untuk dideteksi, karena korupsi
struktural terkait erat antara sturktur kekuasan dengan Tindak Pidana Korupsi
atau Kolusi. Korupsi model ini merupakan suatu kerja sama atau
persengkongkolan dalam kerja yang tidak baik. Korupsi struktural dapat dibagi
menjadi dua yaitu Income Corruption yang bermotifkan materi dan Policy
independen dan efektif. Usaha lain untuk menekan serendah mungkin korupsi
12
Nur M. Kasim, Politik Hukum Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia,
Jurnal Hukum, Vol. 5, No. 1.
9
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi misalnya, tidak akan berarti apa-apa jika
tidak didukung oleh tenaga yang profesional, memiliki integritas pribadi dan
moral, komitmen yang tinggi untuk memerangi korupsi, serta didukung oleh
sarana dan dana yang cukup. Indonesia, diperlukan reformasi politik dan
harus betul-betul independen dan efektif. Usaha lain untuk menekan serendah
tidak akan berarti apa-apa jika tidak didukung oleh tenaga yang profesional,
memiliki integritas pribadi dan moral, komitmen yang tinggi untuk memerangi
masyarakat dalam rangka mencegah dan memberantas secara lebih efektif setiap
pada khususnya serta masyarakat pada umumnya. Hal ini sebagaimana yang
13
Nur M. Kasim, Politik Hukum Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia,
Jurnal Hukum, Vol. 5, No. 1.
10
Politik hukum sebagai suatu bagian dari kebijakan negara yang berkenaan
negara dapat digunakan sebagai payung hukum (legal umbrella) dari semua
kebijakan lembaga pemerintah. Jadi bisa dikatakan, tujuan politik hukum itu
negara yang bersifat mendasar dalam menentukan arah, bentuk maupun isi dari
hukum yang akan dibentuk dan tentang apa yang akan dijadikan kriteria untuk
memilih dan cara yang hendak dipakai untuk mencapai suatu tujuan sosial dan
beberapa pertanyaan mendasar yang muncul dalam studi politik hukum, yaitu:
(1) tujuan apa yang hendak dicapai dengan sistem hukum yang ada; (2) cara-cara
14
Mia Kusuma Fitriana, Peranan Politik Hukum Dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan Di Indonesia Sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Negara, Jurnal Hukum,
h. 7.
15
Mia Kusuma Fitriana, Peranan Politik Hukum... h. 7.
16
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Cet. III, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991), h. 352.
11
apa dan yang mana, yang dirasa paling baik untuk bisa dipakai mencapai tujuan
tersebut; (3) kapan waktunya hukum itu perlu diubah dan melalui cara-cara
suatu pola yang baku dan mapan, yang bisa membantu memutuskan proses
pemilihan tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut secara baik.17
sebagai sebuah alat atau sarana dan langkah yang dapat digunakan oleh
dengan sistem hukum nasional itu akan diwujudkan cita-cita bangsa Indonesia.
Menurut Bellefroid politik hukum adalah suatu disiplin ilmu hukum yang
(penetapan).
atas, dapat disimpulkan bahwa politik hukum adalah kebijakkan sebagai dasar
hukum yang akan berjalan, sedang berjalan dan telah berlaku yang diambil dari
nilai-nilai yang tumbuh dan hidup serta berlaku dalam masyarakat untuk
17
Ibid, h. 352-353.
12
yang adil, makmur, sejahtera tersebut, perlu secara terus menerus ditingkatkan
peran penting dalam mewujudkan cita-cita perjuangan Bangsa. Hal ini secara
menyatakan bahwa yang sangat penting dalam Pemerintahan dan dalam hal
Pemerintahan.
1. Segi Filosofis
hak setiap orang atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum (Pasal 28 D ayat (1)
2. Segi Pragmatik
undangan tersebut apakah memberi manfaat atau tidak; dapat diterapkan atau
yang luar biasa untuk menangani bagaimana tindak pidana korupsi yang terjadi
dan memberikan payung hukum untuk menindak korupsi yang banyak terjadi di
negara kita bahkan sampai pada perkembangan dari tindak pidana korupsi seperti
tindak pidana pencucian uang. Harta kekayaan dari berbagai kejahatan atau
tindak pidana pada umumnya tidak langsung dibelanjakan karena akan mudah
dilacak oleh penegak hukum mengenai sumber dana yang diperolehnya. Untuk
itu banyak pelaku tindak korupsi yang mengalihkan harta kekayaan yang
pemberantasan korupsi harus sensitif terhadap gejala ini untuk itulah dibentuk
suatu lembaga PPATK (Pusat Pelapor dan Analisis Transaksi Keuangan). Hal ini
18
Indri Astuti, Politik Hukum Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
Forum Ilmu Sosial, , Vol. 41 No. 2 Des 2014, h. 178-179.
14
korupsi.19
3. Segi Sosiologis
(empat) kali, dan terakhir dengan undang-undang Nomor 20 tahun 2001. Namun
sebatas ini tindak pidana korupsi ini tetap menjadi permasalahan yang belum
35-50 juta penduduk Indonesia masa kini adalah disebabkan karena korupsi yang
telah bersifat sistemik dan meluas ke seluruh lapisan birokrasi (30% dana APBN
terkuras karena korupsi), dan tidak lepas dari pengaruh timbal balik antara
birokrasi dan sektor swasta. Oleh karena itu, pemberantasan korupsi bukanlah
19
Ibid, h. 179.
20
Ibid, h. 179-180.
15
Pancasila dan UUD 1945. Lebih-lebih lagi tindakan pengambilan fee yang
pendidikan Islam, dimana hal tersebut akan sangat merugikan pihak lembaga
Tgk H Muhammad Amin Daud (Ayah Min Cot Trueng), Ketua Majelis
Pengajian dan Zikir TASTAFI Pusat mengatakan dalam bahtsul masail yang
diadakan di Kabupaten Sigli mengenai status hukum dana pokir (pokok pikiran)
yang sebelumnya disebut dana aspirasi anggota dewan bahwa pengambilan fee
dari dana pokir yang ditempatkan di dayah atau masjid hukumnya haram.
Beliau mengatakan: “Selama ini, anggota dewan mengambil fee dari dana
pokirnya dengan besaran bervariasi antara 10 hingga 20 persen. Ayah Cot Trueng
itu, dana tersebut yang dialokasikan atau diberikan untuk masjid atau dayah harus
utuh dan tidak boleh diambil fee. Misalnya, dana pokir sebesar Rp 100 juta, maka
jumlah yang harus diterima oleh pihak masjid atau dayah juga sebesar Rp 100
juta”.
“Akan tetapi, jika dana pokir Rp 100 juta, tapi yang diterima oleh masjid
atau dayah Rp 80 juta dan sisanya Rp 20 juta lagi diambil untuk fee, maka fee
menandatangani jumlah bantuan Rp 80 juta dan 20 juta lagi diteken oleh anggota
dewan yang memberikan dana pokir. "Kalau begitu, saya rasa tidak masalah,”.
Namun, jika pihak dayah atau masjid menandatangani berita acara Rp 100
16
juta, sementara anggota dewan yang memberikan dana pokir mengambil fee
namun ia tidak mau menandatangani berita acara, itu tidak boleh. “Jika pihak
dayah atau masjid harus mengambil jatah dana dayah atau masjid untuk fee
anggota dewan, maka yang memberi dan menerima uang tersebut dua-duanya
pencuri.
C. Kesimpulan
segi filosofis, pragmatik dan sosiologis. Dimana, pengambilan fee oleh pihak DPR
yang dialokasikan untuk dayah tidak dibenarkan, karena secara jelas bertentangan
dengan Pancasila dan UUD 1945. Pengambilan fee tersebut akan menghambat
warga negara, dalam pasal 11 ayat (1): Pemerintah dan pemerintah daerah wajib