Anda di halaman 1dari 20

1

PROPOSAL PENELITIAN

DANA RESES DAN ASPIRASI


DITINJAU DARI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

A. Latar Belakang Masalah

Setiap masyarakat yang hidup di Negara demokrasi memiliki hak untuk

berpartisipasi dalam pembangunan daerah. Salah satu wujudnya melalui

penjaringan aspirasi dari kegiatan reses DPRD. Pelaksanaan Reses DPRD Kota

Cimahi menjadi sorotan bagi masyarakat. Mekanisme reses yang jarang

dipublikasi menyebabkan terjadi penyelewengan terutama dalam pembagian

pos anggaran reses, proses pelaksanaan serta pelaksanaannya yang kurang

mengakomodir aspirasi masyarakat. sehingga masyarakatpun tidak merasakan

hasil dari kegiatan itu. (dalam Winarno, 2008:15)1

Penelitian ini membahas sumber, status serta kedudukan dana reses atau

dana aspirasi yang selama ini pada tingkat pelaksanaannya bersifat teknis dan

keberadaannya tidak ada kejelasan fungsi dan tujuan penggunaan uang Negara

selain dari sejenis uang politik yang dikeluarkan oleh negara. Dalam penelitian

ini, metode yang digunakan adalah metode analisis kualitatif dengan cara

1
Orientasi yang bersifat kognitif menyangkut pemahaman dan keyakinan individu
terhadap sistem politik dan atributnya, seperti tentang ibukota negara, lambang negara, kepala
negara, batas-batas negara, mata uang yang dipakai, dan lain sebagainya.Sementara itu
orientasi yang bersifat afektif menyangkut ikatan emosional yang dimiliki oleh individu
terhadap sistem politik.Jadi menyangkut feeling terhadap sistem politik.Sedangkan orientasi
yang bersifat evaluatif menyangkut kapasitas individu dalam rangka memberikan penilaian
terhadap sistem politik yang sedang berjalan dan bagaimana peranan individu di dalamnya.
2Struktur-struktur yang umum dalam sistem politik adalah, hlm. Abstraksi.

1
2

deskriptif. Data-data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dan

dokumentasi. (Barli, 2017:65).2

Reses atau Masa Reses adalah masa di mana DPR melakukan kegiatan

di luar masa sidang, terutama di luar gedung DPR. Misalnya untuk melakukan

kunjungan kerja, baik yang dilakukan anggota secara perseorangan maupun

secara berkelompok. Masa reses ditiadakan pada persidangan terakhir dari satu

periode keanggotaan DPR. Masa reses ini kontroversial karena pada tahun

2009 tercatat setiap anggota DPR mendapat sekitar 70 juta rupiah selama masa

reses, dan penggunaan anggarannya tidak harus dipertanggungjawabkan.

Adapun Judul Skripsi yang diangkat adalah :”Dana reses dan Aspirasi

ditinjau dari Hukum Ekonomi Syari’ah”.

A. Rumusan Masalah

Supaya permasalahan tersebut tidak melebar, maka dibatasi

menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa fungsi dan kepentingan Agenda Reses para Anggota

Dewan;

2. Bagaimana status sumber dan kedudukan uang yang

dianggarkan oleh secretariat dewan dalam agenda penyaluran

dana reses dan dana aspirasi ;

2
Barli, SE.I., M.Ag., Kajian Tematik tentang Struktur-struktur yang umum dalam
sistem politik adalah kelompok-kelompok kepentingan, partai-partai politik, badan legislatif,
eksekutif, birokrasi, dan badan-badan peradilan. (STAI Al-Musdariyah Cimahi)
3

3. Bagaimana Hukum Ekonomi Syari’ah menilai keberadaan

Dana Reses dan atau Dana Aspirasi yang dibagikan ke

masyarakat;

B. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk mengetahui tentang :

1. Untuk mengetahui bagaimana fungsi dan kepentingan

Agenda Reses para Anggota Dewan;

2. Untuk mengetahui bagaimana status sumber dan kedudukan

uang yang dianggarkan oleh secretariat dewan dalam agenda

penyaluran dana reses dan dana aspirasi;

3. Untuk mengetahui bagaimana Hukum Ekonomi Syari’ah

menilai keberadaan Dana Reses dan atau Dana Aspirasi yang

dibagikan ke masyarakat;

B. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian dalam proposal skripsi ini adalah:

1. Bagi Peneliti:

a. Sebagai proses pembelajaran bagi peneliti dalam menambah

ilmu pengetahuan serta wawasan keilmuan, dan Hukum

Ekonomi Syari’ah pada umumnya, sekaligus untuk

mengembangkan pengetahuan penulis dengan landasan dan

kerangka teoritis yang ilmiah atau pengintegrasian ilmu


4

pengetahuan dengan praktek serta melatih diri dalam research

ilmiah.

b. Untuk memenuhi tugas dan sebagai bahan penyusunan skripsi

serta ujian kesarjanaan yang merupakan tugas akhir penulis

untuk memperoleh gelar sarjana Strata satu (S1) pada jurusan

Hukum Ekonomi Syari’ah di STAI Al-Musdariyah Kota

Cimahi.

2. Bagi Obyek Penelitian

a. Sebagai sumbangan pemikiran ke dalam dunia Hukum

khususnya di Perguruan Tinggi di Indonesia.

b. Sebagai bahan masukan dalam rangka peningkatan mutu

Hukum Ekonomi Syari’ah dan perkuliahan di STAI Al-

Musdariyah Kota Cimahi.

c. Sebagai bahan evaluasi terhadap kurikulum nasional secara

umum bidang Hukum yang ditetapkan di Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

3. Sebagai sumbangan kepada STAI Al-Musdariyah Kota Cimahi,

khususnya kepada perpustakaan sebagai bahan bacaan yang

bersifat ilmiah dan sebagai kontribusi khazanah intelektual Hukum

Ekonomi Syari’ah.
5

C. Kerangka Pemikiran

Menurut Prof. Fairuz Muhammad Hani : 2019, dana reses dan dana

aspirasi disinyalir ada kemiripan dengan uang politik, sehingga perlu

pengkajian lebih detik dipotret oleh hokum islam, dalam hal ini hokum

ekonomi syari’ah.

Politik uang atau money politics lazim terjadi di Indonesia tiap ada

pemilihan anggota legislatif atau pun pemimpin. Selain dilarang konstitusi,

praktik ini juga sangat ditentang oleh agama. Islam melarang keras politik

uang.

Politik pada dasarnya sangat mulia sebagai perantara bagi tujuan

terselenggaranya masyarakat yang adil, aman dan sejahtera. Karena hanya

sebagai perantara (wasîlah), bukan tujuan akhir (ghâyah), politik seyogianya

tak perlu dikultuskan, dilakukan secara membabibuta, hingga mengorbankan

tujuan mulia dari politik itu sendiri.

Di Indonesia, proses pengangkatan pemimpin melewati proses

pemilihan umum atau pemilu. Mekanisme satu orang satu suara dalam pemilu,

kini telah mendorong para kandidat pemimpin berlomba-lomba untuk meraup

simpati dan dukungan suara.

Kerap kali demi meraih itu, jalan instan ditempuh; mengobral janji

manis hingga menebar uang suap atau dalam bentuk barang yang bertujuan

mempengaruhi orang agar memilih dirinya atau kelompoknya. Suap dalam

bahasa Arab disebut risywah.


6

“Islam melarang keras praktik politik uang semacam ini,” demikian

seperti dilansir Okezone dari website NU Online, Jumat (1/2/2019).

Asrul Sani : 2018, menuturkan bahwa pembeda dari dana reses dan

dana aspirasi hany akan dipahami setelah diuraikan dalam ranah empiris,

terutama system demokrasi yang diberlakukan di Indonesia.

Diambilah contoh sebagai berikut, "bentuknya kira-kira seperti ini

anggota DPR menampung. Pak kampung saya jalan tidak pernah diaspal. Maka

anggota DPR mengusulkan masuk pembangunan APBD daerah. Dia bisa

mengusulkan dalam jumlah tertentu Rp 10-20 miliar," urai legislator DPR dari

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Arsul Sani saat ditemui di gedung

Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (9/6).

Namun tentunya, lanjut dia, pencairan dana itu bukan dalam bentuk

bantuan sosial. 3

"Dulu yang menyebabkan banyak yang masuk penjara karena bentuk

bansos. Dia yang membawa proposalnya. DPR tidak bisa itu. Sudah sampai

satuan tiga," kata Arsul.

Selain itu mekanismenya tidak boleh ganda untuk menghindari tindak

korupsi. Maksudnya, jika sudah menerima dana desa maka tidak

diperkenankan memanfaatkan dana aspirasi DPR.

3
Esensi konsolidasi demokrasimenurut Larry Diamond adalah terbentuknya suatu
perilaku dan sikap, baik di tingkat elite maupun massa yang mencakup dan bertolak dari
metode dan prinsip-prinsip demokrasi. Sedangkan menurut Laurence Whitehead, konsolidasi
demokrasi mencakup peningkatan secara prinsipil komitmen seluruh elemen masyarakat pada
aturan main demokrasi.
7

"Misalnya minta jalan diaspal. Ada dana desa. Tidak boleh dobel.

Proyek yang diajukan itu dicek. Makanya tidak bisa lagi uangnya yang

mengelola anggota DPR," papar legislator kelahiran Pekalongan tersebut.

Disinggung soal dana reses yang sudah diterima tiap anggota DPR,

Arsul menampik hal itu berbeda dengan dana aspirasi.

"Beda dong. Kan saya terima dana reses. Saya buat kegiatan. Saya

berkuasa penuh. Kalau ini kan tidak (dana aspirasi). Uangnya tidak ada di

anggota DPR. Dan saya tidak setuju uang yang gede kita kelola. Godaan besar.

Tetapi berapapun itu asal dalam konteks pembangunan infrastruktur tidak ada

masalah," urainya.

Badan Anggaran (Banggar) DPR RI kembali mengusulkan dana

aspirasi untuk program anggota DPR di daerah pemilihannya (Dapil). Besaran

dana tersebut diperkirakan mencapai Rp20 miliar per anggota untuk setiap

tahunnya. Padahal, sejauh ini anggota DPR sudah mendapatkan dana reses.

Lantas apa bedanya?

Anggota Komisi III DPR Arsul Sani menjelaskan dana aspirasi berbeda

jauh dengan dana reses. Ia mengatakan, dana reses itu dikelola dan dipegang

oleh anggota DPR sebesar Rp 150 juta. Anggota DPR punya hak penuh

mengatur dana tersebut untuk kegiatan di Dapil. “Oh beda, kalau dana reses

itu, kita yang menentukan dana tersebut mau buat apa, mau buat makan atau

buat ngadain seminar itu terserah. Suka-suka anggota DPR,” ujarnya di DPR,

Selasa (9/6/2015).
8

Artinya kata dia, anggota DPR memang sudah diberi anggaran khusus

untuk pelaksanaan program kegiatan di Dapil pada saat reses. Jumlah tersebut

juga relatif kecil dengan dana aspirasi. Sebab, sesuai keputusan Mahkamah

Konstitusi DPR tidak boleh diperkenankan untuk mengatur anggaran di Dapil

dengan jumlah yang besar.

Sedangkan dana aspirasi itu, digunakan untuk pertanggung jawaban

anggota DPR terhadap konstituenya di Dapil. Lebih jelasnya, kata Arsul, dana

aspirasi itu untuk menyenangkan hati masyarakat melalui percepatan

pembangunan di daerah. “Dana aspirasi itu bahasa sederhananya untuk

menyenangkan konstituen kita di Dapil,” tuturnya.

Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu menjelaskan, anggota

DPR hanya memiliki kewenangan untuk menyerap aspirasi masyarakat di

daerah, kemudian menyusun program kerja dan besaran anggaran yang akan

digunakan. “Jadi dana itu tidak dipegang anggota DPR, kita cuman menyerap

dan menyusun,” terangnya.

Semisal, kata dia dana tersebut bisa digunakan untuk pembuatan

saluran irigasi di sawah, pembangunan jalan aspal di desa, atau pembangunan

gedung sekolah dan tempat ibadah. Untuk itu lanjut Arsul, besaran dana

tersebut nantinya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di Dapil anggota

DPR masing-masing.

“Besaran anggarannya belum bisa ditentukan Rp 20 miliar, tergantung besaran

aspirasi di Dapil,” ucapnya.


9

Selain itu Arsul juga menjelaskan mengenai mekanisme pencairan dana

aspirasi. Kata dia, yang berhak untuk mengeksekusi dana tersebut adalah

pemerintah daerah, berdasarkan usulan dan program kerja yang diajukan oleh

anggota DPR. “Jadi penguasa anggarannya bukan anggota DPR tapi

pemerintah daerah. DPR hanya mengawasi” jelasnya.

Atau bisa jadi dana aspirasi itu dicairan oleh pemerintah pusat.

Modelnya kata Arsul, anggota DPR akan bekerjasama dengan kementerian

terkait sesuai dengan komisinya. Seperti Arsul, ia bisa berkerjasama dengan

Kementerian Hukum dan HAM jika ada aspirasi yang berkaitan dengan

komisinya yang membidangi persoalan hukum.

”Atau bila itu terkait dengan pembangunan jalan, nanti bisa

bekerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum,” tandasnya.

Sebelum adanya dana aspirasi, DPR juga pernah mengusulkan dana

rumah aspirasi sebesar Rp 150 juta per anggota setiap tahunnya. Rumah

aspirasi tersebut digunakan untuk melakukan kegiatan dan pertemuan antara

anggota DPR dengan konstituen.

Bahkan jauh sebelum itu pada 2011 Badan Anggaran pernah

mengusulkan adanya dana aspirasi sebesar Rp 15 miliar per anggota. Namun,

sayang rencana tersebut berhenti ditengah jalan karena mendapat penolakan

keras dari masyarakat.

Dalam Al-quran Surah Al-Baqarah Ayat 188, Allah berfirman “Dan

janganlah sebagian kalian memakan harta sebagian yang lain di antara kamu

dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
10

kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang

lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”

Lebih rincinya dijelaskan lagi dalam hadist yang diwayatkan oleh

Ahmad bahwa Rasulullah melaknat pemberi suap, penerima suap, dan

perantaranya, yaitu orang yang menghubungkan keduanya.

Musyawarah Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama sudah

menetapkan sejumlah jawaban atas beberapa pertanyaan soal politik uang.

Pertama, apakah pemberian kepada calon pemilih atas nama transportasi,

ongkos kerja, atau kompensasi meninggalkan kerja yang dimaksudkan agar

penerima memilih calon tertentu, termasuk kategori risywah?

Jawabannya adalah tidak sah dan termasuk kategori risywah (suap).

Mengapa demikian? Sebab di balik pemberian si politisi itu terkandung

maksud terselubung yang jelas-jelas serupa praktik menyuap agar seseorang

memilih dirinya. Pemberian tak lagi murni pemberian, melainkan ada unsur

mempengaruhi pilihan politik.

Haram bila penerima mengetahui maksud pemberian itu dimaksudkan

untuk risywah. Adapun bila penerima tidak mengetahuinya, maka hukumnya

mubah. Tetapi bila pada suatu saat mengetahui, bahwa pemberian itu

dimaksudkan untuk risywah, maka penerima wajib mengembalikannya.

D. Langkah-langkah Penulisan Skripsi

Dalam penelitian ini penulis akan menempuh langkah-langkah sebagai

berikut :
11

1. Menetukan Jenis data

Data hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun

angka. Dari sumber SK Menteri P dan K No. 0259/U/1977, tanggal 11

Juli 1977 disebutkan bahwa: “Data adalah segala fakta dan angka yang

dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan

informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu

keperluan.”4

Dalam pengertian lain disebutkan data adalah suatu hal yang

diperoleh di lapangan ketika melakukan penelitian dan belum diolah.

Dengan pengertian lain segala keterangan mengenai variable yang

diteliti di sebut data, suatu hal yang dianggap atau diketahui. 5 Data

menurut jenisnya dibagi menjadi dua:

a. Data Kualitatif

Yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal, bukan dalam

bentuk angka. Data inilah yang menjadi data primer (utama) dalam

penelitian ini. Yang termasuk data kualitatif adalah:

1) Konsep Dasar Kurikulum dalam Hukum Ekonomi Syari’ah;

2) Konsep Dasar Kurikulum Hukum Ekonomi Syari’ah;

3) Literatur-literatur mengenai Politik dan Perempuan;

4) Pendapat para Pakar Hukum Ekonomi Syari’ah;

4
Suharsimi Arikunto, Prof. DR. , op.cit. hal. 100
5
Drs. Amirul Hadi dan Drs. H. Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan,
(Bandung: Pustaka Setia,
1998), cet. Ke-10, hlm. 126.
12

5) Dokumen-dokumen tertulis yang berhubungan dengan

penelitian penulis.

b. Data Kuantitatif

Yaitu data yang berbentuk angka statistik. Dalam penelitian ini

tidak akan dimunculkan data statistic karena kualitatif.6

2. Menentukan Sumber Data

Menurut sumber datanya dalam penelitian ini, data dibedakan

menjadi dua macam yakni:

a. Sumber Data Primer

Yaitu sumber yang langsung memberikan data kepada peneliti,7 di

antaranya adalah:

1) Para Pakar Hukum Ekonomi Syari’ah.

2) Skripsi yang sejenis dalam penelitiannya .

3) Thesis yang sejenis dalam penelitian.

4) Karya-karya ilmiah.

5) Draft UU, dan Perda.

b. Data Sekunder

Yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada

peneliti,8 seperti dokumentasi mengenai kurikulum, dan literatur-

literatur mengenai Hukum Ekonomi Syari’ah dan wawancara dengan

6
Dr. Cik Hasan Bisri, Metode Penelitian, (UIN Sunan Gunung Djati Bandung : 2004).
7
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan
R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2007), cet. Ke-3, hlm. 308
8
ibid, 309
13

para Pakar Hukum Ekonomi Syari’ah Kewarganegaraan. Sedangkan

untuk landasan teoritiknya penulis menggunakan buku dan kitab yang

relevan dengan masalah penelitian serta dapat mengungkapkan teori-

teori yang ada kaitanya dengan penelitian.

c. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif korelasioner. Penelitian deskriptif berusaha memberikan

dengan sistematis dan cermat fakta-fakta actual dan sifat kajian

terstruktur. Metode ini mempunyai beberapa ciri-ciri sebagai berikut :

1) Bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang

dihadapi sekarang.

2) Bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi untuk

disusun, dijelaskan, dan dianalisis. Penelitian ini biasanya tanpa

hipotesis. Kalaupun ada hipotesis biasanya tidak diuji menurut

analisis statistik.9

3. Teknik Pengumpulan Data

Metode ilmiah pada hakikatnya ialah menggabungkan antara

berfikir secara deduktif dengan induktif. Jika pengajuan rumusan

hipotesis dengan susah payah diturunkan dari kerangka teoritis dan

kerangka berfikir secara deduktif, maka untuk menguji bahwa hipotesis

tersebut diterima atau ditolak perlu dibuktikan kebenaranya dengan

9
Drs. Amirul Hadi dan Drs. H. Haryono, op.cit., hlm. 50
14

data-data yang ada dilapangan. Data-data tersebut dikumpulkan dengan

teknik tertentu yang disebut teknik pengumpulan data. Selanjutnya

data-data tersebut dianalisisdan disimpulkan secara induktif. Dan

akhirnya dapat diputuskan bahwa hipotesis diterima atau ditolak.10

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa metode

dalam mengumpulkan data, sebagai berikut:

a. Kajian Literatur

Kajian Literatur ialah pengamatan dan pencatatan yang

sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Melalui kajian

literatur peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari

perilaku tersebut.11 Adapun kajian literatur yang dilakukan

peneliti termasuk dalam jenis kajian literatur terstruktur dan

wawancara partisipasif. Yaitu peneliti terlibat langsung dengan

sumber asli (Primer) data penelitian.

b. Wawancara (interview)

Wawancara merupakan pertemuan dua orang atau lebih secara

langsung untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu.12 Dalam hal ini penulis melakukan wawancara kepada

para siswa, para guru yang ada dilingkungan sekolah. Dengan

tujuan untuk memperoleh data dan gambaran umum

10
Ibid., hlm. 93.
11
Ibid., hlm. 94.
12
Ibid., hlm. 97.
15

menyangkut hal yang akan diteliti sebagaimana yang tercantum

dalam sumber data primer.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah

pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.

Penulis menggunakan teknik ini selain biaya relative murah,

waktu dan tenaga lebih efisien.13

4. Tekhnik analisis data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh melalui wawancara, catatan lapangan,

dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya

dapat di informasikan kepada orang lain dan dilakukan dengan

mengorganisasikan data, menjabarkannnya ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih dan membuat

kesimpulan.

Data tersebut akan di analisa, kemudian selanjutnya akan diolah.

Data yang bersifat kualitatif yang diperoleh melalui observasi dan

wawancara akan dianalisa dengan menggunakan pendekatan logika,

sedangkan data yang bersifat kuantitatif yang diperoleh melalui angket

akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan statistik korelasi.

13
Drs. Amirul Hadi dan Drs. H. Haryono, op.cit. hlm. 110.
16

Untuk keperluan analisis ini penulis menjelaskan simbol-simbol yang

diterapkan pada setiap variabel.

Sejalan dengan masalah yang akan diteliti menyangkut dua

variabel besar, maka proses analisisnya akan dilakukan dua

pendekatan, yakni: pendekatan parsial dan pendekatan

korelasioner.14

DAFTAR PUSTAKA
14
Dr. Cik Hasan Bisri, MA., Pengantar Metodologi Penelitian., (Rosda Karya,
Bandung : 2004), hlm. … .
17

Asshidiqie, Jimly, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca


Reformasi, Buana Ilmu Populer, Jakarta, 2008.

Bako, Ronny Sautma Hotma, Hak Budget Parlemen Indonesia, Yarsif


Watampone, Jakarta, 2005.

Boboy, Max, DPR RI dalam Perspektif Sejarah dan Tatanegara, Sinar Harapan,
Jakarta, 1994.

Manan, Bagir, DPR, DPD, dan MPR dalam UUD 1945 Baru, FH UII Press,
Yogyakarta, 2003.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group,


Jakarta, 2005.

Mertokusumo, Sudikno dan A. Pitlo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum,


Citra Aditya Bakti, 1993.

Publius, The Federalist Papers, New American Library, New York, 1961.

Susanto, Mei, Hak Budget Parlemen Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,


2013.

Jurnal

Evans, Diana, Policy and Pork, “The Use of Pork Barrel Projects to Build
Policy Coalitions in the House of Representatives”, Americn Journal of
Political Science, Vol. 38 o. 4 November 1994.

Isra, Saldi, “Hubungan Presiden dan DPR”, Jurnal Konstitusi, Vol. 10 Nomor
3, September 2013.

Lancaster, Thomas D., “Electoral Structures and Pork Barrel Politics”,


International Political Science Review, Vol. 7 No. 1, Januari 1986.

Maxey, Chester Collins, “A Little History of Pork”, National Municipal


Review, Desember 1919.

Nirahua, Salmon E.M., “Kedudukan dan Kewenangan Dewan Perwakilan


Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia”, Jurnal Hukum Ius
Quia Iustum, No. 4 Vol 18, Oktober 2011.
18

Susanto, Mei, “Eksistensi Hak Budget DPR Dalam Sistem Ketatanegaraan


Indonesia”, Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 1 Tahun
2016.

Taylor, Andrew J., “The Presidential Pork Barrel and the Conditioning Effect
of Termohon”, Presidential Studies Quarterly 38 No. 1, 2007.

Thompson, Joel A., “Bringing Home the Bacon: The Politics of Pork Barrel In
the North Carolina Legislature”, Legislative Studies Quartely, XI, I,
February 1986.

Tutik, Titik Triwulan, “Harmonisasi Fungsi DPD dan DPR pada Lembaga
Perwakilan Rakyat Dalam Sistem Bikameral Guna Pelaksanaan Cheks
and Balances”, Jurnal Yustisia, Vol. 1 No. 3 September-Desember
2012.

Internet

Isnaeni, Hendri F. "Gentong Babi di Parlemen”,


http://historia.id/modern/gentongbabi-di-parlemen, diakses 2 Februari
2017.

Mc Elroy, Wendi, “Pork-Barrel Spending: The History of Lipsticking Pigs”,


http://www.fff.org/explore-freedom/article/pork-barrel-spending-
thehistory-of-lipsticking-pigs/, diakses 4 Februari 2017.

KATA PENGANTAR
19

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, kasih
sayang dan hidayah-Nya. Serta shalawat dan salam bagi Rasulullah SAW. Atas
Kehendak-NYAlah sehingga saya dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.
Di proposal penelitian ini penulis mengangkat judul mengenai “DANA
RESES DAN ASPIRASI DITINJAU DARI HUKUM EKONOMI
SYARI’AH”.
Penulis sangat menyadari bahwa proposal penelitian ini jauh dari
sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, namun penulis
mengharapkan semoga ini bisa bermanfaat. Kritik dan saran dari pembaca
sangat penulis harapkan demi sempurnanya proposal penelitian ini.
Dalam penyusunan dan penyelesaian proposal penelitian ini penulis
telah mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak terutama dari dosen-dosen
yang telah banyak memberikan masukan-masukan yang sangat membangun
sehingga proposal ini dapat terselesaikan.
Semoga proposal penelitian ini dapat bermanfat bagi semua pihak
teutama bagi pembaca guna menambah wawasan dan pengetahuan.

Cimahi, Juli 2020

Penulis

DANA RESES DAN ASPIRASI


DITINJAU DARI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
20

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Penelitian Skripsi


pada Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah
Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Musdariyah

Disusun Oleh :
FARIDA ZAMIATUN
NIM : 2016.02.001
NIRM : 057.09.0532.16

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) ALMUSDARIYAH
KOTA CIMAHI
2020 M. / 1441 H.

Anda mungkin juga menyukai