Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Res Justitia: Jurnal Ilmu Hukum

Program Studi Hukum Fakultas Hukum Universitas Bina Bangsa


Volume 4 Nomor 1 Januari 2024
DOI Issue: 10.46306/rj.v4i1

ANALISIS FUNGSI PEMILU DAN TUJUAN PARTAI


POLITIK DALAM HUKUM TATA NEGARA
Sulkiah Hendrawati1
1
Universitas Bina Bangsa
Email: sulkiah.hendrawati@binabangsa.ac.id

ABSTRAK
Dalam ilmu hukum tata negara, pemilihan umum merupakan salah satu cara pengisian jabatan untuk
memilih wakil-wakil rakyat dalam suatu negara demokratis. Dengan perkataan lain, objek kajian
hukum tata negara sebagai hukum yang mengatur keorganisasian negara dan cara menjalankan
pemerintahan, menurut Maurice Duverger diantaranya mencakup persoalan cara rakyat menjalankan
hak-hak ketatanegaraan, seperti sistem perwakilan di dalam negara, sistem pemilihan umum,
parlemen, menteri- menteri, kepala pemerintahan (chief de l’Etat), dan sebagainya Pelaksanaan
pemilu merupakan momentum yang sangat penting bagi pembentukan pemerintahan dan
penyelenggaraan negara periode berikutnya. Begitu pentingnya pemilu yang dilaksanakan secara
berkala, karena beberapa alasan. Pertama, pendapat atau aspirasi rakyat mengenai berbagai aspek
kehidupan bersama dalam masyarakat bersifat dinamis, dan berkembang dari waktu ke waktu. Kedua,
kondisi kehidupan bersama dalam masyarakat dapat berubah, baik karena dinamika dunia
internasional maupun karena faktorfaktor dalam negeri. Ketiga, perubahan aspirasi dan pendapat
rakyat juga dapat dimungkinkan terjadi karena pertambahan jumlah penduduk/rakyat yang dewasa
sebagai pemilih baru (new voters).
Kata Kunci: Fungsi Tujuan, Partai Politik, Hukum Tata Negara

ABSTRACT
In the science of constitutional law, general elections are one way of filling positions to elect
representatives of the people in a democratic state. In other words, the object of study of
constitutional law as a law that regulates the organization of the state and how to run the
government, according to Maurice Duverger, includes the issue of how the people exercise
constitutional rights, such as the system of representation in the state, the electoral system,
parliament, ministers, head of government (chief de l'Etat), etc. The implementation of elections is a
very important momentum for the formation of government and the administration of the state for the
next period. The importance of periodic elections is due to several reasons. First, the opinions or
aspirations of the people regarding various aspects of common life in society are dynamic, and
develop from time to time. Secondly, the conditions of life together in society can change, both
because of the dynamics of the international world and because of domestic factors. Third, changes in
the aspirations and opinions of the people can also be possible due to the increase in the number of
adult population/people as new voters.

Keyword : Purpose Function, Political Party, Constitutional Law

PENDAHULUAN
Partai politik adalah organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau dibentuk
dengan tujuan khusus. Bisa juga didefinisikan, perkumpulan segolongan orang-orang yang
seasas, sehaluan, setujuan di bidang politik. Baik yang berdasarkan partai kader atau struktur
kepartaian yang dimonopoli oleh sekelompok anggota partai yang terkemuka. Atau bisa juga

Doi Artikel: 1
Jurnal Res Justitia: Jurnal Ilmu Hukum
Program Studi Hukum Fakultas Hukum Universitas Bina Bangsa
Volume 4 Nomor 1 Januari 2024
DOI Issue: 10.46306/rj.v4i1
berdasarkan partai massa, yaitu partai politik yang mengutamakan kekuatan berdasarkan

Doi Artikel: 2
Jurnal Res Justitia: Jurnal Ilmu Hukum
Program Studi Hukum Fakultas Hukum Universitas Bina Bangsa
Volume 4 Nomor 1 Januari 2024
DOI Issue: 10.46306/rj.v4i1

keunggulan jumlah anggotanya. Menurut definisi secara umum, partai politik berarti
perkumpulan yang didirikan untuk mewujudkan ideologi politik tertentu. Adapun partai
politik berkembang bersamaan dengan berkembangnya proses pemilihan. Partai-partai
tersebut muncul sebagai komite pemilihan yang mendapatkan dukungan bagi seorang
kandidat dari warga negara yang terkemuka dan mengumpulkan dana yang diperlukan untuk
kampanya pemilihan.1 Berdasarkan sejarah Indonesia, keberadaan Partai politik di Indonesia
diawali dengan didirikannya Organisasi Boedi Oetomo (BO), pada Tahun 1908 di Jakarta
oleh Dr. Wahidin Soediro Hoesodo dkk. Walaupun pada waktu itu Boedi Oetomo belum
bertujuan ke politik murni, tetapi keberadaan BO sudah diakui para peneliti dan pakar sejarah
Indonesia sebagai perintis organisasi modern. Dengan kata lain, Boedi Oetomo merupakan
cikal bakal dari organisasi massa atau organisasi politik di Indonesia.

Pemilihan umum perlu diadakan secara teratur dengan maksud menjamin terjadinya
pergantian kepemimpinan negara, baik di bidang legislatif maupun eksekutif ketentuan
tentang Pemilihan Umum diatur dalam Pasal 22E UUD 1945 yang menyatakan: 1) Pemilihan
umum diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima
tahun sekali.
2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah. 3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik. 4) Peserta pemilihan umum
untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah adalah perseorangan. 5) Pemilihan
umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan
mandiri. 6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Dasar Hukum Partai Politik
1. Pada dasarnya partai politik merupakan salah satu pilar penting dalam tatanan
demokrasi. Partai politik adalah satu-satunya organisasi yang berhak mengikuti
Pemilu, kemudian menyampaikan aspirasi masyarakat maupun menduduki jabatan
perwakilan rakyat. Meskipun begitu hal ini sering tidak diikuti dengan dijalankannya
fungsi-fungsi partai sebagaimana diaut dalam UndangUndang Partai Politik.

Doi Artikel: 3
Jurnal Res Justitia: Jurnal Ilmu Hukum
Program Studi Hukum Fakultas Hukum Universitas Bina Bangsa
Volume 4 Nomor 1 Januari 2024
DOI Issue: 10.46306/rj.v4i1

2. Menurut UU No.2 Tahun 2008 tentang partai politik, Partai Politik adalah
organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara
Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan
negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
3. Secara umum Parpol adalah suatu organisasi yang disusun secara rapi dan stabil yang
dibentuk oleh sekelompok orang secara sukarela dan mempunyai kesamaan kehendak,
cita-cita, dan persamaan ideologi tertentu dan berusaha untuk mencari dan
mempertahankan kekuasaan melalui pemilihan umum untuk mewujudkan alternatif
kebijakan atau program-program yang telah mereka susun.
4. Sebagaimana fungsi partai politik sebagai agen sosialisasi politik, rekrutmen politik,
pengelola konflik, komunikasi politik, dan sebagai partisipasi politik. Metode
penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis. Pengambilan data dilakukan
dengan cara studi pustaka dan studi lapangan.
5. Tujuan Partai Politik Partai Politik sebagai organisasi politik yang dibentuk oleh
sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela, atas dasar
persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota
masyarakat, bangsa dan negara melalui pemilihan umum, sudah tentu
mempunyai tujuan tertentu. Partai politik menggalang dukungan warga negara
yang berminat untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik. Sumber daya yang
dimiliki oleh partai politik terus menerus dikonsolidasikan untuk membangun
solideritas, memperkokoh komitmen untuk mewujudkan cita-citanya. Sebagai
sebuah organisasi partai politik diharapkan mampu mengartikulasikan
mengaggregasikan berbagai kepentingan dan memperjuangkannya untuk
dikonversikan menjadi keputusan politik yang mempungaruhi berbagai aspek
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 18 Tujuan Partai Politik:20
6. Semangat tujuan dasar dalam partai dalam implementasinya melaksanakan
pengabdian baik internal ataupun eksternal kepada masyarakat ialah ada beberapa
poin sebagai berikut:3 1. Political Education/Pendidikan Politik Pendidikan bagi suatu
partai politik merupakan hal yang penting sekali, baik bagi generasi tua maupun
generasi yang

Doi Artikel: 4
Jurnal Res Justitia: Jurnal Ilmu Hukum
Program Studi Hukum Fakultas Hukum Universitas Bina Bangsa
Volume 4 Nomor 1 Januari 2024
DOI Issue: 10.46306/rj.v4i1

penting sekali, terutama untuk kader-kader partai agar ideologi partai atau doktrin
politik, ekonomi, sosial, dan budaya partai politik dapat diketahui secara merata. 2.
Political Aggregation/Penyatuan Pemikiran Politik Di dalam partai politik perlu
adanya penyatuan pemikiran partai politik daripada para pemimpin partai agar para
pengikut partai politik tidak menjadi pecah belah, yang disebabkan pemikiran-
pemikiran politik yang berbeda-beda dari para pemimpin partai politik. Biasanya,
suatu partai politik menjadi pecah disebabkan adanya perbedaan pemikiranpemikiran
kepentingan para pemikir dan pimpinan partai. 3. Interest
Articulation/Memperjuangkan Kepentingan Rakyat Suatu partai politik yang tidak
mampu memperjuangkan kepentingan rakyat, baik kepentingan politik, sosial,
ekonomi, dan budaya, maka partai politik yang demikian tidak akan dapat
menentukan/ menjadi partai yang menentukan di dalam negara, atau dengan kata lain
di dalam pemilu tidak dapat mendapat mayoritas suara. Itulah sebabnya, partai politik
baik di tingkat local, regional, dan nasional harus berusaha keras agar seluruh aspirasi
rakyat dapat tersalurkan dan terealisasikan. 4. Political Socialization/
Permasyarakatan Doktrin Politik/ Sosialisasi Politik Doktrin- doktrin poleksosbud
dari suatu partai politik harus dapat diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat agar
masyarakat memberikan penilaian atau mengevaluasi terhadap ajaran- ajaran tersebut,
yang jika cocok dengan hati nuraninya secara minimal menerima secara pasif dan
optimalnya mengikuti secara aktif. Apabila doktrin-doktrin tersebut telah diresapi,
diyakini akan kebenarannya, dan sesuai dengan tuntutan hati nurani masyarakat, maka
masyarakat akan juga mengamalkannya sehingga doktrin-doktrin tersebut menjadi
tumbuh subur. 5. Politic Partisipation/ Partisipasi di dalam Politik atau Pemerintah
Suatu partai politik mengingat mempunyai fungsi untuk membela kepentingan rakyat/
mewujudkan cita-citanya sudah tentu harus mempunyai keberanian untuk melakukan
pengawasan terhadap kebijaksanaan pemerintah. Baik kebijaksanaan ekonomi, sosial,
atau kebijaksanaan budaya. Itulah sebabnya suatu organisasi politik yang melakukan
kritik terhadap pemerintah walau pemerintah itu sendiri terbentuk karena dukungan
partai politik itu sendiri memperoleh suatu tanggapan positif dari masyarakat.
7. Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik, mekanisme
awal penyelesaian internal partai harus melewati Mahkamah Partai sebagai tonggak
keadilan

Doi Artikel: 5
Jurnal Res Justitia: Jurnal Ilmu Hukum
Program Studi Hukum Fakultas Hukum Universitas Bina Bangsa
Volume 4 Nomor 1 Januari 2024
DOI Issue: 10.46306/rj.v4i1

di partai tersebut. Tetapi realita dalam pelaksanaan cenderung tidak maksimal


dijalankan. Terlebih lagi putusan dari Mahkamah Partai baru bisa dihasilkan kurang
lebih dua tahun terhitung dari pelaksanaannya. Hal ini menjadi sebuah kontradiksi
dari penjelasan mengenai Pasal 32 Undang-Undang 5 dualisme-kepengurusangolkar,
diunduh tanggal 20 April 2016. Nomor 2 Tahun 2011 bahwa selambat-lambatnya
penyelesaian internal diselesaikan paling lambat 60 (enam puluh) hari. Hal ini juga
terjadi pada partai-partai yang mempunyai permasalahan internal didalamnya.
Terlebih lagi ada yang sama sekali tidak melewati proses mekanisme Mahkamah
Partai dan langsung diajukan ke Pengadilan Negeri. Apabila tidak melewati
Mahkamah Partai, maka gugatan yang diberikan kepada Pengadilan Negeri tentu
bersifat prematur.
8. Mekanisme penyelesaian internal partai melewati Mahkamah Partai tentu memakai
sistem persidangan pada umumnya, yang dimana kedua belah pihak yang mempunyai
permasalahan dipanggil untuk memberikan penjelasan mengenai latar belakang
gugatannya dan diserahkan kepada pemimpin siding. Setelah melewati proses tersebut
baru dalam ke depan memang adanya pertimbangan dari Mahkamah Partai untuk
memutuskan perselisihan tersebut bersifat final tentunnya. Lalu, bagaimana dengan
proses melewati persidangan, dijelaskan dalam Pasal 33 Undang-Undang nomor 2
tahun 2011 tentang Partai Politik ialah sebagai berikut : 1. Dalam hal penyelesaian
perselisihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 tidak tercapai, penyelesaian
perselisihan dilakukan melalui pengadilan negeri. 2. Putusan pengadilan negeri adalah
putusan tingkat pertama dan terakhir, dan hanya dapat diajukan kasasi kepada
Mahkamah Agung. 3. Perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselesaikan oleh
pengadilan negeri paling lama 60 (enam puluh) hari sejak gugatan perkara terdaftar di
kepaniteraan pengadilan negeri dan oleh Mahkamah Agung paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak memori kasasi terdaftar di kepaniteraan Mahkamah Agung. Proses
pelaksanaan dalam Undang – Undang No. 11 tahun 2011 itu sendiri kurang maksimal
untuk dijalankan. Karena melihat dalam kondisi realita hari ini, masih tingginya
kepentingan masing – masing kelompok atau kedua belah pihak yang ingin
direalisasikan, tanpa memperhatikan aturan hukum yang sudah seharusnya berjalan.
Maka, imbas dari kondisi lapangan inilah, aturan yang ada tidak dapat maksimal
untuk dijalankan. Berdasarkan penjelasan diatas, proses penyelesaian melewati

Doi Artikel: 6
Jurnal Res Justitia: Jurnal Ilmu Hukum
Program Studi Hukum Fakultas Hukum Universitas Bina Bangsa
Volume 4 Nomor 1 Januari 2024
DOI Issue: 10.46306/rj.v4i1
persidangan

Doi Artikel: 7
Jurnal Res Justitia: Jurnal Ilmu Hukum
Program Studi Hukum Fakultas Hukum Universitas Bina Bangsa
Volume 4 Nomor 1 Januari 2024
DOI Issue: 10.46306/rj.v4i1

jika sudah melewati proses Mahkamah Partai, inilah yang menjadi sebuah
kesinambungan dalam upaya penyelesaian internal tersebut. Berdasarkan pemaparan
latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yaitu
Implementasi Mengenai Penyelesaian Perselisihan Internal Partai Politik Berdasarkan
Pasal 32 dan Pasal 33 Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik.

KESIMPULAN
Partai Politik dalam Sistem Politik Demokrasi tidak hanya melekat secara nasional
namun juga di implementasikan ke daerah melalui sistem desentralisasi. Desentralisasi
menguatkan fungsi pemerintah daerah untuk dapat menjalankan demokrasi lokal dengan
maksimal. Larry Diamond (dalam Sutoro Eko 2003:156) menjelaskan konsep pemerintahan
lokal yang representatif dan bermakna dapat memupuk demokrasi dikalanggan masyarakat
melaui lima cara sebagai berikut. Pertama, mengembangkan nilai-nilai dan ketrampilan
demokrasi dikalangan masyarakat. Kedua, meningkatkan akuntabilitas dan responsivitas
terhadap berbagai kepentingan dan urusan lokal. Ketiga, memberikan akses tambahan pada
kekuasaan bagi kelompok terpinggirkan sehingga meningkatkan keterwakilan dalam
demokrasi. Keempat, meningkatkan check and balance terhadap kekuasaan pusat. Kelima,
memberikan peluang bagi partai-partai dan fraksi-fraksi oposisi di pusat untuk mendapatkan
sejumlah kekuasaan politik. Tumbangnya masa orde baru membuka peluang terjadinya
reformasi politik dan demokratisasi di Indonesia. Bangsa Indonesia sepakat untuk 35
melakukan proses pendemokrasian sistem politik Indonesia sehingga kebebasan rakyat
terbentuk, dapat ditegakkan, dan ada pengawasan terhadap lembaga eksekutif oleh lembaga
perwakilan rakyat (DPR) (Miriam Budiardjo, 2008:128). Partai politik menjadi salah satu
organisasi politik yang terdiri dari sekelompok warga negara yang dibentuk berdasarkan
kesamaan tujuan. Jika dilihat berdasarkan definisi tersebut, maka fungsi utama partai politik
selain mencari dan mempertahankan kekuasaan adalah fungsi representasi. Roy C. Macridis
(dalam Ichlasul Amal, 1996:26) menjelaskan bahwa fungsi representasi yang dimaksud
adalah ekspresi dan artikulasi kepentingan kelompok melalui partai. Fungsi representasi ini
merupakan ekspresi kepentingan tertentu, kelompok sosial tertentu atau dengan kata lain
partai memberikan sarana politik langsung kepada kepentingan yang diwakilinya.
Sedangkan

Doi Artikel: 8
Jurnal Res Justitia: Jurnal Ilmu Hukum
Program Studi Hukum Fakultas Hukum Universitas Bina Bangsa
Volume 4 Nomor 1 Januari 2024
DOI Issue: 10.46306/rj.v4i1

menurut Firmanzah, kehadiran partai politik juga memiliki tanggung jawab konstitusional,
moral, dan etika untuk membawa kondisi dan situasi masyarakat menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Evanalia, S. (2022). Peran Jurnalisme Media Sosial dalam Mewujudkan Demokrasi Indonesia
di Era Post Truth. Jurnal Adhyasta Pemilu, 5(1), 32–43.
https://doi.org/10.55108/jap.v5i1.86
Fauzi, M. (2022). Sistem Kepartaian di Madura Pasca Reformasi. Jurnal Adhyasta
Pemilu, 5(2), 85–99. https://doi.org/10.55108/jap.v5i2.200
Irawan, D. (2022). Kampung Pengawasan Partisipatif dan Road Map Indeks Kerawanan
Pemilu di Kabupaten Indramayu. Jurnal Adhyasta Pemilu, 5(1), 19–31.
https://doi.org/10.55108/jap.v5i1.85
Jati, W. R. (2022). Perilaku Memilih Rasional dalam Pemilu Indonesia Kontemporer:
Perbandingan Pemilu 2014 dan Pemilu 2019. Jurnal Adhyasta Pemilu, 5(2), 70–84.
https://doi.org/10.55108/jap.v5i2.195
Setiawan, H., & Widyana, M. R. . (2022). High-Cost Democracy: Stimulus Ijon Politik dalam
Pemilu Lokal di Region Kaya Sumber Daya Alam. Jurnal Adhyasta Pemilu, 5(1), 1–
18. https://doi.org/10.55108/jap.v5i1.90
Mahpudin, M. (2021). Gowaslu sebagai Electoral Technology: Keterlibatan Publik dalam
Pengawasan Partisipatif Berbasis Daring. Jurnal Adhyasta Pemilu, 4(2), 1–21.
https://doi.org/10.55108/jap.v4i2.53
Nurmantoro, M. A. (2022). Analisis Motivasi dalam Rekrutmen Calon Anggota Panwaslu
Kecamatan Pemilu Serentak Tahun 2024. Jurnal Adhyasta Pemilu, 5(2), 100–112.
https://doi.org/10.55108/jap.v5i2.211
Kusdianita, S., Hartana, M., Arsyad, M. Z., & Putri, Y. M. (2022). Perempuan Sebagai Modal
Sosial Pengawasan Partisipatif di Masyarakat: Studi Implementasi Desa Anti Politik
Uang di Kalurahan Sardonoharjo, Kabupaten Sleman. Jurnal Adhyasta Pemilu, 5(1),
59–69. https://doi.org/10.55108/jap.v5i1.84
Khatami, M. I., Pahlevi, M. E. T. ., & Amrurobbi, A. A. . (2021). Studi Pemantauan
Kampanye Digital para Kandidat dalam Pilkada 2020 Kabupaten Bantul di Tengah
Pandemi Covid-19. Jurnal Adhyasta Pemilu, 4(2), 22–35.
https://doi.org/10.55108/jap.v4i2.52
Makkarumba, N., & Naim, A. L. (2022). Konsep dan Perlindungan Hukum
Penyalahgunaan Anak Dalam Penyelenggaraan Pemilu . Jurnal
AdhyastaPemilu, 5(2),127–140https://doi.org/10.55108/jap.v5i2.76
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4801)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 8)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota

Doi Artikel: 9
Jurnal Res Justitia: Jurnal Ilmu Hukum
Program Studi Hukum Fakultas Hukum Universitas Bina Bangsa
Volume 4 Nomor 1 Januari 2024
DOI Issue: 10.46306/rj.v4i1

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5316)
Undang-Undang tentang Perjanjian Internasional, UU No. 24 Tahun 2000, (LN No 185
Tahun 2000, TLN No. 4012
Undang-Undang tentang Pengesahan International Covenant on Economic, Social and
Cultural Rights, UU No. 11 Tahun 2005, (LN No. 118 Tahun 2005 TLN No.
4557).

Doi Artikel: 1

Anda mungkin juga menyukai