Anda di halaman 1dari 40

HUKUM KEPARTAIAN

DAN PEMILU
DOSEN : DR. DODI HARYONO, SHI, SH, MH.
MATERI PERTEMUAN I & II

Konsepsi Partai Politik


1. Pengertian Partai Politik
2. Tujuan dan Fungsi Partai Politik
3. Dasar Hukum Pembentukan Partai Politik
PENGERTIAN PARTAI POLITIK I

• Partai : “pars” (bahasa Yunani), artinya “bagian” atau “bagian dari keseluruhan”. Jadi, partai
politik adalah perkumpulan orang-orang yang seazas, sehaluan dan setujuan yang berihtiar untuk
memenangkan dan mencapai citacita politik dan sosial mereka secara bersama-sama.
• Keragaman pengertian Partai Politik:
1. Menitikberatkan pada ideologi (Burke dan Reagan)
2. Merupakan alat untuk mendapatkan akses pemerintahan (Epstein, Schlesinger, dan Aldrich)
3. Merupakan desain instrumen mediasi dalam mengorganisir dan menyederhanakan pilihan
(Downs, Key, dan Chambers)
• Carl Joachim Friedrich: partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil
dengan tujuan merebut atau mempertahankan pengawasan terhadap pemerintah bagi
pimpinan partainya dan berdasarkan pengawasan ini, memberikan kepada anggota partainya
kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materiil.
• Giovanni Sartori: partai politik adalah suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum, dan
melalui pemilihan umum itu, mampu menempatkan calon-calonnya untuk menduduki jabatan-
jabatan publik.
PENGERTIAN PARTAI POLITIK II
• Definisi lainnya adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama.
Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut
kedudukan politik - (biasanya) dengan cara konstitusional - untuk
melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.
• Partai politik adalah salah satu komponen yang penting di dalam dinamika
perpolitikan sebuah bangsa. Partai politik dipandang sebagai salah satu
cara seseorang atau sekelompok individu untuk meraih kekuasaan.
• Partai politik, per definisi, merupakan sekumpulan orang yang secara
terorganisir membentuk sebuah lembaga yang bertujuan merebut
kekuasaan politik secara sah untuk bisa menjalankan program- programnya.
Parpol biasanya mempunyai asas, tujuan, ideologi, dan misi tertentu yang
diterjemahkan ke dalam program-programnya.
UNSUR PENTING PARTAI POLITIK
• Organisasi yang dibentuk secara sukarela
• Ada nilai atau cita-cita bersama
• Berorientasi pada pengendalian kekuasaan melalui jabatan publik
• Mendapatkan legitimasi kekuasaan melalui pemilihan umum

• Partai Politik : Suatu kelompok yang terorganisir secara sukarela di mana


anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai dan cita-cita yang sama
dengan tujuan untuk memperoleh kekuasaan dan merebut kedudukan
politik dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijakan mereka.
PARTAI POLITIK DALAM UNDANG-UNDANG

• UU No. 31 Tahun 2002 : Organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok


warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan
kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota,
masyarakat, bangsa dan negara melalui pemilihan umum.
• UU No. 2 Tahun 2008 jo UU No. 2 Tahun 2011 : Partai Politik adalah organisasi
yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara
Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita
untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,
masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
PARPOL DAN SISTEM KEPARTAIAN
• Parpol adalah organisasi yang bertujuan mempengaruhi dan mendapatkan
kekuasaan yang dilakukan melalui pemilu (organisasi dalam/internal organization).
• Sistem kepartaian adalah Interaksi antar partai yang satu dengan yang lainnya dan
hubungannya dengan sistem politik secara keseluruhan (Lingkungan partai /
eksternal environmental).
• Sistem kepartaian mencakup elemen:
a. Jumlah partai yang ada.
b. Derajat partai (keterpecahan).
c. Hubungan idiologis atau derajat polarisasi.
d. Pola interaksi (misalnya koalisi).
e. Hubungannya dengan masyarakat.
f. Posisinya terhadap sistem politik
g. Derajat kelembangaan sistem kepartaian.
BASIS PEMBENTUKAN PARPOL
• Kelompok sosial (buruh, agama, dsb)
• Ideologi (Nasionalisme, sosialisme, dsb)
• Kelas sosial (pengusaha, dsb)
• Sentimen primordial (kelompok etnis,dsb)

Dalam realitasnya, tidak ada parpol yang hanya memiliki satu basis.
Karena pada dasarnya partai adalah:
“coalition of people with different objectives in mind”
TUJUAN PARTAI POLITIK I
• Berpartisipasi dalam sektor pemerintahan : mendudukkan orang-orangnya
menjadi pejabat pemerintah sehingga dapat turut serta mengambil atau
menentukan keputusan politik atau out put pada umumnya
• Berusaha melakukan pengawasan, beroposisi, terhadap perilaku, kebijakan,
tindakan, para pemegang otoritas pemerintahan.
• Berperan untuk dapat memadu tuntutan-tuntutan yang masih mentah,
sehingga parpol bertindak sebagai penafsir kepentingan dengan
mencanangkan isu-isu politik yang dapat dicerna dan diterima oleh
masyarakat secara luas.
TUJUAN PARTAI POLITIK II
• Dalam Sistem politik : partai politik sebagai pilar utama penyangga
demokrasi. Artinya, tak ada demokrasi tanpa partai politik. Dengan kondisi
partai politik yang sehat dan fungsional, maka memungkinkan untuk
melaksanakan rekrutmen pemimpin atau proses pengkaderan, pendidikan
politik dan kontrol sosial yang sehat.
• Melalui Partai politik, konflik dan konsensus dapat tercapai guna
mendewasakan masyarakat. Konflik yang tercipta tidak lantas dijadikan
alasan untuk memecah belah partai, tapi konflik yang timbul dicarikan
konsensus guna menciptakan partai yang sehat dan fungsional.
• Pentingnya keberadaan partai politik dalam menumbuhkan demokrasi
harus dicerminkan dalam peraturan perundang-undangan.
FUNGSI PARTAI POLITIK
• Sarana komunikasi politik : Partai politik sebagai perantara keinginan masyarakat
dan kebijakan pemerintah.
• Sarana sosialisasi politik : Partai politik menanamkan nilai-nilai dan normanorma
yang baik dalam politik (etika politik yang baik).
• Sarana rekruitmen politik : Menarik dan mengambil tenaga potensial untuk dijadikan
kader politik untuk kemudian dijadikan pemimpin
• Sarana penengah atau pengatur konflik : Partai politik ikut memecahkan berbagai
masalah yang ada didalam masyarakat (penengah pemerintah dan rakyat).
• Sarana artikulasi dan agregasi kepentingan : Partai politik mengumpulkan dan
merumuskan berbagai kepentingan masyarakat.
• Fungsi lainnya: Pendidikan politik, Pemeliharaan konstituen, Regenerasi politik, Seleksi
kepemimpinan, Perwakilan politik, dan Pembuatan kebijakan.
TUJUAN DAN FUNGSI PARPOL
DALAM UU PARPOL

Tujuan Umum Tujuan Khusus Fungsi


1. Pendidikan politik bagi anggota dan
1. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa masyarakat luas agar menjadi warga
1. Meningkatkan partisipasi politik anggota
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam negara Indonesia yang sadar akan hak dan
dan masyarakat dalam rangka
Pembukaan Undang-Undang Dasar kewajibannya dalam kehidupan
penyelenggaraan kegiatan politik dan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
pemerintahan.
2. Menjaga dan memelihara keutuhan 2. Penciptaan iklim yang kondusif bagi
2. Memperjuangkan cita-cita Partai Politik
Negara Kesatuan Republik Indonesia. persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
dalam kehidupan bermasyarakat,
3. Mengembangkan kehidupan demokrasi berbangsa, dan bernegara. untuk kesejahteraan masyarakat.
berdasarkan Pancasila dengan 3. Penyerap, penghimpun, dan penyalur
3. Membangun etika dan budaya politik
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat aspirasi politik masyarakat dalam
dalam kehidupan bermasyarakat,
dalam Negara Kesatuan Republik merumuskan dan menetapkan kebijakan
berbangsa, dan bernegara.
Indonesia. negara.
4. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh 4. Partisipasi politik warga negara Indonesia.
rakyat Indonesia. 5. Rekrutmen politik dalam proses pengisian
jabatan politik melalui mekanisme
demokrasi dengan memperhatikan
kesetaraan dan keadilan gender.
DASAR HUKUM PEMBENTUKAN
PARTAI POLITIK

• UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK

• UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

• UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS


UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK
MATERI PERTEMUAN III

Tipologi Partai Politik


1. Motif Pembentukan Partai Politik
2. Karakteristik Partai Politik
MOTIF PEMBENTUKAN
PARTAI POLITIK
Teori Kelembagaan : partai politik dibentuk oleh kalangan legislatif
maupun eksekutif karena ada kebutuhan para anggota parlemen untuk
mengadakan kontak dan mendapatkan dukungan dari masyarakat.

Teori Situasi Historis : partai politik terbentuk karena adanya suatu sistem
politik yang mengalami transisi karena perubahan masyarakat dari bentuk
tradisional yang berstruktur sederhana menjadi bentuk modern yang
berstruktur kompleks.

Teori Pembangunan : partai politik sebagai produk modernisasi sosial


ekonomi. Perubahan-perubahan yang terjadi di bidang sosial ekonomi
menjadi penyebab lahirnya partai politik.
KLASIFIKASI/TIPOLOGI
PARTAI POLITIK
BEBERAPA
KRITERIA

Komposisi
Asas dan Basis Sosial
dan Fungsi
Orientasi dan Tujuan
Anggota
BERDASARKAN
ASAS DAN ORIENTASI
PRAGMATIS DOKTRINER KEPENTINGAN
• Partai politik yang • Partai politik yang memiliki • Partai politik yang dibentuk
mempunyai pro gram dan sejumlah program dan dan dikelola atas dasar
kegiatan yang tidak terikat kegiatan kongkret sebagai kepentingan tertentu,
kaku pada suatu doktrin penjabaran ideologi. seperti : petani, buruh,
dan ideologi tertentu.ini Ideologi yang dimaksud etnis, agama atau
berguna untuk adalah seperangkat nilai lingkungan hidup yang
memudahkan politik yang dirumuskan secara langsung ingin
pemahaman. secara kongkret dan berpartisipasi dalam
sistematis dalam bentuk pemerintahan.
programprogram kegiatan
yang pelaksanaannya
diawasi secara ketat oleh
aparat partai.
BERDASARKAN BASIS SOSIAL
(ALMOND)
Partai politik yang beranggotakan lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat,
seperti kelas atas, menengah dan bawah.

Partai politik yang anggotanya berasal dari kalangan kelompok kepentingan


tertentu, seperti petani, buruh dan pengusaha.

Partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari pemeluk agama


tertentu, seperti Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan lainnya d. Partai politik
yang anggotaanggotanya berasal dari kelompok budaya tertentu, seperti
suku bangsa, bahasa, dan daerah tertentu.
BERDASARKAN TUJUAN
Partai Perwakilan • Menghimpun berbagai kelompok untuk memenangkan kursi di
Kelompok parlemen

Partai Pembinaan • Bertujuan menciptakan kesatuan nasional dan biasanya menindas


Bangsa kepentingan sempit.

• Berupaya memobilisasi masyarakat ke arah pencapaian tujuan-


Partai Mobilisasi tujuan yang ditetapkan oleh pemimpin partai, sedangkan
partisipasi dan perwakilan kelompok cenderung diabaikan.
SISTEM KEPARTAIAN
BERDASARKAN POLA PERILAKU
DAN INTERAKSI POLITIK
• Berdasarkan pola perilaku dan interaksi di antara sejumlah partai politik dalam suatu sistem politik,
Maurice Duverger membagi sistem kepartaian menjadi 3 yaitu :
1) Sistem Partai Tunggal
2) Sistem Dwi Partai
3) Sistem Banyak Partai.

• Beberapa kritikan terhadap pandangan Maurice Duverger :


1. Tidak ada Batasan yang jelas antara partai tunggal totaliter( komunis atau fasis) dengan
bentuk partai tunggal otoriter yang banyak dijumpai di negara berkembang dan bentuk partai
tunggal dominan( tidak totaliter maupun otoriter) seperti yang diterapkan di Jepang.
2. Di samping itu sejumlah negara di dunia ada yang tidak memiliki partai politik, sebagaimana
yang terdapat pada sistem politik Otokrasi Tradisional, seperti Brunei Darussalam dan Arab
Saudi.
3. Penggolongan sistem kepartaian tersebut hanya berdasar pada jumlah partai saja.
TIPOLOGI SISTEM KEPARTAIAN
BERDASARKAN JARAK IDEOLOGI
GIOVANNI SARTORI

• Bipolar : Kegiatan aktual suatu sistem partai yang bertumpu pada dua kutub, meskipun jumlah partai
lebih dari dua karena sistem kepartaian ini tidak memiliki perbedaan ideologi yang tajam.
• Multipolar : Kegiatan aktual suatu sistem partai yang bertumpu pada lebih dari dua kutub yang
biasanya terdiri atas lebih dari dua partai dan diantara kutub-tutub tersebut terdapat perbedaan
ideologi yang tajam.
• Sentripetal: perilaku politik menuju ke pusat ( integrasi nasional ).
• Sentrifugal : perilaku politik menjauhi pusat atau hendak mengembangkan sistem tersendiri
TIPOLOGI PARTAI POLITIK VERSI
FRANK DECKER
TIPOLOGI PARTAI MASSA-BIROKRATIS VS PARTAI ELEKTORAL-PROFESIONAL
SISTEM KEPARTAIAN
Sistem Mono Partai Sistem Dwi Partai Sistem Multi Partai
• Hanya ada satu partai • Hanya ada 2 partai yang • Dalam pemerintahan
dalam negara diakui,partai lain bisa hidup dikenal keberadaan partai-
• Menolak keanekaragaman tapi harus bergabung partai yang lebih dari 2
karena diyakini hanya akan dengan salah satu dari dua (beragam).
menghambat partai yang ada. • Hal-hal positif yang bisa
pembangunan negara. • Partai pemenang akan dilihat dari model ini: Paling
• Posisi/jabatan dalam menjadi partai pemerintah, demokratis dan cocok bagi
pemerintahan dikuasai sedang yang kalah akan negara yang kondisinya
orang partai. menjadi partai oposisi. beragam.
• Model ini banyak dianut • Model ini banyak dianut • Hal negatif model ini adalah
oleh negara-negara oleh negara-negara maju. adanya kecenderungan
komunis. • Model ini sebenarnya terjadi krisis kabinet.
tidaklah ideal dianggap
sebagai Pelaksanaan
demokasi karena pilihan
rakyat terbatas.
MATERI PERTEMUAN IV

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN


PARTAI POLITIK DI INDONESIA
BEBERAPA ISU PENTING DALAM
KAJIAN SISTEM KEPARTAIAN
Jumlah partai politik yang berdiri serta jumlah partai yang berfungsi secara efektif

Kemudahan pembentukan dan pembubaran partai politik

Tingkat fragmentasi kekuatan antar-partai politik

Tingkat kompetisi antar-partai

Tingkat kemampuan partai memelihara dukungan

Pemilih dan mengelola konstituen

Praktik demokrasi di dalam partai


PERKEMBANGAN PARTAI POLITIK DI INDONESIA
(DANIEL DHAKIDAE )

Generasi Pertama Generasi Kedua

• Diawali lahirnya Budi Oetomo 1908 dan Sarikat • Parpol tumbuh setelah dikeluarkannya Maklumat X Tgl 16Oktober 1945,
Dagang Islam 1912.Periode ini adalah masa formasi seperti “jamur di musim hujan”. Isi Maklumat Wakil Presiden:“Bahwa
Masyarakat Politik: menuju kesatuan politik. Komite Nasional Indonesia Pusat, sebelum terbentuknya Majelis
• Terjemahan dari rasa nasionalisme yg berkembang Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat diserahi
saat itu.Implikasi dari diterapkannya politik etis oleh kekuasaan legislative dan ikut menetapkan Garis-garis Besar Haluan
pemerintah kolonial Belanda. Negara, serta pekerjaan Komite Nasional Indonesia Pusat sehari-hari
• Quasi partai politik; Menjalankan fungsi parpol namun berhubung dengan gentingnya keadaan dijalankan oleh sebuah Badan
tdk sepenuhnya karena tidak bisa berkompetisi untuk Pekerja yang dipilih di antara mereka dan yang bertanggung jawab
memerintah. kepada Komite Nasional Indonesia Pusat".
• Generasi pertama ini mengalami patahan pada saat • Pemilihan parpol merupakan manifestasi pemilahan sosial-
pendudukan Jepang.Jepang membentuk putera (Pusat ideologis.Kuatnya pengaruh politik aliran. Ada dua sumber utama
Tenaga Rakyat)à seluruh kekuatan politik “dilebur” pemikiran politik di Indonesia, yaitu tradisi lokal dan pengaruh pikiran
dalam organisasi yg mengabdi pada kepentingan Barat.Kedua hal ini kemudian menghasilkan lima aliran politik yang nyata
Jepang. dalam masyarakat Indonesia pada masa itu, yakni Komunisme,
Sosialisme Demokrat, Islam, Nasionalisme Radikal dan Tradisionalisme
• Pada masa Pra-Kemerdekaan, kepartain Indonesia
Jawa. (Herbert Feith dan Lance Castles).
menjadi bagian dari perjuangan kemerdekaan, terpilah
antara yang co dan anti-co terhadap colonial. • Generasi kedua mengalami patahan ketika Soekarno
“menyederhanakan” sistem kepartaian dengan membubarkan beberapa
partai politik; PSI dan Masjumi Jumlah partai tersisa 9 partai dari 118
partai yg pernah berkompetisi pada pemilu 1955.
• Aliran Partai Politik: 1) Barat; 2) Sosialisme; 3) Demokrat; 4) Islam; 5)
Nasionalisme; 6) Radikal; 7) Komunisme; 8) Tradisonalisme; 9) Jawa; 10)
Tradisi; 11) Kiri; dan 12) Kanan
• Pada masa awal kemerdekaan dan demokrasi liberal, merupakan fase
pencarian sistem politik dan kebutuhan negara baru untuk memperkuat
keberadaan negara yang membutuh dukungan dari segenap kekuatan
politik rakyat
• Pada masa demokrasi terpimpin, partai politik terlihat agresif dengan
Pemerintah sekaligus ditundukkan oleh kepemimpinan.
Generasi Ketiga Generasi Keempat (1998- sekarang)

• Patahan ketiga dimulai pada awal • Jumlah partai semakin banyak dan bervariasi dari
terbentuknya rezim Orde Baru. sisi ideologis.
• Orde Baru melanjutkan • Terdapat partai kelas dan partai aliran.
penyederhanaan sistem kepartaian
dari 9 menjadi 2 partai politik dan • Tipologi Partai : 1) Kelas; 2) Nasionalisme; 3)
golongan karya Agama; dan 4) Developmentalisme
• Kontrol yg kuat dari negara • Dua sumbu memisahkan seluruh pengelompokkan
terhadap partai politik. partai-partai politik yang berkompetisi di dalam
• Golkar sebagai mesin politik rezim pemilu:
dan menjadi single majority dari 1.Sumbu vertikal memisahkan dua kutub yaitu
pemilu ke pemilu.
partai yang berdasarkan agama, dan kutub
• Tumbangnya rezim Soeharto
menandai patahan sejarah partai
lainnya adalah partai yang berdasarkan
generasi ketiga. kebangsaan.
2.Sumbu horizontal memisahkan dua kutub lainnya
berdasarkan kelas yaitu developmentalisme dan
sosialisme radikal
PERBANDINGAN PENDANAAN NEGARA
LANGSUNG DENGAN BIAYA PEMILU

Sumber : August Mellaz & Pipit R. Kartawidjaja, Tipologi Partai Politik dan
Skema Pendanaan Partai Politik, 2018.
SUBSIDI APBN PARTAI
DI INDONESIA Sumber : Mellaz & Kartawidjaja, Tipologi Partai Politik, 2018.
PARTAI POLITIK DALAM UU

• UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK


• UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK
UU NO. 2 TAHUN 2008 UU NO. 2 TAHUN 2011
• Pembentukan Partai Politik • Persyaratan Pembentukan Partai Politik
• Perubahan Anggaran Dasar Dan Anggaran • Persyaratan Kepengurusan Partai Politik
Rumah Tangga Partai Politik • Perubahan AD Dan ART
• Asas Dan Ciri • Rekrutmen Dan Pendidikan Politik
• Tujuan Dan Fungsi • Pengelolaan Keuangan Partai Politik
• Hak Dan Kewajiban • Kemandirian Partai Politik.
• Keanggotaan Dan Kedaulatan Anggota
• Organisasi Dan Tempat Kedudukan
• Kepengurusan
• Pengambilan Keputusan
• Rekrutmen Politik
• Peraturan Dan Keputusan Partai Politik
• Pendidikan Politik
• Penyelesaian Perselisihan Partai Politik
• Keuangan
• Larangan
• Pembubaran Dan Penggabungan Partai Politik
• Pengawasan
• Sanksi
MATERI PERTEMUAN V

IDEOLOGI PARTAI POLITIK


IDEOLOGI PARTAI POLITIK
• Antoine Louis Claude Destutt, comte de Tracy (akhir abad ke-18): ideologi merupakan “an
object the (genetic) theory of ideas” (teori tentang ide).
• Ideologi: sistem berpikir dan tata nilai dari masyarakat tertentu yang hendak diwujudkan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
• Ideologi partai politik : sistem berpikir dan tata nilai dari Partai Politik tertentu yang hendak
diwujudkan dalam kehidupan ketatanegaraan.
• Partai politik tanpa ideologi layaknya manusia yang tidak memiliki prinsip dalam hidupnya.
• Ideologis vs Pragmatis Partai Politik
• Thick ideology to Thin Ideology.
• Maurice Duverger (1984) : untuk dapat memahami dan menganalisis pertumbuhan dan
perkembangan partai politik berikut fungsi dan relasinya dengan internal partai dan antar
partai (eksternal) dalam sebuah rangkaian sistem maka harus memperhatikan aspek-aspek
pentingnya, yakni:
a. Ideologi Partai.
b. Dasar-dasar sosial masyarakat.
c. Struktur Partai.
d. Organisasi Partai.
e. Partisipasi Partai dalam Sistem Politik.
f. Strategi Partai.
FUNGSI IDEOLOGI PARTAI POLITIK
• Ideologi dapat menjadi tools atau instruments untuk mencapai
kekuasaan dan dinstitusionalisaikan dalam partai politik.
• Menurut Nice (1982) : ideologi partai punya asosiasi dengan
pembuatan kebijakan negara (state policy making) dan hasil dari
kebijakan (policy outcomes).
• Ideologi dapat digunakan oleh organisasi politik untuk memosisikan
dirinya. Ideologi politik juga berpengaruh dalam hal keberhasilan
komunikasi politik. Dengan adanya ideologi , parpol akan dapat
memegang teguh janjinya kepada masyarakat.
• Partai politik perlu segera mengubah pola pikirnya yaitu yang tadinya
lebih kepada elite oriented menjadi public oriented.
• Clifford Geertz membagi tipologi aliran dalam masyarakat Jawa yang mencerminkan
ideologi politik mereka menjadi tiga, yakni santri, priyayi, dan abangan (The Religion
of Java, 1960).
✓ Kalangan santri berorientasi pada partai-partai Islam, seperti Majelis Syuro Muslimin
Indonesia (Masyumi), Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), atau Partai Nahdatul Ulama
(PNU)
✓ Klangan priyayi mempunyai kecenderungan kuat untuk memilih partai-partai non-agama
yang kental bernuansa kejawen dan “berbudaya tinggi”, seperti Partai Nasional Indonesia
(PNI).
✓ Kalangan abangan (merah) akan memiliki orientasi kepada partai non-agama dan
berkarakter populis, seperti Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia (Permai)
• Feith dan Castles (1970), membagi aliran politik Indonesia menjadi lima, yakni:
1. Nasionalis radikal/radical nationalism (PNI).
2. Tradisional Jawa/Javanese traditionalism.
3. Komunisme/communism (Partai Komunis Indonesia/PKI).
4. Islam (Masyumi dan PNU).
5. Sosialisme demokrat/democratic socialism (Partai Sosialis Indonesia/PSI).
).

PETA IDEOLOGI 24 PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2004


DI INDONESIA
(VERSI KOMARUDIN HIDAYAT DAN YUDHIE HARYONO)
Peserta Pemilu 2004

No. Ideologi Partai Politik


01. Islam Tradisonalis Partai Bintang Reformasi, Partai Persatuan Pembangunan, Partai
Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia, Partai Kebangkitan Bangsa.

02. Islam Modern Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Bulan
Bintang.
03. Nasionalis Partai Golkar, Partai Penegak Demokrasi Indonesia, Partai Karya
Peduli Bangsa, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, Partai Patriot
Pancasila, Partai Demokrat, Partai Persatuan Daerah, Partai Merdeka.
04. Sosial Demokrat Partai Indonesia Baru, Partai Buruh Sosial Demokrat, Partai Sarikat
Indonesia, Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan.

05. Marhaenisme PDI-P, PNBK, Partai Pelopor, PNI Marhaenisme.


06. Kristen Partai Damai Sejahtera.
KARTELISASI PARTAI POLITIK
• Katz dan Mair (1994; 1996), serta Ambardi (2009) menunjukkan lima karakter sistem
kepartaian yang terkartelisasi, yaitu:
1. Ideologi sebagai sesuatu yang tidak penting dalam menentukan perilaku partai.
2. Partai-partai bersikap permisif atau serba boleh (promiscuous) dalam
membentuk koalisi.
3. Oposisi cenderung menjadi tidak ada atau tidak dapat diidentifikasikan karena
bercampur-baur dengan pemerintah.
4. Hasil-hasil pemilu memberikan dampak minimal atau bahkan tidak memberikan
dampak sama sekali terhadap perilaku partai-partai.
5. Partai-partai, baik yang ada dalam pemerintahan atau tidak, cenderung
berafiliasi menjadi satu kelompok besar dalam menangani isu-isu kebijakan yang
berkembang.

Anda mungkin juga menyukai