PENDAHULUAN.
A. LATAR BELAKANG
Upaya pemberdayaan masyarakat perlu mengikutsertakan semua potensi yang
ada pada masyarakat. Dalam hubungan ini, pemerintah daerah harus mengambil
peranan lebih besar karena mereka yang paling mengetahui mengenai kondisi,
potensi dan kebutuhan masyarakatnya.
Terkait dengan upaya penguatan kapasitas masyarakat yang dilakukan,
keberhasilan proses dalam pemberdayaan masyarakat bukan merupakan
keberhasilan pengelola atau fasilitator program, melainkan harus diakui oleh
masyarakat sebagai keberhasilan usaha mereka sendiri, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Lao Tsu (Mardikanto, 2003).
Kekuatan atau daya yang dimiliki setiap individu dan masyarakat bukan dalam
arti pasif, tetapi bersifat aktif, yaitu terus-menerus dikembangkan/dikuatkan
untuk memproduksi atau menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat.
Sebaliknya penguatan masyarakat diarahkan untuk melihat peluang yang
berkembang di lingkungan kelompok dan masyarakat global agar dapat
dimanfaatkan bagi perbaikan kehidupan pribadi, kelompok, dan masyarakat
global (UNDP,1998).
B. TUJUAN
1. Jaring aspirasi masyarakat?
2. Kajian Partisipatif?
3. Latihan kader
4. Rumusan rencana strategi dan aksi
5. Monitor evaluasi
6. Pemetaan sosial
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jaring aspirasi masyarakat
Amirudin (2003:3) secara defenitif merumuskan, konsep dari aspirasi
mengandung dua pengertian, aspirasi di tingkat ide dan aspirasi di tingkat
peran struktural. Di tingkat ide, konsep berarti sejumlah gagasan verbal
dari lapisan masyarakat manapun. Ditingkat peran dalam struktur adalah
keterlibatan langsung dalam suatu kegiatan yang diadakan pemerintah.
Menurut Bank Dunia dalam Salman (2005:3) aspirasi adalah kemampuan
untuk mempengaruhi dan mendukung dalam proses pembangunan. Jadi
aspirasi masyarakat adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat baik
berupa keterlibatan langsung maupun berupa sejumlah gagasan verbal
dari lapisan masyarakat manapun sehingga mempengaruhi dan
mendukung dalam porses pembangunan. Prinsip dasar dalam melibatkan
masyarkat secara langsung adalah bahwa apa yang disebut dengan
melibatkan kepentingan rakyat hanya akan terjadi jika masyarakat itu
sendiri yang ambil bagian. Dengan adanya keterlibatan rakyat itu sendiri
maka dengan sendirinya pula akan menjadi penjamin bagi suatu proses
baik dan benar.
Abe dalam Salman (2009:22), beranggapan dengan melibatkan masyarkat
maka secara langsung akan membawa tiga dampak penting yaitu :
1. Terhindar dari peluang terjadinya manipulasi. Karena dengan
terlibatnya masyarakat maka akan memperjelas apa yang
sebetulnya terjadi di masyarakat.
2. Memberikan nilai tambah dalam hal legitimasi rumusan
perencanan. Karena semakin banyak masyarakat yang terlibat,
maka akan semakin baik.
3. Dan juga dapat meningkatkan kesadaran dan keterampilan politik
di masyarakat.
Keterlibatan masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintahan
daerah baik dalam proses pembuatan keputusan, sampai pada tahap
pengawasan telah diatur dalam undang undang. Misalnya Undang
Undang No. 10 Tahun 2004 tentang keterbukaan. Dalam Pasal 5 yang
disebutkan bahwa masyarakat mempunyai kesempatan dalam proses
pembuatan kebijakan, mulai dari tahap perencanaan, persiapan,
penyusunan, dan pembahasan. Selain itu Pasal 53 juga disebutkan bahwa
B. Kajian Partisipatif
Khairul (2006:46) memulai pembahasannya mengenai partisipasi
sebagai the action or act of partaking, having or forming a part of. Dalam
pengertian ini, partisipasi bisa bersifat transitif atau intrasitif, bisa pula
bermoral atau tak bermoral. Kandungan pengertian tersebut juga bersifat
dipaksa atau bebas, dan bisa pula bersifat manipulative maupun spontan.
Isra (2010:282) menyebutkan partisipasi masyarakat diartikan sebagai
keikutsertaan masyarakat, baik secara individual maupun kelompok,
secara
aktif dalam penentuan kebijakan publik atau perundang-undangan.
Sedangkan Santosa dalam Isra (2010:282) menambahkan bahwa
pengambilan
keputusan publik yang partisipatif bermanfaat agar keputusan tersebut
benarbenar
mencerminkan kebutuhan, kepentingan serta keinginan masyarakat.
Menurut Adi dalam Salman (2009:20) partisipasi adalah keikutsertaan
ataupun keterlibatan masyarakat dalam proses pengidentifikasi masalah,
pengidentifikasian potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan
pengambilan keputusan alternatif solusi penanganan masalah,
pelaksanaan
upaya mengatasi masalah, dan juga keterlibatan masyarakat dalam
proses
mengevaluasi perubahan yang terjadi. Keikutsertaan masyarakat dalam
berbagai tahap perubahan ini akan membuat masyarakat menjadi lebih
berdaya dan dapat semakin memiliki ketahanan dalam menghadapi
perubahan. Sebaliknya bila masyarakat tidak banyak dilibatkan dalam
berbagai tahapan perubahan dan hanya bersikap pasif dalam setiap
a. Partisipasi fisik
Partisipasi fisik adalah partisipasi masyarakat (orang tua) dalam
bentuk menyelenggarakan usaha-usaha pendidikan, seperti mendirikan
dan menyelenggarakan usaha sekolah.
b. Partisipasi non fisik
Partisipasi non fisik adalah partisipasi keikutsertaan masyarakat
dalam menentukan arah dan pendidikan nasional dan meratanya
animo
masyarakat untuk menuntut ilmu pengetahuan melalui pendidikan,
sehingga pemerintah tidak ada kesulitan mengarahkan rakyat untuk
bersekolah.
C. Latihan kader
Kader merupakan orang yang mau merelakan waktu, tenaga dan
pikirannya kepada orang lain untuk mencapai tujuan yang telah diyakini
kebenarannya. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah orang yang
mempunyai jiwa peduli dan mampu mengajak masyarakat untuk untuk
perpikir dan bertindak positip serta berpartisipasi dalam setiap kegiatan
pembangunan
Sebagai proses penumbuhkembangan, penggerakan prakarsa dan partisipasi
serta swadaya gotong royong masyarakat dalam pembangunan di desa dan
kelurahan memerlukan peran serta masyarakat yang akan berperan sebagai
Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM). Kader Pemberdayaan Masyarakat
merupakan mitra Pemerintah Desa dan Kelurahan yang diperlukan keberadaan
dan peranannya dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan
partisipatif di Desa dan Kelurahan;
Sebagai dasar hukum KPM adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah MenJadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4493).
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4587). Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005
tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588). Peraturan
Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia
Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor
4593) dan secara khusus keberadaan KPM diatur olehPeraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 7 Tahun 2007 Tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat.
Pengertian
Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) adalah anggota masyarakat Desa dan
Kelurahan yang memiliki pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk
menggerakkan masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat dan
pembangunan partisipatif.
Sedangkan Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan
dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan
dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan adalah upaya untuk
mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat desa dan kelurahan yang
meliputi aspekekonomi, sosial budaya, politik dan lingkungan hidup melalui
penguatan pemerintahan desa dan kelurahan, lembaga kemasyarakatan dan
upaya dalam penguatan kapasitas masyarakat.
Dalam proses pemberdayaan sebagai pendekatan pembangunan dikenal adanya
konsep Pembangunan Partisipatif, yaitu pembangunan yang dilaksanakan dari,
oleh dan untuk masyarakat meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,
pemanfaatan dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan serta pengembangan
tindak lanjut hasil pembangunan, dengan peranserta seluruh lapisan
masyarakat.
Pola pemberdayaan yang terjadi dalam pembangunan partisipatif mempunyai
benang merah dengan keswadayaan masyarakat. Swadaya masyarakat adalah
bantuan atau sumbangan dari masyarakat baik dalam bentuk uang, material dan
non fisik dalam bentuk tenaga dan pemikiran dalam kegiatan pembangunan.
Bentuk konkret swadaya masyarakat dalam masyarakat kita adalah adanya
gotong royong masyarakat, yaitu kegiatan kerjasama masyarakat dalam
berbagai bidang pembangunan yang diarahkan pada penguatan persatuan dan
kesatuan masyarakat serta peningkatan peran aktif masyarakat dalam
pembangunan serta adanya partisipasi masyarakat sebagai peran aktif
masyarakat
dalam
proses
perencanaan,
pelaksanaan,
pembiayaan,
pemanfaatan, pemeliharaan dan pengembangan hasil pembangunan.
KPM dibentuk di desa dan kelurahan berdasarkan Keputusan Kepala Desa/
Lurah. Pembentukan KPM dilakukan melalui proses pemilihan dari calon-calon
KPM. KPM berjumlah antara 5 (lima) sampai dengan 10 (sepuluh) orang yang
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat.
Dalam
pembentukan
KPM,
Pemerintah
Kabupaten/Kota
melakukan
penyelenggaraan pelatihan bagi calon KPM, pemberian Sertifikat/Surat
Keterangan telah mengikuti pelatihan kepada calon KPM yang telah mengikuti
pelatihan dengan baik dan dapat melakukan pemberian identitas diri sebagai
KPM berupa kartu KPM.
Peran dan Tupoksi KPM
KPM mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa atau Lurah dan Lembaga
Kemasyarakatan dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan
partisipatif, yang meliputi:
melakukan 10
Untuk motivasi
F. Pemetaan sosial
Pemetaan Sosial adalah satu kegiatan yang dilakukan untuk
menemukenali kondisi sosial budaya masyarakat lokal
Kondisi sosial budaya yang dimaksud mencakup antara lain:
a. Nilai-nilai apakah yang dianut oleh masyarakat secara dominan,
yang mampu
menggerakkan masyarakat
Tujuan
a. Sebagai langkah awal pengenalan lokasi sasaran dan pemahaman tim
terhadap kondisi geografis kelurahan dan Kecamata
b. Untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat kelurahan
c. Sebagai dasar pendekatan dan metoda pelaksanaan membentuk opini
terhadap calon dan partai
d. Sebagai dasar penyusunan rencana kerja yang bersifat taktis terhadap
permasalahan yang dihadapi
e. Sebagai acuan dasar untuk mengetahui terjadinya proses perubahan sikap
dan
perilaku pada masyarakat sasaran
Output Pemetaan sosial
Data dan Informasi tentang:
a. Data Demografi: jumlah penduduk, komposisi penduduk menurut
usia, mata
pencaharian, dll
b. Data Geografi: topografi, letak lokasi ditinjau dari aspek geografis,
aksesibilitas lokasi, pengaruh lingkungan geografis terhadap kondisi
sosial
masyarakat, dll.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.uny.ac.id/7720/3/bab%202%20%20%2007110241010.pdf
http://digilib.unila.ac.id/3605/17/BAB%20II.pdf
http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4032/3/T2_092011008
_BAB%20II.pdf
http://dokumen.tips/documents/metode-pemberdayaanmasyarakat.html
http://www.kompasiana.com/wind/evaluasi-program-pemberdayaanmasyarakat-untuk-pembangunan-desa-pmpd-kabupatenminahasa_5500e3878133111918fa7fb1