Anda di halaman 1dari 11

DEMOKRASI

Oleh:

[ FIRDAUS AL’AROSI
[ FIKRIAL NURFAIZIN
[ IBNU ABDILLAH

PROGRAM STUDY AHWAL SYAKHSIYYAH


SEKOLAH TINGGI DIRASAT ISLAMIYYAH
IMAM SYAFI’I JEMBER
2018
SITEMATIKA MASAL
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Demokrasi dikenal dengan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Sistem demokrasi rakyat memberikan kesempatan yang sama dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan. Menurut Abdulkarim(2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi
merupakan pemerintah yang dipegang oleh rakyat atau setidak-tidaknya diikut-sertakan dalam
pembuatan suatu keputusan politik, pemerintahan atau kenegaraan.
Abdulkarim (2007:3) secara harafiah menyatakan bahwa demokrasi adalah pemerintahan
dari, oleh dan untuk rakyat. Demokrasi adalah pemerintahan dengan segenap kegiatan yang
dikelola dengan menjadikan rakyat sebagai subyek dan titik tumpu. Demokrasi adalah system
pemerintahan yang bertumpu pada daulat rakyat, bukan daulat pada pimpinan, daulat
pemerintahan ataupun daulat raja. Sebuah sistem demokratis dicirikan sebagai berikut, yaitu (1)
partisipasi politik yang luas (2) kompetisi politik yang sehat (3) sirkulasi kekuasaan yang terjaga,
terkelola dan berkala melalui proses pemilihan umum (4) pengawasan terhadap kekuasaan yang
efektif (5) diakuinya kehendak mayoritas dan (6) adanya tata politik yang disepakati dalam
masyarakat.
Menurut Nurhasim (2008:67) memberikan prinsip-prinsip demokrasi sebagai berikut: (1)
pemerintah mewakili keinginan para warga Negara, (2) dilakukannya pemilihan kompetitif
secara berkala antara calon alternatif, (3) didikuti oleh orang dewasa, baik sebagai pemilih
maupun sebagai calon untuk dipilih, (4) pemilihan dilakukan secara bebas, (5) para warga negara
memiliki kebebasan dasar, yaitu kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berkumpul,
berorganisasi, dan membentuk partai politik.
Jika melihat dari konsep prinsip dan kriteria demokrasi tersebut, maka demokrasi
merupakan aturan untuk mendistribusikan kekuasaan secara adil di antara anggota masyarakat
serta memberikan hak yang sama bagi warga negara untuk terlibat dalam pembuatan keputusan
serta memiliki hak dan kesempatan seluas mungkin bagi warganegara untuk mendapatkan dan
mempertahankan informasi, mengartikulasikan kepentingan serta menggunakan opini.
Pasal 24 Ayat (5) Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
disebutkan bahwa penyelenggaraan pemerintahan desa dilaksanakan dengan prinsip-prinsip
demokrasi dan memperhatikan adat istiadat serta kebiasaan masyarakat desa setempat,
sedangkan menurut Pasal 18B Ayat (2) UUD 1945 Amandemen ke-4, Negara mengakui dan
menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.Desa dapat dikategorikan
sebagai kesatuan hukum adat, karena hukum adat masih kental diberlakukan baik dalam
pemerintahan, maupun dalam kehidupan sehari-harinya.
Pasal 1 Ayat (12) UU Nomor 32 Tahun 2004 menyatakanyang dimaksud dengan desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten. Desa juga memiliki
kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahannya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Penyelenggaraan pemerintah desa merupakan subsistem dari sistem
penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakatnya.
Pemerintahan desa merupakan bagian dari miniatur Indonesia. Desa yang kerap
dipandang sebelah mata ternyata memiliki potensi dalam menopang keberlangsungan suatu
negara. Hal ini dapat terjadi apabila desa benar-benar diperhatikan dan terus ditumbuh
kembangkan, bukan sebaliknya desa terus dieksploitasi baik itu sumber kekayaan alam sebagai
pemasok bahan mentah dan pengeksploitasian sumber tenaga kerja yang murah. Dimana
halinilah yang terjadi dari masa kolonial sampai zaman kemerdekaan, terlebih lagi desa-desa
yang terpencil dan sulit dijangkau, masyarakat desanya dianggap masyarakat tertinggal yang
dapat terus menerus dibodohi dengan kata lain dapat disebut sebagai penjajahan era modern.
Upaya untuk memperbaiki pemerintahan desaselalu dilakukan dalambentuk penerapan
undang-undang, peraturan daerah, peraturan kabupaten, tapi pelaksanaannya belum optimal.
Upaya itu dapat dilihat dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004tentang Pemerintahan
Daerah, dalam undang-undang tersebut pengaturan mengenai desa dibahas secara mendetail
dalam peraturan pemerintahNomor 72 tahun 2005 (dibuat oleh pemerintah pusat)dan ditindak
lanjuti dengan pemerintah daerah (disusun oleh anggota DPRD dan Pemerintah daerah).
Demokrasi terlihat mulai bergerak dari pemerintahpusat ke pemerintah daerah dan pemerintah
daerah kepada pemerintah desa, dengan menyerahkan segala urusannya sesuai dengan aspirasi
dan keinginanmasyarakat setempat. Pemerintah desa diharapkantelah melakukan upaya untuk
menciptakan suasana demokratis dalam pemerintahan terhadap masyarakatnya.
Abdulkarim (2007:114) mengungkapkan bahwa untuk membangun demokrasi sampai
tingkat desa merupakan salah satu hal yang penting dan strategis, dimana dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memuat suatu perubahan kebijakan
mengenai desa dengan menghadirkan parlemen desa.
Penyelenggaraan pemerintahan menurut Abdulkarim (2004:50), yaitu sebagai suatu
organisasi pemerintah atau organisasi kekuasaan, pemerintah desa harus tetap berpegang pada
prinsip-prinsip demokrasi. Pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi dapat dijadikan tolak ukur
bahwa demokrasi sudah dilaksanakan dalam penyelenggaraan pemerintah desa. Refleksi nilai-
nilai demokrasi dapat dilihat dari kultur masyarakat pedesaan di Indonesia yaitu sifat gotong
royong atau cara-cara kekeluargaan dalam mengurus persekutuan hidup termasuk
penyelenggaraan desa.
Dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, parlemen
desa tidak mengalami perubahan yang esensial dari Undang-undang Nomor 22 tahun 1999.
Dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, disebutkan bahwa kepala desa adalah seorang
pemimpin dari sebuah bagian kecil dari Kabupaten/Kota yang disebut dengan pemerintahan
desa. Sebuah desa tak terlepas dari seorang kepala desa yang dipilih oleh masyarakat dan
dipercaya oleh masyarakat untuk memimpin desa yang mereka tempati. Kepala desa disini
bertanggung jawab untuk menjaga dan mengurus daerahnya dengan dibantu oleh sejumlah
perangkat desa yang ada dibawahnya. Dengan mengikuti persyaratan-persyaratan yang telah
ditentukan seseorang dapat dipilih menjadi seorang kepala desa dengan segala
tanggungjawabnya dan konsekuensinya menjadi kepala desa. Adapun tata cara pemilihan kepala
desa diatur dalam Pasal 43 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005.1

1
http://digilib.unila.ac.id/933/8/BAB%20I.pdf/. Diakses pada tanggal 6 September 20181
B.FOKUS PEMBAHASAN

Dari latar belakang di atas, maka dapat kita ketahui rumusan masalah sebagai berikut.
1.Apa devinisi dari demokrasi?
2.Apasajakah bentuk-bentuk dari demokrasi?
3.Bagaimakah perkembangan demokrasi?
BAB II PEMBAHASAN

A.DEVINISI
Pengertian demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa (epistemologis) dan istilah
(terminologis). Secara epistemologis “demokrasi” terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa
Yunani yaitu ”demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan “cretein” atau “cratos
” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan.Jadi secara bahasademos-cratein atau demos-cratos
adalah keadaan Negara dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan
rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa,pemerintah
rakyat dan oleh rakyat.Sementara itu, pengertian demokrasi secara istilah sebagaimana
dikemukakan para ahli sebagai berikut:
1.Menurut Joseph A. Schemer
Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan
polituk dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan
kompetitif atas suara rakyat.
2.Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang
penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang
diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
3.Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl
Demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggung
jawab atas tindakan-tindakan mereka diwilayah publik oleh warga negara, yang bertindak secara
tidak langsung melalui kompetisi dan kerjasama dengan para wakil mereka yang terpilih.

4.Henry B. Mayo
Menyatakan demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang
menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritasoleh wakil-wakil yang
diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas p
rinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
Affan Ghaffar (2000) memaknai demokrasi dalam dua bentuk yaitu pemaknaan secara
normatif (demokrasi normatife) dan empirik ( demokrasi empirik):
a ).Demokrasi Normatif
adalah demokrasi yang secara ideal hendak dilakukan oleh sebuah Negara.
b).Demokrasi Empirik
adalah demokrasi dalam perwujudannya pada dunia politik praktis.

Makna demokrasi sebagai dasar hidup bermasyarakat dan bernegara mengandung


pengertian bahwa rakyatlah yang memberikan ketentuan dalam masalah-masalah mengenai
kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijakan Negara, karena kebijakan Negara tersebut
akan menentukan kehidupan rakyat. Dengan demikian Negara yang menganut sistem demokrasi
adalah Negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat. Dari sudut
organisasi, demokrasi berarti pengorganisasian Negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau
atas persetujuan rakyat karena kedaulatan ditangan rakyat.
Kesimpulan-kesimpulan dari beberapa pendapat diatas adalah bahwa hakikat demokrasi
sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan memberikan penekanan
pada keberadaan kekuasaan di tangan rakyat baik dalam penyelenggaraan berada di tangan
rakyat mengandung pengertian tiga hal, yaitu:
a).Pemerintahan dari rakyat (government of the people)
Mengandung pengertian yang berhubungan dengan pemerintah yang sah dan
diakui (ligimate government) dimata rakyat. Sebaliknya ada pemerintahan yang tidak sah
dan tidak diakui (unligimate government). Pemerintahan yang diakui adalah
pemerintahan yang mendapat pengakuan dan dukungan rakyat. Pentingnya legimintasi
bagi suatu pemerintahan adalahpemerintah dapat menjalankan roda birokrasi dan
program-programnya.
b).Pemerintahan oleh rakyat (government by the people)
Pemerintahan oleh rakyat berarti bahwa suatu pemerintahan menjalankan
kekuasaan atas nama rakyat bukan atas dorongan sendiri.Pengawasan yang dilakukan
oleh rakyat (sosial control) dapat dilakukan secara langsung oleh rakyat maupun tidak
langsung ( melalui DPR).
c).Pemerintahan untuk rakyat (government for the people)
Mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada
pemerintah dijalankan untuk kepentingan rakyat.Pemerintah diharuskan menjamin
adanya kebebasan seluas-luasnya kepada rakyat dalam menyampaikan aspirasinya baik
melalui media pers maupun secara langsung.2

B. Bentuk-Bentuk Demokrasi
Dipandang dari bagaimana keterkaitan antar badan atau organisasi Negara dalam
berhubungan, demokrasi dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Demokrasi dengan sistem referendum (pengawasan langsung oleh rakyat).
Dalam sistem referendum, tugas badan legeslatif (badar perwakilan rakyat ) selalu berada
dalam pengawasan rakyat. Dalam hal ini, pengawasannya dilaksanakan dalam bentuk
reperendum (pemungutan suara langsung oleh rakyat tanpa melalui badan legeslatif).
Sistem referendum di bagi dalam dua kelompok ,yaitu reperendum obligatoire dan reperendum
fakultatif.
a.) Reperendum obligatoire (reperendum yang wajib) adalah reperendum yang
menentukan berlakunya suatu undang-undang atau suatu pelaturan . artinya ,suatu
undang-undang baru dapat berlaku apabila mendapat persetujuan rakyat melalui
referendum (pemungutan suara langsung oleh rakayat tanpa melalui badan perwakilan
rakayat).
b.) Reperendum fakultatif (reperendum yang tida wajib)adalah reperendum yang
menentukan apakah suatu undang-undang yang sedang berlaku dapat terus di pergunakan
atau tida, atau perlu ada tidaknya perubahan-perubahan .kelebihan sistem reperendum
adalah rakyat di batalkan penuh dalam pembuatan undang-undang . Adapun Negara yang
menganut paham demokrasi dengan sistem referendum adalah Negara Swiss.

2
http://eprints.uad.ac.id/9437/1/DEMOKRASI%20dwi.pdf/. Diakses pada tanggal 6 September 2018.
2. Demokrasi dengan sistem parlemen kekuasaan.
Dalam sistem parlemen kekuasaan , hubungan antara badan eksekutif dengan badan
legislatif dapat di katakan tida ada .pemisahan yang tegas antara kekuasaan eksekutif
(pemerintah) dan legislatif (badan perwakilan rakyat) ini mengingatkan kita pada ajaran dari
Montesquieu, yang di kenal dengan ajaran Trias politika. Menurut ajaran Trias politika,
kekuasaan Negara di bagi menjadi tiga kekusan yang satu sama lain terpisah dengan tegas .
Ketiga kekuasaan tersebut meliputi kekuasaan berikut ini:
a.) Kekusaan legisatif, yaitu kekuasaan untuk membuat undang-undang.
b.) Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk menjalankan undang-undang.
c.) Kekuasaan yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mengadili dalam sistem pemisahan
kekuasaan, badan eksekutif (pemerintah) terdiri dari presiden sebagai kepala pemerintahan dan
dibantu dengan para mentri. Mentri-mentri tersebut yang memimpin departemen-departemen
pemerintahan, diangkat oleh presiden dan hanya bertanggung jawab kepada presiden. Sistem
seperti ini sering disebut sistem presidensial. Contoh Negara yang menggunakan demokrasi
dengan sistem pemisahan kekuasaan ini yaitu amerika serikat. Kelebihan sistem presidensial
adalah ada kestabilan pemerintahan , karena mereka tidak dapat dijatuhkan atau di bubarkan
oleh badan perwakilan rakyat(parlemen), sehingga pemerintahan dapat melaksanakan program -
programnya dengan baik. Sedangkan kelemahan sistem presidensial adalah dapat mendorong
timbulnya pemusatan timbulnya kekuasaan di tangan presiden , serta lemahnya pengawasan dari
rakyat.

3. Demokrasi dengan sistem parlementen.


Menurut sistem parlementer ada hubungan yang erat antara badan eksekutif(pemerintah)
dengan badan legeslatif (badan perwakilan rakyat). Dimana tugas atau kekuasaan eksekutif
disedrahkan kepada suatu badan yang disebut cabinet atau dewan mentri.
Mentri-mentri baik secara perorangan maupun secara bersama-sama sebagai cabinet (dewan
mentri), mempertanggung jawabkan segala kebijakansanaan pemerintahannya kepada
parlemen (badan perwakilan rakyat).
Apabila pertanggung jawaban mentri atau dewan mentri diterima oeh parlemen, maka
kebijaksanaan tersebut bisa terus dilaksanakan dan dewan mentri tetap melaksanakan tugasnya
sebagai mentri akan tetapi, apabila pertanggung jawaban mentri atau dewan mentri tersebut
ditolak parlemen , maka parlemen dapat mengeluarkan satu keputusan yang menyatakan tidak
percaya (mosi tidak percaya) kepada menteri yang bersangkutan atau para menteri (kabinet). Jika
itu terjadi, maka menteri tersebut atau para menteri tersebut harus mengundurkan diri. Kejadian
ini sering disebut krisis cabinet.
Kelebihan sistem parlementer adalah rakyat dapat menjalankan fungsi pengawasan dan
peranannya dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara. Sedangkan kelemahan sistem
parlementer adalah kedudukan badan eksekutif tidak stabil, selalu terancam adanya penghentian
di tengah jalan karena adanya mosi tidak percaya dari badan perwakilan rakyat. Sehingga terjadi
krisis cabinet. Akibatnya, pemerintah tidak dapat menyelesaikan program-program yang telah di
susunnya.3

C. Perkembangan Demokrasi

3
https://www.sridianti.com/bentuk-bentuk-demokrasi-modern.html/. Diakses pada tanggal 6 September 2018.

Anda mungkin juga menyukai