Anda di halaman 1dari 18

Gambaran Umum

• Istilah “Civil Society” bukanlah konsensus tentang bagaimana seharusnya diterjemahkan


ke dalam bahasa Indonesia dan unsur-unsurnya dipahami secara berbeda oleh banyak
orang.

• Civil society berasal civilis societas (sebuah konsep yang muncul dari pemikiran Cicero
(106-43 SM).

• Civilis societas berarti suatu komunitas politik yang beradab, termasuk masyarakat kota
yang memiliki kode hukum (ius civile).

• Konsepsi modern tentang civil society pertama kali digunakan oleh Hegel dalam
Philosophy of Right pada tahun 1821, menyebutkan bahwa civil society is sphere of
ethical life interposed between the family and the state.

• de‘Tocqueville mendefinisikan civil society sebagai: “wilayah-wilayah kehidupan sosial


yang terorganisasi dan bercirikan, antara lain: kesukarelaan (voluntary), keswasembadaan
(self-generating), dan keswadayaan (self-supporting), kemandirin tinggi berhadapan
dengan negara, dan keterikatan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti
oleh warganya
Sejarah Pemikiran Civil Society

Aristoteles Cicero Adam Thomas Paine


Koinonia Civilis Ferguson CS as State
Politike Societas Etical Vision Antitesisi

Alexis de Hegel, Karl Marx, Gramsci


Tocqueville Ideological element of
Balancer of State dominant class
Power
Konsep Civil Society

• Civil Society adalah arena, forum di mana warga negara berkumpul untuk
mencapai tujuan yang berbeda.

• Civil Society seperti yang biasa disebut berarti organisasi-organisasi di mana warga
negara berhimpun untuk mendorong demokrasi yang lebih besar di suatu negara.

• Civil Society mengacu pada kelompok yang perhatiannya adalah kepentingan


publik tetapi berbeda dari pemerintah dan independen dari kontrol pemerintah.

• Umumnya kelompok Civil Society memiliki fokus kepentingan atau tujuan yang
sempit untuk mewakili bagian tertentu dari publik, tidak dapat berbicara untuk
kepentingan semua orang sepanjang masa.
• Cakupan Civil Society luas tetapi mencakup aktor tertentu seperti LSM,
organisasi berbasis agama, media, kelompok sukarela, asosiasi profesional,
'think-tank', jaringan advokasi, serikat pekerja, organisasi amal dll.

• Civil Society menciptakan dan menggunakan ruang publik yang bebas untuk
berkumpul, berpikir, bertukar, dan menyempurnakan pandangan, mengatur, dan
mengambil tindakan.
• Empat persyaratan yang harus dipenuhi bagi keberadaan civil society manurut
Chandoke (1995:5-8):

1. Nilai dari civil society yang berupa partisipasi politik dan pertanggungjawaban
negara;
2. Institusi dari civil society yang berupa forum yang representatif dan asosiasi sosial;
3. Perlindungan dari civil society adalah berhubungan dengan hak-hak individual
secara umum;
4. Anggota civil society adalah semua individu yang dilindungi oleh hukum
Civil Society Sebagai Sektor Ketiga

• Civil Society disebut sebagai sektor ketiga dari masyarakat atau ketiga
lingkup kegiatan politik yang terpisah dari negara dan pasar.
• Civil Society bukan pemerintah dan bukan bisnis. itu disebut sektor nirlaba,
sektor independen, dan sektor sukarela, mandiri. i

• Hubungan tiga sektor dalam masyarakat

State Market
(Public) (Privat)

Civil Society
(Voulantary)

• Dalam banyak kasus, Civil Society memiliki “Two Face”


Peran Civil Society

Watchdog

Definer of Standart Advocate

Solidarity Supporter Service Provider

Citizenship Expert
Champion

Representative Capacity Builder

Incubator
Civil Society dan Demokrasi

Bagaimana kontribusi Civil Society dalam proses demokrasi?

Civil Society Democracy & Democratization

Government
Civil Society
Performance

No Democracy, no Civil Society


“No Civil Society, No Democracy”
• Pertama, civil society dapat berfungsi sebagai pengawas dan atau
penyeimbang kekuasaan pemerintah yang berlebihan (baca: corrupt).

• Kedua, civil society dianggap dapat mewakili bermacam kepentingan dan


pandangan yang berkembang di masyarakat

• Ketiga, civil society dapat mempromosikan integrasi masyarakat dan


perkembangan nilai-nilai demokrasi.

• Keempat, civil society dapat memperkuat legitimasi negara dengan


menyediakan pelayanan publik secara lebih efisien dan efektif melalui pelibatan
grassroots dalam proses pengambilan kebijakan.
Relasi Civil Society dengan Partai Politik

• Linz, Juan dan Stepan dalam Problems of Democratic Transtition and Coscolidation
(Baltimore : 1996) : Kehadiran civil society dan partai politik adalah bagian yang
penting untuk menciptakan konsolidasi demokrasi, kehadiran birokrasi yang efektif,
kehadiran masyarakat ekonomi yang kondusif dan taatnya aturan terhadap hukum
secara bersama-sama.
• Kehadiran civil society yang dijamin kebebasannya menopang bagi keberlangsungan
partai politik, terutama untuk menghasilkan kebijakan-kebijakan yang berpihak
kepada masyarakat.
• Tugas civil society adalah menghasilkan gagasan-gagasan yang konstruktif dalam
pembangunan dan juga memonitor aparat negara serta kelompok-kelompok ekonomi.
• Tugas partai politik adalah menghasilkan dan membentuk konstitusi dan aturan-
aturan perundang-undangan, mengontrol aparat birokrasi dan juga menghasilkan
produk- produk kerangka kebijakan bagi semua pihak, termasuk kelompok ekonomi.
Model Relasi Partai Politik dan Civil Society

• Dalam memahami relasi yang terjadi antara partai politik dan civil society, Beavis
Wendolyn dalam Civil Society Groups and Political parties: (USAID, 2004) melihat
ada tiga hal mendasar yaitu :
1) Tipe dari aktivitas yang menghubungkan partai politik dan civil society;
2) kekuatan dari hubungan tersebut, terlebih dalam konteks seberapa dekat dan eksklusif
hubungan tersebut dibangun;
3) Arah dari pengaruh dalam relasi tersebut.

• Civil Society dan Partai Politik dapat bekerjasama dalam konteks pembuatan kebijakan
publik seperti advokasi atau lobi terhadap suatu isu yang sedang dibahas dalam proses
pembuatan undang-undang.
• Civil Society sebagai kelompok kepentingan yang akan melobi partai politik di
Parlemen untuk mendorong dan mendiskusikan kepentingan yang mereka ajukan.
• Civil Society juga memiliki peran untuk memonitor janji-janji kampanye para kandidat
dan partai dalam masa kampanye serta juga perilaku para politisi di Parlemen.
• Dalam kesempatan yang berbeda, Civil Society dapat dianggap sebagai wadah
untuk berdiskusi tentang berbagai hal-hal penting terkait dengan isu-isu yang
mereka (anggota Parlemen) butuhkan saat itu.
• Dalam konteks kebutuhan partai politik, civil society juga berperan dalam
meningkatkan kapasitas organisasi partai dalam menjalankan fungsinya, melalui
berbagai bentuk pelatihan pengembangan kapasitas.
• Sebagai lembaga yang memiliki sumber daya manusia yang diakui eksistensinya
dalam pembangunan, civil society juga menyediakan para aktor dan pimpinannya
sebagai kandidat yang mumpuni dalam ajang pemilihan umum, baik untuk legisl
atif ataupun eksekutif.
• Pada saat yang bersamaan, civil society juga dapat berperan dalam mobilisasi para
pemilih untuk dapat memilih pemimpin partai politik yang sesuai dengan arah dan
kepentingan mereka sebagai pemilih.
• Dalam memperhatikan hubungan kedua institusi ini dalam aspek kedekatannya,
Beavis menyebutkan terdapat beberapa arah relasi yang terkait satu sama lain.

- Dari perspektif civil society, paling tidak terhadap tiga pandangan relasi tersebut
dilihat:

(1) menghindari kontak dengan partai politik; dimana civil society berusaha untuk tidak
terlibat dalam kegiatan politik sehingga mereka tidak diklaim memiliki aktivitas
yang partisan.
(2) mendukung partai politik secara menyeluruh, tanpa ada keberpihakan; hal ini dilihat
dari komitmen civil society untuk mendukung pa rtai politik berdasarkan agenda
serta isu yang sama dengan kepentingan kelompok civil society tersebut.
(3) beraliansi dengan satu partai politik; dalam konteks ini sebuah kelompok civil
society atau lebih menyediakan bergagai informasi dan bent uk pelatihan hanya
kepada satu partai politik, dan biasanya mereka memiliki ikatan yang kuat seperti
kelompok buruh.
- Dari perspektif partai politik, terdapat empat pandangan yang dapat dilakukan oleh
partai politik:
(1) memiliki jarak jauh dengan civil society; situasi ini mengindikasikan bahwa partai tidak
me miliki hubungan dengan civil society atau adanya kompetisi yang keras satu sama
lain sehingga tidak memiliki relasi yang dekat.
(2) mendapat dukungan dari banyak kelompok masyarakat dalam jangka waktu yang
singkat; hal ini diseba bkan tergantung dari kepent ingan seperti apa yang menjadi titik
temu dari relasi tersebut .
(3) memiliki hubungan jangka panjang dengan satu atau beberapa kelompok civil society;
hal ini diindikasi dari adanya dukungan serius dan permanen dari satu kelompok civil
society kepada satu partai politik, seperti kelompok think tank, kelompok serikat
pekerja dan lain-lainnya.
(4) relasi yang terputus dengan kelompok civil society; hal ini dimungkinkan manakala
salah satu organ partai memutuskan keluar dari partai dan bertransformasi menjadi
kelompok civil society dengan pertimbangan efektivitas kerja dibandingkan berada di
dalam partai politik
- Dari arah pengaruhnya, relasi partai politik dan civil society tergantung dari konteks
bagaimana kepentingan tersebut berhasil diolah dan dikelola.

- Ada yang berpandangan bahwa partai politik sebenarnya juga memiliki kelompok-
kelompok civil society yang punya pengaruh di dalam konstituen sehingga partai
memiliki kekuasaan yang besar.

- Sebaliknya, kelompok civil society juga memiliki tingkat independensi yang tinggi
ketimbang partai politik karena dipengaruhi situasi dan lingkungan sosial politik di
negara yang bersangkutan.
Relasi Civil Society dan Partai Politik

1. Relasi yang berjarak jauh 2. Civil Society beraliansi


dengan satu partai

P1 C1 P1 C1
C2 C2

P2 C3 P2 C3
C4 C4

P3 C5 P3 C5
C6 C6
3. Civil Society menyebar dukungan kepada
banyak Partai; Partai Politik Banyak
mendapat dukungan dari banyak Civil
Society

P1 C1 4. Partai Politik menjelma


menjadi Civil Society dan Civil
C2 Society menjelma menjadi
Partai Politik

P2 C3
P1 C1
C4
C2

P3 C5 P2 C3

C6 C4

P3 C5

C6

Anda mungkin juga menyukai