Anda di halaman 1dari 5

apakah setiap polisi yang melakukan pemeriksaan kendaraan

bermotor harus memiliki surat tugas?


By darpawan Leave a Komentar

Categories: Hukum Acara Pidana dan Pidana Umum

Tags: blangko tilang, razia, surat tugas tilang, tilang

Gambar : kaskushoothotthreads.blogspot.com

Masih terkait soal tilang. Beberapa hari belakangan ramai


diperbincangkan soal rekaman video yang dibuat seorang
pengendara kendaraan bermotor yang mempertanyakan surat
tugas polisi yang ingin memeriksa surat kendaran dan surat
izin mengemudinya. Dalam pemberitaan, disebutkan bahwa
pengendara ini kesal karena dirinya diberhentikan oleh petugas
di sebuah tikungan jalan yang sepi. Tidak diceritakan apa
masalahnya hingga dia dihentikan di ruas jalan tersebut. Ia
juga mengajak masyarakat agar berani mempertanyakan
praktik pemeriksaan yang demikian, dan lebih teliti
membedakan mana razia resmi mana yang illegal dengan
mempertanyakan surat tugas atau memperhatikan keadaan-
keadaan teknis seperti tanda-tamda operasi resmi.

Sejak lama, sudah ada tulisan dalam blog yang intinya sama
yakni mengajak masyarakat supaya lebih kritis terhadap
tindakan pihak kepolisian dalam melakukan pemeriksaan
kendaraan di jalan, malah ada kesan untuk mengajari melawan
polisi agar terhindar dari tilang.

Ada dua hal pokok yang perlu diperhatikan masyarakat terkait


masalah ini. Pertama, memahami jenis-jenis tindakan
kepolisian atau instansi terkait dalam penegakan hukum di
bidang lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana diatur
dalam UU No. 22 Tahum 2009 dalam hal pemeriksaan
kendaraan bermotor di jalan. Kedua, bagaimana membedakan
Operasi Kepolisian (sering disebut razia) resmi dan tidak resmi.

Pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan dilakukan secara


berkala (tiap 6 bulan sekali) atau secara insidental.
Pemeriksaan kendaraan bermotor secara insidental dilakukan
berdasarkan tiga hal, 1. Operasi Kepolisian, 2. Terjadi
pelanggaran yang tertangkap tangan, 3. Penanggulangan
kejahatan. Pasal 14 Peraturan Pemerintah No 80 Tahun 2012.
Inilah jenis-jenis pemeriksaan kendaraan di jalan.

Lalu, pasal 15 (1) mengatur begini : Petugas Kepolisian Negara


Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang melakukan Pemeriksaan
Kendaraan Bermotor di Jalan secara berkala atau insidental
atas dasar Operasi Kepolisian dan/atau penanggulangan
kejahatan wajib dilengkapi dengan surat perintah tugas.

Nah, jadi, pemeriksaan kendaraan bermotor yang dilakukan


oleh petugas kepolisian atau penyidik pegawai negeri sipil atau
gabungan dari mereka berdasarkan operasi kepolisian dan
penanggulangan kejahatanlah yang harus memenuhi syarat
adanya surat perintah tugas. Sedangkan pemeriksaan karena
ada pelanggaran yang tertangkap tangan tidak perlu.
Analoginya begini, kalau ada penjambret kebetulan terlihat
polisi, apakah polisi ini perlu minta surat perintah penangkapan
atau perintah penyitaan agar dia bisa mengejar dan
menangkap pelakunya? Keburu kabur dong penjahatnya. Sama
seperti pelanggaran lalu lintas, kalau ada polisi lalu lintas
kebetulan melihat pelanggar lampu lalu lintas, dia bisa
langsung menghentikan pengendara dan melakukan tindakan.

Lain halnya dengan pemeriksaan yang didasari atas operasi


kepolisian atau penanggulangan kejahatan. Operasi kepolisian
itu biasanya dilakukan melibatkan banyak petugas pada waktu-
waktu dan tempat tertentu serta ada tanda-tanda khusus
seperti yang diatur dalam pasal 22 Pasal 14 Peraturan
Pemerintah No 80 Tahun 2012 berikut :

”Pasal 22 (1) Pada tempat Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di


Jalan secara berkala dan insidental wajib dilengkapi dengan
tanda yang menunjukkan adanya Pemeriksaan Kendaraan
Bermotor di Jalan, kecuali tertangkap tangan. (2) Tanda
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempatkan pada jarak
paling sedikit 50 (lima puluh) meter sebelum tempat
pemeriksaan. (3) Pemeriksaan yang dilakukan pada jalur jalan
yang memiliki lajur lalu lintas dua arah yang berlawanan dan
hanya dibatasi oleh marka jalan, ditempatkan tanda
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada jarak paling sedikit
50 (lima puluh) meter sebelum dan sesudah tempat
pemeriksaan. (4) Tanda sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
mudah terlihat oleh pengguna jalan. (5) Dalam hal
Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dilakukan pada
malam hari, petugas wajib: a. menempatkan tanda
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3); b.
memasang lampu isyarat bercahaya kuning; dan c. memakai
rompi yang memantulkan cahaya. (6) Ketentuan lebih lanjut
mengenai tanda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri”

Jika anda melanggar aturan lalu lintas dan kebetulan ada


petugas kepolisian yang melihat kemudian melakukan
tindakan, tidak perlu melawan. Bekerjasamalah dengan polisi,
minta maaf. Jika masih diberikan peringatan ya syukur. Kalau
ditilang ya sudah, ikuti saja. Kalau anda tidak merasa
melakukan pelanggaran, lakukanlah pembelaan diri, berikan
argumentasi. Jika polisi tetap ngotot, minta saja ditilang dan
anda bisa membela diri di depan hakim. Saya sendiri pernah
melepaskan seseorang yang didakwa melanggar salah satu
ketentuan pidana dalam uu lalu lintas. Tapi kasusnya tidak
akan saya bahas di sini. Intinya, walaupun perkara tilang itu
sangat sederhana sifatnya, bukan berarti tidak mungkin terjadi
kekeliruan yang menyebabkan seseorang bisa bebas atau lepas
dari tuntutan hukum.

Jika ada pemeriksaan kendaraan bermotor yang dilakukan oleh


banyak petugas polisi dan/atau penyidik dari Dinas
Perhubungan di suatu tempat, tapi mungkin menurut anda
keadaannya meragukan, maka anda berhak menanyakan surat
perintah tugas.

Bagi anda yang ingin mengetahui lebih detail, bisa membaca


UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
dan Peraturan Pemerintah No 80 Tahun 2012 tentang Tata
Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindaka
Pelanggaran Lalu Lintas dan Jalan.

Semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai