Anda di halaman 1dari 5

apa saja bentuk putusan pengadilan dalam pemeriksaan

perkara pidana?
By darpawan 1 Komentar

Categories: Hukum Acara Pidana

Masih ingat kasus prita? ya..tentu masih segar dalam ingatan


kita. Kasus ini jadi bahan pembicaraan yang panas selama
beberapa waktu baik di media cetak, elektronik, di dunia maya
apalagi … bahkan mungkin jadi bahan pembicaraan juga di
alam gaib.

Saya memang tidak diperkenankan mengomentari kasus ini


dari sisi substansinya atau bagaimana proses peradilannya.
Tetapi saya mencoba untuk membahas istilah-istilah yang
sering disampaikan dalam media massa yang berkaitan dengan
proses hukum yang sedang terjadi.

Ketika proses persidangan pidana prita yang pertama, ada


keriuhan yang terjadi ketika media memberitakan bahwa “prita
bebas” atau dengan kalimat-kalimat lain yang membuat
masyarakat luas menyangka bahwa prita sudah bebas dari
tuduhan tindak pidana yang diajukan oleh Penuntut Umum.

Ada istilah-istilah dalam acara persidangan yang memang tidak


dipahami secara luas oleh masyarakat umum, hal ini sangat
dimaklumi karena jika bukan bidangnya, mereka tidak terlalu
paham. Tetapi media massa setidaknya harus tau dan paham
istilah-istilah hukum yang dipergunakan dalam acara
persidangan sehari-hari, memang itu tugas mereka. Apalagi
berita yang mereka buat akan dibaca atau dilihat banyak
orang. Informasi yang tepat akan mendidik masyarakat untuk
memahami dengan baik persoalan yang terjadi.
Catatan ini saya buat untuk berbagi informasi singkat
mengenai beberapa bentuk putusan pengadilan sebagai output
dari proses persidangan perkara pidana.

1. Putusan pemidanaan atau putusan yang menjatuhkan


hukuman tertentu kepada Terdakwa.

Jika anda mendengar atau membaca seorang Terdakwa


dipidana/ diputus bersalah oleh pengadilan, maka ini berarti :
Majelis Hakim yang memeriksa perkara tersebut berpendapat
bahwa Terdakwa bersalah melakukan perbuatan yang
dituduhkan kepadanya (perbuatan yang didakwakan
kepadanya dalam surat dakwaan). Putusan ini didasarkan dari
penilaian Majelis Hakim bahwa ada sekurang-kurangnya dua
alat bukti yang sah dan mereka memperoleh keyakinan bahwa
suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa
terdakwalah yang bersalah melakukannya.

2. Putusan bebas

Jika anda mendengar seseorang diputus bebas oleh Majelis


Hakim, maka ini berarti :
Majelis Hakim yang memeriksa perkara tersebut berpendapat
bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang pengadilan kesalahan
Terdakwa atas perbuatan yang dituduhkan/ didakwakan
kepadanya tidak terbukti. Alat-alat bukti yang diajukan
dipersidangan tidak cukup membuktikan kesalahan Terdakwa.

3. Putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum

Jika anda mendengar seseorang diputus oleh Majelis Hakim


dengan putusan lepas dari segala tuntutan hukum, maka ini
berarti : Majelis Hakim yang memeriksa perkara itu
berpendapat bahwa perbuatan yang dituduhkan kepada
Terdakwa terbukti dipersidangan, akan tetapi perbuatan
tersebut bukanlah merupakan suatu tindak pidana. (misalnya :
perbuatan itu ternyata adalah perbuatan ingkar janji, dimana
seseorang tidak mau menepati membayar hutangnya, atau
tidak mau menepati isi perjanjian yang sudah disepakati. Nah,
hal-hal semacam ini tidak bisa diselesaikan lewat proses
pidana, tetapi melalui jalur perdata yakni dengan jalan
mengajukan gugatan perdata kepada pihak-pihak yang
bersangkutan)

4. Putusan yang menyatakan dakwaan batal demi hukum

Kalau mendengar putusan seperti ini, berarti : Jaksa Penuntut


Umum tidak menguraikan secara cermat, jelas dan lengkap
mengenai tindak pidana yang dituduhkan/ didakwakan dengan
menyebutkan waktu dan tempat dimana tindak pidana itu
dilakukan. Ini memang dianggap persoalan serius dalam proses
peradilan, karena seorang yang dituduh melakukan kejahatan,
harus bisa mengetahui dengan jelas apa yang dituduhkan
kepadanya supaya ia bisa mengajukan pembelaan diri dengan
baik.

5. Putusan yang menyatakan tidak berwenang mengadili

Bentuk putusan seperti ini berarti bahwa pada awal


persidangan, Terdakwa atau penasehat hukumnya mengajukan
keberatan yang isinya adalah : Pengadilan yang mengadili
perkara itu tidak berwenang baik secara absolut yakni
kewenangan untuk setiap lingkungan peradilan atau pengadilan
khusus, ataupun yang berkaitan dengan kewenangan relatif
yakni kewenangan berdasarkan wilayah hukum (misalnya
pengadilan negeri denpasar dan pengadilan negeri gianyar
memiliki wilayah hukum sendiri-sendiri). Jika keberatan itu
diterima, maka Pengadilan menyatakan diri tidak berwenang
mengadili perkara tersebut.

6. Putusan yang menyatakan kewenangan untuk mengajukan


tuntutan gugur

Bahwa kewenangan untuk mengajukan tuntutan hukum


kepada Terdakwa sudah gugur : misalnya ada unsur nebis in
idem (perkara tersebut sudah pernah diputus dan sudah
memperoleh kekuatan hukum yang tetap).

Anda pernah menonton film Double Jeopardy? Kalau belum,


saya menyarankan untuk menontonnya…nggak rugi kok,
filmnya bagus..:) Nah double jeopardy itu adalah salah satu
asas hukum yang terkenal di barat. Sama dengan asas Nebis
In Idem ini, yang pada pokoknya artinya adalah bahwa : tidak
ada seorang pun yang bisa diadili dua kali atas perbuatan yang
sama. Logikanya memang benar…masak ada yang bisa
membunuh orang yang sama dua kali??

Atau bisa juga karena jangka waktu untuk mengajukan


tuntutan hukum sudah kadaluwarsa. Memang diatur untuk
kejahatan-kejahatan tertentu ada jangka waktunya untuk
mengajukan tuntutan. Misalnya : kejahatan yang ancaman
hukuman penjaranya selama lebih dari tiga tahun, maka
tuntutan kepada orang yang diduga melakukannya akan
daluwarsa setelah 12 tahun berlalu sejak peristiwa itu terjadi.

Putusan yang menyatakan kewenangan menuntut hilang juga


terjadi jika Terdakwanya meninggal, gimana caranya meminta
pertanggung jawaban terhadap orang mati? Gak mungkin kan.
Itulah beberapa bentuk putusan yang nanti mungkin akan
banyak kita dengar disebut dalam media massa. Mudah-
mudahan penyebutannya tidak terus menerus dicampur
adukkan, karena masing-masing memiliki karakteristik yang
berbeda.

Semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai