Anda di halaman 1dari 4

APA ITU TILANG ELEKTRONIK? BAGAIMANA CARA KERJANYA? CEK INFONYA DI SINI!

Apa itu tilang elektronik atau Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE)? Pada dasarnya, tilang
elektronik adalah penggunaan teknologi canggih untuk memantau dan mengontrol pelanggaran lalu lintas di
sejumlah ruas jalan. Simak penjelasan selengkapnya terkait sistem ETLE di artikel AUKSI berikut.
Penerapan sistem tilang terus dilakukan secara bertahap di berbagai ruas jalan. Seperti yang kita ketahui,
sistem tilang elektronik (ETLE) ini sudah berlaku di beberapa wilayah di Indonesia sejak Maret tahun 2021 yang
lalu. Pada penerapan ETLE tahap pertama, terdapat 12 Polda dengan 244 kamera tilang elektronik yang telah
dioperasikan. Sedangkan penerapan sistem tilang elektronik tahap kedua direncanakan akan berjalan pada tahun
2023 dan akan diterapkan di 14 Polda dengan 38 kamera statis dan dua kamera berjalan.
Meskipun sistem tilang elektronik ini sudah berjalan selama lebih dari 1 tahun, namun beberapa di antara
kita mungkin masih belum mengetahui apa itu tilang elektronik dan bagaimana cara kerjanya. Oleh karena itulah,
pada artikel berikut ini kami akan menyajikan penjelasannya untuk Anda. Yuk, simak!
Apa Itu Tilang Elektronik?
Tilang elektronik adalah sistem tilang dengan penerapan kamera pemantau berteknologi canggih untuk
mengontrol pelanggaran lalu lintas di sejumlah ruas jalan. Implementasi teknologi informasi ini dilakukan untuk
menangkap pelanggaran-pelanggaran dalam berlalu lintas secara elektronik demi mendukung keamanan,
keselamatan, dan ketertiban dalam berlalu lintas.
Tilang elektronik sendiri merupakan wujud upaya Polri dalam meningkatkan keamanan pengguna jalan.
Dengan teknologi yang sudah semakin maju, pihak Polri dapat melakukan penindakan terhadap pelanggar lalu lintas
dengan lebih cepat dan mudah karena memanfaatkan kamera ETLE yang aktif selama 24 jam non stop. Kamera
tersebut akan memantau dan menangkap gambar secara otomatis setiap kali terjadi pelanggaran lalu lintas di ruas
jalan.
Jika ternyata pelanggaran dilakukan oleh pengendara motor, maka pengendara bersangkutan akan
menerima surat konfirmasi pelanggaran dari pihak kepolisian melalui POS. Surat tersebut akan dikirim selambat-
lambatnya 3 hari setelah pelanggaran tersebut dilakukan.
Jenis-jenis Pelanggaran yang Terkena Tilang Elektronik
Perlu diketahui bahwa tilang elektronik dilakukan berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 80 Tahun 2012 Tentang Tata Cara
Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Sistem ini
memberikan jaminan penerapan hukum yang sama untuk semua pihak yang berpartisipasi dalam lalu lintas dan
berlaku untuk semua jenis kendaraan.
Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ),
berikut ini adalah jenis pelanggaran lalu lintas yang dapat ditindak oleh tilang elektronik:

Melanggar rambu lalu lintas dan marka jalan;


Tidak mengenakan sabuk keselamatan;
Mengemudi sambil mengoperasikan smartphone;
Melanggar batas kecepatan;
Menggunakan pelat nomor palsu atau tidak memiliki pelat;
Berkendara melawan arus;
Menerobos lampu merah;
Tidak mengenakan helm SNI;
Berboncengan lebih dari tiga orang;
Tidak menyalakan lampu saat malam dan siang hari bagi sepeda motor.

Besaran Denda Tilang Elektronik


Perlu diketahui bahwa besaran denda tilang akan berbeda-beda sesuai jenis pelanggaran lalu lintas yang dilakukan.
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari prfmnews.pikiran-rakyat.com, berikut adalah nominal denda yang
harus dibayarkan oleh pelanggaran lalu lintas tersebut:

Melanggar rambu lalu lintas dan marka jalan, denda Rp 500.000


Bermain smartphone ketika berkendara denda sebesar Rp 750.000
Tidak menggunakan sabuk keselamatan, denda sebesar Rp 250.000
Tidak menggunakan helm SNI bagi pengendara motor, denda sebesar Rp 250.000
Menggunakan pelat nomor kendaraan palsu, denda maksimal Rp 500.000
Melanggar batas kecepatan, denda maksimal Rp 500.000
Menerobos lampu merah, denda Rp 500.000
Melawan arus, denda maksimal Rp 500.000
Berboncengan lebih dari 3 orang, denda maksimal Rp 250.000
Tidak menyalakan lampu di siang hari untuk motor, denda maksimal Rp 100.000

Mekanisme atau Cara Kerja Tilang Elektronik


Sesuai penjelasan dari pihak Korlantas Polri, sistem tilang elektronik atau ETLE ini bekerja melalui 5 tahapan
sebagai berikut:
1. Penangkapan tindak pelanggaran lalu lintas
Pertama, sensor perangkat ETLE akan memonitor ruas jalan dan secara otomatis akan menangkap gambar
pelanggaran lalu lintas. Sistem kemudian akan mengirimkan media barang bukti pelanggaran ke Back Office ETLE.
2. Validasi bukti
Selanjutnya, petugas akan melakukan proses validasi bukti yang dikirim oleh sistem ETLE. Petugas akan
mengidentifikasi pelat nomor dan data kendaraan menggunakan Electronic Registration & Identifikasi (ERI).
3. Pengiriman surat konfirmasi ke pelanggar lalu lintas
Petugas kemudian akan mengirimkan surat konfirmasi melalui POS ke alamat publik kendaraan bermotor
untuk permohonan konfirmasi atas pelanggaran lalu lintas yang sudah dilakukan. Surat konfirmasi ini menjadi
langkah awal penindakan tilang elektronik di mana pemilik kendaraan nantinya akan melakukan konfirmasi terkait
kepemilikan kendaraan dan pengemudi kendaraan pada saat terjadinya pelanggaran.
4. Pelanggaran lalu lintas melakukan konfirmasi
Saat surat sudah diterima, maka penerima surat atau pelanggar lalu lintas diharuskan melakukan konfirmasi
dengan datang langsung ke kantor Sub Direktorat Penegakan Hukum atau melalui website etle-pmj.info/id. Di situs
web tersebut, Anda juga bisa menemukan foto atau video kendaraan yang diduga melanggar lalu lintas.
Perlu diingat bahwa pelanggar lalu lintas atau penerima surat dapat melakukan konfirmasi dengan batas
waktu 8 hari dari terjadinya pelanggaran. Selain itu, jika ternyata kendaraan yang dimaksud sudah bukan menjadi
kendaraan miliknya, maka penerima surat konfirmasi tersebut juga bisa melakukan konfirmasi di website yang
tersedia.
Pelanggar diharapkan untuk bisa segera melakukan konfirmasi. Hal tersebut perlu dilakukan karena saat
pemilik kendaraan tidak melakukan konfirmasi pelanggaran atau tidak membayar denda tilang maka STNK dapat
terkena sanksi pemblokiran sementara.
5. Pembayaran denda tilang
Setelah pelanggaran lalu lintas dikonfirmasi, maka petugas akan menerbitkan blanko tilang. Untuk
menyelesaikan pelanggaran lalu lintas tersebut, pembayaran tilang dapat dilakukan melalui BRI Virtual Account
dengan kode pembayaran yang sudah diterima. Besaran denda yang perlu dibayarkan juga akan berbeda-beda sesuai
dengan pelanggaran lalu lintas yang telah dilakukan.
Penjelasan mengenai apa itu tilang elektronik yang sudah kami sampaikan di atas bisa menjadi gambaran
mengenai prosedur tilang terbaru. Dengan adanya sistem ini diharapkan tingkat kepatuhan pengguna kendaraan
bermotor dalam berlalu lintas bisa jauh lebih meningkat sehingga dapat menekan angka kecelakaan yang terjadi di
jalan raya.
AUKSI adalah balai lelang mobil resmi di Indonesia. Kami menyediakan sistem lelang online dan offline
bagi Anda yang menginginkan mobil bekas layak dengan harga yang murah. Jika Anda tertarik mengikuti lelang
mobil ini, silakan klik Informasi Lelang Mobil untuk mengetahui jadwal lelang yang akan kami adakan.

Bagaimana Cara Mengetahui Apakah Anda Terkena E-tilang?


Melalui tilang elektronik ini, pihak yang berwajib bisa mendapatkan data kendaraan bermotor yang melanggar salah
satu hal di atas. Output yang didapatkan berupa foto dan video hasil analisis yang transparan. Untuk membuktikan
jika seorang pengendara melanggar peraturan dan tertangkap oleh tilang elektronik, mereka akan mendapatkan surat
konfirmasi. Dalam surat ini akan ada barcode yang bisa di scan yang nantinya akan menampilkan bukti berupa video
atau foto pelanggaran.

Langkah yang Harus Dilakukan Bila Menerima Surat Tilang Elektronik


Jika seandainya Anda sebagai pemilik kendaraan kedapatan melanggar peraturan lalu lintas dan mendapatkan surat
konfirmasi tersebut maka langkah yang harus diambil adalah melakukan membayar denda tilang sesuai jumlah yang
tertera. Untuk bisa membayarkan denda, langkah yang harus Anda ikuti adalah:

Pelanggar harus melakukan konfirmasi setelah menerima surat konfirmasi. Hal ini bisa dilakukan melalui website
ETLE atau aplikasinya. Anda juga dapat mengirimkan kembali blako ke posko ETLE. Hal ini harus dilakukan
segera mungkin, maksimal 5 hari setelah penerimaan surat.

Pihak kepolisian akan mengirimkan surat tilang kepada Anda.


Anda akan menerima SMS yang berisi kode pembayaran melalui bank yang sudah ditentukan.
Anda harus melakukan pembayaran melalui bank yang sudah ditentukan.
Jika pembayaran tidak dilakukan setelah 7 hari, maka STNK kendaraan akan diblokir.
Kamera E-TLE saat ini terdiri atas kamera pengenal plat nomor kendaraan otomatis (ANPR), kamera check point
dan pemantau kecepatan (speed radar).

Kamera ANPR
Secara otomatis dapat mendeteksi jenis pelanggaran marka dan lampu lalu lintas serta mendeteksi plat nomor
kendaraan untuk kemudian disinkronkan dengan database kendaraan.

Kamera check point


Secara otomatis dapat mendeteksi jenis pelanggaran ganjil-genap, tidak menggunakan sabuk keselamatan dan
penggunaan ponsel serta terkoneksi dengan database kendaraan.

Speed radar
Sensor yang dikoneksikan dengan kamera check point untuk mendeteksi secara seketika (realtime) kecepatan
kendaraan yang melintas sehingga otomatis akan memberikan sinyal capture bagi kendaraan yang melebihi batas
kecepatan.

Total, ada 12 kamera yang dipasang di 10 titik, yakni:

JPO MRT Bundaran Senayan Ratu Plaza, dengan jenis kamera check point (satu)
JPO MRT Polda Semanggi Hotel Sultan, jenis kamera check point (satu)
JPO depan Kementerian Pariwisata, dengan jenis check point (satu)
JPO MRT dekat Kemenpan-RB, dengan jenis check point (satu)
Fly Over Sudirman ke Thamrin, berjenis check point dan speed radar (satu)
Fly Over Thamrin ke Sudirman, dengan jenis check point dan speed radar (satu)
Simpang Bundaran Patung Kuda, berjenis kamera ANPR (dua)
Simpang Sarinah Bawaslu, jenis kamera ANPR (satu)
Simpang Sarinah Starbuck, jenis check point dan speed radar (dua)
JPO Plaza Gajah Mada, jenis kamera check point dan ANPR (satu)
Penerapan tilang elektronik ini berdasarkan pasal 5 ayat (1) UU Nomor 11/2008 tentang Informasi dan Teknologi
Elektronik dan (2); pasal 249 ayat (3), pasal 272 ayat (1) dan (2) UU Nomor 22/2009 tentang Lalu-lintas dan
Angkutan Jalan, dan serta PP Nomor 80/2012 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di Jalan.

Manfaat E-Tilang

Mengurangi tindak korupsi yang biasa dilakukan oleh aparat penegak hukum yang tidak bertanggung jawab kepada
pelanggar.
Memudahkan masyarakat karena yang melanggar tidak perlu mengikuti sidang pengadilan yang tentu saja menyita
waktu.
Tujuan E-Tilang

Meningkatkan keselamatan serta ketertiban masyarakat dalam berkendara di jalan.


Meningkatkan disiplin berlalu lintas dengan menekankan pada fatalitas korban kecelakaan lalu lintas
Tata cara bayar E-Tilang

Melalui kamera CCTV, pelanggar lalu lintas akan terdeteksi dan mendapatkan surat konfirmasi yang dikirimkan ke
alamat yang terdaftar sesuai kendaraan yang digunakan.
Apabila pemilik kendaraan mengaku telah melakukan pelanggaran sesuai dengan bukti gambar yang dikirimkan,
konfirmasi untuk nantinya mendapatkan denda akan diberikan.
Pelanggar bisa membayar secara manual dengan mendatangai Posko E-TLE yang terletak di Pancoran, Jakarta
Selatan. Sang pelanggar akan mendapatkan email atau SMS mengenai virtual account, berupa jumlah yang harus
dibayar atau transfer sebagai kompensasi denda pelanggaran.
Apabila tak melakukan konfirmasi setelah surat diberikan. Blokir pada surat-surat kendaraan akan dilakukan,
sehingga, pemilik tak bisa membayar pajak dan melakukan pengubahan identitas.
Jika maksimal 14 hari tidak ada konfirmasi, atau sudah konfirmasi tapi dendanya tidak dibayar maka
STNK-nya akan diblokir di Samsat. Jadi tidak bisa bayar pajak dan tidak bisa ubah identitas sampai dia melunasinya
1. E-TLE punya kelemahan untuk kendaraan berpelat non-B (DKI Jakarta), yaitu tidak akan terdeteksi. Dan artinya
jika ada kendaraan pelat non-B yang melanggar, tidak bisa dilakukan penegakan hukum. Lalu bagaimana polisi akan
melakukan pengawasan terhadap kendaraan berpelat non-B tersebut, yang masih banyak beredar di Jakarta ?
Kamera CCTV yang sudah terpasang di Simpang Sarinah Jalan MH Thamrin, untuk implementasi ETLE atau tilang
elektronik.
Kamera CCTV yang sudah terpasang di Simpang Sarinah Jalan MH Thamrin, untuk implementasi ETLE atau tilang
elektronik.(KOMPAS.com / GHULAM M NAYAZRI)
2. Penerapan ETLE jangan hanya menjadi proyek uji coba/sementara saja, tetapi harus menjadi program yang
permanen untuk memperkuat penerapan ERP (Electronic Road Pricing). Belum fiksnya teknologi E-LTE yang
digunakan, keberlanjutan E-TLE bisa berhenti di tengah jalan.
3. Sebaiknya bank tempat pembayaran E-TLE bukan hanya BRI saja, tapi multibank, dengan tujuan memudahkan
akses masyarakat membayar denda tilang.
4. Bagi masyarakat pemilik kendaraan bermotor, baik mobil dan sepeda motor, yang belum balik nama; sebaiknya
segera melakukan balik nama. Sebab surat pelanggaran ELTE akan dikenakan dan dikirim melalui pos, atas nama
pemilik yang tertera pada STNK dan BPKB kendaraan.

Sebab, sangat mungkin yang melakukan pelanggaran adalah si A (pemilik kendaran sekarang), tetapi surat tilang
akan dikirimkan ke alamat si B, karena STNK dan BPKB masih atas nama si B. Padahal, yang melakukan
pelanggaran rambu lalin adalah si A tersebut.

Anda mungkin juga menyukai