Anda di halaman 1dari 6

SISTEM TILANG ELEKTRONIK (E-TILANG) YANG MEMANFAATKAN

CCTV

NAMA : FITRIYANTO BAYU PAMUNGKAS


NIM : 20.12.1441
KELAS : S1 SISTEM INFOMASI 01

FAKULTAS ILMU KOMPUTER


UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2020/2021
LATAR BELAKANG

Penerapan e-tilang dilandasi kebutuhan penegakan hukum terkait tertib berlalu lintas
dengan konsep praktis, mengingat tenaga kepolisian terbatas dan guna menghindari
praktik koruptif tilang sebagaimana selama ini sering terjadi. Akibatnya, denda tilang
tidak dapat secara optimal masuk ke kas negara. E- tilang memang dipersiapkan
untuk menghilangkan praktik koruptif terkait tilang, mengingat selama ini proses
pembayaran tilang melalui persidangan cenderung lama dan bertele-tele hingga
kembalinya SIM atau STNK para pelanggar pascadenda dibayar. Melihat proses
pembayaran tilang yang rumit dan memakan waktu tersebut, para pelanggar lalu
lintas cenderung membayar denda tilang di tempat. Memang dalam UU Lalu Lintas
diperkenankan membayar denda tilang di tempat pada petugas kepolisian. Persoalan
tidak rapinya administrasi kepolisian terkait beredarnya surat tilang dan persoalan
mental oknum yang koruptif dengan memanfaatkan tilang yang tanpa disertai bukti,
turut berkontribusi pada tidak optimalnya penegakan hukum melalui tilang. E-tilang
di satu sisi memberikan kepastian hukum, baik bagi pengguna lalu lintas maupun
aparat kepolisian ketika melakukan penindakan. Persoalannya selama ini, sebelum e-
tilang diberlakukan pengenaan tilang hanya didasarkan pada pengamatan pandangan
aparat. Sehingga, subjektivitas dan celah koruptif kerap terjadi pada fase ini. Model
tilang yang selama ini dipraktikkan sesungguhnya bertentangan dengan semangat UU
Lalu Lintas yang mendefinisikan tilang sebagai bukti pelanggaran. Artinya, aparat
kepolisian ketika menerbitkan surat tilang ataupun menerima denda sudah
mendapatkan bukti adanya pelanggaran para pengendara, tapi pada praktiknya aparat
kepolisian hanya mendasarkan pada penilaian berdasarkan pengamatan visual.
Dengan demikian, selain menimbulkan subjektivitas dan praktik koruptif, juga
dianggap tidak memberikan kepastian hukum.
PEMBAHASAN

E-Tilang atau E-TLE (Electronic Traffic Law Enforcement) adalah sistem tilang
elektronik yang memanfaatkan sistem CCTV sebagai pengawasnya alih-alih polisi
yang bertugas di jalanan. Apabila ada kendaraan yang melanggar peraturan lalu lintas
dan tertangkap CCTV, petugas yang memantau di monitoring room akan merekam
dan mencatat nomor plat kendaraan. Pemilik plat kendaraan akan diberikan surat
tilang dan harus membayar denda tersebut via bank dalam jangka waktu tujuh hari.

E-tilang yang biasa juga disebut sebagai tilang elektronik ini merupakan digilitalisasi
dalam proses tilang, diharapkan dengan memanfaatkan teknologi dalam proses tilang
dapat lebih efektif dan efisien serta dapat membantu pihak kepolisian dalam
manajemen administrasi. Aplikasi e-tilang ini bisa dimanfaatkan masyarakat dalam
hal biaya yang dibebankan sesuai kategori pelanggaran yang dilakukan. Pelanggar
bisa memilih menggunakan e-tilang di aplikasi atau manual setelah semuanya tercatat
di aplikasi. Aplikasi e-tilang dikategorikan dalam dua user, yang pertama adalah
pihak dari kepolisian dan kedua pihak dari kejaksaan. Pada sisi kepolisian, sistem
nantinya akan berjalan pada komputer tablet dengan sistem operasi android,
sedangkan pada pihak kejaksaan sistem akan berjalan pada bentuk website sebagai
eksekutor seperti proses sidang manual. Aplikasi e-tilang ini tidak menerapkan
sebagai fungsi pengantar dalam membayar denda melalui Bank karena mekanisme
melibatkan kertas tilang atau form, pada sistem e-tilang form atau kertas bukti
pelanggar tidak akan digunakan, aplikasi e-tilang ini hanya mengirim reminder
berupa ID tilang yang menyimpan seluruh data atau catatan kepolisian mengenai
kronologis tilang yang akan diberikan kepada pengadilan atau kejaksaan yang
memiliki website dengan integrasi database yang sama. Aplikasi e-tilang terintegrasi
dengan pengadilan dan kejaksaan. Hakim akan memberi putusan, dan jaksa akan
mengeksekusi putusan tersebut, biasanya proses ini akan membutuhkan waktu
seminggu hingga dua minggu. Dalam pemberlakuan sistem e-tilang atau tilang
elektronik, korlantaspolri meminta untuk seluruh masyarakat pertama mengunduh
aplikasi e-tilang dari ponsel berbasis android. Setelah
aplikasi di download akan memberikan nomor ID tilang
kepada pengendara yang telah terkena tilang. Bagi
masyarakat yang belum atau tidak memiliki ponsel
berbasis android, juga dapat membayar secara manual. E-
tilang memberikan pelanggar kesempatan untuk
dendanya langsung bisa dititipkan ke bank dengan
beberapa fasilitas yang dimiliki, mungkin bisa dengan e-
bangking, ATM, atau langsung datang ke teller bank.
Pengendara yang melanggar untuk diwajibkan membayar denda maksimal sesuai
dengan Pasal yang sudah dilanggar, denda dapat diketahui dari sms yang telah
dikirimkan.Pada dasarnya denda merupakan kesalahan/kelalaian terhadap sebuah
tagihan atau kewajiban yang sudah ditetapkan di dalam sebuah kesepakatan awal.

E-tilang bekerja dalam beberapa tahapan. Tahap pertama, kamera CCTV yang
terpasang di ruas-ruas jalan akan menangkap adanya pelanggaran pengendara.
Selanjutnya, petugas memverifikasi untuk menentukan pasal pelanggaran yang
dilakukan pengendara. Jika telah ditentukan aturan yang dilanggar, petugas akan
mengirimkan surat konfirmasi pelanggaran lalu lintas sesuai STNK. Keputusan itu
belum bersifat final, pada e-tilang saat ini, pengendara yang mendapat surat
konfirmasi pelanggaran masih dapat membela diri dengan mengirimkan surat
klarifikasi dalam waktu tujuh hari setelah menerima surat tersebut. Friedman (1967),
pakar sosiologi hukum, mendefinisikan, penegakan hukum optimal bila
ditopang legal structure (aparat penegak hukum), legal substance (substansi hukum)
ataupun peraturan perundangan, dan legal culture (budaya hukum yang
terbentuk).Dalam konteks e-tilang, diciptakannya e-tilang sebagai bentuk manifestasi
program Promoter kepolisian, artinya perbaikan substansi e-tilang akan memperbaiki
budaya aparat kepolisian ataupun pengendara. Namun, dengan adanya system E-
Tilang ini terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan, seperti tidak bisa deteksi plat
nomor palsu. CCTV dalam sistem tilang elektronik tidak akan dapat mendeteksi pelat
nomor polisi palsu. Di sinilah gunanya para personel polantas di lapangan. Mereka
diandalkan untuk mendeteksi pelat nomor polisi palsu. Untuk mempermudah kinerja
kepolisian, nantinya setiap pengendara wajib memberikan nomor telepon dan alamat
surelnya ke Samsat terdekat. Data tersebut akan disesuaikan dengan Buku Pemilik
Kendaraan Bermotor (BPKB). Tujuannya agar petugas
kepolisian mudah melacak pengendara yang
membandel melalui basis data ke basis data. Tak
peduli BPKB tersebut dari tangan kedua (second)
maupun balik nama, tetap harus didaftarkan ke Samsat.
Tidak ada batas waktu dalam pendaftaran itu.
Pengendara yang tak mengikuti pendataan tersebut,
surat tilang akan dikirimkan ke alamat yang tertera di BPKB.

Adapun juga kelebihan dari system E-Tilang tersebut adalah efektif mengurangi
kecurangan karena tidak ada interaksi langsung antara pelanggar dan penegak hokum,
Hal itu membuat berkurangnya tindakan koruptif dari penegak hokum.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.cermati.com/artikel/mengenal-e-tilang-layanan-tilang-berbasis-online-
dari-kepolisan

https://republika.co.id/berita/pgb4gp440/tilang-elektronik-part1

https://smartcity.jakarta.go.id/blog/417/bagaimana-sistem-e-tilang-bekerja

https://tirto.id/sistem-tilang-elektronik-apa-kelebihan-dan-kekurangannya-c1me

Setiyanto, 2017, Efektivitas Penerapan Sanksi Denda E-Tilang Bagi Pelanggar Lalu
Lintas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas
Dan Angkutan Jalan (Studi di Polres Rembang), Jurnal Hukum Khaira Ummah Vol.
12. No. 4 Desember 2017. hlm.760-761.

Nibras Nada Nailufar, Mulai Besok Polisi berlakunya E-tilang, Apa Itu?, Kompas
Online, April 05 2018.

SubhaveSandhy, Suwarto H, Arie Q, 2016, Aplikasi Tilang Berbasis Android,


Universitas Ilmu Pakuwan Bogor, hlm 7

MuharJunef, 2014, Perilaku Masyarakat Terhadap Operasi Bukti Pelanggaran


(tilang) Dalam Berlalu Lintas, E-Journal WIDYA Yustisia 52 Volume 1 Nomor 1 Juni
201, hlm. 58

Sona Seki Halawa, Op.Cit.,hlm. 6.

Anda mungkin juga menyukai