Anda di halaman 1dari 5

Razia itu apa?

Ada beberapa macam, razia miras, preman, kendaraan. (Kalau razia kendaraan) itu pemeriksaan, baik
pemeriksaan kelengkapan surat-surat berkendaraan dan kelengkapan berkendara. Contohnya, razia
pemeriksaan itu mengantisipasi adanya: satu, pelanggaran; keduanya meminimalisir angka curanmor di
wilayah Polsek Coblong. Kita mengadakan razia dalam waktu tidak tentu. Kadang malam, kadang siang.
Itu pun kami menunggu perintah dari atasan. Kalau dalam operasi simpatik atau operasi zebra kita
melakukannya siang hari untuk memeriksa kelengkapan berkendara dan kelengkapan kendaraan itu
sendiri.

Untuk di Coblong ini wilayah (razianya) dimana saja, Pak?

Kalau masalah tempat kita tidak bisa memberitahukan kepada masyarakat (agar masyarakat tidak
menghindari tempat-tempat diadakannya razia). Yang penting kami melakukan operasi atau
pemeriksaan kendaraan harus dilengkapi dengan surat perintah dan (plang?)

Jadi untuk tempat tidak ada aturan spesifiknya?

Yang penting tidak mengganggu dan tidak menimbulkan kemacetan, (seperti) tidak di tikungan atau
bagaimana, kita melakukan pemeriksaan di tempat-tempat yang kita nilai tidak mengganggu dan tidak
berdampak negatif terhadap kendaraan yang melaju, tidak berdampak kecelakaan, kemacetan

Untuk waktunya tadi kan sudah dijelaskan ada yang siang ada yang malam

Kalau dilihat dari pola waktu sebenarnya ada tiga pola waktu: pagi, siang, dan malam. Tapi kita
kebanyakan kalau pemeriksaan dari unit lalu lintas antara pagi dan malam. Biasanya kalau pagi itu
operasi satuan lalu lintas sendiri, tapi kalau malam kadang kita gabungan dengan unit-unit yang lain
karena tidak (hanya) berkendara saja yang kita periksa, mungkin sajam, atau obat-obatan, mungkin
gabungan dengan RESKRIM atau patrol kalau untuk pola malam hari.

Biasanya dalam sebulan atau setahun itu apakah ada aturan khususnya harus diadakan berapa kali
razia?

Dalam setahun kalau operasi dari atasan atau nasional itu ada dua: operasi simpatik dan operasi pekat.
Tapi kalau untuk razia dari unit kewilayahannya masing-masing itu setiap bulan pasti ada razia. Karena
kita tujuannya untuk meminimalisir: satu, angka pelanggaran; keduanya angka curanmor di wilayah
Polsek Coblong.
Mungkin masyarakat masih bingung sebenarnya alur atau mekanisme razia itu seperti apa?

Kalau kita sedang ada razia kendaraan, apabila masyarakat itu tidak lengkap atau melakukan suatu
pelanggaran, harap minta ditilang saja. Prosedurnya secara hukum kalau ada pelanggaran ya minta
ditilang saja. Jangan sampai anggota kita berbuat yang tidak baik. Lebih baik ditilang saja.

Berarti untuk sekarang saya pernah melihat mekanisme razia itu menggunakan kamera, apakah
mekanisme itu memang ada dua atau bagaimana?

Untuk wilayah kita khususnya Polsek Coblong belum menggunakan sistem pelanggaran online, kita
masih manual. Mungkin khusus daerah ibu kota yang (sudah pakai kamera) untuk pelanggaran, bukan
razia. Tapi untuk pembayaran tilang kita menggunakan e-tilang, itu sudah nasional dimana-mana.
Apabila kita mendapat surat tilang kita membayar via ATM melalui nomor bripat(?). Itu untuk e-tilang,
bukan pelanggaran online seperti di ibu kota, namun di daerah Bandung belum sampai sana.

Pada umumnya, jenis pelanggaran apa saja yang umumnya dilakukan masyarakat?

Yang paling banyak di wilayah unit Coblong itu masalah helm. Karena berpikiran jarak yang dekat, itu
yang dijadikan alasan. Sebenarnya kalau untuk perlindungan kepala kenapa tidak pakai helm? Mau jauh,
mau dekat, mau di jalan raya, mau di dalam komplek pakailah helm. Itu yang paling dominan
pelanggaran di wilayah Coblong. Keduanya masalah rambu-rambu. Makanya kita himbau kepada
masyarakat: ada petugas atau tidak ada petugas, apabila ada rambu-rambu larangan atau memang
aturan berlalu lintas memang menggunakan helm, pakailah helm. Tidak menunggu melihat petugas baru
kita taat.

Untuk hukumannya sendiri jenis-jenisnya seperti apa Pak?

Kalau pelanggaran kami menggunakan sistem tilang, kecuali kalau adanya pelanggaran kecelakaan itu
beda lagi.

Kalau ditilang, dendanya bagaimana?

Itu di kejaksaan yang menentukan.

Menurut Bapak, hambatan saat dilakukannya razia itu apa saja?


Banyak orang yang tidak mengetahui atau tidak mematuhi tata tertib berlalu lintas, seperti kita
menghadapi anak-anak sekolah yang sudah menggunakan kendaraan bermotor dengan seizing orang
tuanya. Padahal demi keselamatan (dan) demi aturan kan sebelum umur 17 tahun atau yang belum
mempunyai SIM, anak-anak sekolah itu tidak boleh mengendarai kendaraan. Itu salah satu
hambatannya, mereka berkendara dengan izin orang tuanya. Sebenarnya, kalau bisa jangan sampai anak
yang belum mempunyai SIM mengendarai kendaraan.

Jadi tidak adakah hambatan struktural untuk merazia seperti surat perintah yang tak kunjung keluar?

Kita razia menggunakan surat tugas, tidak boleh kita (merazia tanpa surat tugas). Bedakan razia dengan
tugas di pos. Kalau pemeriksaan (razia) itu harus dengan plang dan surat tugas, itu yang paling penting.
Apabila pemeriksaan (razia), pengendara berhak menanyakan surat perintah. Beda dengan apabila kita
melakukan pelanggaran di pos (polisi yang sedang berjaga), itu bukan pemeriksaan (razia). Apabila kita
sedang bertugas (di pos) dan ada pelanggaran tidak apa-apa kita menilang tanpa adanya surat tugas
razia, karena kita sudah dilengkapi dengan surat tugas dengan hari itu. (Hal tersebut) beda dengan surat
tugas razia, karena masyarakat (terkadang bertanya) “Pak mana surat tugasnya?” padahal kita bukan
lagi razia. Ibaratnya (menilang saat bertugas di pos) maling, apa kita tunggu surat tugas dulu (untuk
menangkap maling)? Apabila ada razia kita wajib ada surat tugas khusus untuk razia tersebut.

Untuk pelanggaran yang tadi dimaksud, apakah setelah pelanggaran sistemnya seperti yang tadi (Bapak
sebutkan) dikasih surat tilang?

Kalau pelanggaran kita tilang, itu pun bayar dendanya ke kejaksaan.

Menurut Bapak sendiri kenapa selama ini masyarakat tidak taat aturan berlalu lintas?

Ya mungkin pemikiran mereka sudah tau itu salah. Sudah tau tidak pakai helm itu salah, anak sekolahan
belum mempunyai SIM mengendarai kendaraan itu salah tapi di satu sisi mereka melihat kalau jarak
(dekat) dan diizinkan orang tuanya. Jadi kita tetap melakukan sosialisasi kepada masyarakat, baik jauh
ataupun dekat pakailah helm demi kesatunya keselamatan, keduanya memang aturannya. Kalau anak-
anak di bawah umur belum memiliki SIM, sekarang sudah banyak ojek online, angkot, atau bis sekolah,
demi keselamatan anak mereka juga.

Apakah ada upaya lain dari polisi untuk mengingatkan aturan?

Selama ini kita telah melakukan DIKMAS, yaitu pendidikan masyarakat kepada anak-anak sekolah,
tukang ojek, anak-anak TK, yaitu kita melakukan sosialisasi, khususnya kepada anak TK atau anak
sekolahan kita mengajarkan dasar-dasarnya seperti menggunakan helm. Biar pun masih kecil juga ya kita
ingatkan kenapa tidak pakai helm. Kepada tukang ojek ya itu ada aparat atau tidak ada aparat ya tolong
(patuhi tata tertib berlalu lintas) demi keselamatan juga. Jadi kita (harusnya) takut bukan karena adanya
petugas, takutlah karena adanya aturan.

DIKMAS itu biasanya dilakukannya kapan saja?

Biasanya seminggu kita dua kali. Itu rutin. Kadang anak sekolah datang kesini, kadang kita yang kesana.

Apa yang dihasilkan dari razia?

Kalau hasil kita tidak bisa menilai bagaimana banyaknya. Kita hanya berupaya dan berusaha terus untuk
meminimalisir angka pelanggaran dan jumlah curanmor di wilayah kita. Dengan kita membuat SIM
minimal kita tahu tata cara berkendara yang baik itu bagaimana, tapi yang belum punya SIM mungkin
tidak tahu bagaimana (cara berkendara yang baik).

Untuk struktur saat pelaksanaan razia itu bagaimana, Pak? Apakah dari pihak SATLANTAS yang bertugas
itu semuanya satu pangkat atau bagaimana?

Setiap kita melaksanakan razia itu harus ditemani satu perwira dan satu provost, selain itu anggota.
Apapun pangkatnya yang penting didampingi satu perwira dan satu provost disertai dengan surat
perintah dari Kapolsek. Adanya provost dan perwira atau kanit itu fungsinya untuk mengawasi anggota.

Dengan adanya razia apakah angka pelanggarannya berkurang atau sama saja?

Kita tidak bisa menilai jumlah pelanggaran berkurang atau tidak, karena di Bandung ada banyak sekali
pelanggaran. Kalau pelanggaran itu naik turun. Tapi kebanyakan kalau misalnya ada razia nasional
seperti operasi zebra itu jumlah pelanggaran menurun karena mereka tahu (kalau akan ada razia) karena
itu diumumkan. Memang tempat-tempatnya tidak kita umumkan tapi dari tanggal sekian sampai tanggal
sekian pihak kepolisian akan melaksanakan operasi zebra, lengkapilah kendaraan, nah (di sekitar waktu
itu) menurun angka pelanggaran. Jadi angka tersebut menurun karena mereka sudah tahu dan merasa
dirinya itu belum punya SIM atau bagaimana. Jadi kalau kita memang sadar diri terhadap aturan
memang kita tidak usah takut.

Sekarang itu ada sebuah pandangan di masyarakat kalau tilang itu bayar di tempat, nah menurut Bapak
sendiri bagaimana tentang hal tersebut?
Makanya, seperti yang tadi saya jelaskan, apabila kita merasa melanggar, ditilang saja, nanti bayarnya di
kejaksaan. Jadi itu si pelanggar sendiri yang membawa kita ke arah sana. Jangan memancing-mancing
anggota kita untuk melakukan hal yang tidak benar. Jadi kalau kita merasa melanggar, ditilang saja, nanti
bayar di kejaksaan atau lewat e-tilang lewat ATM. Ke kantor kesatuan yang menilang, nanti minta nomor
bripat(?) lalu bayar via ATM.

Adakah sistem dari kepolisiannya sendiri agar anggotanya tidak ada yang curang?

Dengan diawasi oleh seorang perwira (saat melaksanakan razia).

Sempat viral juga tentang polisi yang menilang truk, sebenarnya jenis kendaraan apa saja yang bisa
ditilang oleh polisi?

Semua jenis kendaraan, apabila melanggar ya kita tilang, baik truk, motor.

Pesan-pesan Bapak kepada masyarakat tentang lalu lintas dan razia?

Tolong kepada masyarakat baik mahasiswa, anak sekolah, atau ibu-ibu bapak-bapak taatilah aturan lalu
lintas, jangan takut sama petugas tapi takutlah sama aturan lalu lintas. Insya allah hidup tertib berlalu
lintas akan menyelamatkan Anda sepanjang hari.

Anda mungkin juga menyukai