Anda di halaman 1dari 12

DISKRESI HAKIM DALAM MENETAPKAN HUKUM

DI PENGADILAN AGAMA KELAS IB BATUSANGKAR

Sri Yunarti
Program Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. Cimencrang Samping Polda Jabar Bandung
e-mail: sriyunarti@gmail.com

Abstract: So far the verdict courts made by Pengadilan Agama (PA/ Family Court) have been criticized for
being too fixated on legal justice approaches and lack of attention to social justice approaches. This
criticism demands that judge's understanding of the law holds to the spirit that underlies the formation
of the law. The judge needs to use his or her authority to exercise legal discretion, using more moral
rather than formal legal ideas. A judge must understand the law in the right contest and act as a
creative lawyer. Discretion is the authority of the judge to decide cases with more consideration of the
sense of justice, public interest and morality, which develops in society rather than deciding on the basis
of the decisions of the regulations contained in the Law. This authority can be used an alternative in
response to the absence and weaknesses in the application of legal principles in Civil Law System.
Thus the law is expected to play a maximum role to serve the interests of the dynamic community put
the interests of both parties who are in dispute and growing as well.

Kata kunci: diskresi hakim, Pengadilan Agama

PENDAHULUAN Tahun 2006 jo Undang-Undang No. 50

P engadilan Agama merupakan salah Tahun 2009, menyatakan bahwa


satu lembaga peradilan di Indonesia Pengadilan Agama adalah Pengadilan
yang berwenang menerima, memeriksa bagi orang-orang yang beragama Islam
dan memutuskan serta menyelesaikan (Daud Ali, 2001: 325). Jadi, pengadilan
perkara perdata antara orang-orang yang Agama hanya berwenang memeriksa,
beragama Islam yang meliputi perkara mengadili, dan memutuskan perkara-
perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, perkara tertentu pada tingkat pertama
wakaf, zakat, infaq dan sadaqah, dan (Yahya Harahab, 2001: 9).
ekonomi syari’ah, sesuai dengan pasal 49 Fenomena hakim di Pengadilan
UU No. 7 Tahun 1989 yang telah diubah Agama dalam memutus suatu perkara
UU No. 3 Tahun 2006,UU No. 50 Tahun telah ditempuh pada pendekatan legal
2009 tentang perubahan kedua atas Justice dan kurang memperhatikan
Undang-undang No. 7 Tahun 1989 pendekatan social justice yang terpaku
Tentang Peradilan Agama dengan pada teks hukum, sehingga hakim lebih
kompetensi Relatif wilayah Sumatera mengedepankan asas kepastian hukum
Barat. Pasal 9 ayat 1 Undang-Undang No. dari pada kewajiban untuk menegakkan
7 Tahun 1989 jo Undang-Undang No. 3 keadilan. Cara pandang yang membakukan
78 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

teks hukum ini menurut Satjipto Raharjo, Agama, di mana kasus yang sering terjadi
akan berimplikasi pada bentuk kegagalan menyangkut tentang harta bersama, fasakh
dan terjadinya bentuk pemandulan dari nikah, isbath nikah ataupun pelaksanaan
fungsi hukum itu sendiri, kotroversi inilah nafkah anak, hak-hak istri (nafkah iddah
yang diletakkan pada keputusan yang dan mut’ah) (IKAHI, 2010 : 77) yang
ditetapkan oleh hakim yang dianggap dirumuskan dalam hukum seringkali
telah keluar dari apa yang ditentukan oleh begitu kabur, sehingga hakim harus
Undang-undang. Pengadilan dihadapkan menafsirkan dalam kontek yang ia
pada rasa keadilan masyarakat hadapi. Dalam konteks yang lebih
(kebenaran materiil), namun Reichel telah spesifik, hakim yang biasanya dihadapkan
memberikan sinyal bagi para penegak pada perkara yang terkadang apabila
hukum dengan berpendapat “hakim didasarkan pada normatif Hukum, sangat
berkewajiban untuk dengan sengaja terkesan menimbulkan ketidakadilan
menyimpang dari suatu peraturan hukum Hukum. Sehingga dibutuhkan diskresi
apabila peraturan itu bertentangan Hakim dalam hal-hal tertentu yang
dengan perasaan moral masyarakat” (Lili memang tidak bisa dihindari dan sangat
Rasjidi, 2001: 79). sulit sifatnya, baik dalam konteks hukum
Dalam wacana hukum Islam dikenal perkawinan maupun kewarisan.
dengan adanya istilah ijtihad, sebagai Dengan demikian metode penemuan
aktifitas penggalian hukum Islam, dalam hukum melalui diskresi merupakan salah
menjawab problematika hukum Islam satu daya tarik bagi penulis untuk
yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. menelusuri lebih lanjut alternatif untuk
Beberapa metode ijtihad dimungkinkan mengatasi kemandulan hukum di Indonesia,
terdapat kasus-kasus yang diputuskan terutama mengatasi ketidakmampuan
dengan diskresi. Hal ini menjadi indikasi melayani kepentingan Untuk menjadi
bahwa para pelaku ijtihad tidak terpaku ujung tombak penegakan hukum agar
begitu saja pada ayat Alquran dan Hadis dapat mewujudkan hukum yang progresif,
secara literalis. Tetapi mereka juga maka para penegak hukum harus
mempertimbangkan asas-asas, maksud bertindak sebagai a cretive lawyer.
dan tujuan dibalik teks nash tersebut.
Sehingga ketika menetapkan suatu
METODE PENELITIAN
hukum boleh jadi mereka “keluar” dari
ketentuan eksplisit Alquran dan Hadis, Jenis Penelitian
meskipun tetap berlandaskan pada tujuan
penetapan hukum atau maqasid al-shari’ah Adapun jenis penelitian yang
yang meliputi memelihara agama, jiwa, dipakai dalam penelitian ini adalah
harta, kehormatan dan keturunan. penelitian lapangan (field research), yaitu
Pelaksanaan putusan (eksekusi) penelitian lapangan yang dilakukan di
sering kali menemui kendala bahkan sulit Pengadilan Agama Tingkat pertama Kelas
untuk dilaksanakan secara riil, baik oleh IB di Batusangkar.
para pihak secara kekeluargaan maupun Untuk menjawab permasalahan
oleh jurusita saat di perintahkan untuk di yang telah dirumuskan dalam penelitian
lakukan eksekusi oleh Ketua Pengadilan ini, digunakan dua jenis penelitian, yaitu
Diskresi Hakim dalam Menetapkan Hukum di Pengadilan Agama Kelas IB Batusangkar ║79

penelitian hukum normatif (yuridis data tersebut dengan memberikan


Normatif) dan penelitian empiris (yuridis penafsiran dan langkah-langkah
empiris). membuat kategori untuk menglkasifikasi
Penelitian Hukum Normatif (yuridis jawaban sebagai kerangka analisa data
normatif) adalah metode penelitian yang diperoleh dengan menggunakan
hukum yang dilakukan dengan meneliti metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu
bahan pustaka atau data sekunder belaka metode yang berusaha mendeskripsikan
(Soerjono Soekanto, 2001 : 13-14). Dalam suatu gejala, peristiwa atau kejadian sosial
kaitannya dengan penelitian normatif di yang terjadi pada saat sekarang yang
sini akan digunakan beberapa berhubungan dengan tema atau obyek
pendekatan, yaitu : penelitian. Studi kasus merupakan
1. Pendekatan perundang-undangan penelitian tentang status subjek penelitian
(statute approach). yang berkenaan dengan fase spesifik atau
2. Pendekatan konsep (conceptual approach). khas dari keseluruhan personalita.
Sumber Data Dalam penelitian ini, data yang
terkumpul berbentuk kata-kata, dan
Adapun sumber data yang penulis bukan angka. Kalaupun ada angka-angka,
gunakan dalam penelitian ini adalah: sifatnya hanya sebagai penunjang. Data
1. Sumber data primer, Majelis Hakim yang diperoleh meliputi transkip,
pada Pengadilan Agama Tingkat interview, catatan lapangan dan lain-lain.
pertama kelas IB Batusangkar yang Dari uraian di atas dapat
menyelesaikan perkara Permohonan disimpulkan bahwa dalam penelitian ini,
tentang harta bersama, Fasakh peneliti menggunakan metode observatif
Perkawinan, Dispensasi Nikah. kualitatif, di mana setelah memperoleh
2. Sumber data sekunder, yaitu sumber data dari hasil pengamatan dan
data tambahan yang di peroleh dari wawancara, peneliti kemudian menyusun
buku-buku yang terkait dengan data tersebut, menjelaskan dan
masalah serta karya ilmiah lainya yang dilanjutkan dengan menganalisis data
berhubungan dengan perkara yang tersebut.
diteliti. Adapun langkah-langkahnya sebagai
Berdasarkan hasil observasi dan berikut:
wawancara serta dokumen yang penulis 1. Menelaah data yang diperoleh dari
di lapangan, terdapat suatu kasus yang informan dan literatur terkait.
tidak sesuai dengan Undang-Undang dan 2. Mengklasifikasikan data dan
ketentuan hukum dalam memutuskan menyusun berdasarkan kategori-
perkara yang terdapat di Pengadilan kategori.
Agama Tingkat pertama Kelas IB 3. Setelah data tersusun data terklasifikasi
kemudian langkah selanjutnya adalah
Teknik Analisis Data kesimpulan atau penarikan kesimpulan
Setelah data terkumpul melalui berdasarkan data yang ada.
teknik pengumpulan data, langkah Data yang diperoleh baik dari
selanjutnya adalah diolah dan dianalisis penelitian lapangan akan dianalisis secara
80 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

deskriptif analisis, yaitu penelitian yang yang tepat. Sedangkan otoritas adalah
berusaha mendeskripsikan suatu gejala, kewenangan mengambil pilihan dalam
peristiwa, dan kejadian yang terjadi saat menetapkan hukum yang hendak
sekarang. Penelitian deskriptif diterapkan. Esensi diskresi yang demikian
memusatkan perhatian kepada masalah- sesungguhnya sejalan dengan kedudukan
masalah aktual sebagaimana adanya pada dan kewenangan hakim sebagai pelaksana
saat penelitian berlangsung. Melalui kekuasaan kehakiman. Karena dalam
penelitian deskriptif, peneliti berusaha konstitusi dengan tegas dijelaskan, hakim
mendeskripsikan peristiwa dan kejadian adalah pelaksana kekuasaan kehakiman
secara komprehensif. yang merdeka (contohnya pada pasal 24
UUD 1945 jo. Pasal 21 UU No. 4 tahun
PEMBAHASAN 2004).
Pengertian Ijtihad
Tinjauan Pustaka
Secara bahasa, ijtihad diambil dari
Pengertian Diskresi
kata al-juhd yang berarti ai-tsaqah
Pengertian discretion (Inggris) secara (tenaga, kuasa, dan daya) dan al-jahd
bahasa: freedom or authority to make yang berarti almasyaqqah (kesulitan dan
dicisions and choises power to judge or act. kesukaran) sementara al-ijtihad dan at-
Alvina Treut Burrows (ed) menyatakan tajahud berarti bazl al-wus'i wa al-mahjud
discreation: ability to choose wisely or to jugde (penumpahan segala kesempatan dan
one self (kemampuan untuk memilih tenaga) Sedangkan dalam kamus Al--
secara bijaksana atau mempertimbangkan Munawwir, ijtihad berarti berusaha
bagi diri sendiri). Prajudi Atmosoedirdjo dengan sungguh-sungguh (Ahmad
menerjemahkan discreation sebagai Warson Almunawar, 1984:238). Kata ini
kebebasan bertindak atau mengambil beserta seluruh variasinya
keputusan menurut pendapat sendiri. menunjukkan pekerjaan yang dilakukan
Adapun secara istilah, berikut ini lebih dari biasa atau sulit dilaksanakan
penulis kutipkan beberapa pendapat: dan tidak disenangi (Muhammad Musa
Yan Pramadya Puspa dalam Kamus At-Taiwana, 1972:79). Dalam kitab al-
Hukum, menyatakan discretionair (Bel) Mustasyfaz, Imam al-Ghazali merumuskan
berarti kebijaksanaan; memutuskan pengertian ijtihad menurut bahasa
sesuatu tidak berdasarkan ketentuan- sebagai pencurahan segala daya upaya
ketentuan peraturan, undang-undang dan penumpahan segala kekuatan untuk
atau hukum yang berlaku tetapi atas menghasilkan sesuatu yang berat dan
dasar kebijaksanaan, pertimbangan atau sulit (Muhammad Ibnu Muhammad Al
keadilan (Yan Pramadya Puspa, 2008: 230) Gazali, tt :478). Dari pengertian yang
demikian ini, Idbal, di waktu
Landasan Hukum Diskresi membicarakan gerak dalam struktur
Esensi dari diskresi adalah kemerdekaan Islam nuengidentikkan ijtihad dengan
dan otoritas. Kemerdekaan sebegai esensi mujjahadah.
diskresi hukum adalah kemandirian dan Sedangkan pengertian ijtihad secara
keluasaan untuk melakukan tindakan terminologi, ada beberapa ulama
Diskresi Hakim dalam Menetapkan Hukum di Pengadilan Agama Kelas IB Batusangkar ║81

memberikan definisi. Pertama, menumt menyelesaikan perkaranya, untuk


al-Ghazali, ijtihad adalah "mencurahkan mewujudkan hukum material Islam yang
kemampuan untuk mendapatkan ilmu menjadi kekuasaan Peradilan Agama”
tentang hukum syara' sampai merasa (Blogspot, 2009: html).
dirinya tidak mampu lagi mencari Beracara di muka sidang pengadilan
tambahan kemampuan itu. Kedua, adalah suatu tindakan dalam
menurut al-Syatibi, ijtihad adalah melaksanakan rangkaian aturan-aturan
"mengerahkan kesungguhan dan yang termuat dalam hukum acara
mencurahkan kemampuan untuk perdata. Hukum acara perdata adalah
mendapatkan pengetahuan yang pasti rangkaian peraturan-peraturan yang
dan zanni tentang hukum syara' (Abu memuat cara bagaimana orang harus
Ishaq al-Syatibi, tt: 64). Ketiga menurut bertindak terhadap dan di muka
Imam al-Syaukani, ijtihad adalah pengadilan dan cara bagaimana
"mencurahkan kemampuan untuk pengadilan itu harus bertindak, satu sama
mendapatkan, hukum-hukum syara' lain untuk melaksanakan berjalannya
yang bersifat operasional dengan jalan peraturan-peraturan hukum perdata.
istinbath (menetapkan keputusan Dengan demikian penulis
hukum) (Muhammad Ibnu Ali al- berpendapat, bahwa hukum acara perdata
Syaukani, tth.: 250). bertujuan untuk menjamin ditaatinya
Hukum Beracara Peradilan Agama hukum perdata materil. Dengan demikian
hukum acara perdata pada umumnya
Hukum Acara Peradilan Agama tidaklah membebani hak dan kewajiban
adalah peraturan hukum yang mengatur seperti yang termuat dalam hukum
bagaimana cara menaatinya hukum perdata meteril, tapi memuat aturan
perdata materil dengan peraturan hakim tentang cara melaksanakan dan
atau cara bagaimana bertindak di mempertahankan atau menegakkan
pengadilan Agama dan bagaimana cara kaidah-kaidah yang termuat dalam
hakim bertindak agar hukum itu berjalan hukum perdata materil, atau dengan
sebagaimana mestinya. perkataan lain untuk melindungi hak
Peradilan Agama adalah Peradilan perseorangan.
Perdata dan Peradilan Islam di Indonesia,
jadi ia harus mengindahkan peraturan 1. Dasar Hukum Beracara di Pengadilan
Agama
perundang-undangan negara dan syariat
Islam sekaligus. Oleh karena itu rumusan Pada mulanya, Pemerintah
Hukum Acara Peradilan Agama Hindia Belanda tidak mempunyai
diusulkan sebagai berikut: “segala peraturan khusus tentang Hukum
peraturan baik yang bersumber dari Acara yang diperuntukkan kepada
peraturan perundang-undangan negara Rakyat Bumi Putra yang berperkara di
maupun dari syariat Islam yang mengatur Pengadilan. Tetapi karena kebutuhan
bagaimana cara orang bertindak di yang sangat mendesak, Pemerintah
pengadilan Agama dan juga mengatur Hindia Belanda mempergunakan Stb.
bagiamana cara Peradilan Agama tersebut 1819 No. 20 dengan sedikit
82 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

penambahan dan perubahan yang tentang “Kekuasan Relatif” dan


tidak begitu berarti. “Kekuasaan Absolut”, sekaligus
Adapun sumber hukum acara dibicarakan pula di dalamnya
yang berlaku di lingkungan Peradilan tentang tempat mengajukan
Umum diberlakukan juga untuk gugatan/permohonan serta jenis
lingkungan Peradilan Agama adalah perkara yang menjadi kekuasaan
sebagai berikut: Pengadilan.
a. Reglement op de Burgelijk 1) Kekuasaan Relatif
Rechtsvordering (B.Rv) Kekuasaan relatif diartikan
b. Inlandsh Reglement (IR) sebagai kekuasaan pengadilan
c. Rechtsreglement Voor De yang satu jenis dan suatu
Buitengewesten (R.Bg) tingkatan, dalam perbedaannya
d. Burgelijk Wetboek Voor Indonesia (BW) dengan kekuasaan Pengadilan
e. Wetboek van Koophandel (WvK) yang sama jenis dan sama
f. Peraturan Perundang-undangan tingkatan lainnya dalam hal
g. Yurisprudensi wilayah mengadili. Pasal 4 ayat
h. Surat Edaran Mahkamah Agung RI (1) Undang-undangan No. 7
i. Doktrin atau Ilmu Pengetahuan Tahun 1989 yang berbunyi:
(A.Basiq Djalil, 2006:153-157) “Pengadilan Agama berkedudukan
2. Asas-Asas Peradilan Agama di Kota Madya atau Kota
Kabupaten, dan daerah
Asas Peradilan Agama adalah hukumnya meliputi wilayah Kota
pedoman umum bagi Peradilan Agama Madya atau Kabupaten. (Roihan
dalam melaksanakan penerapan seluruh A. Rasyid, t.th.: 26)
jiwa dan semangat Undang-Undang. Dari Undang-Undang di atas
Ada beberapa asas peradilan Agama dapat dijelaskan, pada dasarnya
yaitu: tempat kedudukan Pengadilan
a. Asas Personaliti Keislaman Agama ada di Kota Madya atau
b. Asas kebebasan Ibu Kota Kabupaten, yang daerah
c. Asas wajib mendamaikan hukumnya meliputi wilayah Kota
d. Asas sederhana, cepat, biaya ringan Madya atau Kabupaten, tetapi
e. Asas persidangan terbuka untuk tidak tertutup kemungkinan adanya
umum pengecualian.
f. Asas legalitas Jadi tiap-tiap Pengadilan
g. Asas Equality Agama mempunyai wilayah
h. Asas aktif memberikan bantuan tertentu atau dikatakan
3. Kewenangan Peradilan Agama mempunyai yurisdiksi relatif
tentang dalam hal ini meliputi
a. Kekuasaan Peradilan Agama
satu Kota Madya atau satu
Berbicara tentang kekuasaan
Kabupaten, atau dalam keadaan
peradilan agama dalam kaitannya
tertentu sebagai pengecualian.
dengan Hukum Acara Perdata,
Yurisdiksi relatif ini
biasanya menyangkut dua hal yaitu
mempunyai arti penting
Diskresi Hakim dalam Menetapkan Hukum di Pengadilan Agama Kelas IB Batusangkar ║83

sehubungan dengan wewenang melakukan diskresi hukum. Penerapan


ke Pengadilan Agama mana orang diskresi hakim dapat dilihat dalam proses
akan mengajukan perkaranya dan pembuatan putusan. Mula-mula, hakim
sehubungan dengan hak eksepsi berusaha menemukan aktanya dan
tergugat. mengkonstatirnya, lalu menemukan
2) Kekuasaan Absolut hukumnya untuk diterapkan dalam
Kekuasaan Absolut atau perkara yang bersangkutan. Dalam
kewenangan mutlak adalah dispensasi nikah, maka berdasarkan
kewenangan suatu badan bukti, hakim akan memastikan faktanya
pengadilan dalam memeriksa yaitu adanya alasan-alasan yang sah
jenis perkara tertentu yang secara menurut hukum untuk dispensasi nikah
mutlak tidak dapat diperiksa oleh telah terbukti adanya alasan maka hakim
badan pengadilan lain, eksepsi mempertimbangkan hukumnya. Pada
mengenai kekuasaan absolut umumnya hakim akan menggunakan
dapat diajukan tiap waktu selama syllogisme dengan merumuskan premis
proses pemeriksaan berlangsung (Pasal mayor, premis minor dan konklusi. Untuk
134 HIR/ Pasal 160 RBg sampai kepada konklusi yang benar maka
(Mahkamah Agung RI: 67) premis mayor dan premis minor. Ketika
Pengadilan Agama salah satu premis salah, akan
merupakan salah satu kekuasaan menghasilkan konklusi yang salah.
kehakiman yang bertugas dan Premis mayor dalam proses pembuatan
berwenang memeriksa, memutus dan putusan adalah berbentuk aturan hukum
menyelesaikan perkara perdata yang berlaku dan melingkupi perkara
tertentu bagi orang yang yang diajukan. Sedangkan premis minor
beragama Islam sebagaimana adalah fakta-fakta yang ditemukan dalam
yang dirumuskan dalam pasal 2 persidangan. Sedangkan konklusi adalah
UU No. 3 tahun 2006. putusan hakim mengenai perkara yang
diajukan padanya.
Hasil Penelitian Dalam perkara dispensasi nikah,
premis mayor berupa aturan batasan usia
Penetapan Hukum dalam Diskresi Hakim
seseorang dibolehkan melakukan
pada Dispensasi Nikah
perkawinan. Pasal 7 UU No. 1 Tahun
Hakim dalam putusannya 1974, menyebutkan bahwa bila seseorang
sebenarnya tidak hanya berupaya (yang beragama Islam) belum mencapai
menemukan hukum bagi suatu perkara usia minimum, dapat mengajukan
tertentu, melainkan dan sekaligus dispensasi nikah kepada Pengadilan
mengembangkan aturan hukum (Register Agama. Aturan lain yang mengatur
Perkara, 2011: 108). Karena tidak jarang dispensasi nikah adalah pasal 15
ditemukan suatu persitiwa yang tidak Kompilasi Hukum Islam, yang
ditemukan hukumnya, oleh karena itu, maksudnya sama dengan pasal 7 UU No.
hakim haruslah membuat hukum. Dalam 1 tahun 1974. Namun demikian aturan
membuat hukum tersebut, hakim hukum tersebut tidak merinci alasan
84 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

mengajukan hukum dispensasi nikah. Diskresi hukum yang dilakukan oleh


Untuk itu, dengan kemerdekaan dan hakim, kemudian diperlukan keahlian
otoritas yang dimilikinya, hakim harus profesi agar dapat mencapai tujuannya,
menemukan alasan hukum melalui untuk menegakkan hukum dan keadilan.
menafsirkan, pemaknaan sehingga Berdasarkan kenyataan objektif tersebut,
dirumuskan alasan hukum dispensasi penerapan Undang-Undang sebagai
nikah. hukum in concreto, kemerdekaan dan
Berdasarkan pada penafsiran pada otoritas hakim untuk dapat melakukan
umumnya hakim merumuskan alasan penafsiran dan penerapan hukum dengan
dispensasi antara lain adanya bijaksana memerlukan pengetahun dan
kemudharatan bila tidak dilakukan keahlian profesional. Dengan kata lain,
pernikahan meskipun calon mempelai diskresi ternyata memerlukan keahlian
belum mencapai usia minimum. Karena profesional. Ini berarti latar belakang dan
menurut hukum Islam, menolak pengalaman intelektual sangat
kemudharatan harus didahulukan dari berpengaruh ketika hakim melakukan
pada meraih manfaat (dar’ul mafasid diskresi hukum. Urgensi latar belakang
muqadamun ala jalbilma). Berbeda dengan profesional individual hakim untuk
penegak hukum lainnya, seperti polisi melakukan diskresi, tampak dalam
dan jaksa, faktor yang melatar belakangi kaitannya dengan ketentuan syarat
diskresi hakim tidaklah banyak. Hanya menjadi hakim. Secara umum syarat
ada dua faktor yang melatarbelakangi menjadi hakim adalah individu yang well
diskresi hakim, yaitu faktor legal dan studied dan well moralized. Dengan well
factor professional individual. studied pendidikan yang baik,
Faktor Legal Landasan Hakim dalam Menetapkan
Faktor legal yang melatarbelakangi Diskresi Hukum di Pengadilan Agama
diskresi hakim merupakan faktor yang Pelaksanaan putusan dengan
berkaitan dengan Peraturan Perundang- sukarela ialah terwujudnya realisasi amar
Undangan. Diskresi hakim dilatarbelakangi oleh putusan itu oleh pihak yang kalah tanpa
Peraturan Perundang-Undangan yang ada. melalui pemaksaan oleh pengadilan. Jadi
Karena berangkat dari Perundang- pihak-pihak yang menang menunggu
Undangan itulah diskresi hakim dinilai kemauan dari pihak yang kalah sebagai
shalih. pihak yang dihukum untuk melaksanakan
prestasi, apakah ia mau melaksanakan tanpa
Faktor Professional Individual melalui pertolongan pengadilan atau ia tidak
Undang-undang merupakan produk mengindahkannya. Kalau pihak yang
(politik) dari lembaga legislatif, akan kalah telah melaksanakannya, maka
tetapi hakim yang akan menerapkannya selesailah urusan pelaksanaan
terhadap kasus yang bersifat individual. putusannya, inilah kondisi yang ideal
Dalam prakteknya, aturan hukum dalam dalam pelaksanaan putusan Hakim.
Undang-Undang (hukum inabstracto) Sekiranya pihak yang kalah mengabaikan
tidak selalu sama persis dengan peristiwa kewajibannya membayar prestasi dalam
yang membutuhkan penegekan hukum. putusan pengadilan, pihak yang menang
Diskresi Hakim dalam Menetapkan Hukum di Pengadilan Agama Kelas IB Batusangkar ║85

dapat mengingatkan kepada pihak yang kerugian moral pada sisi lain.
kalah melalui permohonannya kepada Pelaksanaan putusan secara eksekusi baru
pengadilan dan pengadilan memberikan dapat dijalankan apabila putusan
teguran (aan maning) kepada pihak yang pengadilan telah memperoleh kekuatan
kalah untuk melaksanakan putusan hukum tetap. Ini merupakan asas pokok
tersebut. Jika pihak yang kalah bersedia kecuali dalam putusan yang dapat
melaksanakan amar putusan tersebut, dijalankan lebih dulu atau dalam putusan
maka putusan telah dilaksanakan dengan provinsi. Oleh karena itu, tanpa
sukarela. Tetapi setelah dilakukan teguran mengabaikan pengecualian dimaksud,
oleh Pengadilan, pihak yang kalah tidak pada dasarnya eksekusi dapat dijalankan
mengindahkan, maka putusan yang telah apabila putusan tersebut tidak mungkin
berkekuatan hukum yang tetap itu tidak lagi diajukan upaya banding atau kasasi.
dapat dijalankan dengan sukarela oleh Salah satu alternatif agar
pihak yang kalah, selanjutnya Pengadilan pelaksanaan eksekusi dapat dilaksanakan
dapat melaksanakan proses eksekusi adalah dengan melaksanakan eksekusi
(pelaksanaan putusan dengan upaya prodeo (Wawancara, Dra. Hasnayeti,
paksa) melalui Pengadilan tersebut M,MA, 2013). Agar pelaksanaan eksekusi
sebagaimana telah diatur dalam Rbg pasal secara prodeo tidak bertentangan dengan
207 dan 208jo HIR pasal 196 dan 197 hukum, maka tidak disebut eksekusi
(Yahya Harahab, 1995: 5). secara prodeo, tetapi memprodeokan
Berdasarkan data di Pengadilan pemohon eksekusi dari kewajiban
Agama Batusangkar Kelas IB, (Wawancara, mendahulukan pembayaran biaya
Dra. H. Admiyarti, 2013). Pengadilan eksekusi. Dengan mempergunakan istilah
Agama Batusangkar Kelas IB telah banyak "memprodeokan pemohon eksekusi dari
menyelesaikan sengketa harta bersama kewajiban mendahulukan pembayaran
baik gugatan rekonpensi maupun sengketa biaya eksekusi", pada eksekusi itu masih
harta bersama, pihak pengadilan "tetap melekat" biaya eksekusi. Oleh
menyerahkan sepenuhnya pembagian karena biaya eksekusi tetap melekat
harta bersama tersebut kepada pihak yang pada eksekusi, biaya eksekusi yang
berperkara, hal ini dilakukan mengingat didahulukan pembayarannya oleh
tidak adanya kewenangan pengadilan Pengadilan Agama tetap bisa ditagih
untuk ikut campur dalam pembagian harta pengembaliannya dari pihak tergugat.
bersama tersebut karena para pihak telah Penerapan yang seperti ini perlu
bersedia menyelesaikannya secara dipikirkan dalam menghadapi kemacetan
sukarela. eksekusi yang disebabkan pemohon tidak
Manfaat dari putusan yang mampu membayar lebih dulu biaya
dilaksanakan secara sukarela dirasakan oleh eksekusi. Membayar biaya perkara saja
pihak pemohon eksekusi. Dangan adanya berat, apalagi panjar biaya eksekusi, yang
pelaksanaan putusan secara sukarela, dapat dianggap, merupakan suatu
pemohon eksekusi tidak perlu kewajiban hukum, yang tidak mampu
mengeluarkan dana untuk pelaksanaan dipikul oleh Pemohon Eksekusi yang
putusan tersebut dan terhindar dari miskin, sedangkan harta satu-satunya
86 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

yang dimilikinya hanya harta benda yang disebabkan karena jarang perkara di
telah dikuasai oleh Tergugat. Untuk itu, Pengadilan Agama Batusangkar yang
eksekusi tidak mungkin dilakukan sampai kepada tahap eksekusi dan
seandainya tidak dikabulkan secara masyarakat di Kabupaten Tanah Datar
prodeo. lebih membutuhkan dalam perkara
Memberi dispensasi dengan cara prodeo biasa dan sidang keliling di mana
mendahulukan pembayaran biaya Kabupaten Tanah Datar terdapat wilayah-
eksekusi adalah hal yang pantas wilayah yang jauh dan sangat sulit untuk
(Wawancara, Dra. Hasnayeti, MMA: dikunjungi sehingga menyebabkan
2013). Caranya dengan jalan mengajukan kesulitan para pencari keadilan dalam
permohonan dengan mempergunakan berurusan ke Pengadilan.
penafsiran "analogis" Pasal 237 HIR atau Hukum memiliki sistem keadilan,
Pasal 273 RBg, yakni pemohon eksekusi yang tanpa memandang dan tanpa
mengajukan permohonan dispensasi agar membeda-bedakan. Setiap orang memiliki
dibebaskan dari kewajiban mendahulukan kedudukan yang sama di mata hukum,
pembayaran biaya eksekusi. Permohonan maka oleh sebab itu setiap orang yang
dilampiri dengan surat keterangan tidak merasa dirugikan, merasa disakiti,
mampu dari pejabat setempat yang dianiaya berhak memiliki perlindungan
berwenang untuk itu. Atas permohonan itu hukum. Tidak tertutup kemungkinan juga
diadakan pemeriksaan insidentil oleh Majelis persoalan ini dikaitkan dalam kasus
Hakim untuk menentukan apakah perkawinan. Jika dalam kasus cerai talak,
permohonan tersebut cukup beralasan. suami diberikan beban untuk
Kendala yang dihadapi oleh membayarkan nafkah iddah yang akan
pengadilan adalah karena perkara dijalani oleh istri didasarkan suami yang
eksekusi prodeo merupakan sesuatu yang menginginkan perceraian tersebut, maka
baru di pengadilan, maka pelaksanaanya sepantasnya jika istri yang berstatus
masih belum maksimal baik secara sebagai penggugat yang dalam hal ini dia
lapangan maupun secara administrasi. yang mengingikan perceraian juga
Mahkamah Agung sebagai atasan diberikan hak untuk memperoleh hak
pengadilan tidak memfokuskan iddah tersebut. Manakala keinginannya
pelaksanaan bantuan hukum tersebut mengajukan gugatan perceraian
kepada biaya eksekusi prodeo karena didasarkan atas kekejaman yang telah
minimnya pelaksanaan eksekusi di dilakukan oleh bekas suaminya, maka
lingkungan Pengadilan Agama. pantaslah majelis hakim membebani
Mahkamah Agung lebih memfokuskan bekas suami untuk memberikan nafkah
kepada pelaksanaan biaya perkara prodeo iddah untuk istrinya. Dalam undang-
biasa dan pelaksanaan sidang keliling. undang perkawinan dan peraturan
Terutama untuk lingkungan Pengadilan pelaksanaannya tahun 1974 Pasal 41 huruf
Agama Batusangkar, Mahkamah Agung c menyebutkan Pengadilan dapat
tidak menganggarkan dana eksekusi mewajibkan kepada bekas suami untuk
prodeo, tetapi lebih mengutamakan biaya memberikan biaya penghidupan dan
prodeo untuk pelaksanaan perkara biasa menentukan suatu kewajiban bagi bekas
dan pelaksanaan sidang keliling. Hal ini istri.
Diskresi Hakim dalam Menetapkan Hukum di Pengadilan Agama Kelas IB Batusangkar ║87

PENUTUP DAFTAR KEPUSTAKAAN


Hakim menetapkan diskresi Abdullah, Abdul Gani,. 1991. Himpunan
hukumnya dengan beberapa alasan Perundang-undangan dan peraturan
dimulai dengan menemukan fakta dan Pegadilan Agama. Jakarta: PT Inter
memilah faktor mana yang relevan Masa.
sehingga hakim melakukan konstatir fakta Abdurrrahman. 2008. Kompilasi Hukum
dengan menggunakan analisis sylogisme Islam di Indonesia. Jakarta: Akamedia
fakta tersebut dengan premis mayor yang Presindo.
berupa Undang-Undang dan premis
minor berupa alasan-alasan yang diajukan Azizy, Ahmad Qodri. 2006. Menggas Ilmu
oleh para pihak kemudian baru dilakukan Hukum Indonesia, dalam Gunawan,
ijtihad yang berbentuk putusan hingga Ahmad dan Mu’ammar Ramadhan,
menjadi sebuah kekuatan hukum. ed, Menggagas Hukum Progresif
Hakim dalam melakukan diskresi Indonesia. Yogyakarta: Kerjasama
hukum mempunyai alasan yuridis seperti Pustaka pelajar, IAIN Walisongo dan
Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945, Pragram Doktor Ilmu Hukum
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2004 UNDIP.
dan pasal 132 HIR /148 RBg. Dengan ada Contohskripsitesis, Kewenangan Diskresi
aturan ini secara otomatis memberikan Kepolisian dan Pertanggungjawabannya
kebebasan kepada hakim untuk menggali secara Hukumwww.contohskripsitesis.com
nilai keadilan yang hidup dalam
Erlyn, Indarti. 2002. Diskresi Polisi.
masyarakat. Kemudian Undang-Undang
Semarang: Badan Penerbit Undip.
Nomor 1 tahun 1974, Kompilasi Hukum
Islam (KHI) pada prinsipnya Hukum Gifs, Steven H. 1975. Law Dictionary. New
Islam menolak kemudaratan harus York: Barron’s Educational Series, I.
didahulukan dari pada meraih manfaat Manan, Bagir. 2001. Hukum Positif
(dar’ul mafasid muqadamun ala jalbil Indonesia (Satu Kajian Teoritik).
mashalih). Kewenangan hakim dalam Yogyakarta: FH UUI Press.
menentukan dan mentapkan sebuah
putusan berlandasan kepada aturan yang Zoebir, Zuryawanis Vandiar,
berlaku apabila tidak ditemukan, maka Penyalahgunaan Diskresi pada
sebagai alternatif untuk mengisi Kebijakan Mobil Nasional,
kekurangan dan kelemahan dalam zuryawanisvandiarzoebir.blogspot.
penerapan azaz legalitas seorang hakim com
harus memahami hukum dalam konteks Puspa, Yan Pramadya. 2004. Kamus
yang tepat dan bertindak sebagai a creative Hukum. Semarang: Aneka Ilmu.
lawyer.
Soekanto, Soerjono. 2006. Pokok-Pokok
Sosiologi Hukum. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Syarifuddin, Amir. 2001. Ushul Fiqh Jilid 2.
Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
88 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

Utsman, Sabian. 2008. Menuju Penegakan Wingjosubroto, Soetandiyo. 1981.


Hukum Resposif. Yogyakarta: t.p. Pengolahan dan analisa data dimuat
Sabiq, Sayid. T.th. Fiqih SunnahII: Bairut: dalam Koentjoraningrat, Metode-
Daar al Fikr. metode Penelitian Masyarakat.
Jakarta : Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai