Anda di halaman 1dari 13

Kepemimpinan

A.Suhardi, Lubna Umi Labibah, Maulidatur Rohmawati, Muhammad Adnan Khariki,


Winda Ayu Kusumawati

PENGANTAR

Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan kekuatan

moral yang kreatif yang mampu mempengaruhi para anggota. Kekuatan dan keunggulan

sifat-sifat pemimpin itu pada akhirnya merupakan perangsang psikososial yang bisa

memunculkan reaksi-reaksi bawahan secara kolektif. Selanjutnya akan dimunculkan

kepatuhan, loyalitas, kerjasama, dari para anggota kelompok kepada pemimpinnya.

Dunia kewirausahaan dapat diumpamakan seperti mengendarai suatu kendaraan yang

pada awalnya belum terbiasa di dalam suatu lingkungan dan ketika mencoba tiba-tiba tampak

lebih berbahaya daripada yang kita perkirakan pada awalnya. Kebiasaan kita adalah untuk

menarik diri kepada kenyamanan di dalam kepompong, sesuatu yang kita percayai lebih

aman, di mana kita dapat bersantai sejenak tanpa perlu berkonsentrasi, dan mendapatkan

sesuatu tanpa terlalu memikirkan bagaimana kita melakukannya. Kebiasaan semacam ini

harus digantikan dengan memahami prinsip-prinsip yang akan memastikan bahwa kita dapat

mencapai tujuan kita dan berlatih dengan disiplin sampai kita bisa melakukannya.

Dalam makalah ini, kami akan menjelaskan beberapa hubungan kepemimpinan

dengan kewirausahaan yang akan mempengaruhi dalam suatu pencapaian tujuan usaha.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan
Ada banyak ahli manajemen telah memberikan definisi tentang kepemimpinan
(leadership). Ada yang memberikan tekanan pada perilaku si pemimpin, sementara
ahli yang lain memberikan tekanan pada proses pengarahan, dan ada juga memberi
tekanan sisi pengaruhnya.
Menurut Hemhill & Coons dalam Yukl (1994:2), kepemimpinan adalah
perilaku dari seorang individu yang yang memimpin aktivitas-aktivitas suatau
kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal)”.
Jacobs & Janques dalam Yukl (1994:2) mendefinisikan kepemimpinan sebagai
“proses pengarahan” yang berarti (bermakna) terhadap usaha kolektif, yang
mengkibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk memcapai
sasaran” Banyak ahli yang menyoroti sisi dari kepemimpinan. Menurut J. Oswald
Sanders, dalam Winarto (2005:4), kepemimpinan adalah pengaruh. Asrana (1997:3)
memberikan definisi, bahwa kepemimpinan adalah “suatu seni yang mempengaruhi
orang lain untuk mencapai sasaran organisasi yang telah ditetapkan Kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi
kearah pencapaian tujuan” ( Rauch & Behling dalam Yulk, 1994:2). Sedangkan Yukl,
(1994:2) memberikan definisi yang lebih luas yakni kepemimpinan adalah proses-
proses mempenggaruhi, yang mempengaruhi interprestasi mengenai peristiwa-
peristiwa bagi para pengikut, pilihan dari sasaran-sasaran bagi kelompok atau
organisasi, pengorganisasian” dari aktivitas-aktivitas kerja untukk mencapai sasaran,
pemeliharaan hubungan kerja sama dan team work. Serta memperoleh dukungan kerja
sama dari orang-orang yang berada diluar kelompok atau luar organisasi.
Sutranta (2008:24:25) memberikan makna kepemimpinan sebagai berikut:
a. Kepemimpinan adalah kepersamaan, suatu team work, bukan kesendirian atau
keakuan. Di dalam kepemimpinan ada peran pemimpin sekaligus peran staf (anak
buah), bahkan juga peran lingkungan.
b. Kepemimpinan adalah perubahan menuju perbaikan, kearah pencapaian tujuan
atau sasaran bersama yang telah ditetapkan sebelumnya. Kepemimpinan bukan
ke-“mandek”-an dan juga bukan perubahan kearah kemunduran, kekacauan atau
kehancuran.
c. Kepemimpinan adalah bukan dilayani, memahami bukan dipahami. Bila
pemimpin maupun staf (bawahan) sama-sama memiliki semangat melayani yang
tinggi, maka kepemimpinan akan berjalan efektif.
d. Kepemimpinan adalah tanggung jawab, keteladanan, bukan kekuasan semata. Di
dalam kepemimpinan, pemimpin harus santun, jujur, dann adil memikul tanggung
jawab dan memberi keteladanan kepada bawahannya dalam menunjukan
organisasi atau perusahaan.
Dari definisi-definisi di atas, dapat diambil kesimpulan, bahwa kepemimpinan
berkaitan dengan: (1) perilaku pemimpin, (2) proses pengarahan, (3) seni
mempengaruhi, (4) pengorganisasian, (5) mengbangkitkan motivasi pengikut
(6) kerja sama atau taem work, (7) peroleh dukungan, (8) proses pelayanan,
(9) tanggung jawab dan keteladanan (10) untuk menccapai tujuan atau sasaran
yang telah ditetapkan
B. Perilaku Kepemimpinan
a. Pemimpin
Pada sebuah organisasi atau perusahaan yang besar dan berkembang dalam
jangka waktu yang lama akan dijumpai nilai-nilai budaya perusahaan yang kuat,
yang diikuti oleh seluruh staf. Nilai-nilai tersebut awalnya berasal dari nilai-nilai
yang diyakini dan dijalankan oleh pemmimpin organisasi atau perusahaan
tersebut. Di samping itu, sebuah organisasi atau perusahan akan menjadi maju dan
berkembang dalam jangka waktu yang lama juga ditentukan atau dipengaruhi oleh
prinsip-prinsip, keyakinan, visi, skill (keterampilan), integritas, kepribadian,
karakter, dan daya kepemimpinan yang tepat yang diterapkan oleh pemimpinnya.
Sebaliknya, pemimpin atau manajer yang tidak memiliki visi yang jelas tidak
akan mampu membawa perusahaan kearah kemajuan. Pemimpin yang intergritas
kepribadiannya meragukan akan ditinggalkan oleh bawahannya, juga akan
ditinggalkan oleh bawahannya yang cerdas, pandai, dan disiplin. Pemimpin yang
tidak memiliki keterampilan memimpin (soft kill), tidak akan mampu membuat
para bawahannya bekerja dengan produktivitas yang tinggi. Bila kondisi ini
terjadi, organisasi atau perusahaan akan hancur atau bangkrut atau waktunya tidak
akan lama.
Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kecerdasan dan karakter superior
dalam aspek kehidupan sehingga layak diteladani oleh para pengikutnya.
1. Mengarahkan dan mengorganisasi aktivitas-aktivitas suatu kelompok,
staf atau bawahan, agar mau berkerja sama dengannya untuk mencapai
tujuan atau sasaran (target) yang ingin dicapai bersama secara efektif
dan efisien.
2. Diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang unttuk mengelola
sejumlah sumber daya, baik sumber daya manusia (SDM) maupun
sumber daya non-manusia, yang ada dalam organisasi atau perusahaan,
3. Menjalankan fungsi management, antara lain planning, organizing,
actuating, dan controlling.
Menumbuhkan kemampuan dan memberdayakan kariyawan dan staf lewat
bimbingan, arahan, dan memberikan motivasi (dorongan) untuk bekerja sama atau
mengubah potensi untuk menjadi realitas.
C. Pendekatan-pendekatan dalam kepemimpinan
1. Pendekatan Sifat
Dalam pendekatan sifat timbul pemikiran bahwa pemimpin itu dilahirkan,
pemimpin bukan dibuat. Pemikiran semacam itu dinamakan pemikiran
“Hereditary” (turun temurun). Pendekatan secara turun temurun bahwa pemimpin
dilahirkan bukan dibuat, pemimpin tidak dapat memperoleh kemampuan dengan
belajar/latihan tetapi dari menerima warisan, sehingga menjamin kepemimpinan
dalam garis turun temurun dilakukan antar anggota keluarga. Dengan demikian
kekuasaan dan kesejahteraan dapat dilangsungkan pada generasi berikutnya yang
termasuk dalam garis keturunan keluarga yang saat itu berkuasa.
Para ahli umumnya memiliki pandangan perlunya seorang pemimpin mempunyai
sifat-sifat yang baik. Pandangan semacam ini dinamakan pendekatan sifat.
Adapun sifat-sifat yang baik yang harus dimiliki seorang pemimpin yaitu:
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Cakap, cerdik dan jujur
c. Sehat jasmani dan rohani
d. Tegas, berani, disiplin dan efisien
e. Bijaksana dan manusiawi
f. Berilmu
g. Bersemangat tinggi
h. Berjiwa matang dan berkemauan keras
i. mempunyai motivasi kerja tinggi
j. Mampu berbuat adil
k. Mampu membuat rencana dan keputusan
l. Memiliki rasa tanggung jawab yang besar
m. Mendahulukan kepentingan orang lain.
2. Pendekatan situasi

Penekanan kepemimpinan telah bergeser dari pendekatan sifat (trait) ke

pendekatan situasi. Pendekatan situasi kepemimpinan yang lebih modern

didasarkan pada asumsi bahwa semua contoh kepemimpinan yang berhasil agak

berbeda dan membutuhkan kombinasi yang unik dari pemimpin, pengikut, dan

situasi kepemimpinan.pemimpin, pengikut, dan situasi harus sesuai satu dengan

lainnya jika usaha kepemimpinan diharapkan untuk berhasil.

Wirausahawan yang menunjukkan perilaku kepemimpinan lebih demokratis

dinamakan kepemimpinan yang dipusatkan pada bawahan, sementara

wirausahawan yang menunjukkan perilaku kepemimpinan lebih otokratis

dinamakan kepemimpinan yang dipusatkan pada atasan.

D. Syarat-syarat Kepemimpinan

Ada tiga hal penting dalam konsepsi kepemimpinan antara lain:

1. Kekuasaan Kekuasaaan adalah otorisasi dan legalitas yang memberikan wewenang

kepada pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat

sesuatu dalam rangka penyelesaian tugas tertentu.

2. Kewibawaan Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga

pemimpin mampu mengatur orang lain dan patuh padanya.

3. Kemampuan Kemampuan adalah sumber daya kekuatan, kesanggupan dan

kecakapan secara teknis maupun social, yang melebihi dari anggota biasa.

Sementara itu yang dikutip James A. Lee menyatakan pemimpin itu harus mempunyai

kelebihan sebagai persyaratan, antara lain:


1. Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, kemampuan menilai.

2. Prestasi, gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu.

3. Tangggung jawab, berani, tekun, mandiri, kreatif, ulet, percaya diri, agresif.

4. Partisipasi aktif, memiliki stabilitas tinmggi, kooperatif, mampu bergaul.

5. Status, kedudukan social ekonomi cukup tinggidan tenar.

E. Pengambilan keputusan
1. Pengertian Pengambilan keputusan
Hadari Nawawi mendefenisikan bahwa keputusan pada dasarnya berarti hasil
akhir dalam mempertimbangkan sesuatu yang akan dilaksanakan secara nyata.
Keputusan juga dapat diartikan sebagai hasil terbaik dalam memilih satu diantara dua
atau beberapa alternatif yang dihadapi. Sementara itu, pengambilan keputusan
merupakan proses atau rangkaian kegiatan menganalisis berbagai fakta, informasi,
data dan teori/pendapat yang akhirnya sampai pada satu kesimpulan yang dinilai
paling baik dan tepat. Proses pengambilan keputusan ini dapat dilakukan sendiri dan
dapat pula dilaksanakan dengan bantuan atau pengikutsertaan orang lain. Gatot
Suradji dan Engelbetus Martono mendefenisikan bahwa keputusan merupakan proses
pemikiran yang menetapkan satu pilihan diantara alternatif pilihan guna memecahkan
suatu masalah. Sementara itu, pengambilan keputusan merupakan proses analisis
informasi masalah sampai penetapan keputusan. Pengambilan keputusan adalah orang
yang rasional dan menggunakan logika untuk menetukan nlai, menyusun preferensi,
mengevaluasi alternatif, dan membuat keputusan yang dapat memaksimalkan
pencapaian sasaran organisasional.
2. Hakekat Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah tindakan pemilihan alternatif. Hal ini berkaian
dengan fungsi manajemen..Misalnya, saat manajer merencanakan, mengelola,
mengontrol, mereka membuat keputusan.Akan tetapi, ahli teori klasik tidak
menjelaskan pengambilan keputusan tersebut secara umum.Pelopor teori manajemen
seperti Fayol dan Urwick membahas pengambilan keputusan mengenai pengaruhnya
pada delegasi dan otoritas, sementara bapak manajemen-Frederick W. Taylor- hanya
menyinggung metode ilmiah sebagai pendekatan untuk pengambilan
keputusan.Seperti kebanyakan aspek teori organisasi modern, analisis awal
pengambilan keputusan dapat ditelusuri pada Chester Barnard. Dalam The Functions
of the Exec Barnard memberikan analisis komprehensif mengenai pengambilan
keputusan menyatakan “Proses keputusan merupakan teknik untuk mempersempit
pilihan.”Kebanyakan pembahasan proses pengambilan keputusan terbagi dalam
beberapa langkah. Hal ini dapat ditelusuri dari ide yang dikembangkan Herbert A.
Simon, ahli teori keputusan dan organisasi yang memenangkan hadiah Nobel, yang
mengonseptualisasikan tiga tahap utama dalam proses pengambilan keputusan:
1) Aktivitas Inteligensi
Berasal dari pengertian militer “intelligence,” Simon mendeskripsikan tahap awal ini
sebagai penelusuran kondisi lingkungan yang memerlukan pengambilan keputusan.
2) Aktivitas Desain
Selama tahap kedua, mungkin terjadi tindakan penemuan, pengembangan, dananalisis
masalah.
3) Aktivitas Memilih. 
Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya-memilih tindakan
tertentu dari yang tersedia 
3. Langkah-Langkah Pengambilan keputusan
Masalah yang dihadapi oleh seorang pemimpin terikat pada suatu tempat,
situasi, orang dan waktu tertentu. Masalah dalam pengambilan keputusan senantiasa
dihubungkan dengan tujuan yang jelas. Jenis-jenis masalah yang dihadapi oleh
seorang pemimpin berdasarkan intensitas masalah dapat digolongkan menjadi
masalah yang sederhana dan masalah yang kompleks. Masalah yang sederhana ialah
masalah yang mengandung ciri-ciri : kecil, berdiri sendiri dan tidak/kurang
mempunyai kaitan dengan masalah lain. Pemecahannya biasanya tidak memerlukan
pemikiran yang luas tetapi cukup dilakukan secara individual, yang umumnya
didasarkan kepada pengalaman, informasi yang sederhana dan wewenang yang
melekat pada jabatan. Masalah yang komplek yaitu masalah yang mempunyai ciri-ciri
: besar, tidak berdiri sendiri sendiri, berkaitan dengan masalah-masalah lain, dan,
mempunyai akibat yang luas. Pemecahannya umumnya dilakukan bersamaan antara
pimpinan dengan stafnya.
Dilihat dari faktor penyebabnya, masalah yang dihadapi dapat berupa masalah
yang jelas penyebabnya (structure problem) dan masalah yang tidak. Jelas
penyebabnya (unstructured problem). Masalah yang jelas penyebabnya, faktor
penyebabnya jelas. bersifat rutin dan biasanya timbul berulang-ulang, sehingga
pemecahannya dapat dilakukan dengan proses pengambilan keputusan yang bercorak
rutin dan dibakukan. Proses pengambilan keputusannya pada dasarnya telah
ditentukan langkah-langkah tertentu, relatif mudah untuk memperhitungkan hasil
serta akibat-akibatnya. Masalah yang tidak jelas penyebabnya yaitu masalah yang
timbul sebagai kasus yang menyimpang dari masalah organisasl yang bersifat umum,
faktor penyebabnya tidak jelas. Tehnik pengambilan keputusannya disebut non-
programmed decision making technique, dimana diperlukan informasi tambahan,
analisa, daya cipta, pertimbangan serta penilaian kasus.
Pengambilan keputusan antara lain juga diartikan sebagai suatu teknik
memecahkan suatu masalah dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa terdapat 7 langkah yang perlu diambil dalam usaha
memecahkan masalah dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah.
1) Mengetahui hakekat dari pada masalah yang dihadapi, dengan perkataan lain
mendefinisikan masalah yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya.
2) Mengumpulkan fakta dan data yang relevant.
3) Mengolah fakta dan data tersebut.
4) Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh.
5) Memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah dengan
matang;
6) Memutuskan tindakan apa yang hendak dilakukan.
7) Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat daripada keputusan yang telah
diambil.
Ketujuh langkah tersebut seolah-olah mudah untuk diambil, akan tetapi dalam
kenyataannya yang telah diuji melalui berbagai eksperimen dan penelitian,
pengambilan ketujuh langkah itu tidaklah mudah. Implikasinya ialah setiap
pimpinan harus terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya
mempergunakan teknik-teknik ilmiah dimaksud.
4. langkah pengambilan keputusan menurut Mintzberg dan koleganya:
1) Tahap Identifikasi.
Dimana  pengenalan  masalah atau  kesempatan  muncul dan diagnosis dibuat.
Diketahui bahwa masalah yang berat mendapatkan diagnosis yang ekstensif dan
sistematis, tetapi masalah yang sederhana tidak.
2) Tahap pengembangan.
Dimana terdapat pencarian prosedur atau solusi standar yang ada untuk mendesain
solusi yang baru. Diketahui bahwa proses desain merupakan proses pencarian dan
percobaan di mana pembuat keputusan hanya mempunyai ide solusi ideal yang tidak
jelas.
3) Tahap seleksi.
Dimana pilihan solusi dibuat. Ada tiga cara pembentukan seleksi: dengan
penilainn pembuat keputusan, berdasarkan pengalaman atau intuisi, bukan analisis
logis; dengan analisis alternatif yang logis dan sistematis; dan dengan tawar-
menawar saat seleksi melibatkan kelompok pembuat keputusan dan semua manuver
politik yang ada. Sekali keputusan diterima secara formal, otorisasi pun kemudian
dibuat.
4) Model Pengambilan Keputusan
Pendekatan yang digunakan manajer untuk mengambil keputusan biasanya
didasarkan pada salah satu dari tiga tipe pengambilan keputusan yang ada, yaitu
sebagai berikut:
1) Model Klasik

Model ini menjelaskan bagaimana sebaiknya seorang pembuat keputusan


membuat keputusan.Namun tidak menjelaskan bagaimana manajer pada
kenyataannya membuat keputusan, hanya menyajikan petunjuk bagaimana meraih
hasil yang ideal bagi organisasi. Nilai dari model klasik adalah kemampuannya
untuk membantu pembuat keputusan menjdi lebih rasional.

Model klasik dalam pengambilan keputusan didasarkan pada asumsi


ekonomis. Asumsi yang mendasari model ini adalah:

 Pengambilan keputusan beroperasi untuk mencapai sasaran yang telah


diketahui dan disetujui sebelumnya.
 Pengambilan keputusan berjuang keras menciptakan kepastian,
mengumpulkan informasi secara lengkap.
 Mengetahui kriteria untuk mengevaluasi alternatif.
2) Model Administratif

Pengambilan keputusan mendeskripsikan tentang bagaimana para manajer


membuat keputusan secara aktual pada situasi yang kompleks dari pada
sekedar memberikan printah bagaimana seharusnya membuat keputusan
menurut teori yang ideal. Model administratif mngenali keterbatasan manusia
dan lingkungan yang mempengaruhi sampai derajat mana manajer dapat
mengikuti proses pengambilan keputusan secara rasional.

3) Model Politis

Model ini sangat bermanfaat ketika kondisi berada dalam ketidakpastian,


informasi terbatas, dan sedikit persetujuan antar manajer mengenai sasaran apa
yang harus diikuti atau tindakan apa yang harus diambil.

Adapun tahapan untuk proses pengambilan  dilakukan melalui:

1) Identifikasi masalah (menentukan/menetapkan masalah)


2) Mendefinisikan masalah
3) Memformulasikan (merumuskan/menyusun) dan
mengembangkan alternative (pilihan dari sekian banyak pilihan yg telah
dirumuskan)
4) Implementasi keputusan (pelaksanaan)
5) Evaluasi keputusan

5) Peran kepemimpinan dalam pengambilan keputusan


Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya
dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan
mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin.
Sehingga jika seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan, seharusnya
dia tidak dapat menjadi pemimpin.
Dilain hal, pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku mencerminkan
karakter bagi seorang pemimpin. Oleh sebab itu, untuk mengetahui baik tidaknya
keputusan yang diambil bukan hanya dinilai dari konsekuensi yang
ditimbulkannya. Melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya.
Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan,
sehingga 1
1. Teori keputusan meupakan metodologi untuk menstrukturkan dan
menganalisis situasi yang tidak pasti atau berisiko, dalam konteks ini
keputusan lebih bersifat perspektif daripada deskriptif

1
Bafaqih, Syech.2018. Makalah Kepemimpinan Dan Pengambilan Keputusan. Surabaya. Fakultas Ekonomi
Management Universitas Narotama
2. Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang manajer
memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya,
menggeser jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan
menganalisis data; manajer, secara individual dan dalam tim, mengatur dan
mengawasi informasi terutama informasi bisnisnya
3. Pengambilan keputusan adalah proses memlih di antara alternatif-alternatif
tindakan untuk mengatasi masalah.

Dalam pelaksanaannya, pengambilan keputusan dapat dilihat dari beberapa


aspek, yaitu: proses dan gaya pengambilan keputusan.

1. Proses pengambilan keputusan


Prosesnya dilakukan melalui beberapa tahapan seperti:
1. Identifikasi masalah
2. Mendefinisikan masalah
3. Memformulasikan dan mengembangkan alternative
4. Implementasi keputusan
5. Evaluasi keputusan
2. Gaya pengambilan keputusan
Selain proses pengambilan keputusan, terdapat juga gaya pengambilan
keputusan. Gaya adalah lear habit atau kebiasaan yang dipelajari. Gaya
pengambilan keputusan merupakan kuadran yang dibatasi oleh dimensi:
Cara berpikir, terdiri dari:
1. Logis dan rasional; mengolah informasi secara serial
2. Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara keseluruhan.
3. Toleransi terhadap ambiguitas
4. Kebutuhan yang tinggi untuk menstruktur informasi dengan cara
meminimalkan ambiguitas
5. Kebutuhan yang rendah untuk menstruktur informasi, sehingga dapat
memproses banyak pemikiran pada saat yang sama.

Kombinasi dari kedua dimensi diatas menghasilkan gaya pengambilan


keputusan seperti:

1. Direktif
Toleransi ambiguitas rendah dan mencari rasionalitas. Efisien, mengambil
keputusan secara cepat dan berorientasi jangka pendek
2. Analitik
Toleransi ambiguitas tinggi dan mencari rasionalitas. Pengambil keputusan
yang cermat, mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru
3. Konseptual
Toleransi ambiguitas tinggi dan intuitif. Berorientasi jangka panjang,
seringkali menekan solusi kreatif atas masalah
4. Behavioral
Toleransi ambiguitas rendah dan intuitif. Mencoba menghindari konflik dan
mengupayakan penerimaan.

Gaya dasar kepemimpinan dalam proses pembuatan keputusan, meliputi:

1. Instruksi, gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin


memberikan batasanm peranan pengikutnya dan memberitahu mereka tentang
apa, bagaimana, bilamana dan dimana melaksanakan berbagai tugas.
Pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh
pemimpin, dan pelaksanannya diawasi secara ketat oleh pemimpin.
2. Konsultasi, Pemimpin banyak memberikan pengarahan dan masih membuat
hamper sama dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan
komunikasi dua arah. Dan perilaku mendukung. Meskipun dukungan
ditingkatkan, pengendalian (control) atas pengambilan keputusan tetap pada
pemimpin.
3. Partisipasi, Posisi control atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan
dipegang secara bergantian. Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan
pemimpin adalah secara aktif mendengar. Tanggung jawab pemecahan
masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut.
4. Delegasi,Pemimpin mendistribusikan masalah bersama-sama dengan bawahan
sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang kemudian
proses pembuatan keputusan didilegasikan (wewenang) secara keseluruhan
kepada bawahan. Sekarang bawahanlah yang memiliki control untuk
memutuskan tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas.
F. Situasi pemimpin pada umumnya

Seorang pemimpin menunjukkan tipe perilaku utama ketika mereka menyelesaikan

tugas kewajiban mereka, yaitu:


a. Perilaku struktur, adalah suatu aktivitas kepemimpinan yang (1)

menggambarkan hubungan antara pemimpin dan pengikut dari pemimpin

tersebut atau (2) menetapkan prosedur yang terdefinisi baik yang harus

dipatuhi oleh pengikut dalam melakukan tugas-tugas mereka. Secara

keseluruhan perilaku struktur membatasi pengarahan diri dari pengikut

tersebut dalam melakukan tugas-tugas mereka. Walaupun benar disimpulkan

bahwa perilaku struktur bisa, dan adakalanya relatif kuat, tetapi akan salah jika

menganggapnya sebagai kasar dan tidak baik.

b. Perilaku pertimbangan, adalah perilaku kepemimpinan yang mencerminkan

persahabatan, saling percaya, rasa hormat, dan kehangatan dalam hubungan

diantara pemimpin dengan pengikut atau bawahannya. Perilaku pertimbangan

umumnya ditujukan pada pengembangan dan pemeliharaan suatu hubungan

kemanusiaan antara pemimpin dan pengikutnya.

KESIMPULAN

Kepemimpinan adalah proses mengarahkan perilaku orang lain ke arah pencapaian suatu
tujuan tertentu. Pengarahan dalam hal ini berarti menyebabkan orang lain bertindak dengan
cara tertentu atau mengikuti arah tertentu. Wirausahawan yang berhasil merupakan pemimpin
yang berhasil memimpin para karyawannya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

 Agus Wijaya, N. Purnomolastu, A.J. Tjahjoanggoro, KEPEMIMPINAN


BERKARAKTER. Brilian Internasional, Sidoarjo, 2015.
 Bafaqih, Syech.2018. Makalah Kepemimpinan Dan Pengambilan Keputusan.
Surabaya. Fakultas Ekonomi Management Universitas Narotama
 Hamdakharisma, 2017. Makalah Kepemimpinan Pengambilan Keputusan. Jakarta.

 L.Richard, daft 2002. Manajamen: Edisi kelima. Jakarta: PT. Erlangga.

 Raihan. Pengambilan Keputusan Dalam Kepemimpinan Manajemen Dakwah. Jurnal

Al-Bayan, vol.22 No.34.2016

 Roman, “Peran Kepemimpinan dalam Pengambilan Putusan, (21 Nopember 2009)

 Wiratmo, Masykur. (1996). Pengantar Kewirausahaan Kerangka Dasar Memasuki

Dunia Bisnis. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai