Anda di halaman 1dari 9

EKONOMI KELEMBAGAAN

FUNGSI KELEMBAGAAN DALAM SISTEM EKONOMI

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

1.RANI OKTA KURNIA(C1A018012)

2.MONALUKSITA SARI(C1A0180

3.MERI EPRIANTI(C1A018014)

Universitas Bengkulu
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
EKONOMI KELEMBAGAN
A. FUNGSI KELEMBAGAAN DALAM SISTEM EKONOMI
 KELEMBGAAN PADA ERA KLASIK/NEO KLASIK(EKONOMI KAPITALIS)

Pemikiran Ekonomi Neo Klasik

William Stanley Jevon, Leon Walras, Carl Menger (Mazhab Austria)

Lahir dari kebuntuan ekonomi klasik yang tidak mampu menyajikan kerangka teoritis
yang kuat bagaimana kebebasan ekonomi dan intervensi pemerintah yang minim mampu
mendistribusikan kekayaan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Keyakinan adanya
invisible hand tidak ditopang oleh landasan pemikiran teoritis yang jelas. Selain itu, konsep
nilai komoditas yang didasarkan pada nilai kerja bertentangan dengan teori ekonomi
Marxian. Upaya Ricardo mencari nilai intrinsik dari barang mengalami kebuntuan. Ilmu
ekonomi menjadi muram. Sampai akhirnya Willian Stanley Jevon (Inggeris), Leon Walras
(Perancis) dan Carl Menger (Austria) menemukan teori utilitas marginalis pada waktu yang
hampir bersamaan.

Ketiga ekonom ini menolak pendapat bahwa nilai suatu komoditas ditentukan secara
objektif oleh nilai biaya produksi (meliputi nilai kerja). Sebaliknya, mereka berkeyakinan
bahwa nilai komoditas ditentukan secara subjektif oleh konsumen sesuai dengan kebutuhan
dan kesukaannya. Biaya produksi dan tenaga kerja sama sekali tidak menentukan nilai sutau
komoditas. Lebih jauh mereka berpendapat bahwa nilai tersebut bersifat menurun seiring
dengan penuruanan kebutuhan manusia atasnya. Atau pada saat barang tersebut melimpah
maka nilainya menjadi berkurang. Satu gelas air di Padang Pasir benilai lebih tinggi
dibandingkan dengan satu gelas air di Indonesia. Ringkasnya, harga produk ditentukan oleh
konsumen berdasarkan atas banyak atau sedikitnya persediaan produk tersebut. Penemuan ini
telah memecahkan kebuntuan yang telah membuat Adam Smith dan para ekonom klasik
frustrasi. Karena Carl Menger orang Austria dan ia yang paling dominan dalam
mengembankan temuan ini maka temuan ini disebut aliran/mazhab austria.

Mazhab Austria menghidupkan kembali pemikiran kebebasan alamiah Adam Smith


melalui tiga cara:

 Asal usul nilai konsumen. Mazhab ini berkeyakinan bahwa permintaan akhir konsumen
menentukan struktur dan harga proses produksi. Hal ini disebut dengan teori imputasi
(theory of inputation), yaitu utilitas (manfaat) menciptakan input Utilitas/biaya marginal,
yaitu harga barang ditentukan pada margin – dengan keuntungan/biaya marginal untuk
pembeli dan penjual

 Nilai subjektif, nilai barang sepenuhnya ditentukan secara subjektif oleh konsumen

Teori Imputasi:

Sebelum teori ini lahir, Menger mengklasifikasi barang menjadi tiga macam: barang
konsumen akhir, yaitu barang yang memuaskan kebutuhan konsumen; barang kedua, yaitu
barang yang dibutuhkan dalam proses produksi; dan barang ketiga, yaitu bahan mentah
seperti gandum, kapas, dan bulu domba. Kebutuhan akan barang pemuas kebutuhan
memunculkan kebutuhan atas barang kedu dan ketiga. Hilangnya kebutuhan manusia atas
barang pemuas kebutuhan akan menghilangkan/mengurangi kebutuhan/permintaan atas
barang kedua dan ketiga. Bila semua orang tidak suka roko, maka kebutuhan akan tembakau,
kertas dan bahan tambahan lain akan menurun. Dan barang-barang itu akan kehilangan
nilaninya. Dengan demikian, kebutuhan akan barang/faktor-faktor produksi akan sangat
tergantung pada kebutuhan akhir konsumen.

Teori Marginalitas:

Dari kasus rokok atas, lahan dan alat produksi daun tembakau seperti pembajak tanah
dan cangkul kebun, tidak kehilangan nilainya sama sekali. Tapi mengalami penurunan. Ia
akan kembali memiliki nilai guna jika telah kembali dimanfaatkan untuk kegiatan produksi
komoditas lain. Dengan kata lain, nilainya akan terus menurun sampai menemukan nilai guna
alternatif yang lebih baik. Dengan demikian, harga suatu barang didasarkan pada penggunaan
margin atau penggunaan selanjutnya yang lebih baik. Dari sini kemudian lahir konsep biaya
opportuniti (opportunity cost).

Teori Nilai Subjektif:

Teori ini hanya menegaskan bahwa nilai intrinsik barang yang dicari-cari ekonom
klasik tidak pernah ada dimuka bumi. Nilai barang bersifat subjektif ditentukan oleh
konsumen akhir. Permintaan konsumenlah yang menaikan dan menurunkan nilai suatu
komoditas.

Teori Kapital Eugen Boehm Bawerk:

Pemilik modal (kapitalis) pantas/wajar mengambil keuntungan dengan menetapkan harga jual
lebih tinggi dari ongkos produksi karena dua hal:

 Kapitalis harus menunggu sampai ia bisa menggunakan hasil usahanya untuk kepusan diri
sendiri, sementara kaum pekerja langsung menerima upah dan menggunakannya sesuai
dengan kebutuhan mereka

 Kaum kapitalis menanggung resiko kerugian atau kebangkrutan dari kapital yang
diinvestasikannya, sementara kaum buruh tidak menghadapi resiko demikian.

Kedua pendapat ini melemahkan tuduhan Marxian yang menganggap kapitalisme telah
mengeksploitasi kaum buruh.

Alfred Marshall:

Pencentus gagasan era ilmiah ilmu eknomi. Hal ini diwali dengan perubahan nama
dari ilmu Ekonomi Politik (Political Economy) menjadi ilmu Ekonomi (Economics).
Marshall juga menciptakan grafik/kurva permintaan/penawaran, rumusan matematik, ukuran
kuantitatif atas elastisitas permintaan, surplus konsumen dan istilah-istilah lain yang diambil
dari ilmu fisika, teknik dan biologi.
Marshall adalah orang pertama yang mempopulerkan diagram penawaran dan
permintaan. Menurutnya, keduanya berperan dalam menentukan nilai/harga produk akhir.
Pendapat ini memadukan paham Ricardian dan aliran Austria. Menurut Marshall biaya
produksi adalah hal yang mutlak dan terukur adanya. Ia tidak bisa diabaikan. Tapi juga tidak
bisa dijadikan satu satunya penentu nilai sebuah komoditas. Marshall telah menghubungkan
teori marginalitas dan klasik. Marshall juga memperkenalkan teori kesetimbangan penawaran
dan permintaan, yaitu titik pertemuan antara kurva permintaan dan penawaran. Ia juga yang
memperkenalkan asumsi ceteris paribus. Artinya kesetimbangan dicapai dengan asumsi tidak
terjadi perubahan pada pendapatan, harga barang substitusi, expektasi perdagangan luar
negeri tetap tidak berubah. Selain itu, ia juga berpendapat bahwa dalam jangka panjang harga
produk ditentukan oleh biaya produksi.

Pemikiran Ekonomi Klasik

Adam Smith (1723 - 1776):

 Persaingan ekonomi

 Kebebasan alamiah/perdagangan bebas/anti penerapan tarif

 Minim intervensi pemerintah

 Pertukaran barang dan jasa terjadi karena barang dan jasa tersebut memiliki nilai/harga

 Pertukarang didorong oleh invisible hand (Smith mengidentifikasinya sebagai upaya


mengutamakan kepentingan diri sendiri)

 Pembagian tenaga kerja

David Ricardo (1772 – 1823):

 Mendukung penuh pemikiran Adam Smith

 Menerapkan hukum upah besi diamana buruh hanya mendapatkan upah subsistent. Buruh
seperti mesin-mesin produksi. Buruh harus dibayar murah agar tidak mencapai hidup
sejahtera yang bisa berakibat pada penambahan jumlah populasi.

 Berusaha menemukan nilai tetap atas barang. Menurutnya, nilai barang ditentukan oleh
nilai kerja orang dalam memproduksi barang tersebut. Nilai komoditas harus sama
dengan jumlah rata-rata dari jam kerja yang dipakai dalam dalam memproduksi barang
tersebut. Konsekuensi dari teoi nilai kerja adalah kapitalis akan membayar upah rendah,
memperkerjakan tenaga kerja anak dan perempuan, dan memperpanjang jam kerja agar
mendapatkan keuntungan besar. Upah murah juga dilakukan untuk membatasi
peningkatan kesejahteraan kaum buruh yang bila meningkat akan meningkatkan jumlah
penduduk.

 Mengembangkan model-model matematik yang sarat asumsi dan rumus-rumus abstrak

 Mendukung kebijakan moneter anti inflasi yang ketat. Bank sentral harus membatasi
jumlah uang yang beredar
 Mengembangkan hukum keuntungan komparatif. Hukum ini merupakan pukulan telak
bagi proteksionisme. Menurutnya, perdagangan bebas antar negara akan meningkatkan
output total produk. Memproduksi dan memenuhi sendiri kebutuhan sendiri dengan
membatasi import tidak akan menguntungkan. Perdagangan bebas akan menguntungkan
kedua belah pihak.

 Bersama thomas Malthus mengembangkan hukum pendapatan yang berkurang.


Menurutnya, potensi lahan dalam menghasilkan produk pertanian (corn) akan menurun.
Penambahan jumlah tenaga kerja dan modal tidak akan mampu menggenjot produktivitas
lahan dengan luas yang sama.

Jean Baptiste Say (1767 – 1832):

 Laissez faire, laissez passer: biarkanlah kami sendiri, biarkanlah yangbaik-baikmasuk. Ini
sejalan dengan kebebasan alamiah dam konsep perdagangan bebas Adam Smith

 Menysusn pengujian teoritis dengan fakta dan observasi. Ini merupakan kritikan pedas
atas pendekatan teoritis Ricardo yang dianggapnya jauh dari fakta

 Menyusun teori utilitas subjektif sebagai pengganti nilai kerjanya Adam Smith dan
Ricardo. Ia mengatakan: nilai barang atau jasa ditentukan secara subjektif oleh konsumen;
karena itu konsumen pula yang menentukan jumlah barang yang harus diproduksi.
Namun, produsen juga berkontribusi dalam menentukan nilai barang melalui akumulasi
biaya perubahan input menjadi output

 Permintaan dan penawaran bersifat subjektif, elastisitas penawaran-permintaan tidak


pernah bisa diprediksi secara pasti. Ekonomi bersifat kualitatif.

 Pengusaha (entrepreneur) berperan penting dalam membangun ekonomi, dimana hal ini
tidak dianggap penting oleh Adam Smith.

 Menciptakan hukum pasar: penawaran menciptakan permintaan, atau penawaran X


menciptakan permintaan Y. Ilustrasi: petani yang menjual hasil panen X menyebabkan
petani tersebut punya uang untuk membeli komoditas selain X. Contoh lain. Bisnis yang
menguntungkan akan menciptakan pekerjaan dan permintaan atas barang dan jasa.
Pertumbuhan ekonomi dimulai dengan meningkatkan produktifitas. Pengeluaran produksi
harus selalu di atas konsumsi. Untuk meningkatkan ekonomi suatu negara, maka
pemerintah negara tersebut harus mendorong produktifitas yang tinggi, maka pasar akan
mengikuti.

Ringkasan hukun pasar Say:

 Sebuah negara tidak bisa punya terlalu banyak kapital

 Investasi merupakan basis pertumbuhan ekonomi

 Konsumsi bukan hanya tidak menambah kekayaan tapi bahkan menghambat


pertumbuhan ekonomi

 Permintaan disebabkan oleh produksi/penawaran


 Kekurangan permintaan (over produksi) bukan penyebab gangguan ekonomi. Gangguan
dalam perekonomian hanya terjadi jika barang tidak diproduksi dalam proporsi yang
tepat.

KELEMBAGAAN DAN SISTEM EKONOMI


Kelembagaan Kapitalisme dan Sosialisme

Kapitalisme dianggap sebagai penemuan luar biasa dalam sejarah umat manuasia
Bahkan kapitalisme industrial dipandang sebagai transformasi terbesar yang pernah ada di
dunia ini. Sistem ekonomi kapitalis sendiri tegak oleh beberapa pilar dasar yang melatarinya.
Setidaknya, wajah kapitalisme bisa dilukis dalam empat sketsa berikut. Pertama, kegiatan
ekonomi dalam sistem kapitalis digerakkan dan dikoordinasi oleh pasar (bebas) dengan
instrumen harga sebagai penanda (sinyal). Kedua, setiap individu memiliki kebebasan untuk
mempunyai hak kepemilikan (property rights) sebagai dasar melakukan transaksi (exchange).
Oleh karena itu, salah satu fungsi terpenting dari kapitalisme adalah menawarkan dan
melindungi hak kepemilikan swasta (private property rights). Ketiga, kegiatan ekonomi
dipisahkan oleh tiga pemilik faktor produksi, yakni pemodal (capital), tenaga kerja (labor),
dan pemilik lahan (land). Keempat, tidak ada halangan bagi pelaku ekonomi untuk masuk
dan keluar pasar (free entry and exit barriers). Bahkan, akibat peran pasar yang dominan,
kapitalisme sendiri sering disinonimkan sebagai ekonomi pasar. Dalam posisi seperti ini,
peran negara tidak lebih sebagai fasilitator kegiatan ekonomi. Atau, lebih spesisifik lagi,
negara diperlukan kehadirannya apabila terjadi kegagalan pasar (market failures), baik karena
ekternalitas maupun keperluan munculnya barang publik. Sedangkan dalam kasus public
good, negara bisa masuk untuk memperkuat fungsi pasar, seperti pembuatan sarana
transportasi, listrik, dan telekomunikasi.

Selanjutnya, yang tidak kalah penting adalah pemisahan kegiatan ekonomi dalam tiga
pelaku, yakni pemilik modal, tenaga kerja, dan pemilik lahan. Meskipun relasi antara ketiga
pelaku ini dianggap sangat tidak adil oleh ekonom kiri (marxian economist), namun faktanya
pembagian kerja itu telah mendonorkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat kompetisi yang
tinggi di negara-negara kapitalis. Pada level makro, pemisahan pemilik faktor produksi
tersebut menjadi alasan munculnya segregasi hubungan ekonomi yang efisien melalui
spesialisasi. Pemilik modal menyiapkan sepenuhnya kebutuhan material (alat produksi)
sehingga proses produksi bisa berlangsung, tenaga kerja memberikan
kemampuan/keterampilan maksimal agar diperoleh output yang bermutu, dan pemilik lahan
memberikan jaminan tempat bagi kegiatan produksi. Akibat penekanannya terhadap aspek
produksi tersebut (dan bukan konsumsi). Karl Marx mendefinisikan kapitalisme sebagai cara
produksi. Pada level mikro, pemisahan pelaku ekonomi secara otomatis menyebabkan
berjalan mekanisme check and balances. Dalam praktiknya, di tingkat korporasi, pemilik
modal, tenaga kerja, dan pemilik lahan mempunyai otoritas masing-maisng (seberapa pun
terbatasnya) untuk menjalin kerjasama maupun pengawasan. Inilah yang menjadi dasar
tenaga kerja diperbolehkan mebuat serikat kerja sebagai wadah untuk memperjuangkan
kepentingannya, khusunya berhadapan dengan emilik modal. 

Jika harga terlalu tinggi dari yang seharusnya, berarti jumlah supply sangat terbatas
sehingga hal ini menjadi sinyal bagi pelaku ekonomi lain untuk masuk (entry) pasar. Apabila
prosedur masuk ini dirintangi, maka konsumen akan dirugikan (consumers loss). Sebaliknya,
jika harga sangat rendah dari yang seharusnya, maka akan banyak sekali pelaku ekonomi
yang mengalami kerugian (procedurs loss). Secara operasional, prinsip ini tentu saja
didukung dengan kemauan pemerintah untuk seminimal mungkin memproduksi regulasi
yang justru berpotensi membawa efek negatif bagi free entry and exit barriers, misalnya
lewat UU perjanjian yang berlebihan.

Hal penting lainnya, argumen sistem ekonomi sosial didasarkan kepada adanya nilai-
nilai lain (other values) yang pantas dipertimbangkan, selain aspek pertumbuhan/profit.
Contohnya, karena kepemilikan produktif sektor swasta dikontrol oleh negara, diandaikan
tidak ada eksploitasi terhadap pekerja oleh pemilik modal maupun konsentrasi laba di tangan
sedikit pelaku (small elite).

Ekonomi kelembagaan sistem ekonomi sosialis hanya didasarkan pada dua prinsip
berikut. Pertama, negara menyiapkan seluruh regulasi yang diperlukan untuk menggerakkan
kegiatan ekonomi, seperti investasi, dari mulai proses perencanaan, operasionalisasi,
pengawasan, sampai ke evaluasi. Kedua, pelaku ekonomi tidak membuat kesepakatan dengan
pelaku ekonomi lainnya, tetapi setiap pelaku ekonomi membuat kontrak dengan negara sesuai
dengan aturan yang telah diterapkan (institutional environment).

Sistem ekonomi kapitalis atau kapitalisme telah menjadi suatu sistem ekonomi yang besar
dan sukses di dunia ini.Dalam sejarahnya kapitalisme terbukti menjadi awal terjadinya
transformasi ekonomi yang besar serta mampu membawa negara penganut sistem ini seperti
Amerika Serikat meraih kejayaannya terutama dalam bidang industri (industrial capitalism). Ada
beberapa ciri atau karakteristik yang menggambarkan bentuk sistem kapitalis ini, antara lain:

 Kegiatan ekonomi dalam sistem kapitalis ini dikendalikan sepenuhnya oleh pasar (market)
secara bebas dengan harga sebagai pemain utama dalam sistem.
 Adanya kebebasan untuk mempunyai hak kepemilikan swasta/pribadi (private property right)
sebagai dasar melakukan transaksi (exchange). Hak kepemilikan ini merupakan salah satu
fungsi terpenting dari kapitalisme sehingga individu/swasta dapat mengeksekusi kegiatan
ekonomi secara bebas.
 Terdapat tiga pemilik faktor produksi yakni pemodal (capital), tenaga kerja (labor), dan
pemilik lahan (land). Dalam kegiatan ekonomi para pemilik modal akan mendapatkan profit
(laba), tenaga kerja mendapat upah (wage), dan pemilik lahan akan mendapatkan hasil dari
sewa (rent).
 Adanya prinsip free entry and exit barriers di mana tidak ada halangan bagi pelaku ekonomi
untuk masuk dan keluar pasar.

Perbedaan mendasar antara sistem ekonomi kapitalis dan sosialis terletak pada peran
pemerintah.Dalam sistem ekonomi kapitalis peran pemerintah sangat terbatas bahkan perannya
diminimalisir, sedangkan dalam sistem ekonomi sosialis pemerintah/negara memegang peranan
penting dalam perekonomian, bahkan hampir seluruh kegiatan ekonomi dikendalikan oleh
negara. Peran pemerintah dalam pemerintah dapat kita lihat melalui poin-poin berikut :

 Segala keputusan produksi dan investasi tidak dilakukan melalui pasar dan para
kapitalis (sektor privat), akan tetapi dipegang sepenuhnya oleh negara melalui
perencaan terpusat (central plan). Perencanaan ini meliputi target peningkatan
pertumbuhan ekonomi nasional dan aspek yang dibutuhkan untuk mencapai target
tersebut.
 Pemerintah/negara memegang kendali sepenuhnya atas tersedianya sumber daya demi
memenuhi kebutuhan warga negara (the entire society) berdasarkan tindakan kolektif
bukan kepentingan pribadi.
 Berbeda dengan kapitalisme, negara tidak hanya sebagai agen yang
mengalokasikan/fasilitator kegiatan ekonomi namun juga sebagai pelaku aktivitas
ekonomi itu sendiri.
 Hak kepemilikan pribadi tidak dianggap serta diubah strukturnya menjadi hak
kepemilikan negara. Hal ini terjadi di negara Kuba pada masa pemerintahan Fidel
Castro yang menjadikan segala faktor produksi swasta menjadi milik negara. Ini
dilakukan dengan harapan dapat memangkas ketimpangan pendapatan yang terjadi
sebelumnya.

Ekonomi Kelembagaan dan Demokrasi

Studi yang dilakukan oleh Burkhart dan Lewis-Beck (1994), Helliwell (1994), dan
Barro (1996), misalnya, memperlihatkan keeratan yang rendah antara sistem politik
demokratis dengan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, studi yang dilakukan oleh Bella
(1994) menampakkan hubungan yang positif antara hak-hak politik dengan pertumbuhan
ekonomi. Studi lain menyatakan kapitalisme memiliki kedekatan korelasi dengan kebebasan
politik (demokrasi), sehingga kapitalisme dianggap merupakan kondisi yang penting
(necessary condition) untuk menuju kebebasan politik. Dalam banyak kasus perbedaan hasil
itu lebih banyak disebabkan oleh keragaman variabel yang dipakai dalam penelitian.

Dari sisi ini, demokrasi sesungguhnya hanya bisa menggaransi dua hal penting, yakni
hak-hak politik dan kebebasan sipil, dan kurang memberikan jaminan secara langsung bagi
pertumbuhan ekonomi. Adalah Seymor Martin Lipset yang pertama mengerjakan studi
dengan memberikan postulat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan prasyarat bagi
terbukanya peluang demokratisasi pada masa yang akan datang. Tanpa adanya pertumbuhan
ekonomi sulit bagi diciptakannya pemerintahan dan masyarakat yang demokratis.

Jadi efek demokrasi terhadap pertumbuhan ekonomi adalah secara tidak langsung.
Kemudian studi Barro menjelaskan bahwa peningkatan hak-hak politik pada tahap awal
cenderung meningkatkan penentu. Secara spesifik, Barro menunjukkan bahwa posisi awal
GDP per kapita, pendidikan tingkat menengah dan perguruan tinggi, angka harapan hidup,
fertilitas, konsumsi pemerintah, nilai tukar, inflasi, indeks aturan hukum dan indeks
demokrasi berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Studi yang mirip
juga telah dikerjakan oleh Kunio, yang menawarkan bahwa negara-negara yang memiliki
kelembagaan yang lebih sempurna, misalnya adanya jaminan hak kepemilikan dan intervensi
pemerintah yang tepat, mempunyai kualitas pembangunan ekonomi yang lebih baik.
Hasilnya, studi yang dikerjakan oleh Thomas menunjukkan bahwa negara yang indeks
demokrasinya tinggi berkorelasi dengan pendapatan per kapita dan pengeluaran sosial yang
tinggi.

Seperti yang telah dipresentasikan di muka, sistem politik demokrasi sekurangnya


memberikan tempat bagi hak-hak politik dan kebebasan sipil untuk "memperjualbelikan"
kepentingan dalam pasar politik yang sehat dan terbuka. Dari perspektif ini, demokrasi tidak
memberikan garansi apapun bagi pencapaian kinerja pembangunan ekonomi, melainkan
menyodorkan instrumen yang memungkinkan seluruh dinamika masyarakat bisa diserap
sehingga akan muncul kelembagaan (formal maupun informal) yang representatif bagi
perkembangan kegiatan ekonomi itu sendiri.

Perubahan Kelembagaan dan Pembangunan Ekonomi

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pendapatan per kapita awal yang tinggi tidak
memberikan jaminan bagi kinerja perekonomian yang bagus dalam jangka panjang.
Sebaliknya, negara-negara pendapatan awal per kepitanya tidak terlalu tinggi, tetapi memiliki
keunggulan dalam menjamin hak kepemilikan, menegakkan sistem kontrak, dan administrasi
publik yang tidak efisien, justru menghasilkan kinerja perekonomian yang menonjol.

Contoh mikro tentang pentingnya kelembagaan dalam pembangunan ekonomi


tersebut bisa dianalisis sebagai berikut. Transaksi ekonomi (pertukaran/jual beli) masyarakat
di negara-negara yang kelembagaannya kuat, cenderung akan lebih banyak menggunakan
cek, transfer antarbank, maupun surat-surat berharga lainnya dibandingkan dengan
menggunakan uang tunai. Tetapi sebaliknya, dalam sebuah negara yang sistem perbankannya
rapuh, sangat sulit bagi setiap individu untuk memakai instrumen itu untuk melakukan
transaksi karena adanya ketidakpastian (resiko).

Anda mungkin juga menyukai