Anda di halaman 1dari 6

SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal, Vol. 2, No.

1, Agustus 2020 pISSN: 2088-8686


https://doi.org/10.32734/scripta.v2i1.3527 eISSN: 2686-0864

SCRIPTA SCORE Laporan


Scientific Medical Journal Kasus

Perawatan Diagnostik dan Konservatif Hidropneumotoraks karena


Tuberkulosis pada Anak Laki-Laki Berusia 17 Tahun: Laporan Kasus
Abed Nego Okthara Sebayang1,2
1
Departemen Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas HKBP Nommensen, Medan
2
Vaskular Science Club

ABSTRAK
Latar Belakang: Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Prevalensi TB paru di Indonesia diperkirakan 420.000 setiap tahun.
Tuberkulosis paru ditularkan dari orang ke orang melalui droplet. Komplikasi yang dapat terjadi pada
tuberkulosis paru adalah empyema, efusi pleura, hidropneumotoraks, dan bahkan fibrotoraks. Ilustrasi
Kasus: Seorang anak laki-laki berusia 17 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan dyspnea. Pasien
datang dengan indikasi seperti: denyut nadi 104 / menit, tekanan darah 119/70 mmHg, suhu 37 0C, laju
pernapasan 28 / menit, SpO2 90%. Pemeriksaan fisik menunjukkan takipnea, gerakan dinding dada
asimetris, suara vesikular lemah di paru kanan, pemeriksaan radiografi menunjukkan
hidropneumotoraks dextra. Pembahasan: Tuberkulosis paru adalah penyakit granulomatosa menular
kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini biasanya menyerang paru-paru.
Dalam kasus ini ditemukan tuberkulosis paru dengan hidropneumotoraks. Penatalaksanaan yang
diberikan adalah pemasangan drainase seal air, oral 4-FDC, asetil sistein, dan selama perawatan pasien
diberikan saran untuk meniup balon setiap hari. Perawatan dilakukan selama delapan hari dan
menunjukkan respons yang baik. Kesimpulan: Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi paru-paru
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Dalam kasus ini, ditemukan tuberkulosis paru
dengan hidropneumotoraks. Manajemen yang tepat diperlukan untuk mengurangi tingkat morbiditas
pada pasien ini.
Kata kunci: dyspnea, hidropneumotoraks, tuberkulosis

ABSTRACT
Background: Pulmonary tuberculosis is an infectious disease of the lungs caused by Mycobacterium
Tuberculosis. The prevalence of pulmonary tuberculosis in Indonesia is estimated at 420,000 every
year. Pulmonary tuberculosis is transmitted from person to person through droplet infection.
Complications that can occur in pulmonary tuberculosis are empyema, pleural effusion,
hydropneumothorax and even fibrothorax. Case Illustration: A 17 years old boy was entered the
hospital with the complaint of dyspnea. The patient appeared such indications as: pulse is 104/minute,
blood pressure 119/70 mmHg, temperature 37 0C, respiratory rate is 28/minute, SpO2 is 90%. Physical
examination showed tachypnea, asymmetrical chest wall movement, weak vesicular sound in the right
lung, radiography examination showed right hydropneumothorax. Discussion: Pulmonary tuberculosis
is a chronic infectious granulomatous disease caused by Mycobacterium Tuberculosis. This disease
usually attacks the lungs. In this case pulmonary tuberculosis with hydropneumothorax was found. The
given treatment was water seal drainage installation, oral 4-FDC, oral acetyl cysteine and during
treatment the patient is given advice to blow balloons every day. Treatment is carried out for eight days
and showed a good response. Conclusion: Pulmonary tuberculosis is an infectious disease of the lungs
caused by Mycobacterium tuberculosis. In this case, pulmonary tuberculosis with hydropneumothorax
was found. Appropriate management is needed to reduce the level of morbidity in these patients.
Keywords: dyspnea, hydropneumothorax, tuberculosis
Received [17 Jan 2020] | Revised [4 Jun 2020] | Accepted [5 Jun 2020]

Corresponding author: Abed Nego Okthara Sebayang


58 Corresponding author at: Fakultas Kedokteran, Universitas HKBP Nommensen, Medan
Contact: 1420abednego@gmail.com
Perawatan Diagnostik dan Konservatif Hidropneumotoraks karena Tuberkulosis pada
Anak Laki-Laki Berusia 17 Tahun: Laporan Kasus

PENDAHULUAN organ yang terkena, misalnya kaku kuduk


pada meningitis TB, nyeri dada pada TB
Tuberkulosis merupakan penyakit pleura (pleuritis), pembesaran kelenjar
infeksi pada parenkim paru yang limfe superfisialis pada limfadenitis TB,
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium deformitas tulang belakang (gibbus) pada
tuberculosis. Sumber penularan penyakit spondilitis TB dan lain-lain. Diagnosis pasti
ini adalah pasien tuberkulosis BTA sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis
positif.[1,2] Penularan terjadi melalui udara kerja dapat ditegakkan berdasarkan gejala
pada waktu seseorang dengan BTA positif klinis TB yang kuat (presumtif) dengan
batuk atau bersin, pasien menyebarkan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain.
kuman ke udara dalam bentuk percik dahak Ketepatan diagnosis tergantung pada
(droplet nuclei).[3] Sekali batuk dapat metode pengambilan bahan pemeriksaan
menghasilkan sekitar 3500 droplet nuclei. dan ketersediaan alat-alat diagnostik,
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan misalnya uji mikrobiologi, patologi
dengan ventilasi yang kurang dan sinar anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.
matahari yang minimal dimana droplet Diagnosis TB dapat ditegakkan
nuclei dapat bertahan dalam waktu yang berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan
lama.[1,2] fisik, pemeriksaan bakteriologi, dan
Tuberkulosis paru dapat menyerang radiologi. Untuk pemeriksaan fisik,
siapa saja baik tua, muda bahkan anak- kelainan yang didapat tergantung pada luas
anak. Sebagian besar penderita tuberkulosis kelainan struktur paru. Kelainan paru pada
paru di negara berkembang berusia umumnya terletak di daerah lobus superior
dibawah 50 tahun. Data World Health terutama daerah apeks dan segmen
Organization (WHO) menunjukkan bahwa posterior, serta daerah apeks lobus inferior.
kasus tuberkulosis paru di negara Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
berkembang terjadi pada usia produktif 15- antara lain suara napas bronkial, amforik,
29 tahun.[4] Hal ini dikarenakan sosial suara napas melemah, ronki basah, tanda‐
ekonomi yang masih rendah, higienitas tanda penarikan paru, diafragma dan
yang kurang baik dan pengetahuan yang mediastinum. Bahan untuk pemeriksaan
sangat rendah tentang tuberkulosis.[1,3] bakteriologi dapat berasal dari dahak,
Tuberkulosis juga dapat menyerang cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan
organ tubuh lainnya di luar paru seperti bronkus, bilasan lambung, kurasan
pleura, selaput otak, selaput jantung bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/
(perikardium), kelenjar limfe, tulang, BAL), urin, feses, dan jaringan biopsi.
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran Pengumpulan dahak dilakukan sebanyak
kencing, alat kelamin, dan lain-lain. tiga kali yaitu sewaktu/spot (dahak sewaktu
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh saat kunjungan), dahak pagi (keesokan
di luar paru diklasifikasikan sebagai harinya), sewaktu/spot (pada saat
tuberkulosis ekstrapulmoner.[3,4] mengantarkan dahak pagi). Kemudian,
Gejala klinis pada tuberkulosis paru spesimen tersebut diberikan pewarnaan
dibagi menjadi gejala respiratorius dan Ziehl Nielsen.
sistemik. Gejala respiratorius yang dapat Pemeriksaan radiologi yang dapat
timbul meliputi batuk >2 minggu, batuk dilakukan adalah foto toraks PA dengan
darah, sesak nafas dan nyeri dada. atau tanpa foto lateral. Pada pemeriksaan
Sedangkan untuk gejala sistemik yang foto toraks, tuberkulosis dapat memberi
dapat timbul meliputi demam, malaise, gambaran bermacam-macam bentuk
keringat malam, anoreksia dan berat badan (multiform).[2,4] Gambaran radiologi yang
menurun.[1,3,4,5] dicurigai sebagai lesi TB aktif, di
Pada tuberkulosis ekstrapulmoner, antaranya: bayangan berawan/ nodular di
gejala klinis yang ditimbulkan tergantung segmen apikal dan posterior lobus atas paru

59
Perawatan Diagnostik dan Konservatif Hidropneumotoraks karena Tuberkulosis pada
Anak Laki-Laki Berusia 17 Tahun: Laporan Kasus

dan segmen superior lobus bawah, kaviti, Keadaan umum pasien tampak sakit
terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh sedang-berat, suhu tubuh 36,7 0C, tekanan
bayangan opak berawan atau nodular, darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi
bayangan bercak milier, efusi pleura 80x/menit, frekuensi nafas 24 x/menit,
unilateral (umumnya) atau bilateral berat badan 45 kg, tinggi badan 153 cm,
(jarang). Pemeriksaan penunjang lainnya status gizi normal (indeks masa tubuh 20,9
yang dapat dilakukan adalah biakan, kg/m2). Kepala, telinga, hidung, mulut,
tuberkulin, PCR, pemeriksaan darah rutin, leher, jantung, abdomen, dan ekstremitas
maupun biopsi.[2,3] semua dalam batas normal. Didapatkan
Tuberkulosis paru apabila tidak perabaan taktil fremitus pada pulmo dekstra
ditangani dengan baik dapat menimbulkan lebih menurun dibandingkan pulmo
terjadinya komplikasi. Pada tuberkulosis sinistra, pada perkusi didapatkan
paru, terdapat dua komplikasi yakni hipersonor pada pulmo dekstra sebelah atas
komplikasi dini dan komplikasi stadium dan sonor melemah pada pulmo dekstra
lanjut. Komplikasi dini yang dapat timbul sebelah bawah, dan pada auskultasi
meliputi pleuritis, efusi pleura, empiema ditemukan adanya bunyi ronkhi basah halus
dan laringitis TB.[1,3,4] Sedangkan, pada bagian apeks dan basal pulmo dekstra.
komplikasi stadium lanjut yang dapat Pemeriksaan penunjang yang
timbul meliputi hemoptisis masif, kolaps dilakukan adalah pemeriksaan sputum
lobus akibat sumbatan duktus, Sewaktu Pagi (SP) ditemukan BTA negatif,
bronkiektasis, pneumotoraks spontan, foto toraks posisi AP ditemukan infiltrat di
fibrotoraks dan hidropneumotoraks.[2,5,6] lapang tengah paru kanan, perselubungan
opak homogen di hemitoraks tengah
ILUSTRASI KASUS sampai bawah pada pulmo kanan, tampak
bayangan lusen avaskular di hemitoraks
Anak laki-laki usia 17 tahun, seorang lateral atas sampai tengah pada pulmo
pelajar datang bersama orang tuanya ke kanan (Gambar 1). Kesan pada foto toraks
Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan adalah hidropneumotoraks dextra dan
keluhan utama sesak nafas. Sesak nafas fibrotoraks dextra serta ditemukannya
sudah dirasakan pasien selama dua minggu. proses spesifik paru aktif. Pada
Sesak nafas disertai batuk berdahak yang pemeriksaan laboratorium ditemukan
sudah dirasakan selama 3 minggu. Dahak peningkatan leukosit: 19,70 103/μL,
berwarna putih tanpa disertai bercak darah. penurunan limfosit: 7,8 % dan penurunan
Keluhan ini dirasakan semakin lama albumin: 1,8 g/dl. Pasien kemudian dirawat
semakin memberat sejak 1 minggu sebelum di rumah sakit selama delapan hari.
pasien datang ke rumah sakit.
Pasien juga mengeluh sering
berkeringat dingin terutama malam hari.
Selain itu, pasien juga mengeluh berat
badan turun akibat penurunan nafsu makan.
Pasien mengaku mengalami penurunan
berat badan sebesar 6 kilogram dalam
kurun waktu ± 3 bulan terakhir. Keluhan
lain yang dirasakan pasien adalah nyeri
pada dada sebelah kanan. Nyeri dirasakan
saat pasien menarik nafas. Pasien
merupakan seorang pelajar di salah satu
Gambar 1. Foto toraks pasien posisi AP
sekolah menengah pertama di Medan dan di
kelas, pasien memiliki teman yang sedang Pasien mendapatkan Obat Anti
dalam pengobatan tuberkulosis paru. Tuberkulosis (OAT) yakni Kombinasi

60
Perawatan Diagnostik dan Konservatif Hidropneumotoraks karena Tuberkulosis pada
Anak Laki-Laki Berusia 17 Tahun: Laporan Kasus

Dosis Tetap (4KDT) 1x3 tablet, acetyl tuberkulosis paru usia tua berhubungan
cysteine 200 mg 3x1 tablet, injeksi dengan penurunan kekebalan tubuh yang
omeprazole 40 mg/12 jam. disebabkan penyakit kronik dan pada usia
Penanganan hidropneumotoraks yang tua juga sering menimbulkan efek samping.
dilakukan adalah pemasangan water seal HIV juga cukup memberikan peran penting
drainage (WSD) setinggi interkostalis 6-7 dalam meningkatkan risiko terjadinya
posterior kanan bawah. Setelah dilakukan reaktivasi infeksi tuberkulosis laten yang
pemasangan WSD tampak volume cairan mengakibatkan timbulnya infeksi paru
pada pleura sudah mulai berkurang yang progresif dan reinfeksi.[2,7,8]
(Gambar 2). Pasien juga dianjurkan untuk Gejala klinis tuberkulosis paru
meniup balon setiap hari untuk diklasifikasikan menjadi dua golongan,
meningkatkan daya recoil paru dan yaitu gejala lokal dan gejala sistemik. Bila
mencegah terjadinya kolaps paru. organ yang terkena adalah paru, maka
gejala lokal ialah gejala respiratori (gejala
lokal sesuai dengan organ yang
terlibat).[2,7,8] Gejala respiratori ini sangat
bervariasi, dari mulai tidak ada gejala
sampai gejala yang cukup berat tergantung
luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada
saat medical check up. Bila bronkus belum
terlibat dalam proses penyakit, maka pasien
mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang
pertama terjadi karena iritasi bronkus dan
selanjutnya batuk diperlukan untuk
Gambar 2. Foto toraks pasien posisi AP membuang dahak ke luar.[2,5,6,9]
setelah terpasang WSD Gejala sistemik terdiri dari demam,
malaise keringat malam, anoreksia dan
berat badan menurun. Gejala sistemik ini
PEMBAHASAN sebagian besar dialami oleh pasien.
Tuberkulosis paru merupakan masalah Sedangkan gejala TB ekstra paru
utama kesehatan masyarakat Indonesia. tergantung dari organ yang terlibat,
Jumlah pasien tuberkulosis di Indonesia misalnya pada limfadenitis TB akan terjadi
merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah pembesaran yang lambat dan tidak nyeri
India dan Cina. Insidens TB diperkirakan dari kelenjar getah bening, kaku kuduk
meningkat.[4,5 Penyebab paling penting pada meningitis TB, nyeri dada pada TB
peningkatan TB di seluruh dunia adalah pleura (pleuritis), deformitas tulang
sosio ekonomi yang rendah, higienitas yang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan
rendah, ketidak patuhan terhadap program, lain-lain.[8,9,10]
diagnosis dan pengobatan tidak adekuat, Kelainan yang didapat pada TB paru
migrasi, Human Immunodeficiency Virus tergantung luas kelainan struktur paru.
(HIV), dan Multi Drug Resistance TB Perkembangan awal penyakit umumnya
(MDR-TB).[1,2,4,7] tidak (atau sulit sekali) ditemukan kelainan.
Penderita tuberkulosis paru paling Kelainan paru pada umumnya terletak di
banyak terjadi pada usia produktif 15-29 daerah lobus superior terutama daerah
tahun. Hal ini terjadi akibat usia produktif apeks dan segmen posterior (S1 dan S2)
lebih banyak beraktivitas di luar rumah dan serta daerah apeks lobus inferior (S6).[2,3,5]
waktu istirahat yang tidak cukup sehingga Kelainan pemeriksaan fisik yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya penularan ditemukan antara lain suara napas bronkial,
tuberkulosis paru.[3,4,7] Penderita amforik, suara napas melemah, ronkhi
basah, tanda- tanda penarikan paru,

61
Perawatan Diagnostik dan Konservatif Hidropneumotoraks karena Tuberkulosis pada
Anak Laki-Laki Berusia 17 Tahun: Laporan Kasus

diafragma, dan mediastinum. Selain itu yang dibutuhkan petugas yang terkait,
dapat juga ditemukan hipersonor maupun pencatatan, pelaporan, evaluasi kegiatan
sonor memendek yang menunjukkan dan rencana tindak lanjutnya.[3,6,7,8]
adanya suatu perjalanan kronik dari Manajemen hidropneumotoraks adalah
tuberkulosis paru yang sudah pemasangan water seal drainage (WSD)
berkomplikasi menjadi pneumotoraks, dengan tujuan untuk mengurangi jumlah
empiema maupun hidropneumotoraks. cairan di rongga pleura pasien. Kemudian
[10,11]
pasien akan dilakukan sebuah prosedur
Didapatkan perabaan taktil fremitus pleurodesis yaitu sebuah teknik untuk
pada pulmo dekstra lebih menurun mencegah terjadinya efusi pleura dengan
dibandingkan pulmo sinistra, pada perkusi cara merekatkan pleura parietal dan pleura
didapatkan hipersonor pada pulmo dekstra visceral yang dikenal efektif sebagai terapi
sebelah atas dan sonor melemah pada paliatif pada efusi pleura berulang akibat
pulmo dekstra sebelah bawah yang keganasan.[3,5,6]
menunjukkan adanya hidropneumotoraks Pada pasien, dilakukan pemasangan
yang merupakan komplikasi dari WSD setinggi interkostalis 6-7 posterior
tuberkulosis paru dan pada auskultasi kanan bawah. Pasien juga dianjurkan untuk
ditemukan adanya bunyi ronkhi basah halus meniup balon setiap hari untuk
pada bagian apeks dan basal pulmo meningkatkan daya kembang paru
dekstra.[5,7,9] (compliance) dan mencegah terjadinya
Suara tambahan berupa ronkhi basah kolaps paru. Tindakan pembedahan berupa
halus yang ditemukan pada pasien, cirinya pleurodesis tidak dilakukan pada pasien ini
tidak mempunyai sifat gelembung, dikarenakan penanganan dengan cara WSD
terdengar seperti gesekan rambut atau sudah efektif dan tidak terjadi efusi pleura
seperti suara yang disebabkan oleh yang berulang.
permukan dua jari yang basah dan Terapi medikamentosa yang diberikan
menempel kemudian dipisahkan dengan pada pasien ini adalah Obat Anti
mendadak. Hal ini muncul pada infeksi Tuberkulosis (OAT) yakni Kombinasi
jaringan parenkim paru seperti pneumonia Dosis Tetap (4KDT) 1x3 tablet, acetyl
dan TB paru. Ronkhi basah terdapat pada cysteine 200 mg 3x1 tablet.
dinding yang meradang atau penumpukan
sekret atau dihasilkan oleh inspirasi paksa KESIMPULAN
yang panjang.[4,5,6]
Penatalaksanaan tuberkulosis paru Berdasarkan pembahasan di atas, kunci
dengan komplikasi hidropneumotoraks penanganan tuberkulosis paru dengan
dilakukan dengan menangani tuberkulosis komplikasinya hidropneumotoraks adalah
paru dan komplikasinya secara bersamaan. diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat.
Penatalaksanaan TB meliputi penemuan Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis,
pasien dan pengobatan yang dikelola pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
dengan menggunakan strategi Directly penunjang. Penatalaksanaan pada
Observed Treatment Short Course tuberkulosis paru bertujuan menurunkan
(DOTS).[6,7,8] Tujuan utama pengobatan angka kematian dan kesakitan serta
pasien TB adalah menurunkan angka mencegah penularan dengan cara
kematian dan kesakitan serta mencegah menyembuhkan pasien sedangkan
penularan dengan cara menyembuhkan penatalaksanaan hidropneumotoraks
pasien.[3,4] Penatalaksanaan penyakit TB bertujuan untuk mengurangi jumlah udara
merupakan bagian dari surveilans penyakit, dan cairan di rongga pleura serta
tidak sekedar memastikan pasien menelan meningkatkan daya compliance paru dan
obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga mencegah terjadinya kolaps paru.
berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu

62
Perawatan Diagnostik dan Konservatif Hidropneumotoraks karena Tuberkulosis pada
Anak Laki-Laki Berusia 17 Tahun: Laporan Kasus

DAFTAR PUSTAKA [9] Izquiredo JR, Lazaro JR, Prieto IG.


Hydropneumothorax in a patient with
[1] World Health Organization. Global bullous emphysema. Arch
tuberculosis report 2017. Geneva: Bronconeumol. 2014;50(5):204. doi:
World Health Organization; 2017. p. 10.1016/j.arbres.2013.09.005
15–49. [10] Kementerian Kesehatan Republik
[2] Wohlleben J, Makhmudova M, Indonesia. Pedoman nasional
Saidova F, Azamova S, Mergenthaler pelayanan kedokteran tatalaksana
C, Verver S. Risk factors associated tuberculosis. Jakarta: Kementerian
with loss to follow-up from Kesehatan Republik Indonesia; 2016.
tuberculosis treatment in Tajikistan: a [11] Amanda G. Peran aerosol M.
case-control study. BMC Infect Dis. tuberculosis pada penyebaran
2017;17(1):1–8. infeksi tuberkulosis. Cermin Dunia
doi: 10.1186/s12879-017-2655-7 Kedokteran. 2018;45(1):63-5.
[3] Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Pedoman diagnosis dan
penatalaksanaan tuberkulosis di
Indonesia. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia; 2011. p. 1–
55.
[4] Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Infodatin tuberkulosis
2018. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2018.
[5] World Health Organization.
Treatment of tuberculosis. Geneva:
World Health Organization; 2017. p.
8–18.
[6] Belchior AS, Mainbourg EM,
Ferreira-Gonçalves MJ. Loss to
follow-up in tuberculosis treatment
and its relationship with patients’
knowledge of the disease and other
associated factors. Rev Salud
Pública. 2016;18(5):714–26. doi:
10.15446/rsap.v18n5.54842
[7] Wells BG, DiPiro JT,
Schwinghammer TL, DiPiro CV.
Pharmacotherapy Handbook. 9th ed.
New York: Mc Graw-Hill Education
Medical; 2015.
[8] Ortega C, Gonzales C, Soto-
Martinez ME, Yock-Corrales A.
Hydropneumothorax in children: a
rare complication of a bacterial
pneumonia. Case Reports in
Pediatrics, 2016;2016:8097105. doi:
10.1155/2016/8097105

63

Anda mungkin juga menyukai