Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN INFEKSI PARU

(PNEUMONIA & ABSES PARU)

MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

Dosen Pengampu : Rini Rachmawati, S.Kep.,Ns.,MN.,Ph.D

DISUSUN OLEH :

Eva Febrianty (R011191135)

Andi Nur Rizqi Ramadhani (R011191015)

Nerlan Putri (R011191049)

Erika Rezki Amelia (R011191075)

Rezky Novaliza Ramadhani (R011191101)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Makalah Asuhan Keperawatan Klien
dengan Infeksi Paru (Pneumonia & Abses Paru) ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Keperawatan
Medikal Bedah I. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang kesadaran intrapersonal dalam hubungan interpersonal bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 1 September 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL………………………………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………………….
1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………
1
C. Tujuan…………………………………………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Pneumonia………………………………………………………………. 2
B. Klasifikasi Pneumonia…..………………………………………………………... 2
C. Faktor Risiko Pneumonia….……………………………………………………... 2
D. Etiologi Pneumonia……………………...……………………………………….. 2
E. Symptoms Pneumonia…………………...…………………………..………….. ..3
F. Patofisiologi Penumonia……………………………………………………….
…..3
G. Pathway Pneumonia……………………………………………………………….6
H. Asuhan Keperawatan Pneumonia………………………………………....………7
I. Definisi Abses Paru………………………………………………………………14
J. Etiologi Abses Paru………………………………………………………………14
K. Faktor Risiko Abses Paru………………………………………………………...15
L. Symptoms Abses Paru……………………………………………………………16
M. Patofisiologi Abses Paru…………………………………………………,
……....17
N. Pathway Abses Paru………………………………………………………………
18
O. Asuhan Keperawatan Abses Paru………………………………………………...19

BAB III PENUTUP

iii
A. Kesimpulan...……………………………………………………………………. 22
B. Saran………...……………………………………………………………………22

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari


bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa, atau parasite. Abses paru adalah
infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang terlookalisir sehingga
membentuk kavitas yang berisi nanah (pus) dalam parenkim paru pada satu lobus atau
lebih. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian keperawatan yang diberikan kepada
pasien dengan tujuan memenuhi kebutuhan pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pneumonia dan Abses Paru ?
2. Bagaimana Etiologi Penumonia dan Abses Paru ?
3. Bagaimana Patofisiologi Pneumonia dan Abses Paru ?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan terhadap penyakit Pneumonia dan Abses
Paru?

C. Tujuan

Memahami bagaimana pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien dengan


kasus Pneumonia dan Abses Paru.

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Pneumonia

Pneumonia didefinisikan sebagai peradangan yang mengenai parenkim paru,


distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli,
serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa, atau parasite.

B. Klasifikasi Pneumonia

Pneumonia dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, klasifikasi paling


sering ialah menggunakan klasifikasi berdasarkan tempat didapatkannya pneumonia
(pneumonia komunitas dan pneumonia nosokomial), tetapi pneumonia juga dapat
diklasifikasikan berdasarkan area paru yang terinfeksi (lobar pneumonia, multilobar
pneumonia, bronchial pneumonia, dan intertisial pneumonia) atau agen kausatif.
Pneumonia juga sering diklasifikasikan berdasarkan kondisi yang mendasari pasien,
seperti pneumonia rekurens (pneumonia yang terjadi berulang kali, berdasarkan
penyakit paru kronik), pneumonia aspirasi (alkoholik, usia tua), dan pneumonia pada
gangguan imun (pneumonia pada pasien tranplantasi organ, onkologi, dan AIDS).

C. Faktor Risiko Pneumonia

Faktor risiko pneumonia antara lain usia lanjut, imunitas yang terganggu,
adanya penyakit paru yang mendasari, alkoholisme, perubahan kesadaran, adanya
gangguan menelan, merokok, intubasi endotrakea, malnutrisi, imobilisasi, penyakit
jantung atau hati.

D. Etiologi Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan bawah yang dapat disebabkan


oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Pada pasien
dewasa, penyebab pneumonia komunitas yang sering ditemukan adalah bakteri
golongan gram positif, yaitu Streptococcus pneumonia, bersama dengan

2
Staphylococcus aureus dan Haemophilus influenza merupakan bakteri patogen
golongan tipikal. Legionella, Chlamydophila, M. Pneumoniae merupakan bakteri
patogen golongan atipikal. Virus dapat menyebabkan pneumonia, dan Respiratory
Syncytial Virus merupakan etiologi virus yang sering ditemukan. Pada beberapa
kasus juga dapat ditemukan virus influenza tipe A atau tipe B. Pada pasien dengan
kondisi imun yang buruk dapat terjadi pneumonia akibat infeksi jamur. Pada kasus
yang jarang, pneumonia dapat disebabkan oleh aspirasi objek atau substansi yang
mengakibatkan iritasi dari paru – paru

E. Symptoms Pneumonia

Gejala khas dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk


(baik non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau
bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah
pasien lebih suka berbaring pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.

F. Patofisiologi Penumonia

Sistem pertahanan tubuh terganggu menyebabkan virus masuk ke dalam tubuh


setelah menghirup kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Mekanisme pertahanan
lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit,
komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang
diperantarai sel.

Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila
virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah
melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang
melalui hematogen. Virus dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi
saluran nafas bagian bawah dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan
respon imun.

Ketika mikroorganisme penyebab pneumonia berkembang biak,


mikroorganisme tersebut mengeluarkan toksin yang mengakibatkan peradangan pada
parenkim paru yang dapat menyebabkan kerusakan pada membran mukus alveolus.

3
Hal tersebut dapat memicu perkembangan edema paru dan eksudat yang mengisi
alveoli sehingga mengurangi luas permukaan alveoli untuk pertukaran karbondioksida
dan oksigen sehingga sulit bernafas. Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan
konsolidasi eksudatif jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar,
atau intersisial.

Pada bakteri golongan gram negatif, bakteriini dapat melepas endotoksin yang
dapat dilepaskan kedalam plasma yanitu lipolisakarida, Endotoksin menyebabkan
peningkatan suhu yang progresif tergantung dari dosis (dose-related). Apabila bakteri
atau hasil pemecahan bakteri terdapat dalam jaringan atau dalam darah, keduanya
akan difagositosis oleh leukosit, makrofag jaringan dan natural killer cell (NK cell).
Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri dan melepaskan
interleukin-1, kemudian interleukin-1 tersebut mencapai hipotalamus sehingga segera
menimbulkan demam. Interleukin-1 adalah saraf termosensitif yang bertugas
menormalkan suhu tubuh, disaat endositoksin dari bakteri menaikkan suhu tubuh,
interleukin-1 akan merespon dengan dengan menurunkan suhu tubuh yang akan
menyebabkan tubuh menggigil yang kemudian merangsang prostaglandin E-2 (PGE-
2) untuk menghasilkan panas yang berakibat terjadinya demam pada pasien. Hasil
peningkatan suhu melanjut sampai suhu tubuh mencapai peningkatan set-point.
Peningkatan set-point kembali normal apabila terjadi penurunan konsentrasi IL-1 atau
pemberian antipiretik dengan menghambat sintesis PGE-2. PGE-2 diketahui
mempengaruhi secara negative feed-back dalam pelepasan IL-1, sehingga dapat
mengakhiri mekanisme ini yang awalnya diinduksi demam.

Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran


pembuluh darah, eksudasi cairan intra-alveolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi
neutrofil, yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan
menyebabkan penurunan compliance paru dan kapasitas vital. Peningkatan aliran
darah yang melewati paru yang terinfeksi menyebabkan terjadinya pergeseran
fisiologis (ventilation-perfusion missmatching) yang kemudian menyebabkan
terjadinya hipoksemia.  Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan peningkatan
kerja jantung.

Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan


disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu). Pada kebanyakan

4
kasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat dicerna secara
enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan melalui batuk. Apabila
infeksi bakteri menetap dan meluas ke kavitas pleura, supurasi intrapleura
menyebabkan terjadinya empyema. Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung
secara spontan, namun kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan
pembentukan perlekatan (Bennete, 2013).

5
G. Pathway Pneumonia

sistem pertahanan
tubuh

virus, bakteri, protozoa


dan bahan kimia

masuk ke saluran nafas

menyerang alveoli

virus, bakteri melepaskan toksin


mengeluarkan toksin lipopolisakaida

kerusakan pada peradangan pada


membran mukus perenkim paru peningkatan set poin di
alveolus hipotalamus

konsolidasi eksudatif
perkembangan jaringan ikat paru
edema paru dan menggigil
eksudat
penurunan compliance
paru
mengisi alveoli demam
pengembangan paru
mengurangi luas tidak maksimal
permukaan alveoli HIPERTERMI
untuk pertukaran O2
sesak nafas
dan CO2

KETIDAKEFEKTIFAN berkeringat banyak


dispnea POLA NAFAS

HAMBATAN suplai oksigen ke


PERTUKARAN GAS DEFISIEN VOLUME CAIRAN
jaringan menurun

metabolisme tubuh
menurun kelemahan

ATP menurun
INTOLERANSI AKTIVITAS

6
H. Asuhan Keperawatan Pneumonia

Diagnosa
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan(Nanda)
Ketidakefektifan pola  Pola nafas  Kaji frekuensi kedalaman
nafas (Domain 4, kelas efektif, pernafasan dan ekspansi
4, kode diagnosis  bunyi nafas dada. Catat upaya
00032) normal atau pernafasan termasuk
Definisi : Inspirasi dan/ bersih, penggunaan otot bantu
atau ekspirasi yang  TTV dalam batas pernafasan atau pelebaran
tidak memberi ventilasi normal, nasal.
adekuat  ekspansi paru Rasional : kecepatan
Batasan karateristik : mengembang. biasanya mencapai
 Perubahan kedalaman pernafasan
kedalaman bervariasi tergantung
pernafasan derajat gagal nafas.
 Penurunan tekanan Expansi dada terbatas
ekspirasi yang berhubungan dengan
 Pernapasan cuping atelektasis dan atau nyeri
hidung dada
 Takipneau  Auskultasi bunyi nafas
dan catat adanya bunyi
nafas seperti krekels,
wheezing.
Rasional : ronki dan
wheezing menyertai
obstruksi jalan nafas atau
kegagalan pernafasan.
 Tinggikan kepala dan
bantu mengubah posisi.
Rasional : duduk tinggi
memungkinkan ekspansi
paru dan memudahkan

7
pernafasan.
 Observasi pola batuk dan
karakter sekret.
Rasional : Kongesti
alveolar mengakibatkan
batuk sering/iritasi.
 Dorong/bantu pasien
dalam nafas dan latihan
batuk.
Rasional : dapat
meningkatkan/banyaknya
sputum dimana gangguan
ventilasi dan ditambah
ketidak nyaman upaya
bernafas.

Hambatan pertukaran  Dispnea  Kaji frekuensi/kedalaman


gas (Domain 3, kelas 4, berkurang atau dan kemudahan bernafas
kode diagnosis 00030) tidak ada Rasional: manifestasi
Definisi : kelebihan  Denyut jantung distress pernafasan
atau defisit oksigenasi kembali normal tergantung pada indikasi
dan/atau eliminasi  Pasien tidak lagi derajat keterlibatan paru
karbon dioksida pada gelisah dan status kesehatan
membran alveolar-  Kadar oksigen di umum.
kapiler tubuh meningkat  Observasi warna kulit,
Batasan karateristik : membran mukosa dan
 Dispnea, sianosis kuku. Catat adanya
 Takikardia sianosis perifer (kuku)
 Gelisah/perubahan atau sianosis sentral.
mental Rasional: sianosis kuku
 Hipoksia menunjukkan
vasokontriksi respon
tubuh terhadap

8
demam/menggigil namun
sianosis pada daun
telinga, membran mukosa
dan kulit sekitar mulut
menunjukkan hipoksemia
sistemik.
 Kaji status mental.
Rasional: gelisah mudah
terangsang, bingung dan
somnolen dapat
menunjukkan hipoksia
atau penurunan oksigen
serebral.
 Tinggikan kepala dan
dorong sering mengubah
posisi, nafas dalam dan
batuk efektif.
Rasional: tindakan ini
meningkat inspirasi
maksimal, meningkat
pengeluaran secret untuk
memperbaiki ventilasi tak
efektif.
 Kolaborasi Berikan terapi
oksigen dengan benar
misal dengan nasal plong
master, master venturi.
Rasional:
mempertahankan PaO2 di
atas 60 mmHg. O2
diberikan dengan metode
yang memberikan
pengiriman tepat dalam

9
toleransi.
Hipertermi (Domain  Suhu tubuh  Pantau suhu klien (derajat
11, kelas 6, kode dalam rentang dan polanya) perhatikan
diagnosis 00007) normal menggigil atau diaforesis.
Definisi : suhu inti  Nadi dan RR Rasional : Suhu 38,9ºC –
tubuh di atas kisaran dalam rentang 41,1ºC menunjukkan
normal diurnal karena normal proses penyakit infeksi
kegagalan  Tidak ada akut. Pola demam dapat
termoregulasi perubahan wana membantu dalam
Batasan karateristik : kulit dan tidak diagnosis, misalnyakurva
Konvulsi ada pusing. demam lanjut berakhir
 Kulit Kemerahan lebih dari 24 jam
 Peningkatan suhu menunjukkan pneumonia
tubuh di atas pneumokokal, demam
kisaran normal skarlet atau tifoid, demam
 Takikardi remiten (bervariasi hanya

 Takipnea beberapa derajat pada

 Kulit terasa hangat arah tertentu)


 Pantau suhu lingkungan,
batasi/tambahkan linen
tempat tidur, sesuai
indikasi .
Rasional : Suhu
ruangan/jumlah selimut
harus diubah untuk
mempertahankan suhu
mendekati normal
 Berikan kompres hangat,
hindari, hindarkan
penggunaan alkohol.
Rasional : Dapat
membantu mengurangi
demam, penggunaan air
es/alkohol mungkin

10
menyebabkan kedinginan,
peningkatan suhu secara
aktual. Selain itu, alkohol
dapat mengeringkan kulit.
 Kolaborasi dengan tim
medis pemberian
antipiretik.
Rasional : Digunakan
untuk mengurangi demam
dengan aksi sentralnya
pada hipothalamus,
meskipun demam
mungkin dapat berguna
dalam membatasi
pertumbuhan organisme,
dan meningkatkan
autodestruksi dari sel-sel
yang terinfeksi.
Defisien volume  Mempertahankan  Kaji perubahan tanda
cairan (Domain 2, urin output vital, contoh :
kelas 5, kode diagnosis sesuai dengan peningkatan suhu/demam
00027) usia dan BB, BJ, memanjang, takikardia,
Definisi : penurunan urine normal, HT hipotensi ortostatik.
cairan intravaskuler, normal Rasional : Peningkatan
interstisial, dan/atau  Tekanan darah, suhu/memanjangnya
intaselular. Ini mengacu nadi, suhu dalam demam meningkatkan
pada dehidrasi, batas normal laju metabolik dan
kehilangan cairan saja  Tidak ada tanda- kehilangan cairan melalui
tanpa perubahan kadar tanda dehidrasi, evaporasi. TD ortostatik
natrium elastis turgor berubah dan peningkatan
Batasan karateristik : kulit baik, takikardia menunjukkan
 Penurunan status membrane kekurangan cairan
mental mukosa lembab, sistemik.
 Membran mukosa tidak ada rasa  Kaji turgor kulit,

11
kering haus yang kelembaban membran
 Penurunan turgor berlebihan. mukosa (bibir, lidah).
kulit Rasional : Indikator
 Penurunan turgor langsung keadekuatan
lidah volume cairan, meskipun
membran mukosa mulut
mungkin kering karena
nafas mulut dan oksigen
tambahan
 Pantau masukan dan
haluaran, catat warna,
karakter urine. Hitung
keseimbangan cairan.
Waspadai kehilangan
yang tampak. Ukur berat
badan setiap hari.
Rasional : Memberikan
informasi tentang
keadekuatan volume
cairan dan kebutuhan
penggantian.
 Kolaborasi dengan tim
medis pemberian anti
piretik, anti emetic.
Rasional : Berguna
menurunkan kehilangan
cairan.
Intoleransi aktivitas  Nafas normal  Evaluasi respon pasien
(Domain 4, kelas 4,  Irama jantung terhadap aktivitas
kode diagnosis 00092) normal Rasional: merupakan
Definisi :  Sianosis kemampuan, kebutuhan
ketidakcukupan energi membaik pasien dan memudahkan
psikologis atau pilihan interan.
fisiologis untuk  Berikan lingkungan

12
mempertahankan atau tenang dan batasi
menyelesaikan aktivitas pengunjung selama fase
kehidupan sehari-hari akut sesuai indikasi
yang harus atau yang Rasional: menurunkan
ingin dilakukan stress dan rangsangan
Batasan karateristik : berlebihan, meningkatkan
 Dispnea istirahat.
 Takikardia  Jelaskan perlunya
 Sianosis istirahat dalam rencana
pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas
dan istirahat.
 Bantu pasien memilih
posisi nyaman untuk
istirahat atau tidur.
Rasional: pasien
mungkin nyaman dengan
kepala tinggi, tidur di
kursi.
 Bantu aktivitas perawatan
diri yang diperlukan
Rasional: meminimalkan
kelelahan dan membantu
keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.

I. Definisi Abses Paru

Abses paru adalah infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru
yang terlookalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah (pus) dalam
parenkim paru pada satu lobus atau lebih (Rasyid, A. 2006). Kavitas ini berisi
material purulent sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses
terinfeksi. Bila diameter kavitas < 2 cm dan jumlanya banyak (multiple small
abscesses) dinamakan necrotizing pneumonia

13
Abses paru merupakan salah satu penyakit pada paru yang disebabkan oleh
infeksi lokal dan ditandai oleh nekrosis jaringan paru-paru dan penyatuan dalam
rongga terbentuk di enuklesia tersebut (Beddoe AE; Pravikoff D; 2011).

J. Etiologi Abses Paru


Kuman atau bakteri penyebab terjadinya abses paru bervariasi. 46% abses
paru disebabkan hanya oleh bakteri anaerob, sedangkan 43% campuran bakteri
anaerob dan aerob. Disebut abses primer apabila infeksi diakibatkan aspirasi atau
pneumonia yang terjadi pada orang normal, sedangkan abses sekunder apabila infeksi
terjadi pada orang yang sebelumnya sudah mempunyai kondisi seperti obstruksi,
bronkektasis dan gangguan imunitas.
Kuman penyebab abses paru menurut Asher MI dan Beadry PH (1990) antara
lain adalah :
1. Staphillococcus aereus : Haemophilus influenza type B,C,F, and nontypable;
Streptococcus viridans pneumonia; Alpha-hemolytic streptococci; Neisseria
sp; Mycoplasma pneumonia
2. Kuman Aerob; Haemophilus aphropilus parainfluenzae; Streptococcus group
B Intermedius; Klebsiella pneumonia; Escherichia coli, freundii; Pseudomonas
pyocyanea, aeruuginosa, denitrificans; Aerobacter aeruginosa Candida;
Rhizopus sp; Aspergillus fumigatus; Nocardia sp; Eikenella corrodens; serratia
marcescens
3. Kuman Anaerob; Peptostreptococcus constellatus intermediua,
saccharolyticu;s Veillonella sp alkalenscenens; Bacteroidesmelaninogenicus
oralis, fragilis, corrodens, distasonis vulgatus ruminicola, asaccharolyticus
Fusobacterium necrophorum, nucleatum Brifidobacterium sp.

Sedangkan spectrum isolasi bakteri Abses Paru akut menurut Hammond et al


(1995) adalah :

1. Anaerob: Provetella sp, Prophyromonas sp, Bacteroides sp, Fusobacterium sp;


Anaerobic cocci: Microaerophilic streptococci; Veilonella sp; Clostridium sp;
Nonsporing Gram-positive anaerobes.

14
2. Aerob: Viridans streptococci; Staphylococcus sp; Corynebacterium sp;
Klebsiella sp; Haemophilus sp; Gram-negative cocci.

Sedangkan menurut Finegold dan Fishmans (1998) Organisme dan kondisi yang
berhubungan dengan Abses Paru:

1. Bacteria Anaerob; Staphylococcus aureus, Enterbacteriaceae, Pseudomanas


aeruginosa streptococci, Legonella spp, Nocardia asteroids, Burkholdania
pseudomallei.
2. Mycobacteria (often multifocal): M. Tuberculosis, M Avium complex, M
Kansaii.
3. Fungi : Aspergillus spp; Mucoraceae, Histoplasma, Capsulatum,Pneumocystis
Carinii, Coccidioides immitis, Blastocystis homini.
4. Parasite: Enntamoeba histolytical; Paragonimus westermani, Stronglyoides
strecoralis (post obstructive).

Terjadinya Abses Paru biasanya melalui dua cara yaitu aspirasi dan
hematogen. Yang paling sering ditemukan adalah abses paru bronkogemik akibat
aspirasi. Hal ini dapat disebabkan oleh kelainan anatomis, sumbatan bronkus
maupun tumor. Sedangkan abses paru melalui hematogen biasanya berhubungan
dengan infeksi.

K. Faktor Risiko Abses Paru

Seseorang berisiko lebih tinggi untuk terkena abses paru apabila memiliki
faktor risiko, berikut:

1. Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya akibat efek samping
kemoterapi, penyakit autoimun, dan infeksi HIV/AIDS.
2. Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
3. Menyalahgunakan obat-obatan.
4. Menderita infeksi gigi dan mulut, diabetes melitus, penyakit jantung kongenital,
stroke, atau cerebral palsy.
5. Memiliki riwayat operasi transplantasi organ
6. Tersedak atau terdapat benda asing di saluran pernapasan

15
7. Berada dalam kondisi tidak sadar atau koma dalam waktu lam

L. Symptoms Abses Paru


Gejala penyakit Abses Paru timbul satu sampai tiga hari setelah aspirasi .
gejalanya menyerupai pneumonia pada umumnya diantaranya;
1. Malaise : gejala awal disertai tidak nafsu makan yang lama kelamaan
menyebabkan penurunan berat badan
2. Deman : berupa demam intermitten bisa disertai menggigil dengan suhu tubuh
mencapai 39.4 C atau lebih. Tidak adademam tidak menyingkirkannya abses paru
3. Batuk : batuk pada pasien abases paru merupakanbatu berdahakyang setelah
beberapa saat dapat berubah menjadi purulen dan bisa mengandung darah.
Sputum berbau amis dan berwarna anchovy menunjukkan penyebabnya bakteri
anaerob dan disebut dengan putrid abscesses, tetapi tidak didapatkannya sputum
dengan ciri diatas tidak menyingkirkan kemunkinan infeksi anaerob. Batuk darah
bisa dijumpai, biasanya ringan tetapi ada yang massif.
4. Nyeri pleuritik atau nyeri yang dirasakan dalam dada menunjukkan adanya
keterlibatan pleura
5. Sesak disebabkan oleh adanya pus yang menumpuk menutupi jalan napas
6. Anemia : anemia yang terjadi dapat berupa anemia defisiensi yang disebabkan
oleh kurangnya asupan akibat penurunan nafsu makan, namun lebih seing
disebabkan oleh perdarahan pada saluran nafas khususnya pada hemoptysis
massif.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan lokal. Pada daerah
terbatas perkusi terdengar redup dengan suara napas bronkial, biasanya akan
terdengar suara ronki. Pada abses paru juga dijumpai jari tubuh, yang proses
terjadinya berlangsung cepat

M. Patofisiologi Abses Paru

Garry Tahun 1993 mengemukakan terjadinya abses paru disebutkan sebagai berikut :

16
a. Merupakan proses lanjut pneumonia inhalasi bakteria pada penderita dengan
faktor predisposisi. Bakteri mengadakan multiplikasi dan merusak parenkim paru
dengan proses nekrosis. Bila berhubungan dengan bronkus, maka terbentuklah air
fluid level bakteria masuk kedalam parenkim paru selain inhalasi bisa juga
dengan penyebaran hematogen (septik emboli) atau dengan perluasan langsung
dari proses abses ditempat lain (nesisitatum) misal abses hepar.

b. Kavitas yang mengalami infeksi. Pada beberapa penderita tuberkolosis dengan


kavitas, akibat inhalasi bakteri mengalami proses peradangan supurasi. Pada
penderita emphisema paru atau polikisrik paru yang mengalami infeksi sekunder.

c. Obstruksi bronkus dapat menyebabkan pneumonia berlajut sampai proses abses


paru. Hal ini sering terjadi pada obstruksi karena kanker bronkogenik. Gejala
yang sama juga terlihat pada aspirasi benda asing yang belum keluar. Kadang-
kadang dijumpai juga pada obstruksi karena pembesaran kelenjar limphe
peribronkial.

d. Pembentukan kavitas pada kanker paru. Pertumbuhan massa kanker bronkogenik


yang cepat tidak diimbangi peningkatan suplai pembuluh darah, sehingga terjadi
likuifikasi nekrosis sentral. Bila terjadi infeksi dapat terbentuk abses.

N. Pathway Abses Paru

Proses lanjut Pneumonia inhalasi


bakteria dengan faktor predisposisi

17
Terjadi kerusakan
parenkim paru

Pelepasan zat pirogen oleh


Proses Peradangan
leukosit pada jaringan

Panas Ujung saraf paru

Gangguan Dikelilingi Jaringan


Rasa
Nyaman Granulasi

Proses Nekrosis

Produksi sputum Difusi Ventilasi Kelemahan


Kadar O2
Reflek Batuk
Berlebih terganggu Menurun Fisik

Ketidakefektifan Hambatan Intoleransi


bersihan jalan Pertukaran
Gas Aktivitas
nafas
O. Asuhan Keperawatan Abses Paru

Diagnosa Keperawatan ( Nanda ) Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi ( NIC )


( NOC )

18
Ketidakefektifan Bersihan Jalan  Status Pernafasan :  Pastikan kebutuhan oral /
Nafas Ventilasi tracheal sectioning
(Domain 11. Kelas 2. Kode Diagnosis
00031)  Status Pernafasan :  Anjurkan pasien istirahat dan
Definisi : Kepatenan jalan nafas nafas dalam
Ketidakmampuan membersihkan  Kontrol Aspirasi  Posisikan pasien untuk
sekresi atau obstruksi dari saluran
memaksimalkan ventilasi
nafas untuk mempertahankan Kriteria Hasil :
bersihan jalan nafas.  Mendemostrasikan  Lakukan fisioterapi dada jika
Batasan Karakteristik : batuk efektif dan suara perlu
- Suara nafas tambahan nafas yang bersih, tidak ada
- Perubahan pola nafas dispnea (mampu  Keluarkan secret dengan
- Perubahan fekuensi nafas mengeluarkan sputum, batuk / suction
- Sputum dalam jumlah berlebih bernafas dengan mudah,  Auskultasi suara nafas, catat
- Batuk yang tidak efektif tidak ada pursed lip) jika ada suara tambahan
- Dispnea
- Gelisah  Menunjukkan jalan  Berikan pelembab udara
nafas yang paten ( irama Kassa basah NaCl Lembab
nafas,frekuensi nafas dalam
rentang normal,tidak ada  Atur intake cairan untuk
suara nafas abnormal) mengoptimalkan
keseimbangan
 Mampu
mengidentifikasi dan  Monitor respirasi dan O2
mencegah faktor penyebab  Pertahankan hidrasi yang
 Saturasi O2 dalam adekuat untuk mengencerkan
batas normal sekret
 Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang penggunaan
peralatan :
O2,Suction,Inhalasi
Hambatan Pertukaran Gas  Status pernafasan : Airway Management
(Domain 3. Kelas 4. Kode Diagnosis Pertukaran Gas  Posisikan pasien untuk
00030) memaksimalkan ventilasi
Definisi :  Status Pernafasan :
Kelebihan atau defisit oksigenasi dan Ventilasi  Buka jalan nafas, gunakan
atau eliminasi karbon dioksida pada teknik chin lift atau jaw thrust
 Tanda-tanda Vital bila perlu
membran alveolar-kapiler.
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil :  Identifikasi pasien perlunya
- AGD abnormal  Mendemonstrasikan
pemasangan alat jalan nafas
- pH arteri abnorml peningkatan ventilasi
buatan
- Pola pernafasan abnormal dan oksigenasi yang
- Warna kulit abnormal adekuat.  Auskultasi suara nafas, catat
- Penurunan karbon dioksida ( CO2 ) adanya suara tambahan
- Diaforesis  Memelihara kebersihan
- Dispnea paru-paru dan bebas  Berikan bronkodilator bila
- Sakit kepala saat bangun dari tanda-tanda perlu
- Hiperkapnia distress pernafasan

19
- Hipoksemia  Mendemonstrasikan  Berikan pelembab udara
- Hipoksia batuk efektif dan suara
- Nafas cuping hidung  Atur intake untuk cairan
nafas yang bersih, tidak
- Gelisah mengoptimalkan
ada sianosis dan
- Somnolen keseimbangan
dyspnea (mampu
- Takikadia mengeluarkan sputum,  Monitor respirasi dan status
mampu bernafas O2
dengan mudah, tidak
ada pursed lips) Respiratory Monitoring
 Monitor rata-rata, kedalaman,
 Tanda-tanda Vital irama dan usaha respirasi
rentang normal
 Catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunaan
otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
 Monitor suara nafas
 Monitor polanafas bradipnea,
takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes,
biot
 Catat lokasi trakea
 Auskultasi suara nafas, catat
area penurunan tidak adanya
suara tambahan
 Auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya
 Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi
crackles dan ronchi pada jalan
nafas utama.

Intoleransi Aktivitas  Konservasi Energi Terapi Aktivitas


(Domain 4. Kelas 4. Kode Diagnosis  Kolaborasikan dengan tenaga
00092)  Toleransi Aktivitas   rehabilitasi medik dalam
Definisi :  Self Care : ADLs merencanakan program terapi
Ketidakefektifan energi psikologis yang tepat
dan fisiologis untuk mempertahankan Kriteria Hasil :
atau menyelesaikan aktivitas  Berpartisipasi dalam  Bantu klien untuk
kehidupan sehari-hari yang harus atau aktivitas fisik tanpa mengidentifikasi aktivitas
yang ingin di lakukan disertai peningkatan yang mampu dilakukan
Batasan Karakteristik : tekanan darah ,nadi,
 Bantu untuk memilih aktivitas
- Respons tekanan darah abnormal

20
terhadap akivitas dan RR konsisten yang sesuai dengan
- Respon frekuensi jantung abnormal kemampuan fisik, psikologi
terhadap aktivitas  Mampu melakukan
dan social 
- Perubahan Elektrokardiogram aktivitas sehari-hari
(EKG) (ADLs) secara mandiri  Bantu untuk mengidentifikasi
- Ketidaknyamanan setelah dan mendapatkan sumber
 Keseimbangan
beraktivitas yang diperlukan untuk
aktivitas dan istirahat
- Dispnea setelah beraktivitas aktivitas yang diinginkan
- Keletihan
 Bantu untuk mendapatkan
- Kelemahan umum
alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
 Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
 Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
  Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

21
B. Saran

22
DAFTAR PUSTAKA

Huether, Sue E, dan McCance, Kathryn L. 2017. Buku Ajar Patofisiologi Edisi 6 Volume 2.
Singapura: Elsevier.

Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi: Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.

Ganong F.W. 2003. Temperature Regulation. Review of Medical Physiology. 21st edition.
San Francisco. Lange Medical Book Mc Graw Hill. 254-259.

Guyton C.A., Hall E.J. 1997. Pengaturan Suhu. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta.EGC.1141-1155.

NANDA 2018, Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020,


NANDA International, Indonesia

Sukresno, Agoes Amin.2013. Abses Paru.pdf.


https://www.scribd.com/doc/179571798/Abses-Paru-pdf, diakses pada jumat 4
september 2020 pukul 18.00

Wulansari, Andrias.2012. Askep Abses Paru. https://www.scribd.com/doc/94767572/Askep-


Abses-paru, diakses pada jumat 4 september 2020 pukul 18.15

Putra, Gede Mei.2016. Makalah Abses Paru.


https://www.scribd.com/doc/305458628/Makalah-Abses-Paru, diakses pada jumat
4 september 2020 pukul 18.30

Adrian, kevin.2020. Memahami Penyebab,Gejala dan Cara Mengatasi Abses Paru,


https://www.alodokter.com/memahami-penyebab-gejala-dan-cara-mengatasi-abses-
paru, diakses pada sabtu 5 september 2020 pukul 12.30

Ervinda,Rivantyas Putri. 2016. Abses Paru dan Hematotorak.


https://www.academia.edu/16998942/ABSES_PARU_DAN_HEMATOTORAK.
Diakses pada Minggu, 6 September 2020 Jam 01.37.

Anda mungkin juga menyukai