Anda di halaman 1dari 5

NAMA : AHMAD AFIF AFANDI

NIM : 19050524002
PRODI : S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN 2019

TINJAUAN PENGARUH UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA TERHADAP


PENDIDIKAN VOKASI DAN KEJURUAN
ABSTRAK
Undang-Undang Cipta Kerja atau disingkat UU Ciptaker adalah rancangan undang-
undang (RUU) di Indonesia yang telah disahkan oleh DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) pada
tanggal 5 oktober 2020 yang bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan
investasi. asing dan dalam negeri dengan mengurangi persyaratan peraturan untuk izin usaha
dan pembebasan tanah. Undang-Undang Cipta Kerja menuai kritik karena dikhawatirkan akan
merugikan hak-hak pekerja dengan alasan banyak pasal yang dianggap tidak jelas. Oleh karena
itu tinjauan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dampak kedepannya yang akan
terjadi terhadap bidang pendidikan vokasi dan kejuruan. Karena vokasi dan kejuruan memang
untuk terjun langsung ke industri. Sehingga diharapkan dapat memberikan pandangan
sehingga dapat mengetahui langkah yang diambil guna menyikapi dampak yang dihasilkan
dari UU CIPTA KERJA sehingga tidak merugikan baik bagi pekerja maupun perusahaan.

Kata kunci : UU Cipta Kerja, Pendidikan vokasi, pendidikan kejuruan

Pendahuluan
Istilah omnibus law pertama kali muncul dalam pidato pertama Joko Widodo setelah dilantik
sebagai Presiden RI untuk kedua kalinya, Minggu (20/10/2019). Dalam pidatonya, Jokowi menyinggung
sebuah konsep hukum perundang-undangan yang disebut omnibus law. Saat itu, Jokowi
mengungkapkan rencananya mengajak DPR untuk membahas dua undang-undang yang akan menjadi
omnibus law. Pertama, UU Cipta Lapangan Kerja, dan UU Pemberdayaan UMKM.

Dalam Omnibus Law ini ada 11 klaster yang menjadi pembahasan dalam Omnibus Law RUU Cipta Kerja,
yaitu:

1. Penyederhanaan perizinan tanah.


2. Persyaratan investasi.
3. Ketenagakerjaan.
4. Kemudahan dan perlindungan UMKM.
5. Kemudahan berusaham.
6. Dukungan riset dan inovasim.
7. Administrasi pemerintahan.
8. Pengenaan sanksi.
9. Pengendalian lahan.
10. Kemudahan proyek pemerintah.
11. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Sementara itu pada hari Selasa (6/10/2020) UU Cipta Kerja, yang baru saja disahkan, terdiri atas 15 bab
dan 174 pasal. Di dalamnya mengatur berbagai hal, mulai dari ketenagakerjaan hingga lingkungan hidup.

Berdasarkan kondisi yang dipaparkan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut, meliputi :

1. Apa yang dimaksud dengan “Omnibus law” Cipta kerja? dan penjelasan pasal yang dianggap
kontroversi dibandingkan dengn UU Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003!

2. Dampak yang mungkin diterima dengan diterapkannya UU Cipta Kerja bagi lulusan pendidikan vokasi
dan/ atau pendidikan kejuruan (SMK, dan sederajat)!

PEMBAHASAN
1. Omnibus law Cipta Kerja

UU baru yang menggabungkan regulasi dan memangkas beberapa pasal dari undang-
undang sebelumnya termasuk pasal tentang ketenagakerjaan menjadi peraturan perundang-
undangan yang lebih sederhana. Namun dalam pengesahan ini terdapat beberapa UU yang
dianggap tidak jelas dan dapat merugikan pekerja. Sehingga menimbulkan perdebatan baik
dikalangan mahasiwa, buruh, dan masyarakat maupun di kalangan anggota DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat) sendiri.

Berikut merupakan UU yang dianggap tidak jelas dibandingkan dengan UU Ketenagakerjaan


No.13 2003 yang dirasa memiliki dampak terhadap lulusan dari pendidikan vokasi dan juga
pendidikan kejuruan:

1. Upah minimum Provinsi, Kabupaten, dan Kota


Pada pasal 89 UU Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003 dijelaskan mengenai upah
minimum berdasarkan sektor wilayah provinsi atau kabupaten/kota. Sedangkan
dalam UU Cipta Kerja yang merupakan revisi dari pasal 88 dan 89 dengan
menyelipkan pasal 88C menjelaskan mengani Gubenur wajib menetapkan upah
minimum provinsi dan meniadaka upah minimum sektoral kabupaten atau kota.
2. Tenaga kerja asing
Dalam pasal 42 ayat 1 dan pasal 43 ayat 1 di UU Ketenagakerjaan membahas
mengani syarat mengenai perekrutan tenaga kerja asing. Dan juga untuk pasal 44
ayat 1 membahas bahwa pekerja asing wajib mematuhi ketentuan mengenai
Tinjauan Pengaruh UU Cipta Kerja Terhadap Pendidikan Vokasi dan Kejuruan 4
jabatan dan standart yang berlaku. Sedangkan di dalam UU Cipta kerja pasal 44
mengenai kewajiban TKA menaati ketentuan mengenai jabatan dan kompetensi
dihapus.
3. Waktu kerja
Dalam UU Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003, ketentuan dalam pasal 79
menjelaskan:
a. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu
atau 2(dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu
b. Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada
tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang
telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus-menerus pada perusahaan yang
sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat
tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap
kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.
Dalam UU Cipta kerja omnibus law sebagai berikut :
a. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu.
b. UU Cipta Kerja Omnibus Law tidak mencantumkan istirahat panjang dua bulan
setelah masa kerja enam tahun berturut-turut di perusahaan yang sama.
4. Cuti menjalankan ibadah keagamaan
Dalam UU Ketenagakerjaan cuti menjalankan ibadah keagamaan diatur sebagaiman
seperti berikut “pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya
kepada pekerja/ buruh untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh
agamanya”. Namun dalam UU Cipta Kerja hal tersebut tidak diatur melainkan hanya
disebutkan jatah cuti tahunan minimal 12 hari kerja, diluar istirahat dan cuti,
perusahaan tertentu dapat memberikan istirahat panajng yang diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, dan perjanjian kerja bersama
5. Status kerja
Dalam UU Ketenagakerjaan No.13 tahub 2003 pasal 59 mengatur perjanjian kerja
waktu tertentu (PKWT) terhadap pekerja itu maksimal dilakukan selama 2 tahun,
lalu boleh diperpanjang kembali dalam waktu 1 tahun. Di dalam UU Cipta Kerja
pasal 59 yang mngatur tentang syrat pekerja waktu tertentu atau pekerja kontrak
dihapus. Sehingga menimbulkan asumsi bahwa pekerja dapat dikontrak seumur
hidup.

Di atas merupakan pasal-pasal yang dianggap bermasalah dan dianggap memiliki dampak
terhadap keberlangsungan lulusan dari pendidikan vokasi mapun pendidikan kejuruan (SMK). Oleh
karena itu berikut merupakan paparan mengenai dampak yang bisa muncul dari terbentuknya undang-
undang Cipta kerja terhadap lulusan pendidikan vokasi dan kejuruan:

1. Dalam Upah minimum Provinsi, Kabupaten, dan Kota dapat mengakibatkan dampak positif dan
negative. Dampak positif nya sendiri yaitu kita bisa melihat bahwa upah perbulan di sama
ratakan sehingga secara tidak langsung bisa menerapkan sila ke 5 dari Pancasila. Sedangkan
dampak negative nya yaitu dapat memperburuk perekonomian masyarakat karena kebutuhan di
tiap daerah itu berbeda jadi kalau di sama ratakan maka akan sangat menyiksa masyarakat yang
sebelumnya berada di daerah perekonomian tinggi.
2. Untuk mengenai kebijakan tenaga asing sendiri berdampak buruk karena akan mengurangi
tenaga kerja local yang seharusnya bisa bekerja tidak bisa bekerja karena kalah saing dengan
pekerja asing.
3. Ditinjau pada pasal yang membahas mengenai waktu kerja dalam UU Cipta Kerja memungkinkan
untuk terjadinya kejenuhan dalam bekerja, sehinggan mengurangi dari keefektifisan dari pekerja
tersebut.
4. Dalam hal ini aturan mengenai cuti ibadah di UU Cipta Kerja tidak dijelaskan melainkan hanya
diatur minimal 12 hari kerja dan seterusnya. Hal ini bisa menimbulkan pertikaian dikarnakan
dalam hal ibadah itu sangat wajib dlakukan.
5. Dalam hal ini tidak di jelaskan secarah jelas mengenai kerja kontrak di hapus sehingga dapat
menimbulkan asumsi masyarakat bahwa akan di berlakukan kontrak seumur hidup, hal ini juga
berdampak pada pekerja yang baru lulus dari vokasi maupun kejuruan yang dapat mematahkan
semangat muda nya dan tidak membiarkan mereka bereksplorasi dan berkembang.

KESIMPULAN

Omnibus law adalah suatu Undang-Undang (UU) yang dibuat untuk menyasar satu isu besar yang
mungkin dapat mencabut atau mengubah beberapa UU sekaligus sehingga menjadi lebih
sederhana. Istilah hukum tersebut belakangan ini sedang marak di Indonesia. Pasalnya, pemerintah
Indonesia sedang menyusun omnibus law yang tujuan akhirnya untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi nasional. Ada tiga hal yang disasar pemerintah, yakni UU perpajakan, cipta lapangan kerja, dan
pemberdayaan UMKM.

REFERENSI
https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Cipta_Kerja#:~:text=Undang%2DUndang%20Cipta
%20Kerja%20atau,dalam%20negeri%20dengan%20mengurangi%20persyaratan

https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/06/104500965/apa-itu-omnibus-law-cipta-kerja-isi-dan-
dampaknya-bagi-buruh?page=all

https://www.google.com/search?q=Widiyani+Rosmha
%2C+2020%2C+Isi+UU+Cipta+Kerja+Omnibus+Law+VS+UU+Ketenagakerjaan%2C+Ini+Bedanya
%2C+detikNews%2C+19+Oktober+2020%2C+%3Chttps%3A%2F%2Fnews.detik.com%2Fberita%2Fd-
5210107%2Fisi-uu-cipta-kerja-omnibus-law-vs-uuketenagakerjaan-ini-bedanya
%3E&oq=Widiyani+Rosmha%2C+2020%2C+Isi+UU+Cipta+Kerja+Omnibus+Law+VS+UU+Ketenagakerjaan
%2C+Ini+Bedanya%2C+detikNews%2C+19+Oktober+2020%2C+%3Chttps%3A%2F%2Fnews.detik.com
%2Fberita%2Fd-5210107%2Fisi-uu-cipta-kerja-omnibus-law-vs-uuketenagakerjaan-ini-bedanya
%3E&aqs=chrome..69i57.1052j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

https://yoursay.suara.com/news/2020/03/31/152344/efek-omnibus-law-untuk-ketenagakerjaan-dan-
pendidikan

Anda mungkin juga menyukai