Anda di halaman 1dari 18

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENYAKIT INFEKSI, TINGKAT PENGETAHUAN GIZI IBU DAN


POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAPOIALA KAB.KONAWE

OLEH : ANGGI SAPITRI

NIM:P00313016002

KEMENTERIANKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PRODI D-IVGIZI
TAHUN 2020

1
2
HUBUNGAN PENYAKIT INFEKSI, TINGKAT PENGETAHUAN GIZI IBU DAN
POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAPOIALA KAB. KONAWE

RINGKASAN

Anggi Sapitri
Di bawah bimbingan Purnomo Leksono dan Rasmaniar
Latar Belakang : Stunting adalah anak balita dengan masalah gizi kronik. Keadaan ini
dipresentasikan dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 standar
deviasi (SD) berdasarkan standar pertumbuhan. Persentase anak balita stunting di Sultra pada
tahun 2017 sebesar 36,4%, di kabupaten konawe sebesar 29,6% (PSG, 2017). Dampak stunting
adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan
gangguan metabolisme dalam tubuh (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional study dan telah dilaksanakan pada bulan maret di desa ulu lalimbue, desa
lalonggobuno dan desa tani indah. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 35 balita.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara sistem random sampling.
Hasil : Penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 54,3% (n=19) balita berjenis kelamin
perempuan, sebanyak 57,1% (n=20) balita berusia dalam kategori 12 - 36 bulan, sebanyak
51,4% (n=18) balita berstatus gizi stunting, sebanyak 31,4% (n=1) balita menderita penyakit
infeksi, sebanyak 85,7% (n=30) ibu yang mempunyai pengetahuan gizi kurang, ada hubungan
(p=0,015) signifikan antara penyakit infeksi dengan status gizi balita, tidak ada hubungan
(p=0,129) signifikan antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi balita dan tidak ada
hubungan (p=0,238) signifikan antara pola makan dengan status gizi anak.
Kata Kunci : Status Gizi, Penyakit Infeksi, Pengetahuan Ibu Dan Pola Makan

3
The Relationship Of Infectious Disease Levels Of Maternal Knowledge And Eating Patterns
With The Incidence Of Stunting In Children Under Five In The Working Area Of The
District Health Center Kapoiala Konawe

ABSTRACK
Anggi Sapitri
Background : Stunting is a toddler with chronic nutrition problems. This situation is presented
with a height z-score by age (TB / U) less than -2 standard deviations (SD) based on growth
standards. The percentage of children under five years old stunting in Southeast Sulawesi in
2017 was 36.4%, in Konawe district at 29.6% (PSG, 2017). The impact of stunting is disruption
of brain development, intelligence, physical growth disorders, and metabolic disorders in the
body (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Method : This research was a descriptive analytic study with a cross sectional study approach
and was carried out in March in the villages of Ulu Limbimbue, Lalonggobuno and Desa Tani
Indah. The sample used in this study is 35 toddlers. The sampling technique is carried out by
means of a random sampling system.
Result : This study showed that 54,3% (n = 19) toddlers were female, 57,1% (n = 20) toddlers
aged 12 - 36 months, 51,4% (n = 18) stunting nutritional toddlers, as much as 31,4% (n = 1)
infants suffering from infectious diseases, as much as 85,7% (n = 30) mothers who have less
nutritional knowledge, there is a significant (p = 0,015) relationship between infectious
diseases and status Under-fives nutrition, there is no significant relationship (p =0,129)
between mother's nutritional knowledge and under-fives nutrition status and there is no
significant relationship (p = 0,238) between diet and child nutritional status.
Keyword : Nutritional Status, Infectious Diseases, Maternal nutritional Knowledge and dietary
habit

4
PENDAHULUAN sebesar 29,6% (PSG,2017). Apabila
Stunting atau anak balita pendek adalah dibandingkan dengan tahun 2018 besaran
anak balita dengan masalah gizi kronik. masalah balita stunting di Sultra
Keadaan ini dipresentasikan dengan nilaiz- mengalami penurunan dari 36,4% menjadi
score tinggi badan menurut umur (TB/U) 22%. Besaran masalah anak balita stunting
kurang dari-2 standar deviasi (SD) di Sultra dengan menggunakan batasan
berdasarkan standar pertumbuhan. Prevalensi WHO terdapat 13 kabupaten pada katagori
stunting menjadi masalah kesehatan masalah serius (>30%) dan hanya 3
masyarakat jika prevalensinya lebih dari20% kabupaten pada katagori bermasalah (20-
(WHO). Dan apa bila prevalensi 30% ke atas 30%) (PSG,2017). Hasil pemantauan status
merupakan masalah kesehatan masyarakat gizi pada Juli 2019 diPuskesmas
yang serius (BALITBANGKES ,2019). Kecamatan Kapoiala ditemukan masalah
Pada tahun 2007 menunjukan prevalensi stunting sebesar 43,2% terdiri dari anak bali
anak balita pendek diindonesia sebesar tapendek sebesr 28,2% dan sangat pendek
36,8%. Kemudian pada tahun 2010 terjadi sebesar15% (Laporan Pemantauan PSG
sedikit penurunan 35,6%. Namun pada PKM Kapoiala 2019). Stunting merupakan
tahun 2013 kembali meningkat yaitu menjadi ancaman utama terhadap kualita smanusia
37,2% (Riskesdas2013). Kemudian pada indonesia, juga ancaman terhadap
tahun 2015 yaitu 29%. Angka ini mengalami kemampuan daya saing bangsa. Hal ini
penurunan pada tahun 2016 menjadi 27,5%. dikarenakan stunted, bukan terganggu
Namun prevalensi anak balita pendek pertumbuhan fisiknya (bertumbuh
kembali meningkat menjadi 29,6% pada pendek/stunting )saja, melainkan juga
tahun 2017 (PSG2017) dan pada tahun 2018 terganggu perkembangan otaknya, yang
anak balita pendek dan sangat pendek mana tentu akan sangat mempengaruhi
mencapai 30,8% (Riskesdas 2018). kemampuan dan prestasi disekolah, juga
Persentase anak balita stunting di produktivitas dan kreativitas diusia-usia
Sultra pada tahun 2017 sebesar 36,4% produktif (Depkes,2018). Dampak stunting
dengan kabupaten yang tertinggi adalah adalah terganggunya perkembangan otak,
buton tengah sebesar 48,8% dan yang kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik,
terendah kabupaten wakatobi sebesar dan gangguan metabolism dalam tubuh
26,4%. Sedangkan di kabupaten konawe (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

5
Menurut kerangka UNICEF(1992) penelitian Mentari dkk (2018). Pola
dalam Supariasa, Bakri dan Fajar, (2016) makan mempunyai hubungan terhadap
masalah gizi dipengaruhi factor langsung kejadian stunting pada anak balita.Pola
dan faktor tidak langsung. Faktor langsung makan sangat berperang penting dalam
yaitu asupan makanan dan penyakit infeksi proses pertumbuhan pada anak balita,
yang keduanya saling berkaitan. Kurangnya karena dalam makanan banyak
asupan makanan dapat menyebabkan tubuh mengandung gizi. Jika pola makan anak
mudah terserang penyakit infeksi bahkan tidak tercapai dengan baik, maka
memperparah kondisi penyakit infeksi, dan pertumbuhan anak balita juga akan
begitu juga sebaliknya. Selain itu ada pula terganggu, tubuh kurus, gizi buruk, dan
faktor tidak langsung yaitu ketersediaan juga stunting.
pangan, pola asuh anak, lingkungan dan Data status gizi balita di Puskesmas
pelayanan kesehatan. Kecematan Kapoiala jumlah sasaran anak
Penyakit infeksi Dalam penelitian balita sebayak 227, jumlah anak balita
Aridiyah(2015) menyatakan bahwa pendek 64 dengan persentase (28,2%), dan
penyakit infeksi dapat menurunkan asupan jumlah anak balita yang sangat pendek 34
makanan, mengganggu absorbsi zat gizi, orang dengan persentase (15%). Data
menyebabkan hilangnya zat gizi secara dipuskesmas kecematan kapoiala balita
langsung, dan meningkatkan kebutuhan stunting menjadi masalah serius karena
metabolik. Sehingga dapat menurunkan dengan menggunakan batasan WHO
asupan makanan dan mengganggu absorbsi puskesmas kecematan kapoiala masuk
zat gizi,yang meningkatkan resiko katagori masalah serius (> 30%) yaitu
terjadinya stunting. dengan prevalensi43,2%.
Tingkat pengetahuan gizi ibu akan Berdasarkan gambaran tersebut, maka
berpengaruh pada sikap dan perilakunya peneliti tertarik untuk meneliti ―Hubungan
dalam memilih makanan dan berdampak Penyakit Infeksi, Tingkat Pengetahuan Gizi
pada status gizi anak. Kejadian stunting Ibu, dan Pola Makan, Dengan Kejadian
pada anak balita terkait dengan asupan zat Stunting Pada Anak Balita Di Wilayah
gizinya. Ibu mempunyai peran yang penting Kerja Puskesmas Kapoiala Kab.Konawe
terhadap perubahan dan perubahan Tahun 2019‖
masukan zat gizi pada anak balita. Dalam

6
METODE PENELITIAN puskesmas kapoiala sebesar sebesar 4106
Penelitian ini merupakan penelitian jiwa, terdiri dari laki-laki 2031 jiwa dan
deskriptif analitik dengan pendekatan cross perempuan 1975 jiwa.
sectional study. Penelitian ini akan 2. Analisis Univariat
dilaksanakan pada bulan Maret 2020 di
A. Karakteristik Sampel
wilayah Kerja Puskesmas Kapoiala
Gambaran karakteristik Sampel pada
Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi
penelitian ini lebih jelasnya dapat di lihat
Tenggara. Populasai penelitian adalah
distribusi Sampel dibawah ini:
anak balita pada 3 desater pilih di wilayah
Tabel 1
Kerja Puskesmas Kapoiala sebanyak 56 Distribusi Sampel berdasarkan Jenis
Kelamin Balita Dengan Kejadian
anak balita (Data PSG Puskesmas Kapoila
Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas
2019). Pemilihan sampel anak balita Kapoiala Kabupaten Konawe
dilakukan dengan cara proposional simple Jenis Kelamin N %
random sampling. Sampel penelitian adalah Balita
anak balita yang berdomisilih dan menetap Laki – Laki 16 45,7
diwilayah kerja Puskesmas Kapoiala. . Perempuan 19 54,3
Adapun teknik penentuan besar sampel Jumlah 35 100
menggunakan formula sloving. Sumber : Data Primer diolah 2020

HASIL Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa


1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian sebagian besar sampel berjenis kelamin
Puskesmas kapoiala merupakan sebuah perempuan atau sebanyak 54,3%.
puskesmas di kabupaten konawe sulawesi
Tabel 2
tenggara. Puskesmas kapoiala menaungi 14 Distribusi Sampel berdasarkan Umur
desa dan 1 kelurahan yakni desa lamendora, Balita Dengan Kejadian Stunting Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kapoiala
kelurahan kapoiala, desa sambaraasi, desa Kabupaten Konawe
labotoy, desa pereoa, desa lalimbue, desa
Umur Balita N %
muara sampara, desa ulu lalimbue, desa
12 – 36 bln 20 57,1
lalimbue jaya, desa tani indah, desa
37 – 59 bln 15 42,9
tombawatu, desa kapoiala baru, desa labotoy
Jumlah 35 100
jaya, desa lalonggobuno dan desa labota.
Sumber : Data Primer diolah 2020
jumlah jiwa yang telah di data oleh
7
Dari table 2 diatas terlihat bahwa rentang Tabel 4
Distribusi Sampel berdasarkan Penyakit
umur terbanyak menjadi Sampel adalah
Infeksi Balita Dengan Kejadian Stunting
dalam kategori 12-36 bulan (57,1%). Di Wilayah Kerja Puskesmas Kapoiala
Kabupaten Konawe
B. Status Gizi
Penyakit Infeksi N %
Data status gizi diperoleh dari
Menderita 11 31,4
pengukuran antropometri dengan
Tidak Menderita 24 68,6
menggunakan kuesioner. Data status gizi
Jumlah 35 100
yang digunakan adalah dengan indikator
Sumber : Data Primer diolah 2020
TB/U. Berikut ini adalah tabel yang Dari tabel 4 menunjukkan bahwa dari 35
menyajikan distribusi menurut status gizi : Sampel terdapat 31,4% atau sebanyak 11
Tabel 3 balita yang menderita penyakit infeksi.
Distribusi Sampel berdasarkan Status
Gizi Balita Dengan Kejadian Stunting Di D.Pengetahuan Gizi
Wilayah Kerja Puskesmas Kapoiala Data pengetahuan gizi ibu Anak Balita
Kabupaten Konawe
diperoleh dari kuesioner melalui wawancara
Status Gizi (TB/U) N % dengan mengskor jawaban yang ibu jawab.
Stunting 18 51,4 Hasil yang diperoleh kemudian dibagi
Normal 17 48,6 menjadi dua kategori yang terdiri dari baik
Jumlah 35 100 dan kurang. Distribusi pengetahuan gizi ibu
Sumber : Data Primer diolah 2020 Anak Balita akan dipaparkan dalam tabel
Dari table 3 di atas menunjukkan bahwa berikut :
dari 35 sampel sebanyak 18 balita stunting Tabel 5
atau sebanyak 51,4%. Distribusi Sampel berdasarkan
Pengetahuan Gizi Ibu Balita Dengan
C. Penyakit Infeksi Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja
Data penyakit infeksi diperoleh dari Puskesmas Kapoiala Kabupaten Konawe
Pengetahuan Gizi N %
kuesioner yang di isi oleh ibu balita. Hasil
Baik 5 14,3
yang diperoleh kemudian dibagi menjadi
Kurang 30 85,7
dua kategori yang terdiri menderita dan
Jumlah 35 100
tidak menderita. Distribusi riwayat penyakit
Sumber : Data Primer diolah 2020
infeksi akan dipaparkan dalam tabel berikut Dari tabel 5 menunjukkan bahwa dari 35
: Sampel terdapat 85,7% atau sebanyak 30 ibu

8
balita yang mempunyai pengetahuan gizi metode crosstabulation. Data tersebut untuk
yang kurang. lebih jelasnya dilihat pada tabel berikut :
E. Pola Makan Tabel 7
Distribusi Hubungan Penyakit Infeksi
Data pola makan diperoleh berdasarkan
dengan Status Gizi (Stunting) Pada Anak
jawaban responden dengan kriteria objektif Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kapoiala Kabupaten Konawe.
dimana digunakan dua kategori, yakni Baik
( ≥ Nilai median ) dan Kurang ( < Nilai
median ). Berikut ini adalah tabel yang
menyajikan distribusi menurut pola makan :
Tabel 6
Distribusi Sampel berdasarkan Pola
Makan Balita Dengan Kejadian Stunting
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kapoiala
Kabupaten Konawe
Pola Makan N %
Baik 13 37,1 Dari tabel 7 menunjukkan bahwa dari 9
Kurang 22 62,9 sampel yang menderita penyakit infeksi ada
Jumlah 35 100 25,7% balita stunting dan dari 9 sampel
Sumber : Data Primer diolah 2020 yang tidak menderita penyakit infeksi ada
Dari tabel 6 menunjukkan bahwa dari 35
25,7% balita stunting.
Sampel terdapat 62,9% atau sebanyak 22
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai
balita yang mempunyai pola makan yang
p=0,015 yang berarti ada hubungan
kurang.
signifikan antara penyakit infeksi dengan
3. Analisis Bivariat
status gizi (stunting) pada anak balita di
a. Distribusi Hubungan Penyakit Infeksi wilayah kerja puskesmas kapoiala kabupaten
dengan Status Gizi (Stunting) Pada
konawe.
Anak Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kapoiala Kabupaten b. Distribusi Hubungan Pengetahuan
Konawe Gizi Ibu dengan Status Gizi (Stunting)
Data hubungan penyakit infeksi dengan Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kapoiala Kabupaten
status gizi (stunting) diperoleh dengan
Konawe
menganalisis variabel bebas dengan variabel Data pengetahuan gizi ibu dengan status
terikat menggunakan uji deskriptif statistik gizi (stunting) diperoleh dengan
menganalisis variabel bebas dengan variabel

9
terikat menggunakan uji deskriptif statistik Data pola makan dengan status gizi
metode crosstabulation. Data tersebut untuk (stunting) diperoleh dengan menganalisis
lebih jelasnya dilihat pada tabel berikut : variabel bebas dengan variabel terikat
Tabel 8 menggunakan uji deskriptif statistik metode
Distribusi Hubungan Pengetahuan Gizi
cross tabulation. Data tersebut untuk lebih
Ibu dengan Status Gizi (stunting) Pada
Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas jelasnya dilihat pada tabel berikut :
Kapoiala Kabupaten Konawe
Tabel 9
Distribusi Hubungan Pola Makan dengan
Status Gizi (Stunting) Pada Anak Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kapoiala
Kabupaten Konawe

Dari tabel 8 menunjukkan bahwa dari 1


sampel yang pengetahuan gizi ibu yang baik
ada 2,9% balita stunting dan dari 17 sampel
yang pengetahuan gizi ibu yang kurang ada Dari tabel 9 menunjukkan bahwa dari 5
48,5% balita stunting. sampel yang pola makannya baik ada 14,3%
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai balita stunting dan dari 13 sampel yang pola
p=0,129 yang berarti tidak ada hubungan makannya kurang ada 37,1% balita stunting.
signifikan antara pengetahuan gizi ibu Dari hasil uji statistik diperoleh nilai
dengan status gizi (stunting) pada anak p=0,238 yang berarti tidak ada hubungan
balita di wilayah kerja puskesmas kapoiala signifikan antara pola makan dengan status
kabupaten konawe. gizi (stunting) pada anak balita di wilayah
c. Distribusi Hubungan Pola Makan kerja puskesmas kapoiala kabupaten
dengan Status Gizi (Stunting) Pada konawe.
Anak Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kapoiala Kabupaten
Konawe

10
PEMBAHASAN penelitian adhi, dkk (2016) yang
1. Status Gizi menyatakan bahwa lebih sedikitnya sampel
Stunting merupakan indikator status gizi yang mengalami gangguan pertumbuhan
kronis yang dapat memberikan gambaran atau stunting yang disebabkan oleh penyakit
status sosial ekonomi di masa lampau. infeksi dengan prevalensi 40,63%.
Pendek merupakan suatu bentuk adaptasi Gizi kurang dan infeksi kedua-duanya
fisiologis pertumbuhan. Ada dua penyebab dapat bermula dari kemiskinan dan
utama pendek yaitu konsumsi yang tidak lingkungan yang tidak sehat serta sanitasi
adekuat di masa lampau dan respon yang yang buruk. Selain itu juga diketahui bahwa
tinggi terhadap penyakit infeksi. Apabila infeksi yang menghambat reaksi imunologis
terjadi kekurangan pangan dalam jangka yang normal dengan menghabiskan energi
panjang, maka manusia akan beradaptasi tubuh. Apabila balita tidak memiliki
sehingga jumlah asupan gizi yang ada cukup imunitas terhadap penyakit, maka balita
untuk memenuhi pertumbuhannya. akan lebih cepat kehilangan energi tubuh
Akibatnya seseorang akan memperlambat karena penyakit infeksi, sebagai reaksi
pertumbuhannya. Demikian juga dengan pertama akibat adanya infeksi adalah
adaptasi terhadap infeksi. Apabila terjadi menurunnya nafsu makan anak sehingga
infeksi yang tinggi, maka seseorang akan anak menolak makanan yang diberikan
berusaha mempertahankan diri dengan ibunya. Penolakan terhadap makanan berarti
menggunakan sumber-sumber zat gizi yang berkurangnya pemasukan zat gizi dalam
ada. Akibatnya zat-zat gizi yang digunakan tubuh anak.
untuk pertumbuhan juga akan berkurang, Dari uraian diatas dapat disimpulkan
sehingga dia akan tumbuh secara minimal bahwa imunisasi dasar sangat penting bagi
(Sudiman, 2008). imunitas balita, dimana sesuai dengan target
Hasil penelitian yang dilakukan nasional bahwa imunisasi dasar lengkap
menunjukkan bahwa dari 35 sampel terdapat harus mencapai target sampai 100,0%.
51,4% atau sebanyak 18 balita stunting. Karena anak yang tidak diimunisasi secara
2. Penyakit Infeksi lengkap akan terdapat gangguan kekebalan
Hasil penelitian ini menujukkan bahwa tubuh terhadap penyakit infeksi karena
sebagian besar sampel tidak menderita produksi antibodi menurun mengakibatkan
penyakit infeksi, hal ini sejalan dengan mudahnya bibit penyakit masuk, hal dapat

11
mengganggu produksi berbagai jenis enzim dalam kategori kurang sebanyak 85,7%.
untuk pencernaan makanan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Makanan tidak dapat dicerna dengan Andriani,(2017) menunjukkan bahwa
baik dan ini berarti penyerapan zat gizi akan sebagian besar pengetahuan gizi ibu Anak
mengalami gangguan sehingga dapat Balita baik atau sebanyak 81,8%, 18,2%
memperburuk keadaan gizi. Sebagai reaksi pengetahuan gizi ibu Anak Balita kurang.
pertama pada tubuh anak adalah Penelitian ini tidak sejalan dengan
berkurangnya nafsu makan sehingga anak penelitian yang dilakukan oleh Andriani,
menolak makanan yang diberikan ibunya, (2017) penelitian sebelumnya menunjukan
penolakan terhadap makanan berarti lebih tinggi presentase pengetehuan gizi ibu
berkurangnya pemasukan zat gizi ke dalam yang baik sedangkan berdasarkan hasil
tubuh anak. Dampak akhir dari penelitian ini menunjukan bahwa lebih
permasalahan ini adalah gagalnya tinggi presentase pengetahuan gizi ibu yang
pertumbuhan optimal yang sesuai dengan kurang dibanding pengetahuan gizi ibu yang
laju pertambahan umur, sehingga akan baik,dalam hal ini berarti sebagian besar ibu
mempertinggi prevalensi stunting. Anak Balita mempunyai pengetahuan gizi
3. Pengetahuan Gizi Ibu yang kurang.
Tingkat pengetahuan ibu yang kurang
Pengetahuan gizi adalah sesuatu yang
disebabkan karena ibu kurang memperoleh
diketahui tentang makanan dalam
pengetahuan tentang gizi yang baik bagi
hubungannya dengan kesehatan optimal. pertumbuhan dan perkembangan Anak
Balitanya yang berdampak pada aplikasi
Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan
dalam hal pemberian gizi karena kurang
tentang pemilihan dan konsumsi sehari-hari
tersedianya akses, fasilitas informasi, serta
dengan baik dan memberikan semua zat gizi rendahnya pendidikan yang diperoleh oleh
ibu (Mubarak, 2018).
yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.
4. Pola Makan
Pemilihan dan konsumsi bahan makanan
Konsumsi pangan adalah berbagai
berpengaruh terhadap status gizi seseorang. informasi yang memberikan gambaran
mengenai jumlah dan jenis pangan (tunggal
Berdasarkan hasil penelitian ini
atau beragam) yang dimakan / dikonsumsi
menunjukan bahwa pengetahuan gizi ibu
12
seseorang atau kelompok orang dengan yang susunan zat-zat gizi makro dan mikro
tujuan tertentu pada waktu tertentu di dalam makanan lengkap, serta makanan
(Hardiansyah & Martianto, 1992). Konsumsi selingan yang berada dalam keseimbangan
pangan akan mempengaruhi kemampuan (Susanto, 1995).
seseorang dalam melakukan pekerjaan Hasil analisis menunjukkan bahwa
sehingga kecukupan konsumsi pangan perlu sebagian besar pola makan balita di wilayah
mendapat perhatian (Hardiansyah & kerja puskesmas kapoiala sebanyak 62,9%
Briawan, 1994). (22 balita). Baik buruknya pola makan balita
Pola makan adalah tingkah laku manusia dapat diperbaiki dengan memperhatikan
atau kelompok manusia dalam memenuhi jumlah makanan, jenis makanan, dan
kebutuhan akan makan yang meliputi sikap, frekuensi makan.
kepercayaan dan pemilihan makanan. pola 5. Distribusi Hubungan Penyakit Infeksi
dengan Status Gizi (Stunting) Pada
makan akan dipengaruhi oleh beberapa hal,
Anak Balita Di Wilayah Kerja
antara lain kesenangan, budaya, agama, taraf Puskesmas Kapoiala Kabupaten
Konawe
ekonomi, lingkungan alam dan sejak dahulu
Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,015
makanan juga dianggap sebagai lambang
yang berarti ada hubungan signifikan antara
kekuasaan dan persahabatan (Khumaidi,
1994). penyakit infeksi dengan status gizi (stunting)
Menurut Suhardjo (1989), pola makan
pada anak balita di wilayah kerja puskesmas
adalah cara individu atau kelompok individu
kapoiala kabupaten konawe. Selanjutnya,
memilih pangan apa yang dikonsumsi
sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, hasil penelitian menujukkan bahwa 25,7%
psikologis dan sosial budaya. Kebiasaan
balita menderita penyakit infeksi.
makan bukanlah bawaan sejak lahir, tetapi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
merupakan hasil belajar. Penerapan pola
makan yang baik dapat diartikan dengan oleh adhi, dkk (2016) yang menyatakan
membiasakan memilih dan mengonsumsi
bahwa lebih sedikitnya sampel yang
makanan-makanan yang memenuhi syarat-
mengalami gangguan pertumbuhan atau
syarat sebagai berikut: bermutu gizi
seimbang atau sesuai dengan kebutuhan stunting yang disebabkan oleh penyakit
tubuh, aman, halal, beraneka ragam, dan
infeksi dengan prevalensi 40,63%.
13
Selanjutnya, berdasarkan penelitian (37,2%) Anak Balita status gizi normal
dengan ibu yang pengetahuanya kurang.
aridiyah(2015) menyatakan bahwa penyakit
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
infeksi dapatmenurunkan asupan
Mubarak,(2018) menunjukan bahwa 47,8%
makanan,menggangguabsorbsi zatgizi, pengetahuan ibu yang kurang memiliki
Anak Balita yang berstatus gizi kurang.
menyebabkan hilangnya zat gizi secara
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
langsung, dan meningkatkan kebutuhan
dilakukan oleh Mubarak,(2018) tetapi hasil
metabolik. penelitian ini menunjukan bahwa Anak
Balita dengan status gizi baik lebih banyak
6. Distribusi Hubungan Pengetahuan
Gizi Ibu dengan Status Gizi (Stunting) berasal dari kelompok ibu yang
Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja
berpengetahuan kurang. Hal ini disebabkan
Puskesmas Kapoiala Kabupaten
Konawe karena pada penelitian tersebut didapatkan
sebagian besar ibu memiliki tingkat
Rendahnya pengetahuan ibu merupakan
pendidikan yang rendah. Pendidikan yang
faktor penting karena mempengaruhi
rendah mempengaruhi tingkat pemahaman
kemampuan ibu dalam mengelola sumber
terhadap pengasuhan anak termasuk dalam
pangan yang ada untuk mendapatkan
hal perawatan, pemberian makanan dan
kecukupan bahan makanan.Pengetahuan
bimbingan pada anak yang akan berdampak
tentang kandungan zat gizi, kegunaan
pada kesehatan dan gizi yang semakin
makanan bagi kesehatan keluarga dapat
menurun (Lestari, dkk.2015)
membantu ibu memilih bahan makanan
7. Distribusi Hubungan Pola Makan
(Sulfiah, 2013).
dengan Status Gizi (Stunting) Pada
Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,129 Anak Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kapoiala Kabupaten
yang berarti tidak ada hubungan signifikan
Konawe
antara pengetahuan gizi ibu dengan status Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,238
gizi (stunting) pada anak balita di wilayah yang berarti tidak ada hubungan signifikan
kerja puskesmas kapoiala kabupaten antara pola makan dengan status gizi
konawe. Tetapi, hasil penelitian menunjukan (stunting) pada anak balita di wilayah kerja
bahwa (48,5%) Anak Balita stunting dengan puskesmas kapoiala kabupaten konawe.
ibu yang pengetahuannya kurang, dan Tetapi, hasil penelitian menunjukkan 37,1%

14
balita stunting yang mempunyai pola makan 1. Ada hubungan antara penyakit
yang kurang. infeksi dengan status gizi (stunting)
Hasil ini berbeda dengan penelitian yang pada anak balita di wilayah kerja
dilakukan oleh Lida (2015) yang puskesmas kapoiala kabupaten
menjelaskan bahwa ada hubungan yang konawe.
signifikan antara pola makan dengan status 2. Tidak ada hubungan antara
gizi anak. Status gizi ditentukan oleh pengetahuan gizi ibu dengan status
kecukupan makanan dan kemampuan tubuh gizi (stunting) pada anak balita di
yang mengandung zat gizi untuk kesehatan. wilayah kerja puskesmas kapoiala
Jika kecukupan konsumsi makanan kurang kabupaten konawe.
akan mempermudah timbulnya penyakit 3. Tidak ada hubungan antara pola
yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan makan dengan status gizi (stunting)
mengakibatkan status gizi menurun pada anak balita di wilayah kerja
(Soetjiningsih, 2010). puskesmas kapoiala kabupaten
Pola makan pada balita berperan penting konawe.
dalam proses pertumbuhan, karena dalam SARAN
makanan banyak mengandung zat gizi. Zat 1. Dianjurkan kepada ibu balita untuk
gizi memiliki keterkaitan yang erat mengikuti kegiatan posyandu tiap
hubungan dengan kesehatan dan kecerdasan bulan agar balita mendapatkan
dan juga tumbuh kembang anak. Jika pola makanan tambahan dan diberikan
makan tidak tercapai dengan baik pada anak konseling untuk menambah
maka masa pertumbuhan akan terganggu. wawasan bagi ibu balita.
Sehingga dapat menyebabkan tubuh kurus, 2. Dianjurkan kepada ibu balita untuk
pendek, bahkan bisa terjadi gizi buruk pada selalu memeriksakan balita oleh
anak usia prasekolah (Proverawati& Asfuah, petugas puskesmas untuk
2010). memantau balita agar tidak
KESIMPULAN menderita penyakit infeksi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dan 3. Melakukan penelitian lebih lanjut
dijabarkan diperoleh kesimpulan, sebagai dengan sampel dan variabel yang
berikut : lebih banyak seperti asupan makan,
dan pendapatan.

15
DAFTAR PUSTAKA Jayarni, D. E. dan Sumarmi, S.
Almatsier, Sunita. 2011. Prinsip Dasar (2018)Hubungan Ketahanan
Ilmu Gizi. Jakarta:Pt. Gramedia Pangan dan Karakteristik
Pustaka Utama. Keluarga Dengan Status Gizi
Balita Usia 2-5
Aridiyah. 2015. Factor-Faktor Yang Tahun(PuskesmasStudi DiWilayah
Mempengaruhi Kejadian Stunting Kerja PuskesmasWonokusumo
Pada Anak Balita DiWilayah Kota Surabaya).AmertaNutrition,
Perdesaan Dan Perkotaan. E- Pp.44-51.
Jurnal Pustaka Kesehatan 3(1):
163-170. Kavle,J.A.etal.(2016)‗Factorsassociatedwit
hearly growthin Egyptianinfants:
Calicioglu, O.etal. (2019) ‗The future Implicationsforaddressingthedualb
challengesof food and agriculture: urdenof malnutrition’,
Anintegrated Analysis 11 of trends Maternaland Child Nutrition,
and solutions’, Sustainability 12(1), pp. 139–151. doi:
(Switzerland), 11(1). 10.1111/mcn.12213
doi:10.3390/su11010222.
Kemenkes RI. 2013.Riset Kesehatan
Cetthakrikul, N. et al. (2018)‘Childhood Dasar;RISKESDAS.Jakarta:Balitb
stunting in Thailand:When ang Kemengkes RI
prolonged breastfeeding
interactswithhouseholdpoverty’,B Kemenkes, R. (2016b) Info DATING Info
MCPediatrics,18(1).doi:10.1186/s1 DATING.
2887-018-1375-5.
Kementrian Kesehatan RI. 2016.Situasi
Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Balita Pendek.Kemenkes RI.
Nasional. Jakarta Jakarta

Depkes RI, 2009. SistemKesehatan Mentari. Syharmianti, Hermansyah, Agus,


Nasional. Jakarta. 2018.Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status
DepkesRI.2011.Target Tujuan Stunting Anak Usia 24-36 Bulan
Pembangunan MDGs. Direktorat DiKecematan Semarang
Jinderal Kesehatan Ibu Dan Anak. Timur.JournalOf Nutrition
Jakarta Collage2012;1(1):176-184

Hoang,V.-N.,Nghiem, S.andVu,X.- Mostafa,I. (2018) ‗Children livinginthes


B.(2019)‗Stunting and academic lumsof Bangladesh facerisks
achievementamong Vietnamese fromunsafe food and water and
children: new evidence from the stunted growth is common’, Acta
young lives survey’, Applied Paediatrica, International Journal
Economics, 51(18), pp. 2001– ofPaediatrics, 107(7), pp. 1230–
2009. doi: 1239. doi: 10.1111/apa.14281.
10.1080/00036846.2018.1537476.

16
Mubarak, 2018. Analisis Faktor yang Oktarina,Z.&Sudiarti,D.T. (2013) Faktor
Berhubungan dengan Status Gizi Risiko Stunting Pada Balita (24—
Anak Balita di Wilayah Pesisir 59 Bulan) DiSumatera (Risk
Kecamatan Soropia.Fakultas Factors of Stuntingamong Children
Kedokteran Universitas Halu Oleo. [24—59 months] in Sumatera).
Kendari
Proverawati, dan Asyfiah, Wati,EK 2010,
Nagari, R. K. &Nindya, T. S. Ilmu Gizi untuk Keperawatan &
(2017)Tingkat Kecukupan Energi Gizi Kesehatan, Penerbit Muha
, Protein Dan Status Ketahanan Medika, Yogyakarta
Pangan Rumah Tangga
Berhubungan Dengan Status Gizi Puspasari,N.dan Andriani,M.(2017)
Anak Usia 6-8 Tahun. Amerta Hubungan Pengetahuan Ibu
Nutr1, 189–197 Tentang Gizi dan Asupan Makan
Balita Dengan Status Gizi
Nainggolan, B. G. Dkk 2019. Hubungan Balita(BB/U) Usia 12-24
Berat Badan Lahir Rendah Bulan.Pp. 369-378.
(BBLR) Dengan Kejadian Stunting
Pada Anak Usia 1-3 Tahun. Vol.3 Rahmatillah, D. K. (2018) Hubungan
Pengetahuan Sikap Dan Tindakan
National Instituteof Health Researchand Terhadap Status Gizi. Amerta
Developmentof Ministry of Nitrition.Pp. 106-112.
Healthofthe Republic of
Indonesia(2019) The 2018 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018).
Indonesia Basic Health Survey Badan Penelitian Dan
(Riskesdas) : National Report. Pengembangan Kesehatan
Jakarta.pp. 279–283. Kementerian Ri Tahun 2018.
doi:10.4103/ijcm.IJCM_151_18.
Ryan, T.(20130). Sample Size
Ngaisyah, R.D.(2016) Hubungan Riwayat Determination And Power. John
Lahir Stunting dan BBLR Dengan Wileyand Sons
Status Gizi Anak Balita Usia1-3
Tahun DiPotorono, Bantul Sa᾿diya. 2015.Hubungan Pola Makan
Yogyakarta. Medika Respati,11 Dengan Status Gizi Anak
(2), Pp51-61 PraSekolah DiPaud Tunas Mulia
Claket Kecamatan Pacet
Nshimyiryo,A.(2019)‘Risk factors for Mojokerto. Midwiferia/Vol. 1:
stunting amongchildren under No2. Mojokerto
fiveyears: A cross sectional
population-basedstudy Sano, Y., Routh, B. and Lanigan, J. (2019)
inRwandausingthe 2015 ‘Food parenting practices in rural
Demographic and Health Survey’, poverty context’, Appetite, 135, pp.
BMC PublicHealth, 19(1). doi: 115–122.doi: 10. 1016 /j.appet.
10.1186/s12889-019-6504-z. 2018.11.024

17
Sinha,R..(2018)‗Determinants of
stunting,wasting,and underweig
htinfivehigh- burden pockets of
four Indian states’,Indian Journal
ofCommunityMedicine, 43(4).

18

Anda mungkin juga menyukai