FITRIA AZIZAH
1910516320009
2020
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel. Enzim
sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika
tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat
hingga pertumbuhan sel juga terganggu. Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri
dapat memperoleh makanan/nutrient dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel,
dan lain-lain. Pada Enzim amilase dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk
maltosa. Ada tiga macam enzim amilase, yaitu α amilase, β amilase dan γ amilase. Yang
terdapat dalam saliva (ludah) dan pankreas adalah α amilase. Enzim ini memecah ikatan 1-4
yang terdapat dalam amilum dan disebut endo amilase sebab enzim ini bagian dalam atau
Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis dalam reaksi-
reaksi biologis. Enzim dapat juga didefenisikan sebagai biokatalisator yang dihasilkan oleh
jaringan yang berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan itu sendiri. Semua enzim
yang diketahui hingga kini hampir seluruhnya adalah protein.Berat molekul enzim pun sangat
Terjadinya penurunan aktivitas enzim dapat dilihat dari hasil hidrolisis substrat yang
dikatalisis. Misalnya, amilum terhidrolisisi menjadi maltosa atau glukosa. Hasil hidrolisis
dapat dibuktikan dengan uji Benedict. Bila positif, berarti amilum terhidrolisis, sehingga
dapat diasumsikan enzim memiliki aktivitas tinggi. Sebaliknya, bila hasilnya negatif, berarti
amilum tidak terhidrolisis karena enzim tidak aktif atau mengalami penurunan aktivitas
(Yazid, 2006).
penelitian maka dapat disimpulkan bahwa enzim adalah suatu protein yang berupa molekul –
molekul besar, yang berat molekulnya adalah ribuan. Sebagai contoh adalah enzim katalase
berat molekulnya 248.000 sedang enzim urese beratnya adalah 438.000. Pada enzim terdapat
bagian protein yang tidak tahan panas yaitu disebut dengan apoenzim, sedangkan bagian
yang bukan protein adalah bagian yang aktif dan diberi nama gugus prostetik, biasanya
berupa logam seperti besi, tembaga , seng atau suatu bahan senyawa organic yang
mengandung logam. Apoenzim dan gugus prostetik merupakan suatu kesatuanyang disebut
holoenzim, tetapi ada juga bagian enzim yang apoenzim dan gugus prospetiknya tidak
menyatu. Contoh koenzim adalah vitamin atau bagian vitamin (misalnya : vitamin B1, B2,
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu, keasaman,
kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum
yang berbeda-beda karena enzim adalah protein yang dapat mengalami perubahan bentuk jika
suhu dan keasaman berubah, diluar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja
secara optimal atau struktur akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim
kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor
adalah molekul yang menurunkan ativasi enzim, sedangkan activator adalah yang
meningkatkan aktifitas enzim. Banyak obat dan racun adalah inhibitor enzim (Soewoto,
2000).
Pengaruh suhu terhadap enzim. Karena struktur protein menentukan aktivitas enzim,
maka jika struktur ini terganggu aktivitas akan berubah. Proses denaturasi protein juga
berlaku untuk protein-protein enzim dan bahan yang mendenaturasi adalah sama. Misalnya
enzim sering memperlihatkan kerapuhan akibat suhu. Jika dipanaskan sehingga kurang lebih
di atas 500C. Kebanyakan, tetapi tidak semua enzim akan terdenaturasi. Denaturasi akibat
suhu tinggi biasanya irreversible karena gaya-gaya ikatan lemah yang penting rusak akibat
meningkatnya getaran termal komponen atau atom-atomnya, suatu fenomena yang merusak
struktur tiga dimensi. Pada kondisi yang tidak menyebabkan denaturasi, kebanyakan enzim
menunjukkan adanya suhu optimum dengan keadaan lainnya sama untuk mencapai aktivitas
Tujuan
enzim.
METODOLOGI
Alat
Percobaan 1
3. Pengaduk
Percobaan 2
2. Rak tabung
3. Pipet tetes
4. Pemanas
Bahan
Percobaan 1
1. Larutan pati
2. Yodium
Percobaan 2
1. Cuka (vinegar)
2. Reagen benedict
3. Air distilasi
4. Larutan pati
5. Amilase
6. Air mendidih
Cara kerja
Percobaan 1
2. Tuang larutan pati ke dalam gelas kimia kecil, bagi menjadi 2 bagian dengan volum
yang sama.
5. Tambahkan 1 tetes yodium pada kedua gelas kimia lalu aduk. Lalu tambahkan kembali
6. Amati.
Percobaan 2
3. Tambahkan vinegar pada tabung A sebanyak 2 tetes lalu kocok. Pada tabung B dan C
4. Tabung B letakkan pada air mendidih untuk beberapa saat lalu angkat.
9. Amati.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel A : Percobaan 1
No Larutan Keterangan
Tabel B : Percobaan 2
Pembahasan
Enzim berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat atau meningkatkan kecepatan
reaksi kimia dengan jalan menurunkan energi aktivasinya. Di sisi lain, untuk meningkatkan
kecepatan reaksi kimia dapat juga dilakukan dengan meningkatkan suhu reaksi. Suhu yang
tinggi dapat mempercepat gerak molekul. Namun demikian, penggunaan suhu tidak
selamanya baik dan tepat, karena tidak semua senyawa (reaktan) dapat tahan terhadap suhu
yang tinggi. Selain dapat merusak reaktan, penggunaan suhu tinggi juga mengakibatkan biaya
Praktikum kali ini dilakukan dua percobaan. Percobaan pertama yaitu terdapat 2 larutan
pati dengan volume yang sama banyak dan diberi perlakukan sama. Pada larutan pati pertama
ditambahkan saliva dan larutan pati kedua tidak ditambahkan saliva. Larutan pati yang
ditambahkan saliva berubah warna menjadi putih. Hal tersebut terjadi karena air liur yang
ditambahkan akan memecah pati dan mengubahnya menjadi molekul gula sederhana dan saat
konversi pati menjadi molekul gula, terjadi perubahan warna pada larutan pati. Sedangkan
pada larutan pati yang tidak ditambahkan saliva tetap berwarna ungu gelap. Pati adalah
polimer glukosa yang tidak dapat diasimilasi dalam tubuh dan oleh karena itu dicerna untuk
membentuk glukosa sebelum diserap dalam darah. Pati merupakan homopolimer glukosa
dengan ikatan α-glikosidik, yang banyak terdapat pada tumbuhan terutama pada biji-bijian,
umbi-umbian. Berbagai macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai atom
karbonnya, serta lurus atau bercabang. Dalam bentuk aslinya secara alami pati merupakan
butiran-butiran kecil yang sering disebut granula. Bentuk dan ukuran granula merupakan
karakteristik setiap jenis pati, karena itu digunakan untuk identifikasi (Hill, 1942).
Pada percobaan kedua disiapkan tiga larutan pati yang diletakkan pada tabung reaksi
dengan label tabung reaksi A, B, dan C. Pada tabung A ditambahkan sebanyak 2 tetes cuka
kemudian dikocok. Cuka adalah substansi cairan yang komponen utamanya yaitu asam
asetat. Pada tabung B dan C ditambahkan air hanya agar volume dari ketiga tabung sama.
Kemudian dipanaskan selama beberapa saat pada tabung B. Setelah itu ditambahkan 2 tetes
benedict pada tiap tabung dan ketiga tabung dipanaskan selama beberapa saat. Hasilnya
tabung A tidak terjadi perubahan warna. Warna pada tabung A tetap berwarna biru yang
artinya tidak terdapat glukosa. Sedangkan pada tabung B berubah warna menjadi coklat
keijoan (dominan coklat) dan tidak terdapat glukosa. Pada tabung C, terjadi perubahan warna
yaitu berwarna oranye. Pada tabung C terdapat glukosa karena terjadi perubahan warna
menjadi oranye.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
2. Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu,
3. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-
beda karena enzim adalah protein yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu
dan keasaman berubah, diluar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja
4. Pada percobaan pertama larutan pati pertama ditambahkan saliva dan larutan pati
kedua tidak ditambahkan saliva. Larutan pati yang ditambahkan saliva berubah warna
menjadi putih. Hal tersebut terjadi karena air liur yang ditambahkan akan memecah
pati.
5. Pada percobaan kedua, tabung yang terjadi perubahan dari warna biru menjadi warna
oranye menandakan adanya kandungan glukosa pada tabung tersebur yaitu tabung C
Saran
Untuk alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum hendaknya dipersiapkan
serta ditambah, agar setiap melakukan praktikum para praktikan tidak kekurangan alat atau
DAFTAR PUSTAKA
Hill dan Kelley. 1942. Organic Chemistry. The Blakistan Co., Philadelphia, Toronto.
Suhtanry, Rubianty, 1985. Kimia Pangan. Badan Kerja Sama Perguruan Negeri Indonesia
Bagian Timur. Makassar.