Anda di halaman 1dari 13

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran.

Fakultas Kedokteran
UI : Media Aescullapius.
Pitono Soeparto, dkk. (1997). Gastroenterologi Anak. Surabaya : GRAMIK FK
Universitas Airlangga.

CAIRAN PENGGANTI CAIRAN TUBUH


1. Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa
cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut
diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60
Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin
yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan
dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
2. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat
badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai
dengan umur dan berat badannya.
a. Dehidrasi ringan.
1 jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB / hari, kemudian 125 ml / Kg BB / oral.
b. Dehidrasi sedang.
1 jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB / oral, kemudian 125 ml / kg BB /
hari.
c. Dehidrasi berat.
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg :
- 1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus
set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes / kg BB / menit.
- 7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit
( infus set 1 ml = 20 tetes ).
- 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau
minum,teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3
tetes / kg BB / menit.
Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg :
- 1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit
( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20
tetes ).
- 7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau
minum dapat diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit
atau 3 tetes / kg BB / menit.
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg :
- 1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit
( infus set 1 ml = 20 tetes ).
- 16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
3. TERAPI CAIRAN
Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interiur
dalam batas-batas fisiologis. Indikasinya yaitu : kehilangan cairan tubuh akut,
kehilangan darah, anoreksia, kelainan saluran cerna.
Tujuan dari terapi cairan, antara lain :
a. Resusitasi
b. Rumatan
c. Penggantian defisit kristaloid
d. Koloid
e. Kebutuhan normal harian kristaloid
f.Mengganti kehilangan akut (dehidrasi, syok hipovolemik)
g. Memasok kebutuhan harian
Teknik Pemberian
Prioritas utama dalam menggantikan volume cairan yang hilang adalah
melalui rute enteral/fisiologis misalnya minum atau melalui NGT. Untuk
pemberian terapi cairan dalam waktu singkat dapat digunakan vena-vena
di punggung tangan, sekitar daerah pergelangan tangan, lengan bawah atau
daerah cubiti. Pada anak kecil dan bayi sering digunakan daerah punggung
kaki, depan mata kaki dalam atau kepala. Pemberian terapi cairan pada
bayi baru lahir dapat dilakukan melalui vena umbilikalis.
Penggunaan jarum anti-karat atau kateter plastik anti trombogenik pada
vena perifer biasanya perlu diganti setiap 1-3 hari untuk menghindari
infeksi dan macetnya tetesan. Pemberian cairan infus lebih dari 3 hari
sebaiknya menggunakan kateter besar dan panjang yang ditusukkan pada
vena femoralis, vena cubiti, vena subclavia, vena jugularis eksterna atau
interna yang ujungnya sedekat mungkin dengan atrium kanan atau di vena
cava inferior atau superior.
4. TERAPI ELEKTROLIT
a. Hiponatremia
- Atasi penyakit dasar
- Hentikan setiap obat yang ikut menyebabkan hiponatremia
- Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama secara perlahan-
lahan, sedangkan hiponatremia akut lebih agresif. Hindari koreksi
berlebihan karena dapat menyebabkan central pontine myelinolysis
- Jangan naikkan Na serum lebih cepat dari 12 mEq/L dalam 24 jam pada
pasien asimptomatik. Jika pasien simptomatik, bisa tingkatkan sebesar
1 sampai 1,5 mEq/L/jam sampai gejala mereda. Untuk menaikkan
jumlah Na yang dibutuhkan untuk menaikkan Na serum sampai 125
mEq/L digunakan rumus :
Jumlah Na (mEq) = [125 mEq/L – Na serum aktual (mEq/L)] x TBW
(dalam liter)
*TBW (Total Body Water) = 0,6 x BB (dalam kg)
- Larutan pengganti bisa berupa NaCl 3% atau 5% (masing-masing
mengandung 0,51 mEq/ml dan 0,86 mEq/ml)
- Pada pasien dengan ekspansi cairan ekstrasel, mungkin dperlukan
diuretik
- Hiponatremia bisa dikoreksi dengan NaCl hipertonik (3%) dengan
kecepatan kira-kira 1 mL/kg per jam.
b. Hipernatremia
- Hipernatremia dengan deplesi volume harus diatasi dengan pemberian
normal saline sampai hemodinamik stabil. Selanjutnya defisit air bisa
dikoreksi dengan Dekstrosa 5% atau NaCl hipotonik.
- Hipernatremia dengan kelebihan volume diatasi dengan diuresis, atau
jika perlu dengan dialisis. Kemudian Dekstrosa 5% diberikan untuk
mengganti defisit air.
*Defisit air tubuh ditaksir sbb :
 Defisit = air tubuh (TBW) yang dikehendaki (liter) – air
tubuh skrg.
 Air tubuh yg dikehendaki = (Na serum yg diukur) x (air
tubuh skrg/Na serum normal)
 Air tubuh sekarang = 0,6 x BB sekarang (kg)
- Separuh dari defisit air yang dihitung harus diberikan dalam 24 jam
pertama, dan sisa defisit dikoreksi dalam 1 atau 2 hari untuk
menghindari edema serebral.
c. Hipokalemia
- Defisit kalium sukar atau tidak mungkin dikoreksi jika ada
hipomagnesia. Ini sering terjadi pada penggunaan diuretik boros
kalium. Magnesium harus diganti jika kadar serum rendah.
- Terapi oral. Suplementasi K+ (20 mEq KCl) harus diberikan pada awal
terapi diuretik. Cek ulang kadar K+ 2 sampai 4 minggu setelah
suplementasi dimulai.
- Terapi intravena harus digunakan untuk hipokalemia berat dan pada
pasien yang tidak tahan dengan suplementasi oral. Dengan kecepatan
pemberian sbb :
 Jika kadar K+ serum > 2,4 mEq/L dan tidak ada kelainan EKG, K+
bisa diberikan dengan kecepatan 0 sampai 20 mEq/jam dengan
pemberian maksimum 200 mEq per hari.
 Pada anak 0,5-1 mEq/kgBB/dosis dalam 1 jam. Dosis tidak boleh
melebihi dosis maksimum dewasa.
d. Hiperkalemia
- Pemantauan EKG kontinyu dianjurkan jika ada kelainan EKG atau jika
kalium serum > 7 mEq/L
- Kalsium glukonat dapat diberikan iv sebagai 10 ml larutan 10% selama
10 menit untuk menstabilkan myocard dan sistem konduksi jantung.
- Natrium bikarbonat membuat darah menjadi alkali dan menyebabkan
kalium berpindah dari ekstra ke intraseluler. Bic nat diberikan sebanyak
40 sampai 150 mEq NaHCO3 iv selama 30 menit atau sebagai bolus iv
pada kedaruratan.
- Insulin menyebabkan perpindahan kalium dari cairan ekstraseluler ke
intraseluler. 5 sampai 10 unit regular insulin sebaiknya diberikan
dengan 1 ampul glukosa 50% iv selama 5 menit.
- Dialisis mungkin dibutuhkan pada kasus hiperkalemia berat

Pada dehidrasi ringan, terapi cairan dapat diberikan secara oral sebanyak 1500-
2500 ml/24 jam (30 ml/kg berat badan /24 jam) untuk kebutuhan dasar, ditambah
dengan pengantian defisit cairan kehilangan cairan yang masih berlangsung.
Menghitung kebutruhan cairan sendiri, termasuk jumlah insensible water loss
sangat perlu dilakukan setiap hari. Perhatian tanda-tanda kelebihan cairan seperti
ortopnea,sesak nafas, perubahan pola tidur, atau konfusion. Cairan yang diberikan
secara oral tergantung jenis dehidrasi.
a. Dehidrasi hippertonik : cairan yang dianjurkan adalah air atau minuman
dengan kandungan sodium rendah, jus buah seperti apel, jeruk, dan anggur.
b. Dehidrasi isotonik : cairan yang dianjurkan selain air dan suplemen yang
mengandung sodium(jus tomat) juga dapat diberikan isotonik yang ada di
pasaran.
c. Dehidrasi hipotonik cairan yang dianjurkan seperti diatas tetapi dibutuhkan
kadar sodium yang lebih tinggi.
Pada dehidrasi sedang sampai berat dan pasien tidak dapat minum per oral, selain
pemberian cairan enteral, dapat diberikan rehidrasi parenteral. Jika cairan tubuh
yang hilang terutama adalah air, maka jumlah cairan rehidrasi yang dibutuhkan
dapat dihitung dengan rumus :
 Definisi cairan (liter = Cairan badan total (CBT) yang diinginkan – CBT saat
ini
 CBT yang diinginkan = kadar Na serum x CBT saat ini
 CBT saat ini (pria) = 50%x berat badan (kg)
 CBT saat ini (perempuan) = 45% x berat badan (kg)
Jenis cairan kristaloid yang digunakan untuk rehidrasi tergantung dari
jenisdehidrasinya. Pada dehidrasi isotonik dapat diberikancairan NaCl 0,9% atau
dekstrosa 5% dengan kecepatan 25-30% dari defisit cairan total perhari. Pada
dehidrasi hipertonik digunakan cairan NaCl, 45%. Dehidrasi hipotonik
ditatalaksanakan dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan diet
natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik.

http://www.pdgi-online.com/v2/index.php?
option=com_content&task=view&id=422&Itemid=40

RENCANA A : MENCEGAH DEHIDRASI


Berikanlah kebutuhan minuman sehari-hari, DITAMBAH dengan pengganti cairan
tubuh agar mencegah kehilangan cairan selanjutnya.
Tambahkan setelah buang air :
Anak di bawah umur 2 Anak di atas umur 2 Orang dewasa
50-100 ml Oralit 100-200 ml Oralit
1/4 - 1/2 gelas minum 1/2 - 1 gelas minum secukupnya

disuap minum minum

CATATAN : Setelah muntah, teruskan pemberian Oralit. Tunggu 10 menit


kemudian berikan larutan tersebut dengan lebih pelan (1 sendok
setiap 2-3 menit)

RENCANA B : MENGOBATI DEHIDRASI


Timbang anaknya agar menentukan jumlah Oralit yang diperlukan. Kalau hal ini
tidak mungkin, perkirakan umur anaknya.
Berat badan per kg 3-5 6-9 10-12 13-19 20-40 >41
Umur (hanya digunakan 2-8 8-18 2-4 4-8
8-15
kalau berat badan tidak bulan bulan tahun tahun
tahun
diketahui)
Dalam ml. 400 600 800 1000 2000 4000
2
Berikan dalam gelas 3 4 5 10 20
Oralit Berikan 5 mnt 10 mnt 7 mnt 5 mnt
Selama setiap :
4-6
jam Ukuran 1 sdk 1 sdk 1 sdk 1 sdk
sendok: teh mkn mkn mkn
1 gelas = 200 ml Setelah 4 -6 jam, periksa anaknya kembali dengan
1 sdk teh = 5 ml petunjuk
1 sdk mkn = 15 ml Diagnosa dan Pengobatan Dehidrasi. Kalau masih
ada 2 atau lebih gejala dehidrasi ( = B ), teruskan
pengobatan

Catatan :
Kalau anaknya setelah diperiksakan tetap dehidrasi, suruh ibunya untuk terus
memberikan ASI. Kalau ibunya tidak menyusui, anaknya diberikan 100 – 200 ml
air minum bersih, kemudian diberikan Oralit.

EVALUASI PETUNJUK
TANYAKAN :
Diare 0 - 3 kali mencret 4-10 kali mencret ≥ 10 kali mencret
Muntah Tidak atau sedikit Kadang-kadang Sangat sering
Rasa haus biasa berlebihan Tidak bisa minum
Air kencing biasa sedikit dan warna Tidak kencing
kuning gelap selama 6 jam
PERHATIKAN :
Kondisi sadar Ngantuk dan Ngantuk, pingsan,
jika menangis gelisah sawan
Air mata masih ada jika menangis jika menangis
tidak ada tidak ada
Mata biasa cekung sangat kering dan
cekung
Mulut basah kering sangat kering
Pernafasan biasa lebih cepat sangat cepat dan
dalam
RASAKAN :
Kulit Kalau dicubit Kalau dicubit Kalau dicubit
cepat kembali lambat kembali kembali lambat
sekali
Nadi Biasa Biasa Cepat sekali dan
lemah
Ubun-ubun Biasa Cekung Cekung sekali
PENURUNAN
BERAT 25-100 gram per ≥100 gram per
25 gram per kilo
BADAN : kilo kilo

PUTUSKAN : Tidak ada 2 atau lebih gejala 2 atau lebih gejala


dehidrasi : dehidrasi : dehidrasi berat

PENGOBATAN : RENCANA A RENCANA B RENCANA C

Minuman Lebih dari biasa Menurut Kalau ada, pipa


untuk mencegah kehausan nasogastik
dehidrasi Tidak mungkin
Air Susu Ibu Teruskan Teruskan Tidak mungkin
Larutan oralit + (50-100 ml Setiap 1-2 menit
setelah buang air) 1 sendok makan
Makanan Setiap 3-4 jam Setiap 3-4 jam Tidak mungkin
Rujuk ke klinik Tidak (porsi kecil) Iya
Tidak

DEHIDRASI

Dehidrasi terjadi jika cairan yang dikeluarkan oleh tubuh melebihi cairan yang
masuk. Namun karena mekanisme yang terdapat pada tubuh manusia sudah sangat
unik dan dinamis maka tidak setiap kehilangan cairan akan menyebabkan tubuh
dehidrasi. Dalam kondisi normal, kehilangan cairan dapat terjadi saat kita
bernafas, kondisi cuaca sekitar, berkeringat, buang air kecil dan buang air besar.
Sehingga setiap hari kita harus minum cukup air guna mengganti cairan yang
hilang saat aktifitas normal tersebut. Untungnya, tubuh mempunyai mekanisme
unik bila kekurangan cairan. Rasa haus akan serta merta muncul bila
keseimbangan cairan dalam tubuh mulai terganggu. Tubuh akan menghasilkan
hormon ADH guna mengurangi produksi kencing oleh ginjal. Tujuan akhir dari
mekanisme ini adalah mengurangi sebanyak mungkin kehilangan cairan saat
keseimbangan cairan tubuh terganggu.
Dehidrasi terjadi bila kehilangan cairan sangat besar sementara pemasukan cairan
sangat kurang. Beberapa kondisi yang sering menyebabkan dehidrasi antara lain :

1. Diare merupakan keadaan yang paling sering menyebabkan kehilangan


cairan dalam jumlah besar. Di seluruh dunia, 4 juta anak anak mati setiap
tahun karena dehidrasi akibat diare.
2. Muntah. Muntah sering menyebabkan dehidrasi karena sangat sulit untuk
menggantikan cairan yang keluar dengan cara minum.
3. Berkeringat. Tubuh kehilangan banyak cairan saat berkeringat. Kondisi
lingkungan yang panas akan menyebabkan tubuh berusaha mengatur suhu
tubuh dengan mengeluarkan keringat. Bila keadaan ini berlangsung lama
sementara pemasukan cairan kurang maka tubuh dapat jatuh ke dalam
kondisi dehidrasi.
4. Diabetes. Peningkatan kadar gula darah pada penderita diabetes atau
kencing manis akan menyebabkan banyak gula dan air yang dikeluarkan
melalui kencing sehingga penderita diabetes akan mengeluh sering
kebelakang untuk kencing.
5. Luka bakar. Penderita luka bakar dapat mengalami dehidrasi akibat
keluarnya cairan berlebihan pada pada kulit yang rusak oleh luka bakar.
6. Kesulitan minum. Orang yang mengalami kesulitan minum oleh karena
suatu sebab rentan untuk jatuh ke kondisi dehidrasi.
Respon awal tubuh terhadap dehidrasi antara lain :
1. Rasa haus untuk meningkatkan pemasukan cairan yang diikuti dengan
2. Penurunan produksi kencing untuk mengurangi seminimal mungkin cairan
yang keluar. Air seni akan tampak lebih pekat dan berwarna gelap.
Jika kondisi awal ini tidak tertanggulangi maka tubuh akan masuk ke kondisi
selanjutnya yaitu :
1. Mulut kering.
2. Berkurangnya air mata.
3. Berkurangnya keringat.
4. Kekakuan otot.
5. Mual dan muntah.
6. Kepala terasa ringan terutama saat berdiri.
Selanjutnya tubuh dapat jatuh ke kondisi dehidrasi berat yang gejalanya berupa
gelisah dan lemah lalu koma dan kegagalan multi organ. Bila ini terjadi maka
akan sangat sulit untuk menyembuhkan dan dapat berakibat fatal.
Tingkat Dehidrasi Gastroenteritis :
1. Dehidrasi ringan, kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan
gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh
pada keadaan syok.
2. Dehidrasi sedang, kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan
gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak,  presyok nadi cepat dan
dalam.
3. Dehidrasi berat, kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan
gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan
kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh total, berupa hilangnya air lebih banyak
dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah
yang sama (dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium yang lebih banyak dari air
(dehidrasi hipetonik.
Dehidrasi isotonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145
mmol/Liter) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 285 mosmol/
Liter). Dehidrasi isotonik di tandai dengan normalnya kadar natrium serum(135-
14) mmol/Liter) dan osmolalitas efektif serum (270-285 mosmol/Liter). Dehidrasi
hipotonikditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135
mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270 mosmol/Liter).
Penting diketahui perubahan fisiologi pada usia lanjut. Secara umum terjadi
penurunan kemampuan homeostatik seiring dengan pertambahnya usia. Secara
khusus, terjadi penurunan kemampuan homeostatik sering dengan bertambahnya
usia. Secara khusus, terjadi penurunan respons rasa haus terhadap kondisi
hipovolemik dan hiperosmolaritas. Disamping itu juga terjadi penurunan laju
filtrasi glomerulus, kemampuan fungsi konsentrasi   ginjal, renin, aldoosteron, dan
penurunan respons ginjal terhadap vasopresin.
DIAGNOSIS
Gejala dan tanda klinis dehidrasi pada usia lanjut tak jelas, bahkan bisa tidak ada
sama sekali. Gejala klasik dehidrasi seperti rasa haus, lidah kering, penurunan
turgor dan mata cekung sering tidak jelas. Gejala klinis yang paling spesifik dapat
dievaluasi adalah penurunan berat badan akut lebih dari 3 %. Tanda klinis
obyektif lainnya yang dapat membantu identifikasi m kondisi dehidrasi adalah
hipotensi ortostatik.
Berdasarkan studi di Divisi Geriatri Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, bila
ditemukan askila lembab, suhu tubuh meningkat dari suhu basal, diuresis
berkurang, berat jenis (BJ) urin lebih dari atau sama dengan 1,019 (tanpa adanya
glukosoria dan proteinuria), serta rasio blood urea niitrogen/ kreatinin lebih dari
atau sama dengan 16,9 (tanpaadanya perdarahan aktif saluran cerna) maka
kemungkinan terdapat dehidrasi pada usia lanjut adalah 81%. Kriteria ini dapat
dipakai dengan syarat: tidak menggunakan obat-obat sitostatik, tidak ada
perdarahan saluran cerna, dan tidak ada kondisi overlood (gagal jantung kongesif,
sirosis hepaptis dengan hipertensi portal, kpenyakit ginjal kronik stadium
terminal, sindromnefrotik).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kadar natrium plasma darah
2. Osmolaritas serum
3. Ureum dan kreatinin darah
4. BJ urin
5. Tekanan Vena sentral (sentral venous pressure).

Cairan Rehidrasi Oral


Golongan Sediaan Penyakit/indikasi Alasan penggunaan
Rehidrasi oral Glukosa: 75 mEq Cairan rehidrasi oral Cairan rehidrasi oral
menggantikan cairan telah mengurangi
Sodium: 75 mEq
dan garam yang kematian anak dan
atau mmol/l
hilang pada diare akut dewasa akibat diare di
banyak negara
Klorida: 65 mEq
atau mmol/l
+ trisodium sitrat
dihidrat dapat
Potassium: 20
digantikan sodium
mEq atau mmol/l
hydrogen karbonat
Sitrat: 10 mmol/l (sodium bikarbonat) 2,5
g/l
Osmolaritas: 245
mOsm/l Stabilitas formula yang
terakhir sangat rendah
Glukosa: 13,5 g/l
pada kondisi tropis,
direkomendasikan saat
Sodium klorida:
2,6 g/l pembuatan untuk
penggunaan segera
Potassium klorida:
1,5 g/l *pada kasus kolera
konsentrasi sodium
Trisodium sitrat
yang lebih tinggi
dihidrat+: 2,9 g/l
mungkin dibutuhkan

Larutan garam gula


sodium klorida 2.6 g/liter air bersih
sodium sitrat [dihidrat] 2.9 g/liter air bersih
potassium klorida 1.5 g/liter air bersih
glucose (anhidrosa) 13.5 g/liter air bersih

Saat gula dan sodium sitrat tidak tersedia maka dapat diganti dengan

sucrose (common sugar) 27 g/liter air bersih


sodium bicarbonate 2.5 g/liter air bersih
*Catatan : Larutan ini dapat dipersiapkan dari campuran gula/garam yang tersedia atau
dari bahan daras dan air. Larutan harus dipersiapkan baru/fresh, disarankan
dengan air matang. Ketepatan menimbang dn mencampur dan kelarutan
bahan-bahan dasar dalam volume yang benar air matang adalah penting.
Pemberian larutan yang lebih pekat dapat menyebabkan hipernatremia
Indikasi : Dehidrasi akibat diare akut
Dosis : Cairan dan garam yang hilang pada diare akut, per oral, DEWASA
200-400 ml larutan setiap habis mencret; BAYI dan ANAK menurut
rencana A, B atau C

Anda mungkin juga menyukai