Anda di halaman 1dari 4

REHIDRASI

Rehidrasi adalah usaha mengembalikan ke keadaan hidrasi yang normal dari keadaan dehidrasi.
Dehidrasi dalam pengertian klinis adalah tubuh kekurangan air beserta elektrolit – elektrolitnya.
Tujuan utama rehidrasi ini adalah pengembalian cairan badan ke volume normal,osmolaritas
yang efektif dan komposisi yang tepat untuk keseimbangan asam basa. Jumlah dan jenis cairan
diberikan tergantung pada analisis keadaan dehidrasinya.

ETIOLOGI

Dikenal 3 macam kehilangan cairan badan:

1. Kehilangan cairan sebagai akibat kehilangan air dari badan baik karena kekurangan
pemasukan air atau kehilangan air yang berlebih melalui paru, kulit, ginjal, atau slauran
makanan.keadaan ini disebut dengan pure dehydration atau dehydration hypertonicity
atau water deficit.
Contoh:
a) Kehilangan cairan karena pemasukan air tidak cukup, misalnya orang –orang yang
kehabisan air minum dikapal ditengah laut atau dipadang pasir.
b) Kehilangan cairan karena pengeluaran melalui ginjal berlebih.
c) Kehilangan cairan karena sebab – sebab lain seperti: pengeluaran air berlebih melalui
paru – paru, demam, hiperventilasi, kontak dengan sinar matahari terlalu lama.

2. Kehilangan cairan karena kelebihan elektrolit. Kadang – kadang disebut solute loading
hypertonicity. Disini terjadi kehilangan cairan karena ekskresi urin yang mengandung
banyak elektrolit seperti natrium, klorida, kalium dan anion serta kation lain – lain atau
bahan – bahan yang bukan ion seperti dekstrosa,fruktosa atau urea, asam amino dan
benda – benda nitrogen lainnya.
Penyebab:
a) Pemberian makanan melalui pipa lambung yang mengandung banyak garam
dekstrosa, protein dan substansi lain, dengan kadar air yang tidak mencukupi.
b) Pemberian makanan yang mengandung susu dank rim tanpa air.
c) Pemberian makanan dengan karbohidrat tinggi pada orang – orang yang baru sembuh
luka bakar berat.
d) Pasien yang asidosis diabetic berat yang tidak diobati.
e) Keadaan lainnya yang berhubungan dengan hiperosmolalitas.
3. Kehilangan cairan karena hiperosmolalitas. Kehilangan cairan terjadi bila cairan – cairan
ekstraseluler karena sesuatu sebab menjadi hiperosmolar, misalnya pada hiperosmolar
hiperglikemik, koma diabetik non ketoasidotik.

HOMEOSTASIS DAN PATOFISIOLOGI

Untuk keseimbangan cairan tubuh dan elektrolitnya, mekanisme homeostasis diselenggarakan


oleh

a) ginjal, dengan mekanisme rennin – angiotensin, mempengaruhi tekanan darah.


b) Kelenjar anak ginjal, dengan mekanisme aldosteron akan mempengaruhi retensi Na.
c) Kelenjar hipofisis, dengan mekanisme ADH, akan mempengaruhi resorpsi air.
d) Paru – paru dengan mekanisme asidosis – alkalosis untuk menjaga keseimbangan asam basa.

KLASIFIKASI

Derajat dehidrasi digolongkan:

a) Dehidrasi ringan (defisit kurang dari 5% BB)


b) Dehidrasi sedang (defisit 5-10% BB)
c) Dehidrasi berat (defisit lebih dari 10% BB)

SIMTOMATOLOGI/MANIFESTASI KLINIS

Dehidrasi ringan: keadaan umum sadar baik,rasa haus (+), sirkulasi darah/nadi normal,
pernapasan biasa, mata agak cekung, turgor/tonus biasa, kencing biasa.

Dehidrasi sedang: keadaan umum gelisah rasa haus (++), sirkulasi darah/nadi cepat (120 -140),
pernapasan agak cepat, mata cekung, turgor/tonus agak berkurang, kencing sedikit.

Dehidrasi berat: keadaan umum koma/apatis, rasa haus (+), sirkulasi darah/nadi cepat sekali
(lebih dari 140), pernapasan kussmaul (cepat dan dalam), mata cekung sekali, turgor/tonus
kurang sekali, kencing tidak ada.

KOMPLIKASI

Dehidrasi oleh karena bakteri pathogen noninvasive biasanya ringan. Tetapi bila kondisi pasien
menjadi jelek tanpa memperoleh rehidrasi atau terapi adekuat, dapat menjadi nekrosis tubular
akut atau kalau berat, meninggal akibat renjatan hipovolemik. Untuk rehidrasinya sendiri bila tak
tercapai hidrasi normal dapat terjadi gagal ginjal akut (nekrosis tubular akut) dan sebaliknya bila
terjadi overhidrasi bisa meninggal akibat edema paru akut.
Dehidrasi akibat bakteri patogen invasif biasanya lebih berat dibanding noninfasif, dan
komplikasinya semakin berat bila penanganannya tak adekuat. Jika rehidrasi kurang dapat terjadi
gagal ginjal akut, bila berlebihan dapat meninggal akibat edema paru akut.

Dehidrasi akibat virus komplikasinya hampir sama dengan yang disebabkan bakteri, kebanyakan
lebih ringan. Sedangkan dehidrasi oleh karena protozoa sifatnya dapat akut atau kronik
tergantung banyak maupun virulensi protozoa tersebut. Bila jumlahnya banyak dan virulensi
tinggi selain komplikasi seperti yang disebabkan oleh bakteri dapat juga mengakibatkan
perforasi usus, peritonitis maupun terjadinya abses secara emboli pada organ yang secara
kebetulan terserang.

PENGOBATAN DITUJUKAN PADA ETIOLOGINYA

Penggunaan antibiotik terhadap bakteri – bakteri patogen noninvasif

Pada umumnya:

 Tetrasiklin 30 mg/kgBB peroral interval 6 jam, selama 2 hari


 Trimetoprim 160 mg + 800 mg sulfametoksazol, peroral 2 x sehari selama 5 hari

Penggunaan antibiotik terhadap bakteri –bakteri patogen invasif destruktif

Pada umumnya: selain kedua obat tersebut di atas dapat juga diberikan kloramfenikol maupun
ampisilin yang ternyata efektif pula.

PENGOBATAN SPESIFIK UNTUK ROTAVIRUS

Pengobatan spesifik untuk rotavirus tidak ada, sifat pengobatannya simtomatik/suportif.

PENGOBATAN PROTOZOA PENYEBAB DIARE

 Untuk pemberian Quinakrin 100mg, 3 x sehari selama 5 -7 hari Giardia lamblia atau
metronidazol 250 mg, 3 x sehari selama 5 – 7 hari.
 Metronidazol 750 mg, 3 x sehari selama 7 – 10 hari untuk pengobatan amebiasis.

PROGNOSIS

Pada umumnya baik, terutama apabila mendapatkan penanganan cepat, tepat dan adekuat.
Keatian terjadi bila mempunyai penyakit dasar yang berat.
Sumber: Sudoyo, et all. 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI

Anda mungkin juga menyukai