Referat Anemia Defisiensi Besi
Referat Anemia Defisiensi Besi
Oleh :
Ulul Azmi
19174035
Pembimbing
Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya, dan tidak lupa sholawat dan salam yang senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya serta sahabat-
sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat berjudul Anemia
Defisiensi Besi.
Referat ini disusun sebagai salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik Ilmu
Kesehatan Anak di RSUD Meraxa Banda Aceh. Dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
DOPING selaku pembimbing. Penulis menyadari sepenuhnya berbagai
kekurangan yang masih jauh dari kesempurnaan. Akhir kata, semoga tugas referat
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamualaikum wr.wb
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
2.1 Definisi................................................................................................3
2.2 Etiologi................................................................................................3
2.3 Epidemiologi........................................................................................4
2.4 Patogenesis..........................................................................................4
2.5 Gambaran klinis dan pemeriksaan fisik...............................................5
2.6 Pemeriksaan penunjang ......................................................................9
2.7 Diagnosis banding.............................................................................11
2.8 Penatalaksanaan.................................................................................11
2.9 Prognosis............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
volume pada sel darah merah (hematokrit) dalam jumlah tertentu per 100 ml
Dalam keadaan normal jumlah sel darah merah pada rata-rata orang
sampai dengan empat kali fase mitosis. Dari tiap sel pronormoblas akan terbentuk
16 eritrosit. Sel-sel yang sedang berada dalam fase diferensiasi dari pronormoblas
sampai dengan eritrosit dapat dikenal dari morfologinya, sehingga dapat dikenal 5
1
stadium pematangan. Proses diferensiasi dari pronormoblas sampai eritrosit
Anemia dapat diklasifikasi menurut morfologi sel darah merah dan indeks-
indeksnya. Pada klasifikasi ini mikro dan makro menunjukkan ukuran sel darah
Dimana ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung
Perdarahan akut
Penyakit kronik
Anemia hemolitik
Anemia aplastik
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah lebih besar dari normal tetapi
Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesa asam nukleat DNA
seperti yang ditemukan pada defisiensi B12 dan atau asam folat.
2
3. Anemia mikrositik hipokrom
Mikrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih kecil dari normal dan
Talasemia
Salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat.
organ vital. Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan distribusi
kapiler mempengaruhi warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks
pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan dan membran mukosa
mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.
defisiensi Fe, asam folat dan vitamin B12. Dalam referat ini dibahas lebih lanjut
3
1.3 Tujuan penulisan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron
menunjukkan cadangan besi kosong. Menurut WHO dikatakan anemia bila :Pada
kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2-4 gram. Kira-
2.2 Epidemiologi
hamil
Wanita hamil 60% 39-46% 46-92%
Tabel 1. Epidemiologi Anemia defisiensi besi
2.3 Etiologi
5
Di Indonesia paling banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang
(ground itch) pada kulit tempat larva menembus. Migrasi larva yang banyak
dinamakan Loeffler’s Syndrome. Pada fase akut cacing tambang dewasa dapat
menimbulkan nyeri kolik ulu hati, anoreksia, diare dan penurunan berat
badan. Infeksi yang kronis dapat menimbulkan anemia defisiensi besi dan
Hemoglobinuria
2.4 Metabolisme Fe
Terdapatnya zat besi (Fe) dalam darah baru diketahui setelah penelitian oleh
dalam bentuk ikatan kompleks dengan protein. Ikatan ini kuat dalam bentuk
organik, yaitu sebagai ikatan nonion dan lebih lemah dalam bentuk anorganik,
6
yaitu sebagai ikatan ion. Besi mudah mengalami oksidasi atau reduksi. Kira-kira
70% dari Fe yang terdapat dalam tubuh merupakan Fe fungsional atau esensial,
1. Hemoglobin + 66%
2. Mioglobin 3%
4. Transferin 0,1%
5.
Cadangan Fe
makin ke distal absorpsinya makin berkurang. Zat ini lebih mudah diabsorpsi
dalam bentuk fero. Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara transport
aktif. Ion fero yang sudah diabsorpsi akan diubah menjadi ion feri dalam sel
mukosa. Selanjutnya ion feri akan masuk ke dalam plasma dengan perantara
transferin, atau diubah menjadi feritin dan disimpan dalam sel mukosa usus.
Secara umum :
7
Bila cadangan dalam tubuh tinggi dan kebutuhan akan zat besi rendah
Bila cadangan dalam tubuh rendah atau kebutuhan akan zat besii meningkat
maka Fe yang baru diserap akan segera diangkut dari sell mukosa ke
Eritropoesis dapat meningkat sampai lebih dari 5 kali pada anemia berat atau
hipoksia.
Kobal
Inosin
Metionin
Vitamin C
HCI
Suksinat
Fosfat
8
Antasida misalnya :
- kalsium karbonat
- aluminium hidroksida
- magnesium hidroksida
Besi yang terdapat pada makanan hewani umumnya diabsorpsi rata-rata dua kali
Defisiensi Fe
Berkurangnya depot Fe
Meningkatnya eritropoesis
Selain itu, bila Fe diberikan sebagai obat, bentuk sediaan, dosis dan jumlah serta
terutama ke sumsum tulang dan depot Fe. Jelas bahwa kapasitas pengikatan total
Fe dalam plasma sebanding dengan jumlah total transferin plasma, tetapi jumlah
Selain transferin, sel-sel retikulum dapat pula mengangkut Fe, yaitu untuk
cadangan, dalam bentuk terikat sebagai feritin. Feritin terutama terdapat dalam
sel-sel retikuloendotelial (di hati, limpa, dan sumsum tulang). Cadangan ini
9
tersedia untuk digunakan oleh sumsum tulang dalam proses eritropoesis; 10%
diantaranya terdapat dalam labile pool yang cepat dapat dikerahkan untuk proses
ini, sedangkan sisanya baru digunakan bila labile pool telah kosong. Besi yang
Bila Fe diberikan IV, cepat sekali diikat oleh apoferitin (protein yang
pemberi per oral terutama akan disimpan di limpa dan sumsum tulang. Fe yang
berasal dari pemecahan eritrosit akan masuk ke dalam hati dan limpa.
Jumlah Fe yang dieksresi setiap hari sedikit sekali, biasanya sekitar 0,5-1 mg
sehari.
- keringat
- Urin
- Feses
10
Pada proteinuria jumlah yang dikeluarkan dengan urin dapat meningkat
diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi yang terdapat
menunjukkan gejala yang khas (asymptomatik) sehingga anemia pada balita sukar
simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan
Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi,
diubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan menurunnya kadar feritin serum.
Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Rb
(Gutrie, 186:303) Bila sebagian dari feritin jaringan meninggalkan sel akan
kadar feritin serum yang rendah akan menunjukkan orang tersebut dalam keadaan
anemia gizi bila kadar feritin serumnya <12 ng/ml. Hal yang perlu diperhatikan
adalah bila kadar feritin serum normal tidak selalu menunjukkan status besi dalam
keadaan normal. Karena status besi yang berkurang lebih dahulu baru diikuti
11
Diagnosis anemia zat gizi ditentukan dengan tes skrining dengan cara
mengukur kadar Hb, hematokrit (Ht), volume sel darah merah (MCV),
konsentrasi Hb dalam sel darah merah (MCH) dengan batasan terendah 95%
acuan (Dallman,1990)
hati
jantung
kuning telur
ragi
kerang
kacang-kacangan
daging
ikan
unggas
biji-bijian
12
sayuran yang kurang hijau
cepat lelah
jantung berdebar-debar
takikardi
sakit kepala
mata berkunang-kunang
letih
lesu
pucat
perdarahan dan eksudat pada retina bisa terlihat pada anemia berat (Hb 5 gram
% atau kurang)
2.8 Diagnosis
13
1. Anamnesis
b. Kurangnya besi yang diserap karena asupan besi dari makanan tidak adekuat
malabsorpsi besi
colitis ulserativa)
2. Pemeriksaan fisis
3. Pemeriksaan penunjang
c. Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat , saturasi menurun
d. Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat
14
Dewasa Wanita > 15 tahun 12
Wanita hamil 11
Laki-laki > 15 tahun 13
Pada defisiensi besi dini apusan biasanya normal. Sulit untuk mencari
perubahan dini yang samar-samar dalam ukuran sel pada defisiensi besi dini dan
pada stadium ini nilai MCV lebih mendorong daripada apusan darah tepi. Pada
anemia defisiensi besi berat terjadi poikilositasis yang nyata dan hipokrom tanpa
noda berupa titik-titik. Umum terdapat sel-sel elips (berbentuk sigaret). Beberapa
sel muda yang terlihat pada sediaan apus seringkali muncul sebagai sel-sel target
polikromatofilik.
Ada tiga uji laboratorium yang dipadukan dengan pemeriksaan kadar Hb agar
hasil lebih tepat untuk menentukan anemia gizi besi. Untuk menentukan anemia
Ferritin diukur untuk mengetahui status besi di dalam hati. Bila kadar SF < 12
15
Kadar besi dan Total Iron Binding Capacity (TIBC) dalam serum merupakan
salah satu menentukan status besi. Pada saat kekurangan zat besi, kadar besi
menurun dan meningkat, rasionya yang disebut dengan TS. TS < dari 16 % maka
Bila kadat zat besi dalam darah kurang maka sirkulasi FEB dalam darah
meningkat. Kadar normal FEB 35-50 mg/dl RBC. Secara ringkas untuk
alternatif yang lain untuk mencegah anemia gizi besi. Memakan beraneka ragam
makanan yang memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk vitamin yang dapat
vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapat meningkatkan penyerapan zat
besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan segar dan sayuran sumber vitamin C,
16
namun dalam proses pemasakan 50 - 80 % vitamin C akan rusak.Mengurangi
konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti : fitat,
fosfat, tannin.
Tabel 3. Persentase dan jumlah zat besi di dalam tablet FE yang lazim
digunakan
Senyawa
Fe elemental (mg)
Preparat (mg) per % Fe
per tablet
tablet
Fero Famarat 200 66 33
Fero glukonat 300 36 12
Fero sulfat (7H2O) 300 60 20
Fero sulfat . anhidrosida 200 74 37
Fero sulfat (dikeringan) 200 60 30
status hemoglobin.
17
Efek samping dari pemberian besi feroral tergantung dosis yang diberikan dan
dapat diatasi dengan mengurangi dosis dan meminum tablet segera setelah
• konsipasi (+ 10%)
• diare (+ 5%)
• kolik
dosis atau dengan pemberian sesudah makan, walaupun dengan cara ini
terjadi pada anak akibat menelan terlalu banyak table FeSO4 yang mirip gula-
Kelainan utama terdapat pada saluran cerna, mulai dari iritasi, korosi,
• Mual
• Muntah
• Diare
• Hematemesis
18
• Syok dan akhirnya kolaps kardiovaskular dengan bahaya kematian
dapat timbul dalam waktu 30 menit atau setelah beberapa jam meminum obat.
Fortifikasi adalah penambahan suatu jenis zat gizi ke dalam bahan pangan
adalah sifat zat besi yang reaktif dan cenderung mengubah penampilanm
bahan yang di fortifikasi. Sebaliknya fortifikasi zat besi tidak mengubah rasa,
warna, penampakan dan daya simpan bahan pangan. Selain itu pangan yang
Penyakt infeksi dan parasit merupakan salah satu penyebab anemia gizi besi.
e. Obat-obatan lain
• Riboflavin
19
metabolisme flavo-protein dalam pernapasan sel. Sehubungan dengan anemia,
• Piridoksin
• Kobal
kronik atau penyakit ginjal, tetapi mekanisme yang pasti tidak diketahui.
20
meningkatkan ambilan Fe oleh sumsum tulang, tetapi ternyata pada penderita
Akan tetapi, harus diingat bahwa kobal dapat menimbulkan efek toksik
berupa :
- erupsi kulit
- struma
- angina
- tinnitus
- tuli
- payah jantung
- sianosis
- koma
- malaise
- anoreksia
- mual
- muntah
• Tembaga
21
Seperti telah diketahui kedua unsur ini terdapat dalam sitokrom oksidase,
maka ada sangkut paut metabolisme tembaga (Cu) dan Fe. Hingga sekarang
makanan ataupun sebagai obat, dan defisiensi Cu pada manusia sangat jarang
hipokupremia dengan sediaan Fe, bersama atau tanpa Cu, memberikan hasil yang
sama. Sebaliknya, pada anemia dengan defisiensi Cu (yang sukar dibedakan dari
defisiensi Fe) diperlukan kedua unsur tersebut karena pada hewan dengan
2. 10 Pemantauan Terapi
c.Gejala sampingan pemberian zat besi yang bisa berupa gejala gangguan
abdomen dan mual. Gejala lain dapat berupa pewarnaan gigi yang bersifat
sementara.
Tumbuh Kembang
c. Daya konsentrasi dan kemampuan belajar pada anak usia sekolah dengan
d. Aktifitas motorik
22
BAB III
PENUTUP
umumnya seperti lemah, lesu, lelah, pusing, sakit kepala, sulit tidur, gelisah,
kurang konsentrasi dan ada riwayat perdarahan, trauma atau penyakit kronik. Pada
23
pemeriksaan fisik didpaat pucat pada konjungtiva mata. Pemeriksaan laboratorium
didapat nilai Hb dan Ht yang kurang dari normal. Pemeriksaan penunjang dapat
membantu kita untuk membedakan jenis anemia. Gambaran darah tepi pada
Terapi anemia sebaiknya dilakukan dengan cepat dan tepat. Secara umum
kita mengobati penyebab anemianya. Tetapi pada keadaan tertentu kita harus
anemia harus ditransfusi, oleh karena bahaya tranfusi cukup banyak. Tetapi pada
24
DAFTAR PUSTAKA
2. Soeparman, Sarwono Waspadji; Ilmu Penyakit Dlaam Jilid II, Balai Penerbit
3. Prie S.A, dkk. Hematologi. Patofisiologi buku 2 Konsep Klinis Proses Proses
25