Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakteri merupakan salah satu organisme uniseluler berukuran kecil yang
terdapat hampir diseluruh ekosistem. Bakteri berfungsi untuk mendegradasi dan
mendaur ulang unsur atau elemen esensial, sehingga menjadi salah satu
organisme utama dalam suatu ekosistem.
Perbedaan kelas dari bakteri Escherichia coli tersebut di atas dipengaruhi oleh
penyebaran protein yang terdapat pada selnya. Secara umum bakteri E.coli terdiri
dari 45% lipid dan 55% protein. Escherichia coli ialah bakteri yang berbentuk
batang pendek (Basil) tergolong dalam Gram negatif dan hidup dalam saluran
pencernaan atau usus baik pada hewan dan  manusia. Escherichia coli yang
mencemari bahan makanan berasal dari tinja manusia, sehingga keberadaannya
pada bahan makanan atau ikan segar menunjukkan adanya ancaman kesehatan
pada konsumen (manusia), sebab dapat diartikan bahwa bahan makanan telah
tercemar oleh  tinja manusia. Oleh karena itu maka, Escherichia coli dipakai
sebagai indikator cemaran yang berbahaya bagi manusia dan hewan.
Bakteri E. coli dapat tumbuh pada suhu antara 10o hingga 45oC.
Pertumbuhan optimumnya pada suhu 37o C. Sebagian besar strain E. coli masih
dapat hidup pada suhu 60oC dalam waktu 15 menit atau pada suhu 55oC dalam
waktu 60 menit sehingga makanan yang tidak dipanaskan secara sempurna (tidak
sampai mendidih) kemungkinan besar dapat terkontaminasi E. coli.
Ancaman yang dapat  membahayakan kesehatan konsumen, sebab beberapa
strain Escherichia coli bersifat patogen yang dapat menyerang manusia maupun
hewan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan bakteri Escherichia coli
memproduksi toxin yang dapat menyebabkan timbulnya gastro enteritis pada
manusia dan hewan yang ditandai dengan gejala diare, demam kadang disertai
muntah bahkan kematian. (Dwidjoseputro.1998 : 28)

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi Echerichia coli ?
2. Bagaiman klasifikasi ilmiah pada Echerichia coli ?
3. Bagaimana morfologi, fisiologi, sitologi, kontaminasi dan patogenitas pada
Echerichia coli ?
4. Bagaimana mengetahui lingkungan yang mempengaruhi kehidupan
mikroorganisme?
5. Bagaimana manfaat yang yang diberikan oleh bakteri Escherichia coli?
6. Apa saja penyakit dan pengobatan bakteri Escherichia coli?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bakteri penyebab fases menjadi encer
2. Untuk memahami penyakit yang ditimbulkan Escherichia coli
3. Agar dapat mencegah penularan dan penyebaran Escherichia coli
4. Agar dapat mengetahui lingkungan yang mempengaruhi kehidupan
mikroorganisme.
5. Untuk mengetahui manfaat dari bakteri Escherichia coli.
6. Untuk mengetahui penyakit dan pengobatan bakteri Escherichia coli
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Escherichia coli

Escherichia Coli pertama kali diidentifikasikan oleh dokter hewan Jerman,


Theodor Escherich dalam studinya mengenai sistem pencernaan pada bayi
hewan. Pada tahun 1885, beliau menggambarkan organisme ini sebagai
komunitas bakteri coli (Escherich 1885) dengan membangun segala perlengkapan
patogenitasnya di infeksi saluran pencernaan. Nama “Bacterium Coli” sering
digunakan sampai pada tahun 1991. Ketika Castellani dan Chalames menemukan
genus Escherichia dan menyusun tipe spesies E. Coli. ( dalam Maning SD.2010 :
14).

E. coli merupakan bakteri anaerob fakultatif, dimana bakteri yang dapat hidup
tanpa oksigen secara mutlak atau dapat hidup tanpa adanya oksigen, didalam
kondisi ini bakteri tersebut aktif, yang memanfaatkan senyawa organik sebagai
media tumbuhnya. ( dalam Maning SD.2010 : 14).

E. coli (Escherichia coli) adalah bakteri yang biasanya hidup di usus hewan,
termasuk manusia. Bahkan, kehadiran E. coli dan jenis lain dari bakteri dalam
usus kita perlu untuk membantu tubuh manusia berkembang dengan baik dan
tetap sehat. ( dalam Maning SD.2010 : 14).

Bakteri Escherichia coli dapat menyebabkan terjadinya epidemik penyakit-


penyakit saluran pencernaan makanan seperti kolera, tifus, disentri, diare dan
penyakit cacing. Bibit penyakit ini berasal dari feses manusia yang menderita
penyakit-penyakit tersebut. Indikator yang menunjukkan bahwa air rumah tangga
sudah dikotori feses adalah dengan adanya Eschericha coli dalam air tersebut

3
4

karena dalam feses manusia baik dalam keadaan sakit maupun sehat terdapat
bakteri ini dalam tubuhnya. . ( dalam Oseana, 2016 : 4)

Bakteri Escherichia coli dapat juga menimbulkan pneumonia, endokarditis,


infeksi pada luka dan abses pada organ. Bakteri ini juga merupakan penyebab
utama meningitis pada bayi yang baru lahir dan penyebab infeksi tractor
Urinarius (Pyelonephritis cysticis) pada manusia yang dirawat di rumah sakit
(infeksi nosokomial). Pencegahannya dilakukan melalui perawatan yang sebaik-
baiknya di rumah sakit yaitu berupa pemberian antibiotic dan tindakan antiseptic
dengan benar. . ( dalam Oseana, 2016 : 20)

E. coli merupakan bagian dari mikrobiota normal saluran pencernaan. E. coli


dapat berpindah karena adanya kegiatan seperti dari tangan ke mulut atau dengan
pemindahan pasif lewat minuman. E. coli dalam usus besar bersifat patogen jika
melebihi jumlah normalnya. Strain tertentu dapat menyebabkan peradangan
selaput perut dan usus (gastroenteritis) (Elfidasari, Dewi dkk.2011 : 1).

Bakteri ini menjadi patogen berbahaya apabila hidup di luar usus seperti pada
saluran kemih, yang dapat mengakibatkan peradangan selaput lendir (sistitis).
( Elfidasari, Dewi dkk.2011 : 1)

2.2 Klasifikasi Escherichia coli

Domain : Bacteria

Kingdom : Eubacteria

Filum : Proteobacteria
5

Kelas : Gamma proteobacteria

Orde : Enterobacteriales

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli

2.3 Morfologi, fisiologi, sitologi, kontaminasi dan patogenitas pada Echerichia


coli

2.3.1 Morfologi Echerichia coli

E. coli memiliki ukuran sel dengan panjang 2,0 – 6,0 μm dan lebar 1,1 – 1,5
μm serta berat sel E. coli 2 x 10-12 gram. Bakteri ini berbentuk batang,
lurus, tunggal, berpasangan atau rantai pendek, termasuk Gram (-) dapat
hidup soliter maupun berkelompok, umumnya motil, tidak membentuk
spora, serta fakultatif anaerob (Meliawati, Ruth.2009 : 1).

Morfologi sel E. coli dapat dilihat pada(Gambar 1) berikut ini :


6

Gambar 1. Morfologi E. coli

E. coli tidak memiliki nukleus, organel terbungkus membran maupun

sitoskeleton. E. coli memiliki organel eksternal yaitu vili yang merupakan


filament tipis untuk menangkap substrat spesifik dan flagella yang
merupakan filament tipis dan lebih panjang untuk berenang (Berg, 2004:14).
E. coli merupakan bakteri fakultatif anaerob, kemoorganotropik,
mempunyai tipe metabolisme fermentasi dan respirasi tetapi
pertumbuhannya paling banyak di bawah keadaan anaerob. Pertumbuhan
yang baik pada suhu optimal 370C pada media yang mengandung 1%
peptone sebagai sumber karbon dan nitrogen. E. coli berbentuk circular,
konveks dan koloni tidak berpigmen pada media darah (Meliawati,
Ruth.2009 : 1).

E. coli dari anggota famili Enterobacteriaceae. Bakteri ini berbentuk batang,


berukuran 0,4-0,7 x 1,0-3,0 µm, termasuk gram negatif, dapat hidup soliter maupun
berkelompok, umumnya motil, tidak membentuk spora, serta fakultatif anaerob
(Meliawati, Ruth.2009 : 1).

E. coli merupakan penghuni normal usus, seringkali menyebabkan infeksi.


Struktur sel Escherichia coli dikelilingi oleh membran sel, terdiri dari sitoplasma
yang mengandung nukleoprotein. Membran sel Escherichia coli ditutupi oleh dinding
sel berlapis kapsul.

 Escherichia col berupa lipopolisakarida yang bersifat pirogen dan


menghasilkan endotoksin serta diklasifikasikan sebagai antigen O. Kapsula atau
mikrokapsula terbuat dari asam - asam polisakaridayang dapat melindungi membran
luar dari fagositik dan sistem komplemen, diklasifikasikan sebagai antigen K.
7

Mukoid kadang –  kadang memproduksi pembuangan ekstraselular yang tidak lain


adalah sebuah polisakarida dari speksitifitas antigen K tententu atau terdapat pada
asam polisakarida yang dibentuk oleh  banyak E. coli seperti
pada Enterobacteriaceae. Selanjutnya digambarkan sebagai antigen M dan
dikomposisikan oleh asam kolanik. Biasanya sel ini bergerak dengan flagella
petrichous. Flagela dan pili Escherichia coli menjulur dari permukaan sel.
Flagela Escherichia coliterdiri dari  protein yang bersifat antigenik dan dikenal
sebagai antigen H. E. coli memproduksi macam - macam fimbria atau pili yang
berbeda, banyak macamnya  pada struktur dan speksitifitas antigen, antara lain
filamentus, proteinaceus, seperti rambut appendages di sekeliling sel dalam variasi
jumlah. Fimbria merupakan rangkaian hidrofobik dan mempunyai pengaruh panas
atau organ spesifik yang bersifat adhesi. Hal itu merupakan faktor virulensi yang
penting. Tiga struktur antigen utama permukaan yang digunakan untuk membedakan
serotipe golonganEscherichia coli adalah dinding sel, kapsul dan flagela E.
coli merupakan bakteri fakultatif anaerob, kemoorganotropik, mempunyai tipe
metabolisme fermentasi dan respirasi tetapi pertumbuhannya  paling sedikit banyak di
bawah keadaan anaerob. pertumbuhan yang baik pada suhu optimal 37˚C pada media
yang mengandung 1% pepton sebagai sumber karbon dan
nitrogen E.coli memfermentasikan laktosa dan memproduksi indol yang digunakan
untuk mengidentifikasikan bakteri pada makanan dan air. E. coli berbentuk besar (2-3
µm), sirkular, konveks dan koloni tidak  berpigmen pada nutrien dan media darah. E.
coli dapat bertahan hingga suhu 60˚ C selama 15 menit atau pada 55˚C selama 60
menit. (Meliawati, Ruth.2009 : 1).

2.3.2 Fisiologi Echerichia coli

Escherichia coli adalah kuman oportunitis yang banyak ditemukan di


dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat
8

menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak dan
travelersdiarhea.

Selama bertahun – tahun Escherichia coli dicurigai sebagai salah satu


penyebab diare yang timbul pada manusia khususnya pada anak – anak yang
mengakibatkan kematian

Ada dua macam enterotoksin yang diisolasi dari Eschrichia coli yaitu:

a) Termolabil Toksin (LT)


Seperti toksin kolera, toksin LT bekerja merangsang enzim adenil
siklase yang terdapat didalam sel epitel mukosa usus halus menyebabkan
peningkatan aktivitas enzim tersebut dan terjadinya peningkatan
permeabilitas sel epitel usus, sehingga terjadi akumulasi cairan dalam usus
dan berakhir dengan diare.

Toksin LT seperti juga toksin kolera bersifat cytopathis terhadap sel tumor
adrenal dan sel ovarium Chinese hamster serta meningkatkan permeabilitas
kapiler pada test rabit skin. Kekuatan toksin LT adalah 100x lebih rendah
dbandingkan toksin kolera dalam menimbulkan diare.

b) Termostabil Toksin (ST)

Toksin ST adalah asam amino dengan berat molekul 1970 dalton,


mempunyai satu atau lebih ikatan disulfda yang penting untuk mengatur
stabilitas pH 7 dan suhu 37oC.

2.3.3 Sitologi Echerichia coli

Struktur sel E. coli dikelilingi oleh membran sel, terdiri dari


sitoplasma yang mengandung nukleoprotein. Membran sel E. coli ditutupi
9

oleh dinding sel berlapis kapsul. Flagela dan fili E. coli menjulur dari
permukaan sel (Post KW.2005.hlm 90-95).

Menurut Quinn (2002) tiga struktur antigen utama permukaan yang


digunakan untuk membedakan serotipe golongan E. coli adalah dinding sel,
kapsul dan flagella. E. coli mempunyai dinding sel yang kaku, berpori dan
memberikan bentuk serta proteksi. Permukaan luar terdiri dari
lipopolisakarida. Tiga dinding sel berupa polisakarida yang bersifat pirogen
dan menghasilkan endotoksin serta diklasifikasikan sebagai antigen O dan
mengandung peptida kecil yang tersusun saling berhubungan.

Berdasarkan komposisi dinding sel dan pewarnaannya itulah E. coli


termasuk golongan bakteri Gram (–). Bakteri Gram (–) lebih tahan terhadap
penisilin dan antibiotik lainnya seperti streptomisin, tetapi bakteri Gram (–)
tidaktahan pada perlakuan fisik (Bakteri ini akan mati pada suhu 60oC
selama 30 menit) (Post KW.2005.hlm 90-95).

2.3.4 Kontaminasi

E. coli berasal dari kotoran hewan dan manusia serta kontaminasi pada
proses yang kotor. E. coli dapat mencemari daging pada saat pemotongan
maupun proses pengolahan daging. Salah satu faktor pencemaran E. coli
adalah peralatan pemotongan daging serta air pencucian daging (sanitasi
pengolahan). Daging saat dipotong pada saat panas mengeluarkan energi
yang menjadi sumber kontaminan yang baik bagi E. coli. Penyebab akibat
adanya perubahan energi yang memicu kinerja daripada enzim yang dibakar
pada autolisis dan memberikan peluang bakteri berkembang lebih cepat
pada kondisi autolisis. E. coli dapat membentuk koloni pada saluran
pencernaan manusia maupun hewan dalam beberapa jam setelah kelahiran.
Faktor predisposisi pembentukan koloni ini adalah mikroflora dalam tubuh
10

masih sedikit, rendah kekebalan tubuh, faktor stres, pakan, dan infeksi agen
patogen lain. Kebanyakan E. coli memiliki virulensi yang rendah dan
bersifat oportunis (Post KW.2005.hlm 90-95). Ditjenak (1982) melaporkan
bahwa E. coli keluar dari tubuh bersama tinja dalam jumlah besar serta
mampu bertahan sampai beberapa minggu.

2.3.5 Patogenitas

Menurut Brooks et al. (2005), bakteri E. coli merupakan mikroflora


alami yang terdapat pada saluran pencernaan manusia dan hewan. Beberapa
galur E. coli yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia adalah
Enteropathogenic E. coli (EPEC), Enterotoxigenic E. coli (ETEC),
Enterohaemorrhagic E. coli (EHEC), Enteroinvasive E. coli (EIEC), dan
Enteroaggregative E. coli (EAEC).

a) Enteropathogenic E. coli (EPEC)


11

Golongan EPEC merupakan penyebab penting diare pada bayi,


khususnya di negara berkembang. EPEC melekat pada sel mukosa usus
kecil. Akibat dari infeksi EPEC adalah diare yang cair, biasanya susah
diatasi namun tidak kronis. ETEC merupakan penyebab diare pada
wisatawan yang mengunjungi negara yang standar higienitas makanan dan
air minum lebih rendah dari negara asalnya. Selain itu juga merupakan
penyebab penting diare pada bayi di negara berkembang (Post KW.2005.hlm
90-95).

b) Enterotoxigenic E. coli (ETEC)

Galur ETEC merupakan penyebab diare enterotoksigenik pada mamalia,


seperti anak sapi, anak babi, dan anak domba. Gejala klinis yang terjadi
antara lain diare, dehidrasi, asidosis, bahkan kematian (Hanif et al. 2003:65).
Faktor virulensi yang digunakan untuk identifikasi ETEC adalah
enterotoksin dan antigen pili (fimbriae). Enterotoksin ETEC berupa toksin
labil panas (heat-labile toxins/LT) dan toksin stabil panas (heat-stabile
12

toxins/ST). ETEC dapat menghasilkan satu atau dua enterotoksin tergantung


pada plasmid (massa DNA ekstra kromosom) (Post KW.2005.hlm 90-95).

c) Enterohaemorrhagic E. coli (EHEC)

EHEC memproduksi verotoksin. Nama toksin didasarkan pada efek


sitotoksik pada sel vero, yang merupakan biakan sel ginjal monyet hijau di
Afrika. EHEC banyak dihubungkan dengan hemorrhagic colitis, sebuah
diare yang parah dengan sindroma uremic hemolytic, yang merupakan
penyakit akibat kegagalan ginjal akut, microangiopathi hemolytic anemia
dan thrombocopenia.

d) Enteroinvasive E. coli (EIEC)


13

EIEC merupakan penyakit yang sangat mirip dengan shigellosis. Penyakit


ini sering terjadi pada anak–anak di Negar berkembang dan para wisatawan
yang menuju ke Negara tersebut. EIEC melakukan fermentasi laktosa
dengan lambat dan tidak bergerak. EIEC menimbulkan penyakit melalui
invasinya ke sel epitel mukosa usus. Diare ini ditemukan hanya pada
manusia (Post KW.2005.hlm 90-95).

e) Enteroaggregative E. coli (EAEC)

EAEC telah ditemukan di beberapa negara di dunia ini. Transmisi dapat


melalui food-borne maupun water-borne. Patogenitas EAEC terjadi karena
bakteri melekat pada bagian mukosa intestinal sehingga menimbulkan
gangguan. Mekanisme terjadinya diare yang disebabkan oleh EAEC belum
jelas diketahui, tetapi diperkirakan menghasilkan sitotoksin yang
14

menyebabkan terjadinya diare. Beberapa strain EAEC memiliki serotipe


seperti EPEC. EAEC menyebabkan diare berair pada anak-anak dan dapat
berlanjut menjadi diare persisten (Post KW.2005.hlm 90-95).

2.4 Lingkungan yang mempengaruhi kehidupan mikroorganisme


Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
mikroorganisme baik kapang, khamir maupun bakteri. Reaksi dari tiap
mikroorganisma dalam menghadapi kondisi lingkungannya akan berbeda satu dengan
yang lain, hal ini karena mikroorganisma mempunyai sifat dan karakter yang berbeda.
Tidak semua mikroorganisma dapat menguasai faktor faktor luar sepenuhnya, untuk
bertahan hidup mikroorganisma harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana
mikroorganisma tersebut berada. Penyesuaian diri ada yang bersifat sementara waktu
saja ada juga yang bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk morfologi dan
sifat sifat fisiologi dan keturunannya. Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh
faktor faktor luar tetapi sebaliknya bakteri mampu mempengaruhi keadaan
lingkungannya, misalnya dapat menyebabkan demam (panas) akibat terinfeksi oleh
bakteri Escherichia coli yang ada dalam saluran pencernaan dan menyebabkan diare
yang berkepanjangan dsb. Jika E. coli berada dalam medium yang 12
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009 mengandung sumber carbon (glukosa, laktosa
dsb) maka akan mengubah derajat asam (pH) dalam medium menjadi asam dan akan
membentuk gas sebagai hasil proses terurainya glukosa menjadi senyawa lain . Faktor
lingkungan dibagi atas faktor biotik yaitu makhluk hidup, faktor abiotik yaitu faktor
alam dan kimia.

2.4.1 Faktor alam meliputi :

a). Temperatur

Daya tahan terhadap temperatur tidak sama bagi tiap tiap species. Ada
species yang mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit di dalam
medium cair, sebaliknya ada juga species yang tahan hidup setelah dipanasi
dengan uap 100°C bahkan lebih (bakteri yang membentuk spora). E.coli
tumbuh baik pada temperatur antara 8° - 46°C dan temperatur optimum
37°C. Bakteri yang dipelihara di bawah temperatur minimum atau sedikit di
atas temperatur maksimum, tidak akan segera mati melainkan berada di
dalam keadaan tidur atau dormancy.
15

b). Kebasahan dan kekeringan

Sebenarnya bakteri menyenangi keadaan basah bahkan hidup di dalam


air. Tetapi di dalam air yang tertutup, bakteri tidak dapat hidup subur karena
udara yang dibutuhkan tidak mencukupi.

c). Perubahan nilai osmosis

Medium yang paling cocok bagi kehidupan bakteri ialah medium yang
isotonik terhadap isi sel bakteri. Jika bakteri ditempatkan di dalam suatu
larutan yang hipertonik maka akanmengalami plasmolisis terhadap isi sel
bakteri. Sebaliknya bakteri yang ditempatkan di dalam larutan hipotonik (air
suling) maka bakteri akan mengalami plasmoptisis yaitu pecahnya sel
bakteri karena air akan masuk ke dalam sel bakteri.

d). Sinar

Kebanyakkan bakteri tidak dapat mengadakan fotosintesis bahkan


setiap radiasi dapat berbahaya bagi kehidupannya. Sinar yang lebih pendek
gelombangnya yaitu gelombang antara 240 m u - 300 m u dapat
membahayakan kehidupan bakteri, demikian juga penyinaran pada jarak
dekat, sinar X, sinar radium dan sinar ultra ungu dapat membunuh bakteri.

e). Mekanik

Pengaruh tekanan udara terhadap kehidupan bakteri dapat diketahui


dari hasil percobaan yaitu untuk menghentikan pembiakan bakteri
diperlukan tekanan sebanyak 600 atm, untuk mematikannya diperlukan
tekanan sebanyak 6000 atm sedang untuk membunuh spora diperlukan
12.000 atm. Untuk memecahkan sel bakteri diperlukan pengguncangan 9000
kali per detik. Proses ini sering digunakan untuk melepaskan enzim-enzim
dan endotoksin.

2.4.2 Faktor-faktor kimia.

Di dalam alam yang sewajarnya, jarang sekali ditemukan zat-zat kimia yang
mematikan bakteri. Hanya usaha manusia untuk membebaskan kegiatan bakteri,
dengan cara membuat atau meramu zat-zat untuk meracuni bakteri tetapi tidak
membahayakan kehidupan hewan dan manusia. Zat-zat yang hanya
16

menghambat kegiatan bakteri tanpa membunuhnya disebut antiseptik atau


bakteriostatik sedang zat-zat yang dapat membunuh bakteri disebut adalah
desinfektan, germisida atau bakterisida. Sifatkerusakan bakteri sebagai akibat
dari suatu desinfektan, belum diketahui seluruhnya, ada desinfektan yang
membunuh bakteri dengan tidak merusaknya sama sekali ada juga zat-zat kimia
seperti basa dan asam organik, menyebabkan hancurnya bakteri, mungkin
sekali kehancuran ini akibat dari suatu hidrolisis. Pengaruh zat-zat kimia
lainnya belum diketahui, tetapi pada umumnya kerusakan bakteri dapat dibagi 3
kelompok yaitu karena:

1. Oksidasi

Zat-zat seperti H2O2, Na2BO4, KMnO4 mudah sekali melepaskan O2


untuk menimbulkan oksidasi. Klor di dalam air menyebabkan bebasnya O2
sehingga zat ini merupakan desinfektan. Hubungan klor dengan
protoplasmapun dapat menimbulkan oksidasi.

2. Koagulasi atau penggumpalan protein

Banyak zat seperti air raksa, perak, tembaga dan zat-zat organik
seperti fenol, formardehida, etanol menyebabkan penggumpalan protein yang
merupakan konstituen dari protoplasma. Protein yang telah menggumpal
adalah protein yang mengalami denaturasi dan di dalam keadaan yang
demikian itu protein tidak berfungsi lagi

3. Depresi dan ketegangan

Permukaan Sabun dapat mengurangi ketegangan permukaan, oleh


karena itu dapat menyebabkan hancurnya bakteri. Empedu juga mempunyai
khasiat seperti sabun, hanya bakteri yang hidup di dalan usus mempunyai
daya tahan terhadap empedu. Pada umumnya diketahui bahwa bakteri gram
negatif lebih tahan terhadap pengurangan ketegangan permuakaan dari pada
bakteri gram positif.

2.5 Manfaat Echerichia coli

Dari sekian ratus strain E. coli yang teridentifikasi, hanya sebagian kecil


bersifat patogen. Semua rekayasa genetika di dunia bioteknologi selalume
libatkan E coli karena struktur genetikanya yang sederhana dan mudah untuk
17

direkayasa. Riset E. coli menjadi model untuk aplikasi ke bakteri jenis lainnya.


Bakteri ini juga merupakan media kloning yang paling sering
dipakai. Teknikrekombinasi DNA tidak akan ada tanpa bantuan bakteri ini
(Fajar,Kemal.2018 : 12-14).

Bakteri E. coli yang berada di dalam usus besar manusia berfungsi untuk


menekan pertumbuhan bakteri jahat, dan berperan sebagai mikrobiota usus yang
membantu proses pencernaan termasuk pembusukan sisa-sisa makanan dalam
usus besar. Selain itu, bakteri ini juga membantu produksi vitamin K. Vitamin K
berfungsi untuk pembekuan darah saat terjadi perdarahan seperti
pada luka/mimisan (Fajar,Kemal.2018 : 12-14). Bakteri E. coli banyak
digunakan dalam teknologi rekayasa genetika. Penggunaannya adalah sebagai
vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan
E.coli dipilih karena pertumbuhannya sangat  cepat dan mudah dalam
penanganannya (Fajar,Kemal.2018 : 12-14).

Oleh sebab itu, negara-negara di Eropa sekarang sangat mewaspadai


penyebaran bakteri E. coli ini, dan bahkan melarang mengimpor sayuran dari luar
karena dikhawatirkan dapat disalahgunakan dan
menyebabkan kematian. Kebutuhan nutrisi E. coli tidak jauh berbeda dengan
nutrisi manusia, yaitu gula, protein, dan lemak. E. coli memiliki kemampuan
lebih karena dapat mencerna asam organik (asetat) dan garam anorganik
(amonium sulfat) sebagai sumber nutrisi karbon dan nitrogen. Bakteri ini tidak
mampu mengkonsumsi karbohidrat rantai panjang dan juga tidak dapat
melakukan fotosintesis. Bakteri E. coli juga merupakan makhluk heterotrof yang
tergantung pada molekul-molekul organik sederhana seperti gula, protein, dan
asam organik. Dengan demikian, apabila E. coli bertahan hidup di tanah, maka
diperlukan adanya molekul-molekul tersebut yang kemungkinan dihasilkan oleh
mikroorganisme lain dalam tanah.
18

2.6 Penyakit dan Pengobatan Echerichia coli

2.6.1 Infeksi saluran kemih

E. coli merupakan penyebab infeksi saluran kemih pada kira-kira 90 %


wanita muda. Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering kencing, disuria,
hematuria, dan piuria. Nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran
kemih bagian atas.
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang sering terjadi
pada anak dan disebabkan oleh mikroorganisme, terutama bakteri, dalam
jumlah bermakna di dalam saluran kemih.Anak dengan ISK berisiko
mengalami kerusakan ginjal yang berlanjut menjadi pielonefritis (radang
ginjal) dan gagal ginjal di usia dewasa. Sekitar 20% kasus gagal ginjal yang
menjalani dialisis maupun transplantasi ginjal di Eropa disebabkan oleh ISK
pada masa anak-anak. Penyebab ISK pada anak sangat beragam diantaranya
bakteri, virus, dan jamur. Bakteri gram negatif E. coli merupakan penyebab
tersering ISK pada anak yang diikuti oleh Proteus, Klebsiella, Enterobacter,
dan Pseudomonas. Untuk memberantas agen penyebab infeksi dan
mencegah komplikasi ISK yang lebih lanjut, perlu diberikan antimikroba
sesuai dengan hasil biakan urin dan uji kepekaan kuman. Selama menunggu
hasil biakan urin dan uji kepekaan, pasien biasanya diberikan antimikroba
secara empiris berdasarkan pola kuman dan kepekaannya di tempat tersebut.

2.6.2 Diare

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria
frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air
besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
19

morbiditas dan mortalitas pada anak di negara

berkembang. Terdapat 6 juta anak meninggal

per tahun di dunia karena diare, sebagian

besar terdapat di negara berkembang. Menurut

World Health Organization (WHO), penyakit diare

merupakan salah satu penyebab utama kematian Balita

di negara berkembang. Angka kejadian diare pada anak

tiap tahun diperkirakan 2,5 milyar. Secara global, 1,6

juta Balita meninggal setiap tahun akibat penyakit ini.

Data dari Kementerian kesehatan Republik

Indonesia melaporkan 100.000 Balita meninggal

per tahun karena diare, setiap hari ada 273 Balita

meninggal, sebanding dengan 11 jiwa meninggal setiap

jam atau 1 jiwa setiap 5,5 menit akibat diare.

2-3

Penyebab diare terbanyak setelah rotavirus

adalah Escherichia coli. Bakteri ini merupakan bakteri

komensal, patogen intestinal dan patogen ekstra

intestinal yang dapat menyebabkan infeksi saluran

kemih, meningitis dan septicemia. Sebagian besar dari

E. coli berada dalam saluran pencernaan, tetapi yang

bersifat patogen menyebabkan diare pada manusia.


20

4,5

Diare yang disebabkan oleh Escherichia coli

merupakan patogen enterik yang dapat menyebabkan

dehidrasi dengan berbagai mekanisme tergantung

jenis patotipenya. Jumlah koloninya dalam usus

dapat memengaruhi beratnya gejala diare. Standar

emas untuk mendiagnosis dehidrasi adalah dengan

mengukur kehilangan berat badan akut. Namun,

berat badan sebelum sakit pada umumnya tidak

diketahui, maka perkiraan kehilangan cairan dilakukan

berdasarkan penilaian klinis. Semakin berat derajat

dehidrasi mengakibatkan peningkatan morbiditas dan

mortalitas.

6,7

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

peranan jumlah koloni Escherichia coli terhadap derajat

dehidrasi anak dengan diare

2.6.3. Sepsis

Bila pertahanan inang normal tidak mencukupi, E. coli dapat


memasuki aliran
darah dan menyebabkan sepsis.
Penyakit sepsis merupakan kondisi serius yang terjadi ketika sistem
imun merespon adanya suatu infeksi pada tubuh secara agresif dan justru
21

menimbulkan kerusakan yang bisa mengancam nyawa bayi baru lahir.


Sepsis bermula ketika senyawa kimia dari sistem imun dilepaskan ke dalam
sistem peredaran darah dan akhirnya menyebabkan berbagai reaksi
peradangan serius pada tubuh. Pada bayi baru lahir, sepsis biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri.
Sepsis pada bayi baru lahir bisa terjadi pada proses persalinan dan
kurang atau lebih dari tiga hari setelah lahir. Kedua hal tersebut dibedakan
menjadi sepsis neonatorum onset awal dan onset akhir

1. Sepsis neonatorum onset awal

Jenis sepsis ini terjadi ketika bakteri menyerang bayi pada saat proses
melahirkan normal (lewat vagina). Gejala sepsis pada umumnya muncul
enam jam pertama setelah bayi lahir. Berbagai bakteri gram negatif dan
gram positif berkaitan dengan terjadinya infeksi dan sepsis pada bayi baru
lahir.

Nah, yang paling umum adalah streptococcus grup B dan Escherichia


coli (E. coli). Kolonisasi bakteri pada vagina ibu bayi dapat
meningkatkan risiko sepsis pada bayi baru lahir.

2. Sepsis neonatorum onset akhir

Pada umumnya, sepsis ini disebabkan oleh infeksi bakteri lingkungan


di mana bayi baru lahir berada, seperti lingkungan rumah sakit. Infeksi
sebagian besar disebabkan berbagai jenis kuman Staphylococcus dan E.
coli yang menular dari penggunaan alat intravaskuler serta
infeksi Pseudomonas aeruginosa dari penggunaan alat bantu pernapasan
pada bayi.

2.6.4. Meningitis
22

Meningitis adalah peradangan pada selaput yang menyelimuti otak dan


sumsum tulang belakang. Bacterial meningitis atau meningitis bakteri
adalah penyakit yang sangat serius dan bisa jadi mematikan. Kematian
dapat terjadi hanya dalam beberapa jam. Meskipun kebanyakan penderita
meningitis sembuh, cacat permanen dapat terjadi akibat infeksi tersebut,
seperti kerusakan otak, kehilangan pendengaran, dan kesulitan belajar.
Ada beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan meningitis.
Beberapa penyebab utama dari bacterial meningitis
termasuk Streptococcus pneumoniae, group B Streptococcus, Neisseria
meningitidis, Haemophilus influenzae, dan Listeria monocytogenes.
2.6.5 Pengobatan

Pengobatan infeksi E.coli bergantung pada tempat infeksi dan tingkat


keparahan infeksi. Pengobatan utama adalah pemberian antibiotik, beserta
perawatan lain seperti pemberian cairan, oksigen, dan pengobatan lain sesuai
gejala. Pada infeksi ringan, penderita dapat berobat jalan. Pada penderita
dengan infeksi berat (infeksi selaput otak, paru, sistem empedu, ginjal, dan
infeksi dengan nanah pada rongga perut) perlu dirawat inap.

Infeksi selaput otak umumnya diobati dengan antibiotik jenis


sefalosporin generasi ketiga. Infeksi paru mungkin memerlukan oksigen, alat
bantu napas, dan antibiotik sefalosporin generasi ketiga atau
fluoroquinolone. Infeksi kantung dan saluran empedu juga diberikan
antibiotik golongan sefalosporin. Untuk infeksi dengan nanah pada rongga
perut, antibiotik harus dapat membunuh bakteri lain karena umumnya
disebabkan oleh berbagai macam bakteri. Pada penderita diberikan
ampicillin dan sulbactam atau cefoxitin. Diare E.coli memerlukan
penggangtian cairan. Diare E.coli diobati dengan doxycycline,
fluoroquinolone, dan trimpethropim-sulfamethoxazole (TMP-SMZ).
23

Pengobatan dengan obat tersebut dapat mempersingkat durasi diare. Pada


infeksi akibat EHEC, tidak boleh diberikan antibiotik dan pengobatan hanya
berdasarkan gejala. Infeksi saluran kemih dapat diobati dengan antibiotik
fluoroquinolone, TMP-SMZ, atau nitrofurantoin selama 3 hari. Pada infeksi
ginjal, antibiotik diberikan lebih lama, yaitu selama 14 hari. Infeksi pada
prostat memerlukan antibiotik selama 6 minggu.

Pada infeksi berat dan Radang selaput otak apda bayi dapat
meninggalkan beberapa gejalasisa. ( dalam Yolanda,natharina.2014 : 105-
107)
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa Escherichi coli pertama


kali diidentifikasi oleh dokter hewan Jerman, Theodor Escherich dalam
studinya mengenai sistem pencernaan pada bayi hewan. Pada 1885, beliau
menggambarkan organisme ini sebagai komunitas bakteri coli (Escherich
1885) dengan membangu segala perlengkapan patogenitasnya diinfeksi
saluran pencernaan.

Escherichia coli merupakan bakteri penyebab penyakit yang mudah


ditemui di Indonesia. Yaitu Escherichi coli merupakan salah satu penyebab
penyakit diare. Namun selain itu bakteri juga memiliki manfaat bagi
kehidupan dunia kesehatan yaitu sebagai bahan utama pembuatan obat.

E. coli merupakan bagian dari mikrobiota normal saluran pencernaan. E.


coli dapat berpindah karena adanya kegiatan seperti dari tangan ke mulut atau
dengan pemindahan pasif lewat minuman.

Escherichia coli adalah kuman oportunitis yang banyak ditemukan di


dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat
menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak dan
travelersdiarhea.

Bakteri E. coli yang berada di dalam usus besar manusia berfungsi untuk


menekan pertumbuhan bakteri jahat, dan berperan sebagai mikrobiota usus
yang membantu proses pencernaan termasuk pembusukan sisa-sisa

24
25

makanan dalam usus besar. Selain itu, bakteri ini juga membantu produksi


vitamin K.

Pengobatan infeksi E.coli bergantung pada tempat infeksi dan tingkat


keparahan infeksi. Pengobatan utama adalah pemberian antibiotik, beserta
perawatan lain seperti pemberian cairan, oksigen, dan pengobatan lain sesuai
gejala. Pada infeksi ringan, penderita dapat berobat jalan. Pada penderita
dengan infeksi berat (infeksi selaput otak, paru, sistem empedu, ginjal, dan
infeksi dengan nanah pada rongga perut) perlu dirawat inap.

3.2 Saran

sebagai mahasiswa keperawatan sudah sepantasnya kita memahami dan


mengerti berbagai hal mengenai penyakit – penyakit yang sering ditemui
pada masyarakat sehingga kita mampu memberikan berbagai pengarahan
untuk terhindar dari penyakit – penyakit menular seperti diare yang
disebabkan oleh E-coli .
26

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro.1998.Dasar-dasar Mikrobiologi.Penertbit Malang:


Djambatan.hlm 28

Elfidasari, Dewi dkk.2011. Indikator Jumlah Escherichia Coli Terlarut.


Nomor 1 volume 1.

Fajar,Kemal.2018.(https://hellosehat.com/parenting/perkembangan-
bayi/sepsis-pada-bayi/ ).hlm 12-14.diakses tanggal 12 Nov 2018

Maning SD.2010.Escherichia Coli Infection.New York: Infobase


Publishing.hlm 14

Meliawati, Ruth.2009. Escherichia Coli dalam kehidupan manusia. Nomor 1


volume 4.

Oseana, 2016.Bioindikator Pencemar, Bakteri Escherichia Coli. Nomor 4


volume XLI.

Post KW.2005.Veterinary Microbiology Bacterial and Fungal Agents of


Animal Disease.New York:CRC Pr.hlm 90-95

Samiadi,LA.2017.(https://hellosehat.com/penyakit/bacterial-meningitis/)
diakses tanggal 12 Nov 2018

Tizard.2004. Veterinary Microbiology Bacterial and Fungal Agents of Animal


Disease.New York:CRC Pr.hlm 15

Yolanda,natharina.2014.(www.kerjanya.net/faq/6588-escherichia-coli.html)
.hlm 105-107.diakses tanggal 12 Nov 2018
27

Catatan:

Dwidjoseputro.1998 (dari buku)

Elfidasari, Dewi dkk.2011. (dari jurnal)

Fajar,Kemal.2018.(dari internet )

Maning SD.2010. (dari buku)

Meliawati, Ruth.2009. (dari Jurnal)

Oseana. 2016. (dari jurnal)

Post KW.2005 (dari buku)

Samiadi,LA.2017 (dari internet)

Tizard.2004. (dari buku)

Yolanda,natharina.2014. (dari internet )

Anda mungkin juga menyukai