Anda di halaman 1dari 9

ASPEK ETIK DAN HUKUM PRAKTIK KEPERAWATAN

KOMPLEMENTER

Diajukan untuk memenuhi syarat salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Holistik dan
Transkultural Nursing

Dosen Pengampu :
Kusman Ibrahim, M.Sc., Ph.D

Disusun Oleh :

Tobi pitora (220120200018)

PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


ANGKATAN XV

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2020

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan yang baik adalah suatu kondisi dimana tidak hanya bebas dari

penyakit. Sehat dalam pengertian yang paling luas adalah suatu keadaan yang

dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan

lingkungan intenal dan eksternal untuk mempertahankan keadaan kesehatannya.

Lingkungan internal terdiri dari beberapa faktor seperrti psikologis, dimensi

intelektual dan spiritial dan proses penyakit. Lingkungan eksternal terdiri dari

faktor-faktor diluar individu yang mungkin mempengaruhi kesehatan, antara lain

lingkungan fisik, hubungan sosial, dan ekonomi. Karena kedua lingkungan ini

mengalami perubahan secara terus-menerus, maka individu harus mampu

beradaptasi untuk mempertahankan keadaan kesehatannya (Potter and Perry,

2007).

Cara pandang sesorang terhadap tingkat kesehatannya bergantung pada

sikapnya terhadap kesehatan dan nilai, keyakinan dan persepsi terhadap

kesehatan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan dan spiritual.

Perawat dan klien secara bersama-sama menentukan tujuan untuk mencapai

tingkat kesehatan klien yang optimal (Meleis, 1990). Kebutuhan masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan, menyebabkan munculkannya berbagai metode

perawatan dalam upaya menjaga kesehatan pada individu salah satunya dikenal

dengan terapi alternatif atau terapi komplementer. Perkembangan terapi

komplementer pada beberapa tahun terakhir menjadi sorotan oleh banyak

negara. Terapi komplementer menggunakan model filosofi holistik dan peduli


(caring) dalam penerapannya dan menjadi aspek penting dalam perawatan.

(Lindquist, Snyder, & Tracy, 2014).

Terpai komplemeter dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan

dalam pengobatan modern. Dalam terapi komplementer terdapat beberapa

komponen yang sangat penting yaitu kehadiran dan komunikasi. (Lindquist et al.,

2014). Sebagai seorang tenaga kesehatan khusunya profesi keperawatan yang

memiliki batasan dalam aspek legal etik dipandang perlu mengetahui lebih

banyak aspek legal etik baik secar hukum dalam melakukan terapi alternatif atau

terapi komplementer kepada seseorang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dari terapi komplementer dalam keperawatan

2. Bagaimana Aspek Etik dan Hukum Praktik Keperawatan Komplementer

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mnegetahui konsep dari terpai komplementer

2. Untuk mengetahui Aspek Etik dan Hukum Praktik Keperawatan

Komplementer
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Terapi Komplementer

Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), terapi adalah usaha

untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan

penyakit, perawatan penyakit. Komplementer adalah penggunaan terapi

yang menggabungkan terapi tradisional dengan terpai modern (Rufaida,

Lestari, & permata sari, 2018). Komplementer bersifat melengkapi, dan

meyempurnakan. Terapi komplementer bertujuan untuk melengkapi

pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional yang tidak

bertentangan dengan nilai dan hukum pada kesehatan yang berlaku di

Indonesia (Purwanto, 2018).

2.2 Jenis Terapi Komplementer

Terapi komplementer terbagi menjadi 2 bagian yaitu terapi

komplenenter invasif (akupuntur dan cupping) dan terapi komplementer

non-invasif (terapi energi, terapi biologis dan terapi sentuhan modalitas)

(Hitchcock et al. 1999). National Center for Complementary/Alternatif

Medicine (NCCAM) membuat klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem

pelayanan dalam lima kategori.

1) Mind-body therapy yaitu memberikan intervensi dengan berbagai

teknik untuk memfasilitasi kapasitas berpikir yang mempengaruhi

gejala fisik dan fungsi tubuh,

2) Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang

berbeda dari barat.


3) Terapi biologis yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-

hasilnya misalnya herbal dan makanan.

4) Teapi manipulatif dan sistem tubuh

5) Terpai energi yaitu kombinasi antara biofield dan

bioelektromagnetik.

2.3 Etik dalam Keperawatan

Etik merupakan landasan perilaku seseorang dalam memutuskan

benar atau salah dalam suatu tindakan atau perilaku. Etik memiliki

komponen yang terdiri dari Biothics, Biomedical ethics, dan Medical

ethics yang memiliki hubungan erat dalam pelayanan kesehatan. Etika

dalam keperawatan merupakan standar acuna untuk mengatasi segala

macam masalah yang dilakukan oleh praktisi keperawtan terhadap pasien

yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya

(Amelia, 2013). Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mnetapkan

kode etik perawat yang kemudian diterapkan dan dilaksanakan oleh

komisi etik pelayanan keperawatan, sehingga hal ini akan mengarahkan

seorang perawara dalam menentukan keputusanbenar atau salah asuhan

keperawatan maupun perilaku seseorang perawat dari segi etik. Etika

dalam keperawtan adalah sebagai berikut :

a. Autonomy (otonomi) adalah suatu bentuk respek terhadap seseorang

dan sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.

b. Beneficience (berbuat baik) adalah suatu bentuk wujud

kemanusiawian dan juga memerlukan pencegahan dari kesalahn atau

kejadian yang disebabkan oleh diri sendiri dan orang lain.


c. Justice (keadilan) adalah suatu bentuk terapi adil terhadap orang lain

yang menjunjung tinggi prinsip moral, legal, dan kemanusiaan, dan

prinsip keadilan.

d. Non-maleficience (tidak merugikan) adalah sebuah prinsip yang

mempunyai arti bahwa setiap tindakan yang dilakukan pada seseorang

tidak menimbulkan kerugian baik secara fisik maupun mental.

e. Veracity (kejujuran) adalah suatu nilai yang menjunjung tinggi untuk

menyampaikan kebenaran apa yang sebenarnya terjadi.

f. Fidelity (loyalitas/ketaatan) pada prinsip ini dibutuhkan orang yang

dapat menghargai janji dan berkomitmen kepada orang lain.

g. Confidentiality (kerahasiaan), prinsip yang dilakukan oleh semua

manusia yang ada dibumi ketika mengiyakan suatu rahasia yang

diberikan oleh orang lain.

h. Accountability (akuntabilitas) bertanggung jawab pasti pada setiap

tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain.

2.4 Hukum–hukum Praktik Komplementer

Terapi komplementer atau pengobatan alternatif telah diakui secara

hukum di Indonesia, berikut ini aspek legal terapi komplementer atau

pengobatan alternatif :

1. Undang-undang 1945

a. Pasal 28A tentang “setiap orang berhak untuk hidup serta berhak

mempertahankan hidup dan kehidupannya”.

b. Pasal 28H (ayat 1) tentang “setiap orang berhak hidup sejahtera

lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan linkungan


hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan”.

c. Pasal 34 tentang “Negara bertanggungjawab atas penyediaan

fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang

layak”.

2. Undang – Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan

a. Pasal 1 butir 16, tentang “pelayanan kesehatan tradisional adalah

pengobatan dan atau perawatan dengan cara dan obat yang

mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun – temurun

secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan

sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat”.

b. Pasal 48 tentang “pelayanan kesehatan tradisional”.

c. Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang “pelayanan kesehatan tradisonal”.

3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1109/Menkes/Per/IX/2007

tentang “penyelenggaraan pengobatan komplementer – alternatif di

fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan secara sinergi,

terintegrasi, dan mandiri pada fasilitas pelayanan kesehatan.

Pemberian pengobatan pada dasarnya harus aman, bermanfaat,

bermutu, dan dikaji institusi berwenang sesuai dengan peraturan atau

ketentuan yang berlaku”.


BAB III

PENUTUP

Terapi alternatif atau terapi komplementer merupakan terapi yang menggabungkan

antara terapi tradisional dan terapi modern yang memiliki tujuan untuk melengkapi

pengobatan medis yang tidak bertentangan dengan etik dan hukum yang berlaku di

Indonesia. Perkembangan terapi komplementer didalam keperawatan yang terus

mengalami perkembangan. Terpai komplementer merupakan salah satu bagian

praktik keperawatan yang harus didasarkan oleh fakta ilmiah (evidance base

practicr). Sehingga dalam menjalankan terapi komplementer diharapkan individu

atau perawat mampu menerapkan aspek legal etik dan hukum dalam proses

pelaksanaannya. Adapun etik dalam keperawatan yaitu autonomy, justice, veracity,

fidelity, beneficience, non-maleficience, confidentiality dan accountability.


DAFTAR PUSTAKA

Amelia, N. (2013). Prinsip Etika Keperawatan. Yogyakarta: D-Medika


Lindquist, R., Snyder, M., & Tracy, mary fran. (2014). Complementary &
Alternative Therapies in Nursing. New York: Springer Publishing company,
LLC.
Meleis, A. (1990). Being and becoming healthy : the core of nursing knowledge.
Nurs Sci Q.
Potter and Perry. (2007). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
Praktik (4th ed.). Jakarta: PENERBIT BUKU KEDOKTERAN. ECG.
Rufaida, Z., Lestari, S., & permata sari, D. (2018). Terapi Komplementer. (H.
Sudiyanto, Ed.), Stikes Majapahit Mojokerto (1st ed.).
https://doi.org/10.1007/978-3-662-49054-9_1734-1
Undang-Undang Republik Indonesia No 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai